• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. No Judul Hasil Penelitian Relevansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. No Judul Hasil Penelitian Relevansi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah upaya dalam peneliti untuk mencari relevansi dan perbandingan terhadap penelitian terdahulu, tujuan dari hal tersebut adalah guna menunjang atau mencari inspirasi tambahan dalam hasil penelitian. Penelitian terdahulu bertujuan untuk membantu dan memberikan masukan ilmu kepada peneliti yang bertujuan untuk membantu kajian penelitian. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan refrensi, bagian ini mencantumkan berbagai macam penelitian terdahulu diantaranya adalah 6 (enam) penelitian terdahulu pada 5 (lima) tahun terakhir. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi refrensi dalam penelitian yaitu dalam bentuk buku, jurnal, tesis, naskah skripsi, dan sebagainya baik yang telah di publikasi maupun tidak terpublikasi guna untuk menambah refrensi baru dalam penelitian sesuai dengan tema peneliti. Dalam hal ini juga peneliti berusaha untuk melihat relasi serta perbedaan salam suatu penelitian, berikut penelitian terdahulu berkaitan dengan tema peneliti :

No Judul Hasil Penelitian Relevansi

1. Tantangan Gender Bagi Perempuan Pengemudi Ojek Online (Studi Tentang Perempuan Pengemudi GO-JEK di Kota Surabaya)

(Takhta Alifina: 2019)

Hasil dari penelitian ini adalah perempuan pengemudi ojek online kerap diremehkan dan mengalami penolakan dari pelanggan dikarenakan perempuan dianggap kurang mampu dalam menjalani profesi yang bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Selain itu, pekerjaan tersebut rawan dengan tindakan kejahatan dan tindakan asusila.

Kemudian driver ojek online menghindari perbuatan yang tidak diinginkan misalnya

Dalam penelitian ini memiliki relevansi yaitu terdapat penolakan dari pelanggan dikarenakan perempuan dianggap kurang mampu dalam menjalani profesi yang bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Selain itu, pekerjaan tersebut rawan dengan tindakan kejahatan dan tindakan asusila.

Sedangkan penelitian ini

memfokuskan pada

ketimpangan gender yang terjadi pada driver ojek

(2)

18 seperti tindakan pelecehan

seksual atau asusila, beberapa dari mereka memakai tas ransel sebagai penghalang ketika sedang membonceng kaum laki-laki, dan mereka juga bersikap tegas agar pelanggan tidak berani untuk macam-macam. Kemudian driver ojek online perempuan juga mendapatkan cibiran dari tetangga yang

menganggap bahwa

pekerjaan sebagai driver ojek online kurang sesuai dengan kodrat perempuan.

online perempuan dalam komunitas Grab Queen Kota Malang.

2. Antara Emansipasi dan

Peran Ganda

Perempuan

(Liliana Hasibuan:

2017)

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ketimpangan gender di era emansipasi dikarenakan masyarakat yang masih memegang erat faham dimana pekerjaan rumah adalah tanggung jawab perempuan dan sukses tidaknya perempuan tergantung kemampuannya dalam mengurusi pekerjaan rumah atau domestik.

Konseling feminism melalui proyek (pemikiran dan

gerakan) berusaha

meruntuhkan struktur budaya, seni, gereja, hukum, keluarga, inti yang berdasarkan pada kekuasaan ayah dan negara, juga semua citra, institusi, adat istiadat, dan kebiasaan yang menjadikan perempuan sebagai korban yang tidak

Dalam penelitian ini mempunyai relevansi yaitu ketimpangan gender yang terjadi pada perempuan, dimana perempuan bekerja di dalam dua area sekaligus yaitu publik dan domestik, dan juga Konseling feminism melalui proyek (pemikiran dan gerakan) berusaha meruntuhkan struktur budaya, seni, gereja, hukum, keluarga, inti yang berdasarkan pada kekuasaan ayah dan negara, juga semua citra, institusi, adat istiadat, dan kebiasaan yang menjadikan perempuan sebagai korban yang tidak dihargai dan tidak tampak.

Sedangkan dalam penelitian ini memfokuskan pada kajian ketimpangan

(3)

19 dihargai dan tidak tampak. gender yang terjadi pada

sektor publik yaitu profesi driver ojek online dan tanpa adanya gerakan perlawanan.

3. Kontruksi Sosial Ojek Online Perempuan (Studi Tentang Ojek online Perempuan di Kota Surabaya

(Hilman Rizky Radifan: 2019)

Hasil dari penelitian ini adalah membahas tentang perempuan selama ini identik dengan ranah domestik contohnya adalah sebagai ibu rumah tangga. Seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan muncul suatu trobosan baru sekaligus lapangan pekerjaan baru yang tak memandang persoalan gender.

Dalam penelitian ini mempunyai relevansi yaitu perempuan yang seharusnya sebagai ibu rumah tangga akan tetapi untuk mencukupi kebutuhannya perempuan yang berprofesi sebagai ojek online perempuan di Kota Surabaya memaknai profesinya sebagai pemenuhan kebutuhan ekonominya, untuk keluarga atau diri sendiri, dan juga perempuan memaknai sebagai profesi ojek online sebagai lingkungan pekerjaan yang nyaman.

Sedangkan dalam penelitian ini memfokuskan pada ketimpangan gender yang dialami oleh driver ojek online perempuan yang terjadi di komunitas Grab Queen Kota Malang.

