• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KELAS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI SISWA DI SD INPRES BONE KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KELAS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI SISWA DI SD INPRES BONE KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I ) Pada Prodi Pendidikan

AgamaIslam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiayah Makassar

ROSMIATI THALIB 10519154412

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H / 2016 M

(2)
(3)
(4)
(5)

Dengan penuh kesadaran, peneliti yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya peneliti sendiri.

Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 04 Dzulqa’dah 1437 H 07 Agustus 2016 M

Peneliti

Rosmiat Thalib 10519154412

v

(6)

PRAKATA

ﮫﻟا ﻲﻋﻠ و نﯾواﻟﻣرﺳﻠ ﺎﯾﺑﻧ ﻷا ف اﺷر ﻲﻋﻠ ﻡﻼواﻟﺳ ةﻼﺻﻟوا ﯾناﻟﻌﺎﻟﻣ ر ﺑ ﷲ دﻟﺣﻣ ا دﻌﺑاﻣﺎ . ﯾناﺟﻣﻌ ﮫﺑ ﺎواﻟﺻﺣ

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan kesempatan sehingga skripsi ini dapat di selesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul “Efektivitas Pengelolaan Kelas dalam Meningktakn Hasil Belajar PAI Siswa di SD Inpres Bone Kec. Bajeng Kab. Gowa”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Kepada kedua orang tua, Ayahanda Thalib dan Ibunda Muliati.S. S.Pd serta Kakakku Akhmad Thalib dan seluruh keluarga yang telah memberikan bimbingan, kasih sayang, doa, sumbangan moril dan materil. Semoga semua jasa yang diberikan menjadi amal Ibadah serta diterima di sisi Allah Swt.

2. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

vi

(7)

Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan akdemik.

5. Dr. Rusli Malli. M.Ag selaku pembimbing I dan Ferdinan, S.Pd.I, M.Pd.I selaku pembimbing II yang penuh dengan keikhlasan dan kesabaran dalam meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan saran dan motivasi sejak penyusunan proposal sampai pada penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam pada khususnya dan seluruh Dosen. Dan staf Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan kami ilmu selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

7. Muh. Hasyim S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Inpres Bone Kec.

Bajeng Kab. Gowa atas bimbingannya.

8. Hj. Kananga S.Pd.I selaku guru PAI SD Inpres Bone Kec.Bajeng Kab.

Gowa” atas bantuannya.

9. Teman-teman seangkatan, teman PPL, KKP-Plus dan yang kepada teman-teman dari kelas A tahun 2012-2016 Prodi Pendidikan Agama Islam.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan yang berarti bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya dibidang keagamaan.

vii

(8)

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya masih terdapat kekurangan dan sebagai wujud keterbatasan penulis. Semoga segala bantuan dari berbagai pihak mendapat nikmat dari Allah Swt, Aamiin.

Makassar, 05 Dzulqa’dah 1437 H 08 Agustus 2016 M

Penulis

Rosmiati Thalib 10519154412

viii

(9)

Rosmiati Thalib, 10519154412 “Efektivitas pengelolaan kelas dalam meningkatkan hasil belajar PAI siswa di SD Inpres Bone Kec. Bajeng Kabupaten Gowa”. Dibimbing oleh Rusli Malli dan Ferdinan.

Skripsi ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PAI siswa di SD Inpres Bone kec. Bajeng Kab. Gowa. Hal ini dapat dicapai karena adanya Beberapa hal yang mendukung pengelolaan kelas diantaranya yaitu: Menata ruang kelas, Penggunaan alat peraga dalam proses belajar, Guru mengkombinasikan materi ajar dengan permainan. Kinerja yang sangat baik dalam melakukan pengelolaan kelas dengan merealisasikan efektivitas pembelajaran yang sangat tepat, sehingga memberikan hasil yang memuaskan bagi semua elemen pelaksana pendidikan tersebut.

Hasil belajar di SD Inpres Bone adalah mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pembelajaran penilaian peserta didik serta mampu mendapatkan nilai di atas KKM tersebut telah tuntas atau menguasai kompetensi yang dipelajari dan kemampuan siswa dalam menjawab soal.

Hasil dari evaluasi yang diperoleh siswa digunakan untuk memperbaiki cara belajar. Sehingga evaluasi dapat dilaksanakan tepat pada waktu yang diharapkan dan hasilnya tepat guna dan arah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektifitas Pengelolaan kelas dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SD Inpres Bone dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan sikap perhatian orang tua.

Selanjutnya faktor dari sekolah meliputi: faktor metode mengajar, disiplin sekolah, metode belajar siswa, tugas sekolah dan sarana serta prasarana, tidak hanya itu faktor selanjutnya yang memepengaruhi yaitu faktor lingkungan atau masyarakat. Faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut diantaranya pengaruh teman bergaul, dan pola hidup masyarakat.

ix

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN BERITA ACARA MUNAQSYAH ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

HALAMAN PRAKATA ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Tinjauan Tentang Efektivitas.. ... 5

1. Pengertian efektivitas pengelolaan kelas.. ... 5

2. Pengelolaan Kelas . ... 6

a. Pengertian Pengelolaan Kelas.. ... 6

b. Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan kelas.. ... 13

c. Tujuan Pengelolaan kelas.. ... 15

d. Indikator Pengelolaan Kelas.. ... 16

x

(11)

1. Pengertian Hasil Belajar.. ... 17

2. Penilaian Hasil Belajar………... 20

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar……… 22

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 25

C. Variabel Penelitian ... 25

D. Defenisi Operasional Variabel ... 26

E. Populasi dan Sampel ... 26

F. Instrumen penelitian ... 29

G. Tekhnik Pengumpulan Data ... 31

H. Tekhnik Analisis Data... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35

A. Gambaran Umum... 35

1. Sejarah Singkat SD Inpres Bone Kab.Gowa... 35

2. Keadaan Tenaga Pengajar dan Pegawai di SD Inpres Bone Kabupaten Gowa ... 37

3. Keadaan Siswa di SD Inpres Bone ... 39

B. Analisis Hasil Data Penelitian... 40

1. Pengelolaan Kelas dalam Efektivitas Pembelajaran di SD Inpres Bone ... 40

2. Hasil Belajar PAI Siswa di SD Inpres Bone ... 56

(12)

3. Efektivitas Pengelolaan Kelas di SD Inpres Bone ... 61

BAB V PENUTUP... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran... 65 DAFTAR ISI PUSTAKA

LAMPIRAN- LAMPIRAN

(13)

Tabel .1 Keadaan Populasi di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Tabel.2 Keadaan Sampel di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Tabel.3 Data Kepala Sekolah di SD Inpres Bone

Tabel.4 Daftar Nama-nama Guru dan Pegawai di SD Inpres Bone Tabel.5 Keadaan Sarana dan Prasarana di SD Inpres Bone Tabel.6 Daftar Nama Siswa di SD Inpres Bone

Tabel.7 Penataan Ruangan Kelas di SD Inpres Bone Tabel.8 Penggunaan Alat Peraga di SD Inpres Bone Tabel.9 Suasana Kelas di SD Inpres Bone

Tabel.10 Kombinasi Materi Ajar dengan Permainan di SD Inpres Bone Tabel.11 Kegiatan Guru Terhadap Penilaian Hasil Belajar di SD Inpres

Bone

Tabel.12 Kriteria Ketuntasan Minimal di SD Inpres Bone

Tabel.13 Kemampuan SIswa dalam Menjawab Soal di SD Inpres Bone.

xiii

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Prosesnya, kegiatan ini melibatkan interaksi individu yaitu pengajar (guru) disatu pihak dan pelajar dipihak lain.

