• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi lokasi, spesimen dan alat penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Laboratorium RSKIA Kota Bandung yang memiliki ruangan yang cukup luas untuk pelaksanaan penelitian dan fasilitas yang memadai sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Spesimen penelitian adalah bahan kontrol dari alat autoanaliser hematologi Sysmex XN 1000 yang terdiri dari 3 level pemeriksaan dengan nomor lot sebagai berikut :

- Level 1 No. Lot 01341101 - Level 2 No. Lot 01341102 - Level 3 No. Lot 01341103

Dengan tanggal kadaluarsa 02 Agustus 2020 dan ditempatkan pada refrigator dengan suhu 3 - 4 ºC sehingga dipastikan bahwa pada saat pelaksanaan penelitian kondisi spesimen masih belum kadaluarsa dan dalam kondisi baik.

Alat pemeriksaan adalah autoanaliser hematologi Sysmex XN 1000 yang memiliki cara pemeriksaan spesimen dengan dua mode, yaitu :

1. Sampler, pemeriksaan dengan menggunakan rak tabung secara otomatis dimana spesimen yang ditempakan dalam vacutainer tube ditempatkan pada

(2)

rak dan alat akan melakukan pemeriksaan langsung dengan membawa rak kedalam alat untuk diperiksa.

Gambar 4.1 Mode sampler

2. Manual, pemeriksaan tidak menggunakan rak sampel tetapi tabung spesimen disimpan langsung pada tempat tabung pemeriksaan dan petugas harus menekan tombol start agar tabung masuk ke dalam alat untuk diperiksa. Untuk spesimen yang menggunakan micro tube diperiksa dengan cara ini.

Gambar 4.2 Mode Manual

(3)

Penelitian untuk menentukan nilai total error parameter hematologi dengan melakukan pemeriksaan hematologi menggunakan alat autoanaliser hematologi Sysmex XN 1000 yang dilakukan selama 5 hari berturut-turut dengan pengulangan 4 kali. Pemeriksaan hematologi ini dilakukan dengan standar operasional prosedur yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Instalasi RSKIA Kota Bandung.

Sebelum pemeriksaan dilakukan maka dipastikan bahwa alat pemeriksaan telah siap untuk digunakan dengan cara melakukan maintanance harian, yaitu : 1. Shutdown alat dengan demikian maka alat akan melakukan autorinse dan

background otomatis.

2. Melakukan pembersihan bagian luar alat, meja kerja dan limbah pemeriksaan.

3. Melakukan pengecekan reagen pemeriksaan alat, dan dipastikan bahwa seluruh reagen tidak melebihi waktu on board stability dan expired date.

4. Melakukan quality control harian alat dan memastikan hasil quality control masuk dalam kriteria penerimaan hasil.

Pada saat akan melakukan pemeriksaan, spesimen pemeriksaan yang ditempatkan dalam wadah spesimen vacutainer tube dan micro tube dihomogenisasi sehingga tercampur dengan sempurna dan siap untuk disimpan di rak mode sampler atau mode manual.

4.1.2 Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan 5 hari, yaitu pada tanggal 27 Juni 2020 sampai dengan 01 Juli 2020, dengan data hasil penelitian sebagai berikut :

(4)

Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian

NO PEMERIKSAAN SATUAN

NILAI RATA-RATA HASIL PEMERIKSAAN

VACUTAINER TUBE MICRO TUBE

QC LEVEL 1 QC LEVEL 2 QC LEVEL 3 QC LEVEL 1 QC LEVEL 2 QC LEVEL 3

1 LEKOSIT 10³/µL 2,97 7,01 16,58 2,98 7,09 16,63

2 ERITROSIT 106/µL 2,30 6,34 5,26 2,32 4,42 5,33

3 TROMBOSIT 10³/µL 91 235 545 92 241 547

4 BASOFIL % 4,8 4,6 4,8 0,9 1,0 0,7

5 EOSINOFIL % 9,6 10,4 10,5 0,2 0,4 0,4

6 NETROFIL % 39,9 42,5 45,9 56,3 60,7 64,2

7 LIMFOSIT % 35,3 31,4 27,4 31,8 28,5 24,5

8 MONOSIT % 10,4 10,9 11,3 8,1 9,4 10,2

9 HEMOGLOBIN g/dL 5,8 11,9 15,6 5,9 12,0 15,8

(5)

