LEUKOSITURIA
DR dr I Wayan Sudhana SpPD KGH
Divisi Ginjal-Hipertensi Bagian / SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Sanglah/Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar
PENDHULUAN
Pemeriksaan analisis urin merupakan uji saring yang dapat diandalkan bila koleksi sampel urin benar dan masih segar. Leukosituria 10 per lapangan pandang besar hanya ditemukan 60-85% dari pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna.
Kadang-kadang masih ditemukan lekosituria 10 per lapangan pandang besar dari 25%
pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40% dari pasien-pasien dengan piuria mempunyi bakteriuria bermakna. Analisis ini membuktikan bahwa leukosituria mempunyai nilai yang lemah untuk memprediksi diagnosis bakteriuria bermakna.
Nilai normal jumlah sel darah putih dalam urin masih kontroversi. Diagnosis banding leukosituria adalah luas. Sel darah putih dapat masuk kedalam urin dari manapun sepanjang sistem ekskresi. Adanya bentuk elemen yang lain (seperti protein dan torak) menegaskan bahwa sumbernya bersal dari glomerulus. Bila bentuk-bentuk elemen yang lain tidak ditemukan, klinisi harus melihat sedimen urin sebagai tambahan data untuk mendapatkan sumber leukosit pada urin. Tidak seperti pada sel darah merah, tidak ada metode yang efektif untuk mengidentifikasi sumber sel darah putih dalam urin.
Pada pemeriksaan urinalisis kegunaan carik uji antara lain adalah untuk:
1. Pemeriksaan rutin 2. Memantau pengobatan 3. Memantau sendiri 4. Tes penyaring A.
B. Pemeriksaan Carik celup/kimia urin
Gambar 1a. Pemeriksaan carik celup / kimia urn;
1b. Hasil tes pemeriksaan carik celup / kimia urin
Gambar 2a. Eritrosit dalam sedimen Gambar 2b. Leukosit dalam sedimen
PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN
SAMPEL URIN
1. Urin sesaat : urin acak (random)
2. Urin pagi : urin pertama di pagi hari merupakn sampel yang paling baik untuk urinalisis karena volume dan osmolaritas urin seragam, lebih kental, pH rendah.
3. Yang dimaksud dengan urin segar adalah urin yang lamanya < 1 jam dari penampungan.
4. Sedangkan yang dimksud dengan urin 24 jam adalah urin yang ditampung mulai dari jam 06.00 sampai jam 06.00 hari berikutnya, apakah urin tersebut dibuang
atau ditampung.
BAHAN PENGAWET UNTUK URIN : 1. 10% Thymol / 1% isopranolol :
Asam amino
Urea
Kreatinin
Asam urat 2. NaHCO3 5 g :
Urofirin
Koproporfirin
Porfobilinogen 3. 1% Asam Borat 5 ml :
Hormon (steroid)
Estrogen
Pregnantriol
4. Asam Asetat glasial 20 ml (pH : 3) :
Katekolamine 5. 10% HCl 20 ml :
Asam 5-Hidro Indolasetat 6. 4oC ( lemari pendingin )
Enzim
Kuman
Pemeriksaan urin terdiri dari:
Pemeriksaan Fisis : 1. Jumlah
2. Bau 3. Buih 4. Warna 5. Kejernihan 6. Berat jenis.
Pemeriksaan Kimia : 1. pH
2. Protein 3. Glukosa 4. Badan keton 5. Bilirubin
6. Urobilinogen / Urobilin
Pemeriksaan Mikroskopis / Sedimen : 1. Sel darah, sel epitel.
2. Torak 3. Kristal
SAMPEL UNTUK PEMERIKSAAN SEDIMENURIN:
1. Urin dicampur dengan baik atau merata
2. Urin harus selalu segar, jika urin tidak dapat segera diperiksa, urin disimpan dalam refrigerator ( 1 jam), diberi pengawet seperti formalin, toluene.
