8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Asuransi Syariah
Pada dasarnya risiko terbagi menjadi beberapa jenis salah satunya adalah risiko alami, risiko alami adalah setiap kejadian yang tidak dapat dihindari dan dikendalikan tetapi bisa dibagi khususnya secara keuangan melalui konsep asuransi. Contoh risiko alami, setiap saat seseorang dapat mengalami kematian karena sakit, kecelakaan, kebakaran, dan lain sebagainya (Bayinah dkk., 2017).
Konsep asuransi sudah ada sejak zaman Rasulullah yang disebut dengan aqilah, menurut konsep aqilah sudah menjadi kebiasaan bagi suku Arab sejak zaman dahulu, jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku lain, pewaris korban akan dibayar sejumlah uang darah (diyat) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat (Billah, 2001). Kesiapan dalam membayar kontribusi sama halnya pembayaran dengan premi dalam praktik asuransi.
Dengan adanya asuransi syariah sebagai sebuah bentuk ikhtiar untuk mencegah terjadinya kesulitan bagi para pihak yang mengalami kerugian, sehingga kebutuhan seorang muslim terhadap asuransi merupakan suatu implementasi dari nilai syariah yang dianutnya seperti tolong-menolong, saling menanggung beban para peserta, menghilangkan unsur gharar, memperkuat sistem ekonomi syariah dan bentuk perencanaan keuangan syariah (Bayinah dkk., 2017).
Istilah lain yang digunakan untuk asuransi syariah adalah takaful berasal dari kata takafala-yatakafulu secara etimologi berarti menjamin atau saling menanggung (Billah, 2001). Takaful dalam pengertian muamalah adalah
saling menanggung risiko diantara sesama anggota sehingga satu dan yang lain menjadi penanggung atas risiko yang lainnya, hal ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara setiap anggota membayar kontribusi (Sula, 2004).
Asuransi syariah secara sederhana berarti saling menanggung, keuntungan bukan hanya untuk perusahaan saja, tetapi juga dikembalikan untuk peserta yang bergabung, asuransi juga memberikan manfaat berupa rasa aman dalam perlindungan, serta saling menolong dan melindungi dengan memberikan pergantian kepada peserta atas kerugian, kerusakan, dan kehilangan dimasa yang akan datang (Bayinah dkk., 2017).
Prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling menolong dan saling menanggung, asuransi syariah menggunakan sistem pengelolaan yang pesertanya mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusinya yang akan digunakan untuk membayar klaim atas risiko tertentu akibat musibah pada jiwa, badan atau benda yang mungkin dialami oleh peserta dimasa depan.
Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tabarru’ dan akad tijari. akad tabarru’ digunakan antar peserta, sedangkan akad tijari digunakan antara peserta dengan perusahaan asuransi (IAI, 2017).
Dalam beroperasi asuransi syariah menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, yaitu fatwa Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 yang menyatakan bahwa asuransi syariah atau takaful adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko melalui akad yang sesuai dengan syariah (MUI, 2014).
Mekanisme pengelolaan dana pada asuransi konvensional menggunakan akad jual beli sehingga dana yang diserahkan sepenuhnya menjadi hak perusahaan asuransi. Berbeda dengan asuransi syariah, kontribusi yang dibayarkan peserta tetap menjadi milik nasabah yang diamanahkan ke
perusahaan asuransi melalui akad baik yang bersifat tijarah maupun tabarru’.
Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis). Sedangkan dalam akad tabarru’ (hibah), perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola. Akad tabarru’ merupakan bentuk transaksi atau perjanjian yang bersifat nirlaba, semata mata untuk tujuan tolong menolong dalam rangka kebaikan (Bayinah dkk., 2017).
2. Laporan Keuangan Asuransi Syariah
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Nainggolan, 2004). Dengan kata lain, laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahan dan kinerja perusahaan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari aktivitas-aktivitas akuntansi dalam suatu perusahaan yang berguna sebagai bahan dasar untuk menilai kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan ini diperlukan oleh pihak yang berkepentingan, antara lain manajer perusahaan, pemilik perusahaan, kreditur, investor, pemerintah dan lembaga lain. (Hery, 2009).
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Munawir, 1991). Dengan kata lain, laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 101 menjelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberi informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (IAI, 2017). Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi aset, liabilitas, dana syirkah temporer, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, arus kas, dana zakat dan dana kebajikan.