Dari data penelitian tabel 4.1 diatas ditemukan bahwa ada perbedaan hasil pemeriksaan parameter hematologi yaitu parameter pemeriksaan hitung jenis lekosit dan perbedaan yang cukup kentara adalah pada pemeriksaan basofil, eosinofil dan netrofil. Hasil pemeriksaan pada wadah spesimen micro tube menunjukan adanya penumpukan sel netrofil dan pengurangan jumlah sel basofil dan eosinofil. Hal yang mungkin dapat menyebabkan adanya perbedaan hasil tersebut adalah mode pemeriksaan dan zat aditif yang terdapat pada wadah spesimen.

Perbedaan mode pemeriksaan dimungkinkan menjadi penyebab perbedaan ini, walaupun terjadi tidak pada semua parameter hematologi yang diperiksa. Untuk memastikan bahwa perbedaan pada ketiga parameter tersebut adalah disebabkan oleh perbedaan metode pemeriksaan, maka penulis mencoba melakukan pemeriksaan parameter hematologi pada wadah spesimen vacutainer tube K3EDTA dengan mode manual seperti yang dilakukan pada micro tube K2EDTA.

Dari hasil pemeriksaan yang tertera pada tabel 4.2 dibawah ini ditemukan bahwa ada perbedaan hasil pemeriksaan untuk parameter hitung jenis lekosit terutama pada eosinofil, basofil dan netrofil. Tetapi untuk menilai perbedaan hasil tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, karena perbandingan hasil pemeriksaan parameter hematologi ini dilakukan terhadap terhadap rata-rata parameter hematologi pada vacutainer tube K3EDTA yang diperiksa dengan metode sampler (20 data) dan micro tube K2EDTA yang diperiksa dengan metode manual (20 data) dengan satu kali pemeriksaan dengan metode manual.

Tabel 4.2 Perbedaan hasil pemeriksaan dengan mode sampler dan manual

(6)

pada Vacutainer tube K3EDTA

Parameter Satuan

Hasil Pemeriksaan Pada Vacutainer Tube

Hasil pemeriksaan pada Micro Tube Metode Sampler

Metode Manual

Metode Manual (nilai rata-rata

dari 20 data) (nilai rata-rata dari 20 data) LEVEL 1

LEKOSIT 10³/µl 2,97 3,02 3,0

ERITROSIT 10^6/µl 2,3 2,33 2,3

TROMBOSIT 10³/µl 92 93 92

BASOFIL % 10,4 1,0 0,9

EOSINOFIL % 4,8 2,6 0,2

NETROFIL % 39,9 56 59,0

LIMFOSIT % 31,8 32,5 31,8

MONOSIT % 8,1 7,9 8,1

HEMOGLOBIN g/dL 5,8 5,8 5,9

LEVEL 2

LEKOSIT 10³/µl 7,01 7,01 7,1

ERITROSIT 10^6/µl 4,34 4,36 4,4

TROMBOSIT 10³/µl 235 236 242

BASOFIL % 4,8 1,3 1,0

EOSINOFIL % 10,4 1,9 0,4

NETROFIL % 42,5 58,9 60,7

LIMFOSIT % 31,4 27,3 28,5

MONOSIT % 10,9 10,6 9,4

HEMOGLOBIN g/dL 11,9 11,9 12,0

LEVEL 3

LEKOSIT 10³/µl 16,5 16,48 16,6

ERITROSIT 10^6/µl 5,26 5,23 5,3

TROMBOSIT 10³/µl 545 534 547

BASOFIL % 4,8 0,7 0,7

EOSINOFIL % 10,4 1,2 0,4

NETROFIL % 45,9 64,2 64,2

LIMFOSIT % 27,4 24,9 24,5

MONOSIT % 11,3 9 10,2

HEMOGLOBIN g/dL 15,6 15,6 15,8

Sumber : Data primer diolah, 2020

(7)