3. Urin pagi
4. Tempat atau botol yang bersih, hindari kontaminasi dengan bahan-bahan seperti sekret vagina
5. Tehnik
Gambar 3. Teknik pengambilan sampel urin Sedimen terdiri dari unsur organik & anorganik
Unsur Organik seperti epitel, oval fat bodies, lekuosit, eritrosit, silinder, spermatozoa, parasit, bakteri, spora, pseudohyphae. Unsur Anorganik seperti kristal normal, pH asam seperti asam urat, natrium urat, kalsium sulfat, pH asam / netral seperti kalsium oksalat, pH basa / netral seperti tripel fosfat, pH basa seperti kalsium karbonat, kristal abnormal seperti sistin, leusin, kolesterol, tirosin, bilirubin, kristal obat seperti sulfonamide, bahan amorf seperti fosfat, urat.
HEMATURIA
Sel darah merah positif dalam urin ada 3 macam bentuk yaitu,
Bola (Globular)
Sisa-sisa fragmen (ghost cells)
Tepi bergerigi (crenated)
Sebagai diagonosis banding adalah sel ragi adalah “Budding”
LEKOSITURIA
Bulat, lebih besar dari sel darah merah
Inti sel dengan bintik-bintik
Diagnosis bandingnya adalah sel epitel yang umumnya tidak bulat polygonal, dinding lebih jelas dan inti hanya satu
TORAK DARAH (BLOOD CAST)
Torak atau cast atau silinder diberi nama tergantung bentuk dan sumbernya, seperti torak sel darah merah = cylinder erythrocyte, batas-batas sel darah merah positif.
Torak darah = blood cast, batas-batas sel darah merah negatif, gambarannya homogen berwarna merah muda.
Torak Leukosit
Torak atau silinder leukosit dapat terjadi pada pasien dengan radang pada ginjal, juga pada penderita infeksi pada ginjal, misalnya adanya infeksi pada glomerulus, tubulus atau jaringan interstitial ginjal.
KEGUNAAN KLINIS LEUKOSITURIA
Pemeriksaan analisis urin merupakan uji saring yang dapat diandalkan bila koleksi sampel urin benar dan masih segar. Lekosituria 10 per lapangan pandang besar hanya ditemukan 60-85% dari pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna. Kadang- kadang masih ditemukan lekosituria 10 per lapangan pandang besar dari 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40% dari pasien-pasien dengan piuria mempunyi bakteriuria bermakna. Analisis ini membuktikan bahwa leukosituria mempunyai nilai yang lemah untuk memprediksi diagnosis bakteriuria bermakna.
Adanya leukosit dalam urin mungkin terdeteksi oleh tes kolorimetrik dari aktivitas esterase. Metode ini telah dilaporkan untuk mendeteksi piuri turun sampai level 25-50 leukosit/ml. Kombinasi tes dipstick bila menggunakan kedua tes leukosit esterase dan tes nitrit mempunyai sensitivitas kisaran 70-95% dengan spesifisitas 65- 85% untuk mendiagnosis infeksi saluran kemih (ISK).
Pemeriksaan esterase leukosit dalam urin berdasarkan adanya reaksi esterase yang merupakan enzim pada granula azurofil atau granula primer dari granulosit dan monosit. Esterase akan menghidrolisis derivate ester naftil. Naftil yang dihasilkan bersama dengan garam diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari coklat muda menjadi warna ungu.
Banyaknya esterase menggambarkan secara tidak langsung jumlah leukosit dalam urin. Bila urin tidak segar, pH urin menjadi alkalis, neutrofil akan mudah lisis sehingga jumlah neutrofil yang dijumpai dalam sediment urin berkurang dibanding dengan derajat positifitas pemeriksaan esterase lekuosit.
Hasilnya dilaporkan sebagai negatif, trace (15 lekosit/uL), +1 (70 lekosit/uL), +2 (125 lekosit/uL) atau +3 (500 lekosit/uL). Jika terdapat glukosa dan protein dalam konsentrasi tinggi atau pada urin dengan berat jenis tinggi, dapat terjadi hasil negatif palsu, karena leukosit mengkerut dan menghalangi pelepasan esterase.
Positif pada stik urin, tetapi negatif pada sedimen menunjukkan adanya lisis sel (urin asam), sedangkan negatif pada stik urin, tetapi positif pada sedimen menunjukkan hanya terdapat limfosit.
Pemeriksaan darah samar dalam urin berdasarkan hemoglobin dan mioglobin (heme mempunyai aktivitas peroksidase) akan mengkatalisis oksidasi dari indikator atau kromogen 2,5 Dimethylhexan-2,5-dihydroxyperoxid, menghasilkan warna berkisar
dari kuning kehijau-hijauan hingga hijau kebiru-biruan dan biru tua. Untuk membedakan hemoglobin dan mioglobin, diperlukan pemeriksaan sedimen.
