• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai salah satu bentuk usaha pelestariannya.(sembiring, 2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai salah satu bentuk usaha pelestariannya.(sembiring, 2016)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kera Ekor Panjang

Kera ekor panjang merupakan hewan yang dapat hidup dalam segala macam kondisi habitat, hal tersebut yang menjadikan kera ekor panjang banyak digunakan sebagai hewan coba dalam penelitian, selain karena sebarannya yang banyak, primate ini juga mempunyai kemiripan dengan manusia baik secara anatomis maupun fisiologis, Pengelolaan kera ekor panjang ditujukan untuk perlindungan dan sebagai salah satu bentuk usaha pelestariannya.(Sembiring, 2016)

Gambar 2.1 Kera ekor Panjang

Gambar 2.1 Kera ekor panjang (Sumber: Dok. commons.wikimedia.org/Albert A) Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Primata

Family : Cercopithecidae Genus : Macaca

Spesies : Macaca fascicularis (Groves, 2001)

(2)

9 2.2. Ciri-ciri Kera Ekor Panjang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beragam primata, yang mana 20% primate di dunia dapat ditemukan di Indonesia(Suprtiatna et al., 2016) salah satunya kera ekor panjang. Kera ekor panjang memiliki ciri-ciri rambut berwarna keabu-abuan atau coklat kemerahan, wajah berwarna abu-abu kecoklatan serta cambang di sekitar pipi berwarna sama, terkadang juga ditemukan jambul diatas kepala. Hidungnya datar dengan ujung yang menyempit. Memiliki gigi geraham yang rendah, serta memiliki kantung pipi untuk membawa makanannya dan mempunyai ekor yang panjang. (Eudey, 2016). Kera ekor panjang memiliki panjang ekor berkisar antara 400-655 mm dan panjang tubuhnya berkisar antara 358-648 mm, dengan fakta tersebut panjang ekornya hampir sama dengan panjang tubuhnya. Berat tubuh kera ekor panjang jantan dan betina tidak jauh berbeda, jantan memiliki berat berkisar 3.58 kg sedangkan betina memilki rata-rata berat 3 kg. (Suprtiatna et al., 2016)

Kera ekor panjang yang hidup di pesisir pantai memiliki warna yang lebih cerah di bandingkan kera yang berada di dalam hutan perbedaan warna ini dapat menjadi indicator untuk mengenali kera berdasarkan jenis kelamin dan umur. Kera ekor panjang dapat digolongkan dalam 3 kriteria berdasarkan umurnya yang masing- masing memiliki ciri. Pada anakan berumur 0-1 tahun bulunya berwarna hitam, ukuran tubuhnya paling kecil diantara anggota kelompok lainnya serta masih sering berada dalam gendongan induknya. Lalu yang kedua adalah individu muda yang umurnya berkisar antara 4-6 tahun kondisi fisiknya sudah sempurna tetapi belum dewasa secara reproduksi, lalu yang ketiga adalah individu jantan dan betina

(3)

10

dewasa umurnya sudah lebih dari 6 tahun dengan ciri-ciri pada betinanya putting susu terlihat jelas sedangkan pada jantan dapat diketahui dari ukuran tubuh yang lebih besar dari betinanya serta skrotum yang terlihat jelas dan besar (Anggraeni., 2013) Kera ekor panjang memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi hal tersebut di dukung dengan keaktifannya bergerak menggunakan kaki depan dan belakang untuk berjalan maupun berlari (Lee et al., 2012).

2.3. Habitat Kera Ekor Panjang

Habitat adalah tempat tinggal tumbuhan atau satwa yang mendukung untuk melangsungkan hidupnya dan berkembang secara alami. Habitat adalah tempat komunitas atau individu ditemukan. Suatu habitat merupakan hasil interaksi berbagai komponen yang meliputi komponen fisik; air, tanah, iklim, serta komponen biotik yang merupakan satu kesatuan dan digunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiak (Subiarsyah et al., 2014) akan tetapi bagian dari habitat tidak sepenuhnya digunakan oleh satwa liar, secara umum hal yang menentukan penggunaan habitat oleh satwa liar adalah food, cover, water dan Space.(Atsani et al., 2018).