Laporan keuangan entitas asuransi syariah sebagaimana disebutkan dalam SAK Syariah 101 terdiri dari (IAI, 2017):
a. Laporan Posisi Keuangan
b. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’
c. Laporan Perubahan Dana Tabarru’
d. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif lain e. Laporan Perubahan Ekuitas
f. Laporan Arus Kas
g. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat h. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan i. Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No 4/SEOJK.05/2013 tentang Laporan bulanan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang menyelenggarakan seluruh usahanya dengan prinsip syariah dan unit syariah dari perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi (OJK, 2013). Laporan tersebut terdiri dari
1. Sampul Laporan 2. Pernyataan Direksi
3. Laporan Dana Tabarru’
a. Laporan Posisi Keuangan b. Laporan Surplus Underwriting c. Laporan Arus Kas
d. Laporan Kesehatan Keuangan Dana Tabarru’
e. Laporan Analisis Kesesuaian Aset dan Liabilitas 4. Laporan Dana Perusahaan
a. Laporan Posisi Keuangan
b. Laporan Laba Rugi Komprehensif c. Laporan Arus Kas
d. Laporan Kesehatan Keuangan Dana Perusahaan e. Laporan Analisis Kesesuaian Aset dan Liabilitas 5. Laporan Dana Investasi Peserta
a. Laporan Posisi Keuangan
b. Laporan perubahan Dana Investasi Peserta c. Laporan Analisis Kesesuaian Aset dan Liabilitas
6. Ringkasan Laporan Dana Tabarru’, Dana Perusahaan, dan Dana Peserta
3. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan hasil yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya dalam mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode tertentu. Kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi sampai dimana tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan (Rudianto, 2013).
Penilaian kinerja merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menilai pelaksanaan pekerjaan seorang atau organisasi dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan saran organisasi yang tertuang dalam perumusan strategic planning melalui alat ukur keuangan dan non keuangan (Bastian, 2005).
Menurut Jumingan (2011) Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu posisi tertentu yang menyangkut aspek penghimpunan dan penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
Pada organisasi bisnis, kinerja keuangan dapat dilihat pada pos tingkat laba yang berhasil diperoleh perusahaan. apabila pengukuran ditingkatkan lagi, penilaian dapat dilihat dari berbagai hal lain seperti tingkat solvabilitas, rentabilitas, return on investment dan sebagainya (Mahsun dkk., 2011). Cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan diperlu suatu analisis dengan menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dilakukan untuk mengetahui kekuatan atau kelemahan perusahaan, informasi ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi kinerja yang dicapai dan untuk menyusun rencana perusahaan kedepannya (Sudana, 2011).
Menurut Sugiyono (2017) untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan dan arti tertentu.
Kemudian, hasil dari rasio yang diukur dan diinterpretasikan sehingga menjadi berarti untuk mengambil keputusan dimasa yang akan datang.
Rasio keuangan merupakan bentuk informasi akuntansi yang penting bagi perusahaan selama periode tertentu, dari rasio dapat dilihat kondisi maupun kinerja. Keunggulan dari analisa rasio karena rasio merupakan angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca, ditafsirkan dan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan oleh laporan keuangan yang cenderung rinci dan rumit (Harahap dan Syafri, 2002).
Menurut Weston dan Eugene (2004) bentuk-bentuk rasio keuangan diantaranya Rasio Likuiditas yang didalamnya terdapat rasio lancar dan rasio sangat lancar. Rasio Solvabilitas yang terdiri total utang dibandingkan dengan total aktiva, jumlah kali perolehan bunga, lingkup biaya tetap dan lingkup arus kas. Rasio Aktivitas yang terjadi dari perputaran sediaan, rata-rata jangka
waktu penagihan/perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari margin laba penjualan, daya laba dasar, hasil pengembalian total aktiva, hasil pengembalian ekuitas. Rasio Pertumbuhan dan rasio penilaian. Sementara menurut (Gerald dkk., 2003) kategori rasio yaitu Activity analysis, liquidity analysis, long term debt and solvency analysis dan provitability analysis.
Faktor penentu kinerja perusahaan asuransi pada penelitian yang dilakukan oleh Nurlatifah dan Mardian (2016) dengan penelitian yang berjudul Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia, kinerja keuangan diukur menggunakan Surplus On Contribution (SOC) dengan Variabel size (ukuran perusahaan), leverage, liquidity, tangibility (aset tetap), volume of capital dan loss ratio (rasio kerugian). Pada penelitian yang dilakukan Berteji dan Hammami (2016) menjelaskan tentang factor penentu untuk mengukur kinerja keuangan asuransi jiwa di Tunisia dengan menggunakan size, leverage, tangibility, risk, growth, liquidity and age.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Sunreri (2009) rasio keuangan yang dipakai untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan asuransi adalah Rasio Likuiditas dengan dimensi current ratio, quick ratio dan cash ratio, Rasio Solvabilitas dengan dimensi debt to equity ratio, debt to total asset ratio, Rasio rentabilitas dengan dimensi gross profit margin, net profit margin, earning power of total investment, return on equity.
Jenis alat lain yang dapat digunakan dalam menganalisis laporan keuangan dan mengolah menjadi suatu informasi yang berguna adalah dengan menggunakan perhitungan Early Warning System. EWS adalah tolok ukur perhitungan lembaga badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Sistem ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasional perusahaan asuransi dimasa yang akan datang (Satria, 1994).