4. Menaksir Kesetaraan Gender Dalam Profesi Ojek Online Perempuan di Kota Malang

(Faizal Kurniawan, Siti Fatimah Soenaryo:

2019)

Hasil dari penelitian ini adalah tentang munculnya asumsi dalam konteks gender bahwa rasionalitas pemilih profesi sebagai ojek online tidak hanya dari alasan ekonomi semata selain adanya perubahan dinamika sosial yang terjadi di masyarakat fenomena gender bisa dikatakan sebagai

Dalam penelitian ini mempunyai relevansi yaitu perempuan butuh pekerjaan tidak hanya sebagai tuntutan ekonomi saja tetapi juga pergeseran gender bahwa perempuan tidak hanya mengurusi pekerjaan rumah saja.

Sedangkan penelitian ini

(4)

20 diskursus yang nantinya

membangun konsep kultur,

idealisme dan

romantismenya, perempuan butuh pekerjaan tidak hanya sebagai tuntutan ekonomi saja tetapi juga pergeseran gender bahwa perempuan tidak hanya mengurusi pekerjaan rumah saja.

memfokuskan pada

ketimpangan gender dalam 5 manifestasi yaitu marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan beban ganda. Sehingga penelitian ini tidak terfokus hanya di bidang ekonomi saja.

5. Ketidakadilan Gender Pada Perempuan Dalam Industri Pariwisata Taman Nasional Komodo

(Risdawati Ahmad, Reni Dwi Yunita: 2019)

Hasil dari penelitian ini adalah perempuan dalam memiliki akses terbatas ke pariwisata di Taman Nasional Komodo, tingkat partisipasi perempuan dalam pekerjaan pariwisata sangat rendah, yaitu sebagai penjual makanan di warung, keterlibatan perempuan

dalam pengambilan

keputusan terkait pengelolaan pariwisata masih rendah, laki- laki lebih diuntungkan dari keberadaan Taman Nasional Komodo dibandingkan dengan perempuan, bentuk ketidakadilan gender yang dialami perempuan adalah marginalisasi, subordinasi, stereotype, beban ganda dan kekerasan.

Dalam penelitian ini mempunyai relevansi yaitu adanya hak yang tidak sama di dalam mengambil keputusan di Taman Nasional Komodo.

Sedangkan penelitian ini

memfokuskan pada

ketimpangan gender yang dialami oleh driver ojek online perempuan dalam komunitas Grab Queen di Kota Malang yang dilakukan oleh penumpang dan driver laki-laki maupun suami dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotype, beban ganda dan kekerasan.

6. Relasi Gender Dalam Keluarga Perempuan Ojek Online di Surakarta (Studi Deskriptif Pada Keluarga Perempuan Ojek-Online Go-jek di

Hasil dari penelitian ini adalah menunjukan bahwa terdapat adanya pembagian aktifitas di dalam keluarga driver perempuan ojek online.

Aktifitas produksi di dalam perempuan ojek online

Dalam penelitian ini mempunyai relevansi yaitu pada aktifitas reproduksi lebih di dominan dilakukan oleh istri, meskipun pembagian dari bidang yang sama tetapi sosok seorang

(5)

21 Surakarta)

(Devi Yulianita Victorine B.Q, Thomas Aquinas Gutama: 2019)

dilakukan secara bersama- sama. Baik suami maupun istri sama-sama bekerja untuk memperoleh pendapatan keluarga. Hal ini membuktikan bahwa di antara suami dan istri terdapat adanya kesempatan yang sama dalam aktifitas produksi. Sedangkan pada aktifitas reproduksi lebih di dominan dilakukan oleh istri, meskipun pembagian dari bidang yang sama tetapi sosok seorang suami masih dianggap yang berorientasi pada ranah publik. Mengenai pembagian akses kontrol di dalam keluarga perempuan ojek online Go-jek, kini akses kontrol lebih banyak dilakukan oleh perempuan atau istri.

suami masih dianggap yang berorientasi pada ranah publik. Mengenai pembagian akses kontrol di dalam keluarga perempuan ojek online Go-jek, kini akses kontrol lebih banyak dilakukan oleh perempuan atau istri.

Sedangkan penelitian ini

memfokuskan pada

ketimpangan gender yang dialami oleh driver ojek online perempuan di komunitas Grab Queen dalam ranah menjalankan pekerjaan sebagai driver ojek online di Kota Malang.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu di atas, maka peneliti menemukan kebaruan dengan judul penelitian ketimpangan gender terhadap driver ojek online perempuan. Penelitian ini ingin melihat apakah bentuk ketimpangan gender yang terjadi di driver ojek online perempuan.

2.2 Kajian Pustaka

1. Industri Transportasi Online

Moda transportasi darat terdiri dari berbagai varian jenis alat transportasi dengan ciri khusus. Transportasi darat yang mempunyai popularitas yang sangat tinggi di kalangan penggunanya yaitu transportasi yang menggunakan roda dua dan roda empat.

Hal tersebut menyebabkan banyaknya perkembangan industri jasa transportasi yang menggunakan roda dua dan roda empat.

(6)

22 Moda transportasi pilihan masyarakat yang sebelumnya bersifat offline saat ini telah berinovasi menjadi bersifat online dan lebih modern. Menurut (Khasana Dkk, 2016 dalam Aziah, Adawia, 2018: 150) inovasi adalah tindakan sistematis pengubahan sesuatu (produk, ide, informasi, teknologi) menjadi suatu sumber daya yang bernilai tinggi bagi target pasar. Transportasi online adalah salah satu contoh pengembangan teknologi berbasis aplikasi disambut cukup baik pada awal kemunculannya karena dianggap sebagai salah satu contoh inovasi yang terbaik untuk saat ini. Transportasi online menawarkan kemudahan, biaya yang lebih murah, kenyamanan dan keamanan yang lebih terjamin, maka dari hal tersebut menjadikan daya tawar untuk masyarakat yang beralih dari moda transportasi konvensional ke transportasi online.