Positif palsu disebabkan karena bahan oksidator kuat atau pembersih seperti pemutih, karena adanya bakteri penghasil peroxidase, peningkatan berat jenis dan kontaminasi dari darah menstruasi. Sedangkan negatif palsu dapat terjadi karena adanya vitamin C dan nitrit. Mikrohematuria menurut versi carik celup bila dijumpai >
5 Ery/ uL.
Nilai normal jumlah sel darah putih dalam urin masih kontroversi. Diagnosis banding leukosituria adalah luas. Sel darah putih dapat masuk kedalam urin dari manapun sepanjang sistem ekskresi. Adanya bentuk elemen yang lain (seperti protein dan torak) menegaskan bahwa sumbernya bersal dari glomerulus. Bila bentuk-bentuk elemen yang lain tidak ditemukan, klinisi harus melihat sedimen urin sebagai tambahan data untuk mendapatkan sumber leukosit pada urin. Tidak seperti pada sel darah merah, tidak ada metode yang efektif untuk mengidentifikasi sumber sel darah putih dalam urin.
Kontaminasi sering sebagai penyebab leukosituria yg hendaknya selalu dipertimbangkan pada kasus-kasus yang tidak ditemukan adanya kelainan secara klinis.
Leukosit pada urin yang sering ditemukan adalah PMN. Tetapi tidak semua leukosit pada urin adalah neutrofil. Adanya sel darah putih non neutrofil pada urin, misalnya eosinofil kadang-kadang dapat mempunyai nilai diagnostik yang penting. Adanya hubungan antara eosinofiluria dan reaksi hipersensitivitas obat pertama kali dilaporkn oleh Eisentaedt pada tahun 1951. Sejak saat itu banyak peneliti melaporkan hubungan antara eosinofiluria dan penyakit ginjal.
Adanya PMN leukosit dalam urin mengindikasikan adanya inflamasi pada saluran kemih, yang terjadi pada penyakit ginjal intraparenkhimal seperti glomerulonefritis atau nefritis interstitilis. Dan memberikan gambaran yang nyata pada ISK atas atau bawah. Juga bisa terjadi pada inflamasi peri uretra, seperti pada ileitis regional atau apendisitis akut.
Ringkasan
Pemeriksaan analisis urin merupakan uji saring yang dapat diandalkan bila koleksi sampel urin benar dan masih segar. Leukosituria mempunyai nilai yang lemah untuk memprediksi diagnosis bakteriuria bermakna.
Nilai normal jumlah sel darah putih dalam urin masih kontroversi. Diagnosis banding leukosituria adalah luas. Sel darah putih dapat masuk kedalam urin dari manapun sepanjang sistem ekskresi. Adanya bentuk elemen yang lain (seperti protein dan torak) menegaskan bahwa sumbernya bersal dari glomerulus. Bila bentuk-bentuk elemen yang lain tidak ditemukan, klinisi harus melihat sedimen urin sebagai tambahan data untuk mendapatkan sumber leukosit pada urin. Metode yng efektif ntuk mengidentifikasi sumber sel darah putih dalam urin belum ditemukan.
Daftar Pustaka
Chakraborty S. Urinalysis in Clinical Practice. The Association of Physician of India.
Available at: http://www.apiindia.org
Israni AK, Kasiske BL. Laboratory Assessment of Kidney Disease Glomerular Filtration Rate, Urinalysis, and Proteinuria. In: Taal MW, Chertow GM, Marsden PA, Skorecki K, Yu AS, Brenner BM (Eds). Brenner & Rector’s The Kidney, 9th edition.
Philadelphia, PA: Saunders Elsevier; 2012.
McPherson RA, Ben-Ezra J. Basic examination of the urine. In: McPherson RA, Pincus MR (Eds). Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods, 22nd edition. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2011.pp.445-79.
Silkensen J, Kasiske BL. Laboratory assessment of renal disease: clearance, urinalysis, and renal biopsy. B.M. Brenner Brenner and Rector’s the kidney. 2004 Saunders Philadelphia 1107-1150.