Zat aditif yang terdapat pada vacutainer tube adalah K3EDTA memiliki pH lebih alkalis daripada yang terdapat pada micro tube yaitu K2EDTA. Dalam bentuk garam K2EDTA dan K3EDTA memiliki pH yang tidak terlalu berbeda yaitu 7,1 dan 7,3.

Tetapi bila dalam bentuk larutan perbedaan pH K2EDTA dan K3EDTA menjadi lebih besar yaitu 4,8 dan 7,5. Ini berarti wadah spesimen yang terdapat zat aditif K3EDTA (vacutainer tube) memiliki pH yang lebih alkalis. pH ini berpengaruh pada pewarnaan sel lekosit baik pada pewarnaan manual dengan giemsa maupun pada pewarnaan alat otomatis dengan flouresensi. Pada alat Sysmex XN 1000 untuk menjamin pH dan intensitas ion yang optimal maka dipergunakan diluent, keberadaan diluent ini akan membuat pewarnaan lekosit menjadi lebih spesifik dan penetrasi zat warna fluoresensi menjadi lebih baik. pH optimal yang dipertahankan adalah 6,0 – 8,0 sesuai dengan pH dari diluent. pH dari K2EDTA yang bersifat lebih asam memungkinkan mengganggu penetrasi zat warna flouresensi terhadap lekosit terganggu sehingga mempengaruhi hasil perhitungan pada pemeriksaan hitung jenis lekosit. (35,37)

Pada salah satu penelitian yang terdapat Perpustakaan Kedokteran Nasional yang diunggah melalui website https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/ mengenai

“Evaluasi Tabung Dievakuasi Kalium Dan Tri-Kalium EDTA Untuk Uji Hematologis Rutin” oleh Rubaida Mehmood, Rabia Khushi Muhammed, Sajjid Hussain, Aniqa Sana pada tahun 2018 menyebutkan bahwa :

“Perbedaan signifikan ditemukan pada Neutrofil (GR) dan volume rata-rata trombosit (MPV) bila dibandingkan. K2-EDTA vs K3-EDTA yang diperiksa <15 menit setelah pengumpulan sampel “ (36)

(8)

4.1.3 Analisis Data

Data pemeriksaan yang dihasilkan diolah dengan CLSI Guideline Verifikasi EP 15-A3 mengenai verification of precision and estimation of bias. Setelah dilakukan pengolahan data didapatkan nilai bias (d%) sebagai random error, coefesien variation (CV) sebagai systemic error dan coefesien correlation yang digunakan untuk menentukan perhitungan yang dilakukan dalam menentukan d% dan CV. Dari data yang didapatkan ternyata tidak hanya bisa melihat nilai kinerja pemeriksaan yang dihitung dari nilai total error tetapi bisa juga menentukan kualitas dari hasil pemeriksaan parameter hematologi yaitu dengan nilai sigma.

Penilaian sigma dapat dilihat dari posisi cv % dan d% seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.3 Metrik Sigma Sumber : sciencedirect.com

(9)

Dari gambar menunjukan bahwa penilaian kualitas hasil dapat ditentukan sebagai berikut :

> 6 sigma : world class 5 sigma : excellent 4 sigma : good 3 sigma : marginal 2 sigma : poor

< 2 sigma : unacceptable

Selain menentukan nilai sigma dengan melakukan plot nilai pada diagram, dapat juga ditentukan dengan perhitungan karena suatu Sigma-metrik untuk metode laboratorium merupakan persyaratan kualitas yang dinyatakan dalam (TEa), ketidaktepatan (CV%), dan bias (d%) yang kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut: (38)

Sigma = ( 𝑇𝐸𝑎 − 𝑑% ) 𝐶𝑉 %

Dimana:

TEa : Total kesalahan yang diperbolehkan

d% : Beda antara nilai rata-rata pengukuran dengan nilai referensi CV% : Ukuran sebaran relatif yaitu SD dibagi rerata dan dikali 100.