2. Ketimpangan Gender

Munculnya teknologi yang canggih dapat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas hidup dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah teknologi yang pada saat ini digunakan adalah transportasi seperti ojek online, karena pengaksesan aplikasi ojek online dengan mudah dan dapat digunakan oleh banyak orang tanpa batasan jenis kelamin, ekonomi, pendidikan, dan status sosial.

Dengan mudahnya pengaksesan aplikasi ojek online tersebut membuat banyak orang berminat untuk menjadi seorang driver ojek online tanpa pengecualian jenis kelamin termasuk perempuan.

Dahulu jarang sekali dan sedikit menemukan adanya pengemudi ojek perempuan karena adanya berbagai resiko dan pertimbangan seperti keamanan, kepercayaan, jenis kelamin, pelabelan, dan masih banyak hal lainnya. Dari hal tersebut membuat kaum perempuan tidak memiliki rasa percaya diri terhadap dirinya, akan tetapi sejak adanya ojek online terlihat adanya perubahan kultur dan identitas gender dalam peran wanita yang mengakibatkan ojek online pengemudinya tidak hanya laki-laki saja melainkan perempuan juga ikut berpartisipasi. Dari hal tersebut menyebabkan suatu pergeseran norma dan identitas gender khususnya pada kaum perempuan, seperti halnya bahwa sebelum adanya ojek online pekerjaan ojek banyak dilakukan oleh kaum laki-laki dan sangat jarang kaum perempuan yang menjadi pengemudi ojek online karena terdapat adanya resiko yang sangat tinggi, keamanan yang kurang memadai, dan juga adanya pelabelan (Apriliani, 2019:3).

(7)

23 Kaum laki-laki dan perempuan memiliki peran gender yang berbeda, terdapat perbedaan pekerjaan yang mereka lakukan dalam sebuah komunitasnya dan status maupun kekuasaan mereka di dalam masyarakat yang berbeda dan status maupun kekuasaan mereka di dalam masyarakat juga berbeda. Perbedaan jalan perkembangan gender dalam masyarakat disebabkan oleh berbagai macam faktor, mulai dari lingkungan alam, hingga cerita dan mitos untuk memecahkan teka-teki perbedaan jenis kelamin tersebut, mengapa perbedaan itu terjadi dan bagaimana dua orang yang berlainan jenis kelamin dapat berhubungan baik satu dengan yang lainnya dan sengan sumber daya alam sekitarnya (Mosse, 2002:5).

Kesalahan pahaman akan konsep gender seringkali muncul ketika konsep gender disamakan dengan konsep sex. Pernyataan tersebut telah dikemukakan oleh Asma Barlah (2007 dalam Rokhimah, 2014:139), bahwa inti dari ketidakadilan gender adalah pencampuran antara biologis yaitu jenis kelamin dan makna sosialnya yaitu gender.

Masyarakat sering memahami konsep gender yang merupakan rekayasa sosial dan budaya sebagai “kodrat”, sebagai suatu hal yang sudah melekat pada diri seseorang tidak bisa ditawar dan diubah lagi. Kondisi ini mengakibatkan perjuangan gender menghadapi banyak perlawanan yang tidak saja datang dari kaum laki-laki akan tetapi juga dari kaum perempuan sendiri yang tidak paham dengan apa yang sesungguhnya dipermasalahkan oleh perjuangan gender.

Konsep yang harus dipahami dalam rangka membahas membahas kaum perempuan adalah membedakan antara konsep jenis kelamin dan konsep gender, konsep tersebut sangat diperlukan karena pemahaman dan perbedaan antara konsep seks dan gender sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan ketidakadilan gender yang terjadi dalam kaum perempuan. Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inqualities), akan tetapi yang menjadi persoalan adalah karena adanya perbedaan gender tersebut telah melahirkan beberapa ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan. Ketimpangan gender merupakan sistem dan struktur di mana baik kaum laki-laki dan kaum perempuan menjadi korban dari sistem tersebut (Fakih, 2013:12). Pernyataan tersebut menyebabkan bahwa adanya manifestasi

(8)

24 ketidakadilan gender tidak dapat dipisahkan, karena dari bentuk ketidakadilan gender tersebut saling berkaitan dan berhubungan antara satu dengan yang lain.

Manifestasi dari ketidakadilan gender tidak ada satupun yang lebih penting, dan lebih unggul antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, marginalisasi ekonomi kaum perempuan terjadi karena adanya stereotipe tertentu atas kaum perempuan dan dari hal itu dapat menyumbangkan kepada subordinasi, kekerasan (violence) kepada kaum perempuan, yang pada akhirnya tersosialisasikan pada keyakinan dan visi kaum perempuan itu sendiri (Fakih, 2013:13). Dengan demikian pernyataan tersebut, sebagai makhluk sosial tidak bisa menyatakan bahwa marginalisasi yang terjadi pada perempuan adalah menentukan dan mementingkan dari yang lain, oleh karena itu dari hal tersebut harus mendapatkan tindakan atau perhatian yang lebih, dan juga bentuk ketidakadilan gender seperti kekerasan (violence) adalah permasalahan yang mendasar untuk diselesaikan terlebih dahulu. Berikut uraian bentuk ketidakadilan gender :

1. Marginalisasi perempuan

Marginalisasi adalah suatu kondisi atau suatu proses yang mencegah individu ataupun kelompok dari partisipasi penuh dalam kehidupan yaitu dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Sebagai suatu kondisi, marginalisasi juga mengeluarkan dan melarang seorang individu atau kelompok dari partisipasi penuh di dalam suatu masyarakat, marginalisasi juga dapat dipandang sebagai suatu proses yang dinamis yang berkaitan dengan dengan penghambat pencapaian atas nafkah atau pendapatan, kemajuan manusia, dan persamaan hak sebagai warga negara (Alakhunova, 2015:8).