Supaya terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien, maka guru hendaknya mampu menerapkan perilaku mengajar secara tepat agar mampu menghasilkan perilaku belajar siswa melalui interaksi belajar-mengajar yang efektif dalam situasi belajar-mengajar yang efektif. Tugas guru dalam mengajar, tidak hanya sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan, tetapi juga sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran, pengevaluasi hasil belajar dan sebagai direktur belajar. Sebagai perancang pengajaran (manager of instruction), seorang guru akan berperan mengelolah seluruh proses

belajar menagajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.

Pengelolaan kelas adalah bentuk keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikanya bila terjadi gangguan dalam PBM (Proses Belajar Mengajar). Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta

1

(15)

mengendalikanya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran, juga berhubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik, anak didik dengan anak didik merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas berkaitan dengan kemampuan guru dalam menciptakan situasi dan kondisi belajar yang menyenangkan sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru bisa menyangkut pengelolaan siswa didalam kelas terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru, disisi lain serta bisa dilihat dari aspek pengelolaan lingkungan fisik kelas misalnya penataan kursi, penerangan, kebersihan kelas tempat belajar.

Pentingnya pengelolaan kelas sebagai proses mencapai tujuan pendidikan berupa hasil belajar siswa yang baik didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang, Haertel dan Walberg (1993) dalam Vern Jones dan Loise Jones (2012: 4) yang melakukan analisis data faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dan mengidentifkasi pengelolaan kelas sebagai faktor paling penting. Lebih lanjut pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar siswa dibuktikan dengan penelitian serupa tentang pengelolaan kelas yang dilakukan oleh Rini (2011: 7) bahwa ada hubungan positif antara manajemen kelas dengan hasil belajar. Menurut Udin S. Winataputra dan Tina Rosita (1997:197), “hasil belajar ialah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar mengajar yang

(16)

dilakukannya”. Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar ini dapat di peroleh dari berbagai faktor salah satunya yaitu pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru.

Efektivitas pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan proses belajar mengajar dalam kelas dalam rangka menyusun strategi dan administrasi kelas dalam proses belajar yang dapat memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Sebagai tujuan pendidikan nasional dengan membantu guru-guru kelas untuk lebih memahami mutu, dan target untuk mencapai kualitas belajar siswa. Sehingga peranan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan program mencerdaskan anak bangsa dapat berjalan sebagaimana yang kita harapkan.

Pengelolaan kelas harus dilakukan seefektif mungkin , agar siswa dapat termotivasi untuk belajar dikelas. Berdasarkan penguraian tersebut perlu dikaji lebih mendalam tentang judul “Efektivitas Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI Siswa di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pertanyaan yang menjadi rumusan dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI siswa di SD Inpres Bone ?

(17)

2. Bagaimana hasil belajar PAI siswa di SD Inpres Bone ?

3. Bagaimana efektivitas pengelolaan kelas dalam meningkatkan hasil belajar PAI siswa di SD Inpres Bone ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI siswa di SD Inpres Bone.

2. Untuk mengetahui hasil belajar PAI siswa di SD Inpres Bone.

3. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas pengelolaan kelas dalam meningkatkan hasil belajar PAI siswa di SD Inpres Bone.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis yaitu dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bersifat positif dalam menambah ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pengelolaan kelas.

2. Secara praktis yaitu dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi pihak yang terkait dengan pendidikan terutama para guru agar hasil belajar siswa dapat mengalami peningkatan yang didukung oleh adanya pengelolaan kelas.

(18)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Efektivitas pengelolaan kelas

1. Pengertian Efektivitas Pengelolaan Kelas

Kata efektivitas dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa efektivitas berasal dari kata efek yang berarti akibat/pengaruh, selanjutnya berkembang menjadi efektif tepat guna, manjur atau mujarab.

Menurut Komariah dan Triatna (2005:7) Secara umum teori keefektivitasan berorientasi pada tujuan. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat yang dikemukakan ahli tentang keefektifan yang dikutip oleh Aan Komariah dan Cepi Triatna dalam buku Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.

Menurut Etzioni bahwa keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya, menurut Steers dan Sergovani keefektifan menekankan perhatian pada kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan yang akan dicapai.

Menurut Shadily (1980:883) Efektivitas ialah menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti.

Defenisi lain tentang efektivitas adalah sebagai pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.

5

(19)

Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

2. Pengelolaan Kelas

a. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan merupakan “terjemahan dari kata management. Terbawa oleh dasarnya penambahan kata ke

dalam Bahasa Indonesia, istilah Inggris tersebut lalu di Indonesiakan menjadi manajemen atau menejemen”.

Menurut Made Pidarta dalam Syaiful Bahri Djamarah (2010:

172) bahwa: Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem/ organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual.

Johar Permana (2008:12) “pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan hubungan sosio-emosional kelas yang positif”.

Pengelolaan kelas adalah semua upaya dan tindakan guru/wali kelas membina, memobilisasi dan menggunakan sumber daya kelas secara optimal, selektif dan efektif untuk menciptakan kondisi atau menyelesaikan masalah/problema kelas agar berlangsung dengan baik, serta adanya kemauan para guru/wali kelas untuk bekerja secara efisien dan efektif yang dapat meningkatkan minat belajar siswa di

(20)

sekolah, sehingga dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara terpadu. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri berarti suatu proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan, atau dapat diartikan juga sebagai proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain.

Jadi pengelolaan adalah suatu proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan, sehingga pencapaian ini mendapatkan hasil yang memuaskan, serta dapat dimanfaatkan dengan penuh tanggung jawab.

Menurut Handoko (2010: 17) Kelas dapat diartikan dari dua sudut pandang, yaitu:

1. Kelas dalam arti yang sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung statis karena sekadar menunjukkan pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasrkan pada batas umur kronologis masing-masing.

2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja secara dinamis

(21)

menyelanggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai tujuan.