Tujuan Six Sigma yang paling sederhana adalah untuk menghilangkan atau mengurangi semua variasi dalam suatu proses. Sebagai contoh,variasi dalam suatu proses mengarah pada upaya dan sumber daya yang terbuang pada pengulangan tes dan metode. Mengurangi cacat, mengurangi biaya, dan meningkatkan kinerja, dan

(10)

profitabilitas. Sebuah proses yang mencapai tujuan Six Sigma memberikan keduanya kualitas dan efisiensi. Tujuan kuantitatif Six Sigma adalah untuk menciptakan suatu proses yang meminimalkan variasi hingga enam penyimpangan standar dapat sesuai dengan batas toleransi. Di tingkat Enam Kinerja Sigma (kinerja kualitas kelas dunia), kira-kira tiga cacat akan terjadi per satu juta peluang. (39)

Dalam industri kesehatan khususnya laboratorium klinik skala matriks sigma bermanfaat untuk menilai kinerja proses yang terjadi di laboratorium, dengan tingkat pencapaian dapat diartikan seperti tabel berikut :

Tabel 4.3 Makna Pencapaian Skala Matriks Sigma

SKALA SIGMA MAKNA PENCAPAIAN

PENCAPAIAN 3 SIGMA Memerlukan perubahan dan tindakan perbaikan yang nyata

PENCAPAIAN 4 SIGMA Proses harus ditingkatkan

PENCAPAIAN 5 SIGMA Perencanaan/desain proses harus ditingkatkan

PENCAPAIAN 5 SIGMA Perencanaan/desain proses harus ditingkatkan

Sumber : Garber C. (2005) Six Sigma : It’s role in clinical Laboratory. CLN. 2004. p 11

Setelah melakukan perhitungan dan analisis data hasil penelitian maka didapatkan data sebagai berikut :

(11)

Sumber : Data primer diolah, 2020

Penilaian penilaian Penilaian penilaian

d% CV r TE posisi sigma Kinerja sigma d% CV r TE posisi sigma Kinerja sigma

LEKOSIT I 15 0,940 1,926 0,999 4,716 7,30 diterima world class 1,126 1,552 0,999 4,167 8,94 diterima world class

II 15 0,945 1,198 3,294 11,73 diterima world class 1,126 1,769 4,593 7,84 diterima world class

III 15 0,946 0,868 2,648 16,19 diterima world class 1,126 1,013 3,112 13,70 diterima world class

ERITROSIT I 6 2,772 0,543 0,999 3,837 5,94 diterima excellent 1,695 1,600 0,999 4,831 2,69 diterima marginal

II 6 0,328 0,463 1,236 12,24 diterima world class 0,987 0,644 2,249 7,79 diterima world class

III 6 0,259 0,515 1,268 11,15 diterima world class 1,064 0,703 2,441 7,02 diterima world class

TROMBOSIT I 25 2,169 3,493 0,999 9,016 6,54 diterima world class 2,198 2,819 0,999 7,724 8,09 diterima world class

II 25 2,139 1,853 5,770 12,34 diterima world class 2,196 3,689 9,427 6,18 diterima world class

III 25 2,135 1,079 4,250 21,19 diterima world class 2,196 1,199 4,545 19,03 diterima world class

HEMOGLOBIN I 7 3,314 0,873 0,999 5,026 4,22 diterima good 3,425 0,801 0,999 4,995 4,46 diterima good

II 7 0,369 0,412 1,178 16,08 diterima world class 0,801 0,497 2,594 12,48 diterima world class