Marginalisasi yang terjadi pada kaum perempuan menyebabkan kemiskinan, dan juga terdapat beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta mekanisme proses marginalisasi pada kaum perempuan karena adanya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan sehingga menyebabkan pemiskinan pada kaum perempuan.

Adanya marginalisasi pada kaum perempuan sumbernya adalah berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan, atau asumsi ilmu pengetahuan (Jasruddin dan Quraisy, 2015:90).

Bentuk ketidakadilan gender yang berupa proses marginalisasi perempuan adalah proses pemiskinan terhadap perempuan dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir

(9)

25 agama, tradisi atau kebiasaan, maupun tafsir asumsi ilmu pengetahuan. Contohnya adalah revolusi hijau (green revolution) secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya yang berdampak pada hilangnya pekerjaan sehingga terjadi proses pemiskinan terhadap kaum perempuan. Marginalisasi kaum perempuan tidak hanya terjadi di dalam tempat pekerjaan, melainkan juga terjadi di dalam rumah, masyarakat atau kultur, dan bahkan sampai pada tingkat negara (Setiadi, Kolip, 2011:889).

2. Subordinasi

Perbedaan gender menyebabkan timbulnya sebuah bentuk subordinasi terhadap perempuan, karena perempuan selalu dianggap bahwa kaum perempuan memiliki sifat yang emosional dan irasional sehingga perempuan tidak mempunyai kekuatan dan tidak dapat tampil untuk memimpin, hal tersebut menyebabkan adanya pandangan bahwa kaum perempuan dianggap sebagai posisi yang tidak penting (Afandi, 2019:4).

Anggapan sosial yang menempatkan kaum perempuan yang bersifat emosional, irasional dalam berfikir dan tidak dapat tampil sebagai pemimpin atau sebagai pengambil keputusan telah menempatkan perempuan sebagai subordinat. Kaum perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak penting dan tidak strategis di dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk subordinasi kaum perempuan selalu bergantung pada lokasi dan waktu. Contohnya dalam kultur Jawa pada zaman dahulu kaum perempuan tidak perlu sekolah yang tinggi sebab anggapan budaya Jawa pada zaman dahulu menempatkan pada posisi pekerja perempuan tidak lebih hanya bertempat pada pekerjaan dapur, mencuci piring, dan mencuci pakaian suami, anak-anak, mengasuh anak, dan melayani suami. Pendidikan hanya diprioritaskan kepada kaum laki-laki saja. Pembatasan hak untuk memperoleh pendidikan ini tentunya berdampak pada hak memperoleh pekerjaan pada kemudian hari. Pada era sekarang kaum perempuan yang lebih mudah bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja wanita (TKW) akan tetapi hanya sebagai pembantu rumah tangga saja (Setiadi, Kolip, 2011:889).

3. Stereotipe

Stereotipe adalah penandaan atau pelabelan suatu kelompok tertentu, akibat dari adanya hal tersebut memunculkan ketidakadilan gender yang terjadi pada kaum perempuan. Munculnya stereotipe atau penandaan terhadap kaum perempuan yaitu

(10)

26 dimana kaum perempuan melawan dominasi laki-laki sehingga kaum perempuan sampai dianggap “mampu”.

Menurut Sumbulah (2008: 14) stereotipe merupakan keadaan di mana perempuan diberikan label negatif atas keberadaannya di dalam masyarakat, sehingga keadaan ini mampu dapat mempersulit ruang perempuan untuk berkreasi maupun mengembangkan potensi diri. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Handayani dan Sugiarti (2017:14) menyatakan bahwa stereotipe merupakan pelabelan negatif terhadap kelompok tertentu yang mampu menyebabkan ketidakadilan, hal ini dapat terjadi karena akibat dari adanya perbedaan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan.

Stereotipe atau pelabelan pada umumnya dilakukan dalam dua hubungan atau lebih dan seringkali digunakan sebagai alasan untuk membenarkan sesuatu tindakan dari satu kelompok atas kelompok lainnya. Pelabelan juga menunjukan adanya relsi kekuasaan yang tidak seimbang yang bertujuan untuk menguasai pihak yang lain.

Pelabelan negatif yang menimpa perempuan seperti anggapan bahwa perempuan dianggap cengeng, suka digoga, perempuan tidak rasional, emosional, perempuan tidak bisa mengambil keputusan yang penting (Afandi, 2019:5).

Masyarakat melabelkan bahwa pencari nafkah selalu didominasi oleh kaum laki- laki karena masyarakat telah menempatkan kaum perempuan pada posisi yang lebih rendah. Seorang perempuan yang bekerja untuk menghidupi keluarga selalu diasosiasikan sebagai pekerjaan sambihan, pekerjaan tambahan, sementara dalam pihak yang lain tidak sedikit kaum perempuan yang bekerja sebagai pencari nafkah utama.