Defenisi tersebut dapat dikatakan bahwa kelas pada dasarnya merupakan tempat di mana sejumlah orang (siswa) melakukan aktivitas yaitu mengikuti kegiatan belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Abdurrahman (1991:137) mengatakan bahwa : Pengelolaan kelas ialah semua upaya dan tindakan guru memanfaatkan sumber daya kelas secara selektif, efektif, dan efisien dalam penyelesaian problema kelas agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif, sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran dengan baik.

Jadi Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang di arahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar ini mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar yang efektif sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Selain pengertian pengelolaan kelas seperti yang diuraikan di atas, masih ada beberapa pandangan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

(22)

1. Pandangan yang bersifat otoritatif yang berpendapat bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu proses pengendalian tingkah laku siswa, oleh sebab itu guru bertugas menciptakan dan memelihara ketertiban dan suasana kelas. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memelihara ketertiban dan suasana kelas yang menguntungkan proses belajar mengajar.

2. Pandangan yang bersifat permisif, yang berpendapat bahwa tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa, dengan kata lain guru seharusnya dapat membantu siswa melakukan sesuatu secara bebas sesuai dengan kehendak, minat dan bakatnya.

3. Pandangan yang berdasarkan perubahan tingkah laku, berpendapat bahwa tugas guru adalah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.

4. Pandangan yang berdasarkan pada anggapan sosio-emosional, berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara optimal di dalam kelas yang beriklim positif, dalam suasana hubungan antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru.

Pandangan yang berdasarkan pada anggapan kelas adalah sistem sosial dengan proses kelompok, berpendapat bahwa pengajaran akan berlangsung dalam kaitannya dengan proses

(23)

kelompok, dengan kata lain kelompok sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa ( Abdurrahman, 1991: 234-240 ).

Prosedur pengelolaan kelas dapat terlaksana dengan baik apabila semua pihak yang berkepentingan menyadari bahwa dalam pengelolaan kelas diperlukan manajemen yang profesional, agar pengelolaan kelas dapat dimanfaatkan dengan baik, kondisi yang baik, ruangan yang baik, serta adanya peningkatan kesadaran semua pihak baik dari pihak guru maupun pihak siswa, menggunakan kelas tersebut sesuai dengan tujuannya, yaitu agar dalam proses belajar mengajar ada kenyamanan dalam kelas.

Upaya pengelolaan kelas dapat dilakukan dengan tiga cara:

1. Pengelolaan kelas preventif meliputi upaya:

a. Peningkatan kesadaran diri, keyakinan dan tanggung jawab guru sebagai pendidik dan pengajar;

b. Peningkatan kesadaran, keyakinan atau kepercayaan diri siswa sebagai hasil mengidentifikasikan artinya pada guru dan merasakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan hidupnya;

c. Peningkatan interaksi dan komunikasi edukatif dalam suasana keakraban, kekeluargaan dan keikhlasan serta keterbukaan;

d. Peningkatan kemampuan guru untuk mengidentifikasikan tingkah laku siswa yang mendukung dan atau menghambat terciptanya suasana kelas yang diperlukan dalam proses perubahan tingkah laku dan belajar mengajar;

(24)

e. Peningkatan kemampuan dan keterampilan guru menyiapkan berbagai alternatif pemecahan masalah pengelolaan kelas yang telah diidentifaksi dan diklasifikasikan;

f. Tindak lanjut yang harus dilakukan adalah kanalisasi norma, yang diharapkan dapat menjadi landasan tingkah laku siswa yang mendukung suasana kelas dan mencegah timbulnya suasana yang mencemarkan suasana yang menguntungkan itu.

2. Pengelolaan kelas secara kuratif-represif, meliputi upaya:

a. Identifikasi dam klasifikasi masalah baik perorangan maupun kelompok dalam rangka pengelolaan kelas;

b. Analisis masalah untuk mengetahui latar belakang timbulnya masalah;

c. Menyiapkan, memilih, dan menetapkan berbagai alternatif pemecahan masalah dan selanjutnya mengujicobakan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan berbagai pendekatan sesuai dengan kasus yang dihadapi;

d. Menerapkan pelaksanaan alteranatif pemecahan masalah pada kasus-kasus yang timbul;

e. Melakukan pemantauan terhadap perkembangan tingkah laku yang diinginkan, termasuk faktor-faktor pendukung dan penghambat;

f. Memanfaatkan hasil pemantauan atau evaluasi sebagai umpan balik, sebagai masukan untuk melakukan pebaikan dan tinjauan

(25)

ulang terhadap alternatif tindakan. Jika hasilnya baik maka alternatif pemecahan tersebut dapat digunakan pada kasus yang sama.

3. Pengelolaan kelas secara preservatif meliputi upaya:

a. Pendataan/pendekomentasian hasil-hasil konstruktif pengelolaan kelas yang telah dicapai;

b. Menginformasikan, mendokumentasikan data dokumen hasil- hasil pengelolaan kelas tersebut kepada pihak yang dianggap perlu mengetahuinya terutama kepada teman sejawat/seprofesi;

c. Tukar menukar informasi dan dokumentasi pengelolaan kelas, akan memperkaya dan memperluas wawasan guru di dalam tugas pengelolaan kelas;

d. Memelihara, mempertahankan dan mengembangkan kondisi positif hasil-hasil pengelolaan kelas sebagai suatu tindakan pembinaan kelas dan tetap

e. Mewaspadai faktor-faktor yang mungkin dapat menciderai kondisi positif yang dicapai;

Memelihara dan mempertahankan secara aktif dan kreatif kanalisasi sosialisasi norma (ketentuan, peraturan, dan tata tertib pengelolaan kelas).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pengelolaan kelas semata-mata bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di

(26)

kelas, dengan tetap mencermati kondisi dan situasi yang dihadapi oleh guru dan siswa, dengan berbagai pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru, maka para guru harus mencari berbagai elternatif untuk memecahkan masalah tersebut, agar pengelolaan kelas tetap berjalan dengan baik.

b. Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas

Menurut Djamarah (Donni Juni Priansa, 2015: 87-89) Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pengelolaan kelas di sekolah adalah:

1) Kondisi fisik. Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi :

(a) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.

Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa.

(b) Pengaturan tempat duduk. Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa.

(c) Ventilasi dan pengaturan cahaya. Suhu, ventilasi dan penerangan (kendatipun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman.

(27)

(d) Pengaturan penyimpanan barang-barang. Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khususnya yang mudah dicapai.

2) Kondisi Sosio-Emosional. Kondisi sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi:

(a) Tipe kepemimpinan. Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas.

(b) Sikap guru. Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar dan tetap bersahabat.

(c) Suara guru. Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempengaruhi dalam proses belajar.

(d) Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa dalam masalah pengelolan kelas adalah yang sangat penting.

3) Kondisi organisasional.

Faktor Internal peserta didik. Berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian peserta didik dengan ciri-ciri khasnya masing-masing, menyebabkan peserta didik berbeda dari peserta didik lainnya secara individual.