III 7 0,831 0,353 1,524 17,46 diterima world class 0,885 0,323 1,518 18,94 diterima world class

BASOFIL I 38,5 4,500 4,126 0,031 12,587 8,24 diterima world class 81,900 33,721 0,061 147,993 -1,29 tidak diterima unacceptable

II 38,5 0,315 2,729 5,664 13,99 diterima world class 0,315 25,415 50,128 1,50 tidak diterima unacceptable

III 38,5 0,315 2,618 5,446 14,59 diterima world class 0,315 47,487 93,388 0,80 tidak diterima unacceptable

EOSINOFIL I 37,1 6,444 7,478 0,395 21,102 4,10 diterima good 97,778 94,591 0,169 283,175 -0,64 tidak diterima unacceptable

II 37,1 1,569 6,799 14,896 5,23 diterima excellent 96,569 167,755 425,369 -0,35 tidak diterima unacceptable

III 37,1 5,617 9,046 23,347 3,48 diterima marginal 2.794,737 116,942 3.023,943 -23,58 tidak diterima unacceptable

NETROFIL I 23,35 0,150 2,887 0,932 5,809 8,04 diterima world class 47,563 2,120 0,893 51,717 -11,42 tidak diterima unacceptable

II 23,35 0,375 1,826 3,954 12,58 diterima world class 42,131 1,397 44,869 -13,44 tidak diterima unacceptable

III 23,35 1,961 1,855 5,597 11,53 diterima world class 29,923 1,196 32,267 -5,50 tidak diterima unacceptable

LIMFOSIT I 17,6 4,041 3,072 0,975 10,062 4,41 diterima marginal 6,224 3,942 0,945 13,951 2,89 diterima poor

II 17,6 4,750 1,906 8,486 6,74 diterima world class 4,950 3,550 11,907 3,56 diterima marginal

III 17,6 5,385 1,597 8,516 7,65 diterima world class 5,885 3,388 12,526 3,46 diterima marginal

MONOSIT I 27,9 13,167 7,788 0,535 28,431 1,89 tidak diterima unacceptable 32,458 13,554 0,609 59,024 -0,34 tidak diterima unacceptable

II 27,9 11,504 4,024 19,391 4,07 diterima good 23,455 11,066 45,145 0,40 tidak diterima unacceptable

III 27,9 14,841 3,386 21,478 3,86 diterima good 27,953 9,158 45,902 -0,01 tidak diterima unacceptable

PEMERIKSAAN LEVEL TEa VACUTAINER TUBE MICRO TUBE

(12)

4.1.4 Penilaian Kinerja dan Kualitas Parameter Hematologi

Penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui total error dari masing-masing hasil pemeriksaan pada setiap specimen yang ditempatkan pada wadah specimen yang berbeda. Hasil total error yang dihasilkan akan menentukan apakah kinerja dari masing-masing wadah specimen baik atau tidak. Penentuan total error ini juga akan menyimpulkan apakah parameter pemeriksaan hematologi yang dilakukan memenuhi kriteria pengujian.

Penentuan kinerja parameter hematologi adalah bila nilai total error lebih kecil dari nilai total error allowable maka kinerja parameter tersebut diterima. Bila kinerja parameter hematologi di terima maka parameter tersebut memenuhi kriteria pengujian.

Dari hasil perhitungan maka ditemukan bahwa parameter hematologi yang diperiksa pada wadah vacutainer tube K3EDTA adalah sebanyak 9 parameter untuk 3 level bahan kontrol, sehingga seluruh pemeriksaan berjumlah 27 parameter. Dari 27 parameter yang diteliti, 26 parameter yang kinerjanya diterima dan memenuhi kriteria pengujian, berarti 96,296 %. Presentasi penerimaan kinerja parameter pemeriksaan hematologi pada wadah spesimen vacutainer tube dapat dilihat pada gambar 4.4.