4. Kekerasan (violence)

Kekerasan (violence) artinya adalah tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh salah satu jenis kelamin atau dalam sebuah institusi keluarga, masyarakat bahkan negara terhadap jenis kelamin lainnya. Peran gender telah membedakan karakter antara perempuan denhan laki-laki, perempuan dianggap sebagai feminism dan laki-laki adalah maskulin. Dalam karakter tersebut melahirkan ciri-ciri psikologis, seperti laki-laki dianggap gagah, kuat, berani, dan sbagainya.

Sebaliknya perempuan dianggap lembut, lemah, penurut dan sebagainya, akibat dari

(11)

27 perbedaan karakter tersebut maka timbulah tindakan kekerasan. Dengan anggapan bahwa perempuan itu lemah dan dari hal tersebut diartikan sebagai alasan untuk diperlakukan secara semena-mena (Rokhimah, 2014:142).

Menurut Narwoko dan Suyanto (2013: 308-309) banyak kekerasan yang dikategorikan sebagai kekerasan gender yang dilakukan mulai dari tingkat rumah tangga hingga pada tingkat yang paling tinggi yaitu negara. Bentuk kekerasan diantaranya adalah :

a. Pemerkosaan terhadap perempuan

Pemerkosaan terhadap kaum perempuan tidak hanya dalam bentuk pemerkosaan seksual, melainkan juga sering terjadi dalam bentuk pemaksaan perkawinan oleh orang tuanya, sebab akibat dalam bentuk pemaksaan tersebut untuk keinginan sepihak sehingga pihak yang terpaksa pada akhirnya tidak rela melakukan perbuatan tersebut. Keterpaksaan tersebut terjadi akibat ketidakberdayaan untuk melakukan perlawanan atau bisa timbul perasaan takut untuk menghadapi ancaman atau sebagainya.

b. Tindakan pemukulan dan serangan fisik yang sering terjadi di dalam rumah tangga (domestic violent). Kekerasan ini termasuk dalam kekerasan yang terjadi pada anak dalam rumah tangga atau yang disebut dengan (child abuse).

c. Penyiksaan organ kelamin (genital mutilation)

Penyiksaan organ kelamin ini terjadi di dalam kultur masyarakat tertentu yang memiliki kebiasaan menyunat alat kelamin pada anak-anak perempuan, sedangkan penyunatan terhadap alat kelamin perempuan tidak untuk dilakukan.

d. Prostitusi

Bentuk kekerasan ini, dilakukan oleh kaum perempuan dengan semata- mata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, terutama untuk orang tua akan tetapi, tidak disadari bahwa kasus prostitusi selalu berdampak sangat merugikan pada pihak perempuan.

e. Kekerasan terhadap kaum perempuan dalam bentuk pornografi

(12)

28 Pengertian dalam kekerasan ini adalah kaum perempuan yang dieksploitasi karena kaum perempuan memiliki bentuk tubuh yang menarik bagi kaum laki-laki.

f. Kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam program keluarga berencana (enforced sterilization)

Pemaksaan pada pemakaian kontrasepsi terhadap kaum perempuan selain digunakan sebagai alat untuk mencapai target pengendalian jumlah penduduk oleh pemerintah adalah termasuk dalam kekerasan, karena dari hal tersebut bertujuan untuk memenuhi kepentingan seks dalam kasus kehamilan yang tidak dikehendaki dengan cara menggugurkan kandungan atau aborsi.

g. Kekerasan terselubung (molestation)

Kekerasan ini berbentuk tindakan memegang salah satu organ tubuh perempuan secara sengaja tanpa adanya persetujuan yang dipegamg. Dalam kasus kekerasan ini banyak ditemui di tempat-tempat kerja, angkutan umum, dan sebagainya.

h. Kekerasan terhadap perempuan yang paling umum sering dilakukan dalam masyarakat adalah berupa pelecehan seksual (sexual and emotional harassment)

Bentuk kekerasan ini seringkali terjadi adalah bahwa perhatian kaum laki-laki yang tidak dikehendaki oleh kaum perempuan. Sering kali pelecehan seksual sering terjadi dalam lelucon yang jorok dan secara vulgar yang dipaparkan di depan perempuan, menyakiti, membuat malu dengan omongan kotor, hingga adanya kasus dalam bentuk perjanjian ketika perempuan akan menempati posisi pekerjaan tertentu dengan meminta imbalan pelayanan seks kepada kaum laki-laki.

5. Beban Ganda

Beban ganda adalah beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Peran kaum perempuan seringkali dianggap peran yang permanen. Perempuan memiliki beban di wilayah domestik karena perempuan dianggap mempunyai upaya maksimal yang dilakukan mereka yaitu mensubtitusikan pekerjaannya, seperti pembantu rumah tangga atau anggota keluarga perempuan lainnya. Akan tetapi, tanggung jawabnya masih berada pada pundak

(13)

29 perempuan dan akibatnya mereka mengalami beban yang berlipat ganda (Siska, 2013:5).

Perempuan yang bekerja merupakan hal yang sudah biasa ditemukan dalam era sekarang ini. Alasan kaum perempuan yang bekerja adalah sangat beragam yaitu untuk memperbaiki kondisi ekonomi, tuntutan jaman dan eksistensi diri sebagai manusia yang memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki. Namun, kultur yang masih belum berpihak yang mengakibatkan perempuan mengalami beban ganda, yaitu berperan di wilayah publik sekaligus domestik (Hidayati, 2015:108).