Allah SWT berfirman dalam QS. As-Saff (61: 4)

(28)

Terjemahnya:

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Kementerian Agama RI, 2013: 551).

c. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (2012: 12) bahwa:

pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan.Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar pebelajar dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan pebelajar belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada pebelajar.

Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nahl (16: 43):

رﻛذاﻟ لھأ اﻠوـﻓﺳ ◌ ﻡﮭﻟ إ ﺣﻰﻧو ﻻﺎﺟر ﻻإ كﻠﻗﺑ ﻣن ﺳﻠﻧﺎرأ ﺂﻣو

(٤٣) نو ﻣﻠﺗﻌ ﻻ ﻛﻧﺗﻡ إ ﻧ

Terjemahnya :

Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang- orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (Departemen Agama:2013)

(29)

Menurut (Dirjen Dikdasmen,1996:2) tujuan pengelolaan kelas adalah :

a) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

b) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.

c) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.

d) Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang social, ekonomi, budaya serta sifat- sifat individunya.

d. Indikator pengelolaan kelas

Indikator sebuah pengelolaan kelas yang efektif dalam pembelajaran pendidikan agama Islam ialah sebagai berikut:

1) Guru mampu mengatur anak didik 2) Guru mampu menguasai kelas

3) Sarana dan prasarana yang memadai 4) Guru menggunakan metode yang bervariasi 5) Suasana belajar yang menyenangkan

6) Terjalin hubungan yang baik antara guru dan siswa

(30)

Berbagai pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa guru atau wali kelas menempati posisi atau peranan yang penting karena memikul tanggung jawab dalam mengembangkan dan memajukan kelas. Setiap murid dan guru juga bisa di artikan sebagai komponen penggerak dalam setiap aktivitas kelas yang selalu harus dikembangkan dan didayagunakan potensinya.

Apalagi kelas akan berkembang bilamana potensi kelas yang terdiri dari guru, siswa dan proses atau dinamika kelas didayagunakan secara maksimal.

B. Hasil belajar PAI

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Abdurrahman (dalam Asep Jihad & Abdul Haris, 2008 :14) “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”, menurut Sudjana (dalam Asep Jihad &

Abdul Haris, 2008:15) “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Sedangkan menurut winkel (dalam Purwanto, 2008:45) “Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.

Manusia hidup pada sebuah lingkungan sosial yang saling mengenal satu sama lainnya dalam upaya memberikan peran terhadap setiap perkembangan masyarakat, dalam hal yang bersifat positif terutama dalam perkembangan pendidikan anak di lingkungan tempat tinggal.

(31)

Setiap siswa itu hakekatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, perbedaan gaya belajar bahkan membawa akibat juga pada kreatifitas dan prestasi belajar siswa. Persoalan ini perlu diketahui oleh guru dan pendidik lainnya agar dapat mengambil tindakan-tindakan profesional yang lebih tepat dan memadai.

Firman Allah SWT dalam QS. Ali-Imran (3) ayat 110

Terjemahan:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang- orang yang fasik.”

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki atau diperoleh oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dan mengakibatkan siswa tersebut berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Untuk kelancaran proses pembelajaran yang efektivitas dan efisiensi pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, serta memberikan motivasi cara belajar peserta didik yang bertujuan meningkatkan pemahaman para anak didik dalam mengetahui proses

(32)

belajar Agama Islam, namun dalam hal ini sebelum penulis atau penyusun menguraikan secara gamblang tentang petunjuk efektifvitas pembelajaran di sekolah, terlebih dahulu diuraikan pengertian efektivitas.

Hasil pembelajaran merupakan proses komunikatif interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling tukar informasi. Istilah keterampilan dalam pembelajaran, kecakapan dalm melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat. Di dalamnya terdapat unsur kreatifitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan, dengan melalui proses pembelajaran dapat menanggulangi permasalahan dengan tuntas, dengan menagantisipasi perubahan, dan mengurangi kesenjangan sosial, dan memperoduksi karya berdasarkan target waktu terhadap keluasan materi, maupun kualitas sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan.

Efektivitas pengelolaan kelas dengan hasil belajar di SD adalah untuk mengarahkan dan menuntun dalam semua usaha dan upaya manajemen pengelolaan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajara n di sekolah. Dengan meningkatkan atau mengoptimalkan proses pembelajaran dengan manajemen pengelolaan kelas, yang dapat memperlancar peran anak didik untuk belajar lebih giat, serta berhasil melaksanakan proses belajar anak didik dengan baik.

Manajemen pengelolaan kelas merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan manfaat yang berguna, baik untuk peserta didik maupun untuk guru, karena manajemen pengelolaan kelas bisa

(33)

memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin untuk meningkatkan pembelajaran anak didik dengan baik, serta bisa mendorong para peserta didik untuk lebih tekun belajar, dengan cara memperhatikan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dengan penuh tanggung jawab.

2. Penilaian hasil belajar

Dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa, ada beberapa langkah yang di lakukan oleh seseorang guru yaitu :

a. Langkah Awal

Langkah awal yang dilakukan adalah perencanaan pembelajaran.

Perencanaan dapat diartikan sebagai penyusunan materi pengajaran, penggunaan materi, pengajaran, penggunaan pendekatan, dan metode pengajaran dan penilaian dalam suatu lokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Sujana, ( 2010 ; 61 ), perencanaan adalah:

proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.

Penerapan manejemen pembelajaran disekolah meliputi, program tahunan, program semester, program modul, harian dan mingguan.

Program pengayaan dan remedial, sehingga dalam proses perencanaan ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik agar tercapai tujuan yang diinginkan.

b. Proses

Ada empat langkah besar sebagi prosedur penyusunan rencana pengelolaan proses pembelajaran yaitu :

(34)

1. Merumuskan dan menetapkan spesifikasi output yang menjadi target hendak dicapai dengan memperhatikan aspirasi serta kebutuhan masyarakat yang memerlukan output tersebut.

2. Mempertimbnagkan dan memilih cara atau pendekatan dasar (Basic Way) proses pembelajaran yang paling efektif untuk mencapai target tadi.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah- langkah tepat yang akan ditempuh sejak titik awal hingga titik akhir yakni tercapainya proses pembelajaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan criteria dan standar yang akan dipergunakan untuk mengevaluasi taraf keberhasilan proses pembelajaran.

Hal ini sangat berkaitan dengan cara pengelolaan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran membutuhkan metode - metode pembelajaran.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalm bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

c. Hasil Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dari kegiatan pembelajaran. Sujarwo ( 1998 : 67 ), dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran disekolah dikenal dengan adanya 2 macam tekhnik, yaitu tekhnik tes dan non tes. Tekhnik tes yaitu dilakukan dengan menguji

(35)

peserta didik. Sedangkan non tes evaluasi dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik.