Kera ekor panjang merupakan salah satu dari banyaknya primata yang dapat hidup pada segala kondisi, Kera ini dapat ditemukan pada kondisi habitat macam apapun Entah rawa, Pegunungan, daerah pesisir bahkan habitat yang sudah mengalami kerusakan, banyak dari kera ekor panjang yang dapat di temukan pada areal-areal yang terganggu terutama pada daerah riparian (tepi danau, sungai atau sepanjang pantai) dan juga daerah perladangan yang seringkali hanya primata ini satu-satunya yang menempati daerah tersebut.(Adi Nugroho & Sugiyarto, 2015)

(4)

11

Daerah penyebaran kera ekor panjang meliputi semenanjung Myanmar, Thailand dan Malaysia; indocina bagian Selatan, Filipina, Sumatera, Jawa dan pulau-pulau yang berdekatan. Di Kalimantan Kera ekor panjang dapat di temukan di semua dataran rendah, terutama di wilayah pesisir tetapi juga ada yang hidup pada dataran tinggi sampai 1300 mdpl. (Sembiring, 2016).

Kera ekor panjang juga memiliki kriterianya sendiri untuk memilih pohon sebagai tempat untuk makan dan tidur, Saat memilih pohon untuk makan dan tidur kera ekor panjang mempertimbangkan faktor biotik yang menyusun komponen habitatnya seperti saat pohon tersebut musim berbuah dan juga pohon tersebut memiliki persebaran yang merata di habitat kera, kera ekor panjang memiliki satu pohon favorit yaitu Dracontomelon dao dengan diameter pohon yang bervariasi mulai dari 20-80 cm, diameter pohon diantara 60-80 cm menjadi yang paling banyak digunakan kera ekor panjang untuk makan dan tidur dengan tinggi pohon 20 m. dengan luas tajuk 60-90m(Atsani et al., 2018).

Macaca memilih pohon yang tinggi lebih dari 20 m dikarenakan untuk

menghindari gangguan predator ataupun satwa lain ketika sedang makan maupun tidur (Lengkong, 2011) sedangkan pemilihan tajuk yang luas digunakan untuk membantu berpindah dari satu pohon ke lainnya dan untuk melindungi tubuhnya dari panas ataupun udara dingin ketika sedang tidur.

2.4. Tingkah Laku

Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) beradaptasi dengan sangat baik terhadap lingkungan sehingga mampu hidup di berbagai tempat. Kera ekor panjang

(5)

12

termasuk jenis primata sosial yang akan selalu melakukan interaksi sosial atau hidup bersama dengan yang lain (Siswantoro et al., 2015). Interaksi sosial yang dilakukan oleh Kera ekor panjang mengakibatkan munculnya berbagai aktifitas yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. aktifitas sosial yang terjadi pada Kera ekor panjang antara lain adalah bergerak, makan, dan seksual.

Aktifitas yang terjadi dapat menunjukkan penggunaan habitat dan persebaran niche oleh setiap individu dalam kelompok. (Lee et al., 2012).

Perilaku harian kera ekor panjang di hutan asli pada umumnya melakukan aktivitas seperti makan, bermain, aktivitas berpindah, istirahat atau tidur, seksual, menyerang dengan individu lainnya dan melakukan perawatan seperti mencari kutu (Saputra et al., 2015) Aktivitas yang paling sering dan paling penting dilakukan adalah aktivitas makan, Makan merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari ketika kera mendapatkan makanan, memasukkannya ke mulut, memakan makanan tersebut hingga kera berhenti makan. Kera ekor panjang merupakan hewan opportunistic omnivore pada habitat aslinya, opportunistic omnivore adalah hewan

yang memakan segala jenis makanan seperti buah, daging, serangga dan daun- daunan muda. (Kamilah et al., 2012).

Buah Merupakan makanan utama kera ekor panjang, kera ekor panjang biasanya memilih buah berdasarkan bau, warna, berat dan kandungan nutrisi. Daun, umbi, bunga, biji dan serangga juga menjadi makanan kera jika buah sudah sulit untuk ditemukan, dalam keadaan tergesa gesa kera akan memasukkan semua makanannya ke mulut dan jika keadaan sudah aman kera akan mengeluarkan makanannya kembali untuk kemudian dikunyah dan ditelan. Kera yang memiliki habitat di

(6)

13

pesisir pantai juga mampu untuk menjadi perenang yang andal, mereka juga akan sangat memahami kondisi lingkungannya baik ketika air pasang ataupun surut, jika keadaan sekitar sedang dianggap berbahaya, pemimpin kera akan memperingatkan kelompoknya untuk menjauhi daerah tersebut. (Winarno & Harianto, 2018).