Menurut prespektif feminis, perempuan yang bekerja di luar ranah domestik mengalami ketidakadilan gender dalam bentuk beban ganda yang mayoritas korbannya adalah perempuan. Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya.

Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap sebagai peran yang statis dan permanen. Walaupun sudah terdapat peningkatan jumlah perempuan yang bekerja dalam wilayah publik, namun tidak diiringi dengan berkurangnya beban mereka di wilayah domestik (Khotimah, 2009:159).

3. Perempuan Pada Transportasi Online

Beberapa perempuan memilih profesi sebagai driver ojek online menjadi pekerjaannya karena pada era saat ini yang serba modern ini kebutuhan hidup semakin meninkat di mana lapangan pekerjaan yang tergolong harus bersaing dengan yang lain untuk mendapatkannya, sehingga perempuan tersebut akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencari nafkah namun juga dengan cara memanfaatkan kemajuan tekhnologi yang didukung dengan munculnya GO-JEK pada tahun 2015 kemudian GRAB dan UBER di tahun 2017 (Tumimbang, dkk, 2020:2)

Perempuan yang memilih menjadi driver ojek online sebagai pekerjaan mereka, dengan kontruksi sosial yang bahwasannya profesi tersebut merupakan profesi maskulin tidak menyudutkan niat dari para driver ojek online wanita terus mencari nafkah dan memperjuangkan keberadaannya di lingkungan sosial untuk tetap mencari kesejahteraan hidup dengan bekerja sebagai driver ojek online walaupun perlu usaha yang cukup untuk perempuan ini untuk menunjukan keberadaan mampu melakukan

(14)

30 profesi maskulin tersebut, dengan dominasi oleh laki-laki yang cukup banyak para driver ojek online eksistensi perempuan merupakan capaian mereka untuk tetap berusaha memenuhi kebutuhan hidup mereka sehingga dapat dikatakan eksistensi adalah suatu pemikiran manusia yang dimanfaatkan untuk keberadaannya dan mengatasi seluruh pengetahuan yang obyektif. Berdasarkan pernyataan tersebut, manusia dapat menjadi dirinya sendiri dan menunjukan bahwa dirinya adalah makhluk yang eksistensi dan keberadaannya diakui dan dikenali (Jaspers, 1985 dalam Arofah, Alam, 2019: 173). Dengan pernyataan eksistensi tersebut dapat mengubah pola kontruksi di dalam masyarakat bahwasannya ruang kesetaraan perempuan yang berprofesi sebagai driver ojek online dapat diterima oleh masyarakat khususnya para driver ojek konvensional atau ojek pangkalan.

4. Kebijakan Trasportasi Online

Berkembangnya kemajuan teknologi yang berada di perkotaan menyebabkan adanya tuntutan untuk masyarakat mengikuti perkembangan yang ada, termasuk pada perempuan yang hidup didalam era sekarang ini. Dalam usaha untuk meningkatkan perekonomian keluarga, banyak perempuan yang bekerja dalam sektor publik, salah satunya dalam bentuk sektor jasa.

Sektor jasa transportasi online saat ini berkembang lebih cepat akibat adanya kemajuan teknologi, semakin pesatnya kemajuan teknologi pada era sekarang ini yang dinamakan internet, memungkinkan bahwa mendapatkan informasi dengan mudah dan sangat cepat. Pengertian dari transportasi online adalah pelayanan jasa transportasi yang berbasis internet dalam setian kegiatan transaksinya, mulai dari pemesanan, pemantauan jalur, pembayaran dan penilaian terhadap pelayanan jasa itu sendiri, dan juga memanfaatkan ilmu pengetahuan yaitu teknologi (Geistar, Yoga, Pratama, 2016:2-3).

Mekanisme menjalankan jasa transportasi berbasis online dibagi menjadi 3 (tiga) bagian penting yaitu :

1. Penyedia Aplikasi (Penyelenggara Sistem Elektronik)

Menurut Undang-Undang informasi dan transaksi elektronik Pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa penyelenggara sistem elektronik adalah pemanfaatan sistem

(15)

31 elektronik oleh penyelenggara negara, orang, badan usaha, dan/atau masyarakat (UUD, 2016 No.19). Penyedia aplikasi jasa transportasi berbasis aplikasi online merupakan penyelenggara sistem elektronik sebagai penghubung driver kendaraan dengan para pengguna jasa, yang merupakan bagian yang terpenting dalam lahirnya jasa transportasi berbasis aplikasi online, sebagai penyedia aplikasi memiliki perenan yang terpenting dalam keberhasilan suatu sistem jasa transportasi berbasis aplikasi online, dikarenakan penyedia layanan aplikasi merupakan penghubung dari permintaan dan penawaran yakni penyedia aplikasi atau perusahaan aplikasi, driver, dan pengguna jasa transportasi berbasis aplikasi online (Wardani, 2017:17).

2. Pengendara (Driver)

Pengendara adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor. Pengemudi yang baik merupakan orang yang bisa untuk mengembangkan kemampuan dengan dasar mengemudi, kebiasaan mengemudi, kondisi yang tepat, dan penilaian suara yang baik serta sehat mental dan jasmani. Sebuah sikap dan tanggung jawab merupakan hal yang terpenting. Sikap tanggung jawab pengemudi akan melakukan hal yang tepat atau mengambil tindakan pencegahan yang aman dan tepat. Batas keselamatan juga harus tetap dijaga dan dalam pemberian kelonggaran dibuat untuk menghindari kecelakaan (Anggraini, Dini dalam Wardani, 2017:19).