Hasil dari evaluasi yang diperolah selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar sisa ( fungsi formatif ). Agar evaluasi dapat dilaksanakan tepat pada waktu yang diharapkan dan hasilnya tepat guna dan tepat arah. Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis yang dilakukan oleh guru untuk menentukan keputusan sejauh mana tujuan dicapai oleh siswa.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Rachman (1999:149) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

a. Faktor intern

Faktor ini meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

1) Faktor jasmaniah

Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan/kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

(36)

2) Faktor psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

(a) Intelegensi (b) Perhatian (c) Minat (d) Bakat (e) Motif

(f) Kematangan (g) Kesiapan 3) Faktor kelelahan

Kelelahan baik jasmani ataupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan ke dalam faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa :

(a) Cara orang tua mendidik

(b) Relasi / hubungan antara anggota keluarga

(37)

(c) Suasana rumah

(d) Keadaan ekonomi keluarga (e) Sikap dan perhatian orang tua 2) Faktor sekolah

Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi : (a) Metode mengajar

(b) Hubungan guru dengan para siswa (c) Disiplin sekolah

(d) Peralatan / media pelajaran (e) Metode belajar siswa

(f) Tugas sekolah

(g) Sarana dan Prasarana 3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarkat. Faktor masyarkat ini banyak berkaitan dengan :

(a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

(b) Massa media yang beredar / ada dalam masyarakat (c) Pengaruh teman bergaul

(d) Pola hidup masyarakat.

(38)
(39)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode (jalan) penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa manipulasi di dalamnya dan tanpa pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil penelitian yang diharapkan adalah bukan generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari fenomena yang diamati (Prastowo,2011 : 24). Dengan metode ini peneliti akan memaparkan secara sistematis materi- materi pembahasan dari berbagai sumber, yang kemudian dianalisis secara tepat dan cermat guna memperoleh sebuah kesimpulan dari penelitian tentang Efektivitas pengelolaan kelas dalam meningkatkan hasil belajar PAI siswa di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti

25

(40)

(Suryabrata, 2013:25). Dalam penelitian ini ada dua variabel, variabel bebas atau independent variable dan variabel terikat atau dependen variable. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengelolaan kelas dan variabel terikat adalah hasil belajar siswa.

D. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dari pembaca dalam memahami maksud yang terkandung dalam suatu judul tersebut. Maka dari itu, penulis menguraikan makna dari beberapa kata yang terkandung dalam judul skripsi tersebut.

1. Efektivitas pengelolaan kelas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas, dalam hal penataan ruangan, pengaturan siswa, serta persiapan bahan pembelajaran, penyiapan sarana prasarana dan alat peraga, sehingga mewujudkan situasi proses belajar mengajar yang efektif.

2. Hasil belajar PAI adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar siswa di SD Inpres Bone.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sudjanana (84:1999) dalam bukunya “Penelitian dan Statistik Pendidikan” mengemukakan pengertian populasi yaitu: Populasi maknanya berkaitan elemen yang unik tempat informasi. Elemen tersebut

(41)

bisa berupa individu, rumah tangga, kelompok sosial, kelas, organisasi, dan lain-lain.

Sutrisno Hadi juga memberikan pengertian bahwa “populasi adalah keseluruhan penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti” (Hadi, 70 : 1995).

Sedangkan Ine Amirman Yasda yang mengemukakan bahwa “populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti baik orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi”.

Berdasarkan pengertian di atas yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka populasi dapat bermakna keseluruhan objek yang diteliti baik orang, benda, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi, maupun hal-hal yang terjadi.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka dapat ditentukan bahwa yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Populasi Penelitian

No Guru dan Siswa Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Guru 1 8 9

2

Siswa kelas 1 25 21 46

Siswa kelas 2 14 13 27

Siswa kelas 3 20 24 44

Siswa kelas 4 14 12 26

Siswa kelas 5 19 18 37

Siswa kelas 6 18 14 32

Jumlah 111 110 221

Sumber Data : SD Inpres Bone

(42)

2. Sampel

Pengertian sampel menurut Arikunto (1998 : 115) menerangkan bahwa Jika kita akan meneliti sebahagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian wakil populasi yang akan diteliti dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel

Penelitian ini, penulis menggunakan teknik Proporsional Random Sampling artinya pengambilan sampel secara seimbang karena melihat jumlah populasi yang cukup besar.

Sehingga dalam penentuan besarnya sampel yang penulis ambil adalah besarnya 10 % dari jumlah populasi yang ada. Hal ini didasarkan pada teori Suharsimi Arikunto bahwa: “Populasi yang objeknya kurang dari 100, diambil semua sehingga menjadi penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih (Arikunto, 115 : 1998).

Adapun jumlah sampel sebagai berikut: 221 x 10 % = 22,1 Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan peneliti adalah sebanyak 22 orang yang kemudian disebut sebagai informasi utama. Rincian sampel dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

(43)

Tabel 2 Sampel Penelitian

No Guru dan Siswa Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Guru 1 3 4

2

Siswa kelas 4 3 3 6

Siswa kelas 5 3 3 6

Siswa kelas 6 3 3 6

Jumlah 10 12 22

Sumber Data : SD Inpres Bone F. Instrumen Penelitian

Dalam suatu kegiatan penelitian, peran alat pengumpul data (instrumen) sangat penting karena digunakan sebagai pedoman atau pegangan selama data berlangsung (Temuin,11:2005). Alat pengumpul data (instrumen) akan menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan dan ditulis data itu akan menentukan kualitas penelitiannya. Karena itu, alat pengambil data harus mendapatkan pengamatan yang cermat (Brata, 32 : 2006). Maka untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan, seorang peneliti harus terlebih dahulu memperoleh keyakinan bahwa alat pengambil datanya (alat pengukurnya) mempunyai reabilitas dan validitas yang memadai.

Adapun mengenai alat pengambil data mana yang akan digunakan terutama ditentukan oleh variabel yang akan diamati atau diambil datanya.

Dengan kata lain, alat yang digunakan harus disesuaikan dengan variabelnya. Pertimbangan selanjutnya adalah pertimbangan dari segi kualitas alat yaitu dari segi taraf, realibilitas dan validitas. Pertimbangan- pertimbangan lain dari sudut praktis, misalnya besar kecilnya biaya,

(44)

macam kualifikasi orang yang menggunakannya, mudah sukarnya menggunakan alat tersebut dan sebagainya (Brata, 34 : 2006).

Dengan demikian, pemilihan instrumen penelitian sangatlah membantu peneliti dalam proses pengumpulan data. Oleh karena itu, sesuai dengan variabel yang akan diteliti maka penulis menggunakan jenis-jenis instrumen penelitian sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Observasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan (Tim sosiologi, 24 : 2002).

Dalam hal ini, penulis menggunakan pengamatan secara langsung dan mencatat secara sistematis tentang indikator-indikator yang ada di lapangan yang berhubungan dengan pembahasan yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Pedoman Interview (Wawancara)

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan di mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Narbuko dan Ahmadi, 83 : 2005). Dalam hal ini, penulis mengajukan sejumlah pertanyaan sebagai pedoman dalam mengadakan wawancara atau tanya jawab lisan dengan informan.