Aktivitas makan kera ekor panjang dimulai dengan kera ekor panjang mencium makanan yang telah dicarinya lalu kera ekor panjang akan menggigit makanan dan membawanya dengan tangan, indra penciuman akan sangat berperan penting bagi kera untuk mencari makan, kera akan dapat menentukan nilai gizi, membahayakan, bau dan cita rasa dari penciuman. Ekornya yang lebih panjang dari tubuhnya pada saat makan memiliki fungsi sebagai penyeimbang tubuhnya ketika sedang melakukan kegiatan makan di cabang pohon yang kecil(Winarno & Harianto, 2018) Kera ekor panjang memiliki kebiasaan mengumpulkan makanan sebanyak- banyaknya walaupun kadang tidak mampu menghabiskannya, makanan yang dikumpulkan tersebut ditujukan untuk memberi tahu kekuatan kelompok tersebut ke kelompok kera yang lain (Farida et al., 2010).

Kera ekor panjang juga hidup secara berkelompok yang dalam satuan kelompoknya terdiri dari banyak jantan dan betina (multi males-multi females) dengan jumlah 20-50 per kelompoknya, pengelompokan tersebut di dasarkan oleh predator yang mengincar, pertahanan terhadap asal makanan serta keefektifan mencari makan (Farida et al., 2010) Selain dengan hidup secara berkelompok untuk menentukan kawasan teritorialnya kera ekor panjang juga melakukan Berpindah, makan, membersihkan badan dan Istirahat di daerah tersebut (Saputra et al., 2015).

Istirahat adalah aktivitas lain yang paling sering dilakukan kera ekor panjang

(7)

14

setelah makan, Kera ekor panjang menghabiskan 56%-74% istirahatnya di tempat penangkaran sistem terbuka, Istirahat ini biasa dilakukan setelah kera ekor panjang merasa ketersediaan sumber pakan yang cukup (Pradhany et al., 2016).

Hal lain yang dilakukan kera ekor panjang adalah bermain, menyerang dan juga kawin, tetapi aktivitas tersebut sangat jarang dilakukan hal tersebut disebabkan karena perilakunya hanya dilakukan pada saat saat tertentu saja, Misalnya ketika melakukan kegiatan Mating (Kawin), ketika kawin betina dari kera akan menunjukkan tingkah laku yang khas seperti menunjukkan ketersediaan seksualnya dengan memperlihatkan pantat pada hewan lain dan mengangkat ekornya (Winarno

& Harianto, 2018) kawin juga akan semakin menurun intensitasnya karena bertambahnya usia,(Pradhany et al., 2016) kegiatan lainnya yang jarang dilakukan oleh kera adalah Grooming (Merawat tubuh), kegiatan ini meliputi mengambil, menggosok atau mencari kutu disemua rambutnya.(Winarno & Harianto, 2018)

Kera ekor panjang juga melakukan kegiatan bermain akan tetapi kera hanya akan bermain ketika ada barang yang menarik baginya, Kelompok usia dan gender juga berpengaruh pada kegiatan bermain ini selama tahun pertama dan kedua, anak dari kera dewasa akan membentuk kelompok bermain, kelompok ini akan lebih banyak berisi bayi-bayi kera dengan Gender jantan, sedangakan Betina akan cenderung menghabiskan waktu dengan induknya.(Winarno & Harianto, 2018)

Kera ekor panjang juga memiliki perilaku khas saat ada predator mereka akan bergerak dengan melompat dari satu ranting ke ranting lainnya, hal tersebut digunakan untuk pertahanan tubuh, selain dengan melompat kera juga akan

(8)

15

mengeluarkan dan menunjukkan taringnya (Winarno & Harianto, 2018) Ada sedikit perbedaan pada perilaku menyerang selain karena bertambahnya usia, kera ekor panjang menurun intensitasnya menyerang karena hadirnya individu baru yang lebih kuat darinya (Pradhany et al., 2016).