3. Pengguna Jasa atau Transportasi (Konsumen)

Menurut Yola, Melfa dalam (Wardani 2017:20) pengguna layanan jasa adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi selesai, karena mereka adalah pengguna produk. Pengguna layanan jasa transportasi yang berbasis online adalah masyarakat yang pada umumnya membutuhkan pelayanan transportasi yang aman,nyaman, dan murah.

Perusahaan yang bergerak di bidang transportasi online menetapkan kebijakan syarat-syarat yang harus dipenuhi apabila ingin menjadi dan bergabung menjadi driver ojek online diantaranya adalah :

a. Sehat jasmani dan rohani

b. Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) di atas tahun 2012 motor/mobil c. Memiliki kendaraan roda 2/4

(16)

32 d. Surat keterangan catatan Kepolisian (SKCK)

e. Kartu Tanda Penduduk (KTP) f. Kartu Keluarga (KK)

g. Surat Izin Mengemudi (SIM) A/C h. Ponsel android minimal 1 Gb

i. Usia maksimal 55 tahun (Sufiandi, 2020:14)

Sebagai seorang driver ojek online pasti memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi baik yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan maupun telah diatur oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019. Berikut adalah hak dan kewajiban driver ojek online:

a. Hak driver ojek online

1). Mendapatkan pelayanan aplikasi berbasis online selayaknya driver.

2). Diperbolehkan mendaftar diri, berpindah dan/atau mengundurkan diri dari mitra driver

3). Mendapatkan manfaat atau keuntungan tambahan yang ditawarkan atau disediakan

4). Pihak penyedia aplikator bertanggung jawab dalam menjaga kerahasiaan data pribadi karyawan atau klien

5). Perusahaan aplikasi harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap mitra pengemudi terkait kepatuhan dan keselamatan berlalu lintas (Keputusan Menteri Perhubungan 2019 No.12)

b. Kewajiban driver ojek online

1). Mematuhi seluruh peraturan dan ketentuan yang tercantum pada tata tertib 2). Menandatangani surat keterangan kerja bermaterai dengan pihak aplikator 3). Menjalankan seluruh peraturan dan ketentuan yang telah disepakati dengan

mitra

4). Pengemudi dilarang merokok dan melakukan aktifitas lainnya yang mengganggu konsentrasi ketika sedang mengendarai sepeda motor

5). Pengemudi menggunakan pakaian sopan, bersih dan rapi (Sufiandi 2020:15).

(17)

33 Kebijakan yang diberikan oleh perusahaan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan sehingga perempuan tidak memiliki hak khusus ketika ingin menjadi driver ojek online. Kondisi pada era sekarang ini mengubah norma yang berada didalam masyarakat. Jika sebelumnya perempuan tidak berminat mengerjakan pekerjaan laki-laki, pada era sekarang ini perempuan mau melakukan pekerjaan yang dikerjakan oleh laki-laki, dan pada akhirnya masyarakat menerima perubahan dari hal tersebut secara terbuka. Kondisi tersebut juga didukung oleh bukti bahwa perempuan pun dapat melakukan pekerjaan yang tadinya hanya bisa dilakukan oleh laki-laki, salah satu contohnya adalah menjadi supir ojek hal tersebut terdapat perubahan sosial yang besar dalam masyarakat yang mana pada selama ini partiarki perempuan sekarang merasa setara dengan laki-laki dan perempuan menganggap sama-sama pada identitasnya yaitu sebagai pekerja.

Perubahan pada fenomena tersebut memiliki dampak negatif dan positif. Di mana positifnya perempuan memiliki keleluasaan untuk mendapatkan pendapatannya sendiri. Lapangan pekerjaan juga sudah terbuka untuk kaum perempuan tidak hanya menjadi wanita kantoran atau sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi juga bisa melakukan seperti pekerjaan sebagai driver ojek online. Fenomena tersebut juga membawa dampak bagi perempuan yang sudah memiliki keluarga di mana perempuan tidak bisa melakukan pembagian kerja yang berkaitan dengan rumah tangga demi profesi sebagai driver ojek online, tidak hanya itu perempuan sebagai driver ojek online jika mengalami pelecehan seksual maka mereka akan mempunyai masalah di dalam rumah tangga mereka.

2.3 Kerangka Teori

2.3.1 Teori Fungsionalisme Gender Miriam M. Johnson

Penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme gender dari Miriam M. Johnson.

Miriam M. Johnson (1993) adalah tokoh pendukung utama dari teori fungsionalisme gender, Miriam M. Johnson berbicara mengenai teoritisi fungsional dan sekaligus sebagai feminis, ia mengakui kegagalan fungsionalisme (Parsons) dalam meneliti secara memadai kerugian yang dialami oleh perempuan dalam masyarakat. Johnson mengakui adanya pandangan yang tidak berimbang dalam teori Parsons mengenai

(18)

34 keluarga dan bagaimana kecenderungan fungsionalisme untuk mengabaikan permasalahan tentang ketimpangan sosial, dominasi dan penindasan, dalam suatu kecenderungan akibat penekanan perhatian fungsionalisme terhadap tertib sosial.

Johnson tetap meyakini bahwa variasi dan kompleksitas fungsionalismenya Parsons harus dipertahankan mengingat bahwa jangkauan analisis yang luas dan fleksibilitas dalam teori ini. Miriam M. Johnson, menekankan bahwa perbedaan peran perempuan dan laki-laki merupakan tatanan struktur sosial untuk memperoleh keseimbangan.