(45)

3. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberi respons sesuai dengan permintaan pengguna (Arikunto, 136 : 2004). dalam hal ini, penulis menyebarkan angket berbentuk pertanyaan atau daftar isian yang diberikan kepada responden secara tertulis.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode penelitian untuk memperoleh keterangan-keterangan atau informasi dari tata usaha atau catatan- catatan tentang gejala-gejala atau peristiwa masa lalu (Sadikan, 39 : 1985). Dalam hal ini, penulis mencari atau mengambil data-data berupa catatan atau pedoman yang diperlukan dalam skripsi ini.

G. Tekhnik Pengumpulan Data

Adapun beberapa tahapan yang ditempuh oleh penulis dalam melakukan kegiatan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahapan persiapan ini adalah merupakan tahapan awal dimana penulis berusaha untuk mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi, yang dapat dijadikan landasan teoritis atau pemikiran dalam pelaksanaan penelitian ini melalui kajian kepustakaan dengan cara membaca, menelaah literatur-literatur atau buku-buku atau karangan-karangan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan masalah yang

(46)

ingin diteliti. Pengumpulan data seperti ini dapat dilakukan dengan dua cara:

a) Kutipan langsung, yaitu penulis mengemukakan pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan pembahasan ini mengutip pendapat tersebut dengan tidak mengubah redaksinya atau sesuai pendapat ahlinya tanpa ada perubahan.

b) Kutipan tidak langsung, yaitu penulis mengemukakan pendapat para ahli dengan mengubah sebagian pendapat para ahli tersebut, namun maksud dan tujuan sama dengan sumber yang dikutip. Dalam kutipan tidak langsung ini dilakukan dalam bentuk ikhtisar atau ulasan.

2. Tahap Pengumpulan Data di Lapangan

Setelah kajian kepustakaan dilakukan, maka selanjutnya penulis melakukan pengumpulan data dengan terjun ke lapangan (objek) penelitian. Dalam pengumpulan data di lapangan, penulis menggunakan beberapa metode yaitu sebagai berikut:

a) Observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan secara langsung dan mencatat secara sistematis terhadap fenomena atau gejala-gejala yang ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini. Dalam hal proses belajar mengajar serta sarana prasarana SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

(47)

b) Wawancara yaitu salah satu pengumpulan data atau informasi yang dilakukan oleh penulis dengan jalan tanya jawab secara lisan terhadap kepala sekolah dan para guru SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa untuk mendapatkan informasi yang ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini.

c) Angket yaitu pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada guru dan siswa SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, angket tersebut berisi poin-poin pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.

d) Dokumentasi yaitu penulis mengumpulkan data dengan cara mengambil data-data berupa catatan-catatan atau dokumen yang ada di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Dalam hal ini, data tentang siswa, guru, pegawai, serta kualitas atau sarana dan prasarana dan hal lainnya yang diperlukan dalam pembahasan skripsi ini.

H. Tekhnik Analisis Data

Setelah data terkumpul semuanya dari hasil pengumpulan data, maka perlu diolah menurut sifat-sifat data itu sendiri. Maksudnya yang bersifat kuantitatif diolah dengan menggunakan persentase, sedangkan data yang bersifat kualitatif diolah dengan menganalisa data. Untuk

(48)

istik x

menganalisa data yang diperoleh, maka penulis menggunakan metode berfikir sebagai berikut:

1. Metode induktif yaitu data yang bersifat khusus dianalisa kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat umum.

2. Metode dedukatif, yaitu teknik menganalisa data yang bersifat umum, kemudian mengambil sebuah kesimpulan yang bersifat khusus.

3. Metode komporatif, yaitu cara menganalisis data dengan membandingkan dua data atau pendapat, kemudian mengambil suatu kesimpulan atau mengambil data yang paling akurat.

Adapun rumus perhitungan presentase yang digunakan adalah salah satu rumus Stat deskriptif sebagai berikut:

Persentase = 100 % Ket:

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

n = Jumlah frekuensi / banyaknya Individu (Number Of cases) P = Angka Persentase.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah singkat SD Inpres Bone Kec. Bajeng Kab. Gowa

Sekolah Dasar Inpres Bone adalah salah satu sekolah yang terdapat di Jln. M. Dg. Jarre Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. SD Inpres Bone ini berdiri pada tahun 1979 yang saat ini dipimpin oleh Bapak Kepala Sekolah Muh. Hasyim, S.Pd.

Pihak sekolah mengharapkan dengan kapasitas yang ada serta sarana dan prasarana yang tersedia dapat menciptakan murid yang sesuai dengan tujuan yang di inginkan dicapai.

Kondisi sekolah tersebut sangat strategis berada ditengah- tengah pusat pemerintahan Desa Bone, berdekatan dengan kantor desa Bone dan berhadapan dengan pustu Desa Bone. Sekolah ini memiliki satu lokasi dengan SD Negeri Pare-pare’. Kondisi lingkungannya masih sangat asli dan jauh dari polusi udara karena terletak di sebuah desa nan hijau, di sekeliling sekolah terdapat taman bunga dan pohon mangga yang membuat sekolah ini tampak rindang. Untuk kondisi bangunannya cukup bagus, berkat adanya Bantuan Operasi Sekolah ( BOS ) dari pemerintah daerah sedikit demi sedikit sekolah ini mengalami renovasi dan untuk pengadaan buku dan bantuan untuk murid berprestasi dan murid miskin. Sekolah tersebut mendapatkan respon positif dari

35

(50)

masyarakat setempat, pada awal berdirinya sekolah tersebut jumlah muridnya masih sangatlah minim tapi dengan dikenalnya sekolah tersebut di lingkungan masyarakat luas, sedikit demi sedikit jumlah murid sekolah ini adalah sebanyak 221 orang dengan jumlah murid laki-laki 111 orang dan murid perempuan sebanyak 110 orang.

Visi :

“Terwujudnya insan yang berakhlak mulia, Berprestasi dan berwawasan luas yang dilandasi dengan nilai-nilai budaya dan sesuai dengan ajaran Agama Islam.”

Misi :

1. Melaksanakan “PBM” secara efektif dan efesien di lingkungan sekolah

2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan 3. Mengembangkan pengetahuan di bidang, Bahasa, Iptek,

Olahraga dan seni Budaya sesuai dengan bakat, Minat dan potensi siswa.