Early warning system menggunakan satu seri rasio penguji yang diterapkan pada laporan keuangan perusahaan asuransi untuk mengukur kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan tersebut. Seri itu mempunyai rasio yang dapat diklasifikasikan, yakni:
a. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan indikator untuk mengukur besarnya perusahaan yang dibiayai oleh utang dan menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas meliputi:
1) Solvency Margin Ratio membandingkan antara modal sendiri dengan premi neto, digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan keuangan perusahaan asuransi dalam mendukung kewajiban yang mungkin timbul dari penutupan risiko yang dilakukan oleh perusahaan.
2) Tingkat Kecukupan Dana rasio ini mengukur tingkat kecukupan perbandingan antara modal sendiri dengan total aktiva, hal ini sangat penting bagi perusahaan karena rasio ini menunjukkan komitmen pemegang saham dalam menjalankan usaha.
b. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio profitabilitas meliputi
1) anRasio Perubahan Surplus membandingkan antara selisih modal sendiri dengan modal sendiri tahun lalu, rasio perubahan surplus memberikan indikasi atas perkembangan kondisi modal sendiri perusahaan.
2) Underwriting Ratio membandingkan antara hasil underwriting dengan pendapatan premi, rasio underwriting menunjukkan hasil
yang diperoleh perusahaan serta mengukur tingkat keuntungan dari usaha murni asuransi.
3) Rasio Beban Klaim membandingkan antara klaim yang terjadi dengan pendapatan premi, rasio ini memiliki penjelasan mengenai pengalaman klaim (loss ratio) yang terjadi serta kualitas usaha penutupannya.
4) Rasio Komisi membandingkan antara beban komisi dengan pendapatan premi, digunakan untuk mengukur biaya komisi yang dikeluarkan dari bisnis yang dilakukan agar perusahaan memperoleh pendapatan.
5) Rasio Biaya Manajemen, perbandingan antara biaya manajemen dengan pendapatan kontribusi digunakan untuk mengukur biaya administrasi atau umum atau manajemen yang terjadi dalam kegiatan usaha.
6) Rasio Pengembalian Investasi membandingkan antara pendapatan bersih investasi dengan rata-rata investasi, digunakan untuk mengukur seberapa besar hasil yang dicapai dari investasi yang dilakukan.
c. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban. Rasio likuiditas meliputi:
1) Rasio Likuiditas Aset membandingkan antara kewajiban dengan aktiva yang diperkenankan, digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perusahaan apakah kondisi keuangan dalam keadaan solven atau tidak.
2) Investment to Technical Reserve Ratio membandingkan antara investasi dengan kewajiban teknis, digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kewajiban teknis yang dibentuk perusahaan asuransi tercermin pada investasi.
3) Agents balance to surplus membandingkan antara tagihan premi langsung dengan total modal, rasio ini mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan aset yang seringkali tidak bisa diwujudkan (dicairkan) pada saat likuiditas.
d. Rasio Stabilitas Premi meliputi:
1) Rasio Pertumbuhan Premi membandingkan antara selisih premi neto dengan pemi neto tahun lalu, menunjukkan seberapa besar kenaikan premi pada tahun berjalan dibandingkan tahun sebelumnya.
2) Rasio Retensi Diri membandingkan antara premi neto dengan premi bruto, menunjukkan tingkat retensi perusahaan dalam menanggung risiko yang terjadi.
e. Rasio Teknikal
Rasio Kewajiban Teknis membandingkan antara kewajiban teknis dengan premi neto, menggambarkan tingkat kecukupan cadangan yang diperlukan dalam menghadapi kewajiban yang timbul dari penutupan risiko.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas tentang analisis kinerja keuangan pada Perusahaan Asuransi di Indonesia selama ini telah cukup banyak dilakukan oleh peneliti. Kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah periode 2008-2014 dengan menggunakan metode early warning system yang ditunjukkan oleh rasio likuiditas dan pertumbuhan premi, masih mengalami kegagalan dan dikategorikan tidak sehat (Fitri; 2016).
Penurunan kinerja asuransi juga tampak dari rendahnya pertumbuhan laba perusahaan murni syariah dibandingkan dengan pertumbuhan laba perusahaan
asuransi konvensional yang memiliki unit usaha Syariah (Fitri; 2016). Selanjutnya pada periode 2014-2016 kinerja asuransi jiwa syariah bertumbuh baik dilihat dari rasio likuiditas dan rasio pertumbuhan premi yang ditunjukkan oleh beberapa indikator yaitu premi bruto, klaim, investasi dan aktiva (Fatimatuzzahra, 2018).
Penelitian yang akan dilakukan secara umum memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu dalam beberapa hal seperti metode perhitungan yang digunakan, yaitu dengan menggunakan early warning system. Sementara itu, perbedaan penelitian dengan penelitian-penelitian sebelumnya dalam hal objek penelitian dan periode analisis. Penulis dalam hal ini hanya membahas asuransi jiwa syariah dengan periode analisis 2015-2019.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis kinerja keuangan pada asuransi jiwa syariah di Indonesia dengan menggunakan metode early warning system.
secara skematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Sumber: Data diolah penulis (2020).