Dengan merujuk pada teori struktural fungsionalisme dari Talcott Parsons, Johnson mengemukakan bahwa dalam struktur sosial tersebut terdapat peran-peran yang menunjang adanya keseimbangan yang tercipta dari keteraturan sosial. Tatanan yang tidak sama dengan kesetaraan yang sering diungkapkan oleh feminisme liberal yaitu disebut dengan tatanan (equilibrium), tatanan tersebut merupakan sebuah penempatan peran untuk mempermudah proses kehidupan sosial dan menjaga keseimbangannya (Umar,1999 dalam Efenly, Lahade, 2013: 385).

Hal yang sangat penting dalam teoritisi fungsional adalah untuk memahami persoalan tentang gender yaitu dengan melihat bagaimana aplikasi pandangan Johnson terhadap konsep Parsons. Salah satu contohnya adalah, peran ekspresif versus instrumental, dalam tesis ini berhubungan dengan lembaga keluarga dan lembaga sosial lainnya, termasuk model masyarakat fungsional. Apa yang telah dikaji oleh Johnson adalah temuannya tentang asal usul ketimpangan gender dalam struktur keluarga patriarkhis yang hampir menyeluruh ada pada setiap masyarakat. Johnson melihat bahwa posisi sosial utama pada perempuan dalam struktur keluarga adalah sebagai produsen utama dalam fungsi-fungsi pokok keluarga. Dalam melaksanakan peran ini, perempuan dituntut berorientasi secara ekspresif dengan adaptasi emosional dan tanggapan tentang kasih sayang. Fungsi perempuan dalam keluarga berorientasi kearah penekanan perasaan kasih sayang (expressiveness) dan mempengaruhi fungsi mereka dalam struktur sosial lainnya termasuk struktur ekonomi dari pernyataan tersebut, bahwa Johnson mengembangkan prespektif dari Parsons mengenai peran ekspresif, Johnson menjelaskan bahwasannya jenis pekerjaan perempuan tergolong lebih memerlukan pengungkapan perasaan kasih sayang, di lapangan pekerjaan yang biasanya didominasi oleh laki-laki, perempuan juga diharapkan untuk mengedepankan

(19)

35 perasaan, tetapi sekaligus menerima sanksi bahwa orientasi ini bertanggung jawab kepada keluarga (Ritzer, 2004 dalam Soedarwo, Sulistyowati, 2010: 3.5).

Prespektif fungsionalisme dalam pembagian fungsi-fungsi dalam keluarga ini tidak menghasilkan sistem stratifikasi gender yang dapat merugikan perempuan.

Adanya stratifikasi gender dalam jenis kelamin ini tercipta dalam keluarga patriarkhis.

Secara kultural dan institusional perempuan selalu mengalah dan lemah dalam hubungan suami atau laki-laki yang lebih berperan secara instrumental, hal ini menyebabkan anak-anak turut belajar dalam sistem patriarkhis, begitu seterusnya dan tertib sosial berlangsung terus dengan pola seperti ini. Analisis fungsionalisme struktural menekankan bagaimana maskulinitas dan feminitas yang didefinisikan dalam kebiasaan yang saling menjadi komponen utama. Seseorang yang menerima norma-norma gender tidak perlu menemukan perbedaan gender untuk tidak dijustifikasi. Konsekuensi dari hal tersebut adalah, gender terintegrasi di dalam masyarakat baik secara struktural maupun secara moralitas. Artinya, masyarakat menerima dan menyepakati norma bahwa pembagian kerja dan fungsi antara laki-laki dan perempuan memang demikian dan dari hal ini didukung secara moralitas, perbedaan fungsi yang ada justru saling melengkapi sehingga menghasilkan tertib sosial (Soedarwo, Sulistyowati, 2010: 3.6).

Sebagai contoh, fenomena driver ojek online perempuan yang diangkat dalam penelitian ini adalah seorang istri yang masih ikut serta dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, dalam fenomena ini perempuan yang bekerja sebagai driver ojek online adalah untuk mencari nafkah dan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sedangkan pendapatan laki-laki tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan laki-laki bekerja untuk menjalankan fungsi sebagai kepala rumah tangga yang harus memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal lain adalah apa yang dinyatakan fungsionalis bahwa peran gender ini berfungsi untuk secara komplementer sebenarnya yang memperlihatkan bagaimana status quo tetap bertahan dalam peran gender dan sebenarnya yang tampak adalah “dominasi laki-laki”.

(20)

36 2.3.2 Kerangka Pikir Teoritis

Skema 2. 1 Kerangka Pola Pikir Miriam M Johnson Teori Fungsionalisme Gender

Miriam M. Johnson

Teori Fungsionalisme Gender

Johnson menyatakan bahwa peran perempuan dan laki- laki merupakan tantanan struktur sosial untuk

memperoleh keseimbangan

Fungsi Peran Struktur Sosial

Keseimbangan

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan yang dikemukakan dalam laporan akhir ini, kesimpulan yang didapatkan ialah untuk tingkat likuiditas perusahaan dianggap likuid tetapi

Bagaimana pengaruh Solvabilitas (bebt to equty ratio) terhadap profitabilitas (return on asset) perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan geser pelekatan resin komposit packable dengan intermediate layer resin komposit flowable menggunakan

Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perlu adanya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) yang merupakan bahan utama untuk monitoring dan evaluasi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengembangan media pembelajaran papan analisis

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

Maka dari itu para produsen media cetak bersaing saling merebut hati khalayaknya dengan adanya gambar karikatur dengan nama maupun tokoh yang mudah diingat oleh masyarakat,

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..