4. Menjalin kerja sama yang harmonis antar warga sekolah dan lingkungan sekitar (masyarakat).

(51)

Tabel 3

Data Kepala Sekolah SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 1979- Sekarang

No. Jabatan / Kepala Sekolah Periode ( Tahun ) Jenis Kelamin

1. Mas’ud Dg. Lawa 1979-1982 Laki-laki

2. Burhanuddin Dg. Mile 1982-2005 Laki-laki

3. Jafar Naba 2005-2010 Laki-laki

4. Muh. Natsir, S.Pd 2010-2012 Laki- laki 5. Muh. Hasyim, S.Pd 2012- Sekarang Laki-laki

Sumber Data : Kantor TU SD Inpres Bone Kab. Gowa

2. Keadaan Tenaga Pengajar dan Pegawai SD Inpres Bone

Adapun tenaga Pengajar / Pegawai yang ada di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng kabupaten Gowa. Terlampir pada table berikut :

Tabel 4

Daftar Nama Guru dan Pegawai SD Inpres Bone

No Nama guru / Pegawai Jabatan 1 Muh. Hasyim, S.Pd Kepala Sekolah

2 Yuliati, S.Pd Guru Kelas IV

3 Hj. Subaedah, S.Pd Guru Kelas V 4 Zyamzariani, S.Pd Guru Kelas II A

(Honorer) 5 Hj. Muliati, S.Pd Guru Kelas III

(52)

6 Hj. Mardiwati, A.Ma Guru Kelas II. B (Honorer)

7 Yuyanti, S.Pd Guru Kelas I (Honorer) 8 Hj. Kananga, S.Pd.I Guru Agama Islam 9 H. Muh. Nurdin, S.Pd Guru Olahraga

10 Hasmira, S.Pd Guru Kelas VI

(Honorer)

11 H. Nurdin Bujang Sekolah

Sumber Data : Kantor TU SD Inpres Bone Kab. Gowa

Dari table diatas menunjukkan bahwa jumlah Guru dan Pegawai yang ada di SD Inpres Bone Sebanyak 11 orang termasuk Kepala Sekolah, terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 7 wali Kelas, 1 Guru Agama, 1 Guru Olahraga, 1 Operator, 1 Bujang Sekolah. Dengan jumlah Guru PNS yang dimiliki SD Inpres Bone Sebanyak 7 Orang dan 4 Orang guru honorer.

Tabel 5

Keadaan Sarana dan Prasarana SD Inpres Bone.

NO Jenis Ruangan Jumlah Keterangan

1. Ruangan Belajar 7 Baik

2. Ruangan Kepala Sekolah 1 Baik

3. Ruangan Guru 1 Baik

4. WC. Guru 2 Baik

5. WC. Murid 2 Baik

(53)

6. Dapur 1 Baik

7. Gudang 1 Kurang Baik

8. UKS 1 Baik

9. Lapangan Olahraga 1 Baik

10. Rumah Dinas Guru dan Pegawai

3 Kurang Baik

Sumber data : Kantor TU SD Inpres Bone Kab. Gowa

Berdasarkan table diatas menunjukkan keadaan ruangan SD Inpres Bone Menunjukkan Keadaan ruangan yang baik, namun masih membutuhkan perbaikan dan penyempurnaan sarana dan prasarana.

Untuk memudahkan tercapainya tujuan yang ingin di capai yaitu menciptakan generasi muda yang berakhlak baik, berbakti pada Bangsa dan Negara serta beriman kepada Allah SWT.

3. Keadaan Siswa SD Inpres Bone Kec. Bajeng Kab. Gowa

Siswa yang bersekolah di SD Inpres Bone Kec. Bajeng Kab.Gowa kebanyakan bertempat tinggal disekitar lokasi sekolah, sehingga tidak menyulitkan mereka dari segi jarak dari tempat tinggal mereka ke sekolah.

Jumlah rombongan belajar adalah 7 kelas, yang terdiri dari kelas 1 yang terdiri dari 46 siswa, kelas II 27 siswa, kelas III terdiri dari 44 siswa, kelas IV teridir dari 26 siswa, kelas V terdiri dari 37 siswa, kelas VI terdiri dari 32 siswa.

(54)

Tebel 6

Daftar jumlahnama Siswa SD Inpres Bone Kab. Gowa No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Kelas I 11 18 29

2. Kelas II 22 22 44

3. Kelas III 13 13 26

4. Kelas IV 20 13 33

5. Kelas V 14 12 26

6. Kelas VI 19 18 37

Jumlah 99 96 195

Sumber Data : Kantor TU SD Inpres Bone Kab. Gowa

B. Deskripsi Pengelolaan Kelas dalam Efektivitas Pembelajaran di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng kabupaten Gowa

Efektivitas pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng kabupaten Gowa memperlihatkan suatu hasil positif. Hal ini dapat dicapai karena adanya kinerja yang sangat baik dalam melakukan pengelolaan kelas dengan merealisasikan efektivitas pembelajaran yang sangat tepat, sehingga memberikan hasil yang memuaskan bagi semua elemen pelaksana pendidikan tersebut. Beberapa hal yang mendukung pengelolaan kelas diantaranya yaitu:

1. Menata ruang kelas

Ruang kelas merupakan lingkungan pembelajaran baik bagi guru maupun peserta didik. Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan atau penataan ruang

(55)

kelas belajar penyusunan dan pengaturan ruang kelas hendaknya memungkinkan peserta didik duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu peserta didik dalam belajar.

Menurut Yuliati ketika ditemui penulis mengatakan bahwa:

Dalam pengaturan ruang belajar, ada hal-hal perlu diperhatikan diantaranya: penataan tempat duduk misalnya Siswa harus mengatur tempat duduk didalam kelas dengan rapi baik dengan duduk berkelompok ataupun berpasangan.Tempat duduk mempengaruhi anak didik dalam belajar. Bila tempat duduk bagus, tidak terlalu besar, tidak berat, bundar, persegi empat panjang, dan sesuai dengan postur tubuh anak didik, maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang. (Wawancara, 23 Juli 2016).

Dari pemaparan ibu Yuliati diatas bahwa pengaturan tata ruang kelas khususnya pada pengaturan tempat duduk menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran karena hal ini dapat mempengaruhi anak didik dalam belajar dan berdampak pada kenyamanan proses belajar dalam kelas. Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan penataan ruang kelas dan isinya selama proses pembelajaran.

Menururut Yuyanti yang diwawancarai mengatakan bahwa:

Penataan keindahan dan kebersihan kelas juga menjadi aspek penting dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman yaitu Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya: pajangan peta, struktur organisasi dikelas, jadwal kebersihan, jadwal belajar, gambar

(56)

kaligrafi dan gambar pahlawan.(wawancara Yuyanti 23 Juli 2016)

Berdasarkan pemaparan dari ibu Yuyanti bahwa menjadi aspek penting dalam mengefektifkan proses belajar adalah Penataan keindahan dan kebersihan kelas. Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa.