2.5. Taman Hutan Raya Raden Soerjo

Taman hutan raya R. Soerjo cangar adalah kawasan hutan yang berada di Kabupaten Malang dengan ketinggian 1600 meter diatas permukaan laut, Tahura ini merupakan kawasan konservasi tetapi lahannya mengalami peningkatan kerusakan hal ini perlu jadi perhatian dari berbagai pihak, Kerusakan yang terjadi merupakan dampak berbagai aktivitas masyarakat yang dilakukan di sekitar kawasan Taman hutan raya R. Soerjo seperti pembukaan industri dan perluasan lahan pertanian, Kondisi di sekeliling TAHURA R. Soerjo sudah mulai berubah menjadi lahan Hortikultura hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan komunitas hutan, Pembukaan areal lahan yang terus menerus akan mempercepat erosi air ke dalam tanah sehingga akan memperlemah daya rekat akar ke tanah (Maisyarah, 2010)

Masyarakat sekitar kawasan Tahura R. Soerjo melakukan kegiatan budidaya dengan intensitas yang tinggi hal tersebut dapat menyebabkan kawasan Tahura mengalami kerusakan lingkungan, Kesadaran masyarakat mengenai arti pentingnya kawasan penyangga masih rendah sehingga dalam pemanfaatn lahan tidak diserai dengan upaya untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan konservasi (Listyarini et al., 2011)

(9)

16 2.6. Sumber Belajar Biologi

Sumber belajar adalah sesuatu atau daya yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh guru untuk kepentingan belajar mengajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan untuk meningkatkan efektifitas dan effesiensi tujuan pembelajaran. Sumbernya beragam biasanya bisa dari lingkungan sosial, psikologis maupun dari alam (Komalasari, 2010) Sumber belajar adalah semua jenis sumber seperti pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar yang dimanfaatkan oleh pendidik maupun peserta didik sebagai sumber untuk mendukung kegiatan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar (Supriadi, 2015).

Berdasarkan bentuknya, sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi; 1) tempat atau lingkungan alam, misalnya perpustakaan, maupun lingkungan sekitar; 2) benda, misalnya situs, candi, dan sejenisnya; 3) orang, misalnya guru, dosen, pemangku kebijakan, ilmuan, dan ahli dalam bidang tertentu; 4) buku, buku teks, kamus, ensiklopedia, dan sejenisnya; dan 5) peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya bencana alam, konflik atau peperangan, dan lain-lain (Susilo, 2018) Siswa dirasa perlu untuk dekat dengan realitas obyektif kehidupan dan salah satu caranya adalah dengan adanya sumber belajar yang dapat membawa siswa mengenali banyak hal yang berkaitan secara langsung dengan fenomena sehari-hari yang sumbernya bisa menggunakan dan memanfaatkan lingkungan sekitar(Hendarwati, 2013), Sumber belajar dapat dimanfaatkan untuk upaya pemecahan masalah belajar dan dapat dibantu dengan teknologi yang dirancang dipilih dan atau dimanfaatkan untuk keperluan belajar. (Abdullah, 2012)

(10)

17 2.7. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari penelitian adalah sebagai berikut:

Taman Hutan Raya Raden Soerjo

Kera ekor panjang

Perubahan Tingkah Laku

Singgungan Dengan Manusia Perubahan

Lahan Eksternal

Internal

Morfologi

Genetik Psikologi

Physiologi Iklim

Predator

Pengambilan Data

Analisis data Perubahan Tingkah laku Kera Ekor

Panjang

Sebagai Sumber Belajar Biologi

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

Gambar

Gambar 2.1 Kera ekor Panjang
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

R/C bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu usaha dan dari keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan kriteria penelianan R/C akan dilihat apakah

Nama Paket : Konstruksi Bangunan Lumbung Pangan. Lokasi :

Maka dengan itu, pihak Majlis Agama Islam Kedah (MAIK) selaku pemegang amanah bagi tanah wakaf tersebut tidak boleh mempertikaikan soal hal ehwal pengambilan tanah wakaf kerana

Pengembangan instrumen bertujuan untuk menyelidiki karakteristik dan kriteria kualitas instrumen tes berupa soal esai berbasis HOTS yang dihasilkan dan digunakan untuk mengukur

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Program penggaduhan sapi potong melalui dana bantuan sosial dari pemerintah mampu meningkatkan kepemilikan jumlah ternak

Peserta didik mampu menginterpretasi kata/kalimat/ ungkapan komunikatif pada isi teks sederhana: teks naratif/ teks deskriptif/teks prosedural/teks interaksi interpersonal/

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari proses pengambilan minyak cendana dari kayu cendana dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation, mempelajari

 Nilai sentral suatu rangkaian data adalah nilai dalam rangkaian data yang dapat mewakili rangkaian data tersebut..  Suatu rangkaian data biasanya