Hasil ini dapat dibuktikan dari hasil olah angket tentang bagaiamana penataan kelas dalam meningkatkan pembelajaran di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 7

Menata ruangan kelas di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng kabupaten Gowa

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase 1

2 3

Selalu

Kadang-kadang Tidak pernah

14 7 1

63,63 % 31,81 % 4,54 %

Jumlah 22 100 %

Sumber Data : Hasil olah angket siswa

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penataan kelas pembelajaran di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa sudah berjalan dengan sangat baik. Hal dibuktikan dengan

(57)

hasil olah angket tersebut yang menunjukkan bahwa dari 22 orang siswa yang dijadikan responden atau sampel, sebayak 14 orang dengan persentase 63,63 % yang menjawab sangat baik, 7 orang dengan persentase 31,81 % yang menjawab baik. 1 orang dengan persentase 4,54 % yang menjawab kurang.

Berdasarkan hasil tabulasi angket tersebut dapat dipahami bahwa penataan ruang kelas telah dilaksanakan dengan baik di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa menata ruang kelas merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang hasil pembelajaran di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hasil wawancara guru Hasmirah mengatakan bahwa:

Menata ruang kelas seperti mengatur kursi, mengabsen kehadiran siswa, kebersihan kelas dan menempel gambar- gambar di dinding kelas dapat membantu mewujudkan keefektifan didalam kelas dan berdampak terhadap hasil belajar siswa.(Wawancara, 23 Juli 2016)

Ruang kelas harus dibuat senyaman mungkin baik dari penataan tempat duduk maupun perlengkapan. Dengan penataan yang baik akan memberikan ekspektasi yang luar biasa bagi peserta didik dan secara tidak langsung berdampak pada gairah belajar siswa. Dalam penataan ruang kelas harus dikomunikasikan dengan peserta didik agar terjadi kesepakatan dalam penetapan peletakan barang. Namun tetap guru sebagai pengambil keputusan

(58)

karena guru harus mempertimbangkan baik buruknya dan tingkat ke efesiensi dalam proses belajar mengajar.

2. Penggunaan Alat Peraga dalam Proses Belajar

Menggunakan alat peraga dalam proses belajar dapat menunjang hasil belajar dan menciptakan pembelajaran yang efektif dan aktif seperti menulis dipapan tulis, menunjukkan gambar atau benda dan alat peraga lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara ibu Hasmira mengatakan bahwa:

Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran tidak hanya sebagai fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri, sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif sehingga anak-anak lebih besar minatnya. Anak-anak dibantu pemahamannya sehingga lebih mengerti dan lebih besar daya ingatnya. Supaya anak-anak dapat melihat hubungan antara ilmu yang dipelajarinya dengan alam sekitar dan masyarakat. (Wawancara, 23 Juli 2016).

Media pembelajaran atau alat peraga yang digunakan saat proses pembelajaran berlangsung berfungsi sebagai upaya peningkatan mutu proses kegiatan belajar-mengajar. Penggunaan alat peraga dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran lebih baik.

Selain itu hasil wawancara dari bapak Nurdin mengemukakan bahwa:

Dengan alat peraga dapat menumbuhkan kegairahan belajar.

Dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitas. Efisiensi waktu dan efisiensi motivasi dalam proses belajar mengajar. Adapun

(59)

alat peraga yang dimiliki sekolah SD Inpres Bone yaitu: Peta, poster, papan tulis. (Wawancara 23 Juli 2016 )

Alat peraga pendidikan bertujuan agar proses pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa, mengajar lebih sistematis dan teratur dengan demikian penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar anak akan lebih mudah memahami, mudah mengingat sesuatu yang diraba, yang dicium, yang didengar serta yang dilihat sendiri dalam wujud yang sebenarnya atau dalam bentuk tiruan atau gambarnya, daripada hanya dibaca atau didengarnya dari buku.

Hasil ini dapat dibuktikan dari hasil olah angket tentang bagaiamana penataan kelas dalam meningkatkan pembelajaran di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 8

Penggunaan alat peraga di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng kabupaten Gowa

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase 1

2 3

Selalu

Kadang-kadang Tidak pernah

10 8 4

45,45 % 36,36 % 4,54 %

Jumlah 22 100 %

Sumber Data : Hasil olah angket siswa

(60)

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan alat peraga pembelajaran di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa sudah berjalan dengan sangat baik. Hal dibuktikan dengan hasil olah angket tersebut yang menunjukkan bahwa dari 22 orang siswa yang dijadikan responden atau sampel, sebayak 10 orang dengan persentase 45,45 % yang menjawab selalu, 8 orang dengan persentase 36,36 % yang menjawab kadang-kadang. 4 orang dengan persentase 18,18 % yang menjawab tidak pernah.

Guru di SD Inpres Bone telah memaksimalkan dalam penggunaan alat peraga di dalam kelas salah satu pemanfaatan alat peraga dalam kelas adalah Penguasaan keterampilan bertanya bagi seseorang guru karena dengan menggunakan keterampilan bertanya yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran, diharapkan timbul perubahan sikap pada guru dan siswa.

3. Menciptakan Suasana Kelas yang Nyaman

Pengelolaan kelas adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh guru atau wali kelas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna berlangsungnya kegiatan belajar- mengajar dengan mendayagunakan potensi kelas dan fasilitas yang ada secara aktif dan efisien.

Hasil wawancara dari ibu Yuliati mengemukakan bahwa:

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yaitu membangun suasana belajar yang kondusif di dalam kelas, guru dapat mengubah perannya sesuai dengan suasana

Gambar

Tabel .1  Keadaan Populasi di SD Inpres Bone Kecamatan Bajeng  Kabupaten Gowa
Tabel 2  Sampel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Obyek tersebut dapat memiliki komponen-komponen data (atribut atau field) yang membuatnya dapat dibedakan dari obyek yang lain.. Dalam dunia database entity

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, peneliti akan melakukan penelitian mengenai potensi pajak hiburan yang dimiliki Tulungagung kemudian melihat seberapa besar kontribusi

Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa faktor memiliki hubungan bermakna dengan pemilihan persalinan di fasilitas kesehatan, yaitu: pendidikan ibu, pengetahuan

Dengan Menerapkan Metode Activity Based Costing (ABC) (Studi Kasus Pada UD. Mbok Sri Palu Sulawesi Tengah)” ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah direncanakan.. Adapun

Fraktur linier dapat terjadi pada kubah kranium atau basis kranium, tergantung pada beban energi yang terjadi dengan arah jarak deselerasi, dan bentuk

Ibu kota Nias adalah Gunung Sitoli yang dapat dicapai dengan pesawat terbang dari Medan, atau dari pelabuhan Sibolga di pantai barat, dengan menggunakan kapal dengan kecepatan

Data yang tersedia pada Dinas Koperasi, Perindus- trian dan Perdagangan (Diskopindag) Kabupaten Aceh Tengah per 1 Maret 2013 menunjukkan jum- lah koperasi dalam berbagai

(4) Auditor hanya dapat mengakses informasi, data, mengunduh dan membuka file, baik yang disampaikan oleh ULP/Pantia maupun peserta pemilihan paket pekerjaan yang menjadi