(13)

Gambar 4.4 Persentase penerimaan kinerja parameter hematologi pada vacutainer tube K3EDTA

Penilaian kualitas hasil hasil pemeriksaan parameter hematologi pada vacutainer tube K3EDTA yang ditentukan dari nilai sigma dihitung dari jumlah parameter yang diperiksa dengan jumlah yang sama dengan jumlah parameter dalam penilaian kinerja parameter hematologi yaitu 27 parameter dengan presentasi hasil kualitas hasil pemeriksaan dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Persentase Kualitas hasil pemeriksaan parameter hematologi pada vacutainer tube K3EDTA

96%

4%

Presentase Penerimaan Kinerja Parameter Hematologi pada Vacutainer Tube K3EDTA

Diterima Tidak diterima

world class 67%

excellent

7% good

15%

marginal 7%

poor 0%

unacceptabble 4%

Other 4%

PRESENTASE KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN PARAMETER HEMATOLOGI PADA VACUTAINER TUBE K3EDTA

(14)

Parameter hematologi yang diperiksa di wadah micro tube K2EDTA sama dengan jumlah parameter yang diperiksa pada vacutainer tube K3EDTA, yaitu 27 parameter. Setelah dilakukan penelitian ditemukan 13 parameter yang kinerjanya diterima dan memenuhi kriteria pengujian, berarti 55,56 %. Presentasi penerimaan kinerja parameter pemeriksaan hematologi pada wadah spesimen micro tube dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 Persentase penerimaan kinerja parameter hematologi pada micro tube K2EDTA

Penilaian kualitas hasil hasil pemeriksaan parameter hematologi pada micro tube K2EDTA yang ditentukan dari nilai sigma dihitung dari jumlah parameter yang diperiksa dengan jumlah yang sama dengan jumlah parameter dalam penilaian kinerja parameter hematologi yaitu 27 parameter dengan presentasi hasil kualitas hasil pemeriksaan dapat dilihat pada gambar 4.7.

56%

44%

Presentase Penerimaan Kinerja Parameter Hematologi Pada Micro Tube K2EDTA

Diterima Tidak diterima

(15)

Gambar 4.7 Persentase Kualitas hasil pemeriksaan parameter hematologi pada micro tube K2EDTA

4.2 Pembahasan

Wadah spesimen vacutainer tube K3EDTA memiliki presentase kinerja parameter pemeriksaan yang diterima sebanyak 96 % dengan kualitas hasil pemeriksaan yang memenuhi kriteria sebanyak 96 % yang dihitung dari jumlah persentase kualitas marginal (7%), good (15%), excellent (7%) dan world class (67%). Dari nilai tersebut maka kualitas hasil pemeriksaan parameter hematologi yang dihasilkan baik dan penggunaan wadah spesimen ini lebih disarankan. Tetapi harus tetap diperhatikan bila hasil pemeriksaan parameter monosit dengan nilai rendah (level 1), karena kinerja pemeriksaan dan kualitas hasil masih belum memenuhi kriteria sehingga perlu dilakukan pemeriksaan pembanding contohnya dengan melakukan pemeriksaan manual.

world class 37%

excellent 0%

good 4%

marginal

11% poor

4%

unacceptabble 44%

Other 8%

PRESENTASE KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN PARAMETER HEMATOLOGI PADA MICRO TUBE K2EDTA

(16)

Wadah spesimen micro tube K2EDTA menunjukan nilai persentasi hasil kinerja parameter pemeriksaan dan kualitas hasil pemeriksaan yang lebih rendah yaitu 56 % dengan kualitas hasil pemeriksaan yang memenuhi kriteria sebanyak 52 % yang dihitung dari jumlah persentase kualitas marginal (11%), good (4%) dan world class (37%). Dengan penilaian yang lebih rendah ini maka penggunaan micro tube K2EDTA harus lebih hati-hati pada saat mengeluarkan hasil pemeriksaan hematologi. Sangat perlu dilakukan pemeriksaan pembanding atau pemeriksaan manual untuk parameter hitung jenis lekosit karena kinerja yang diterima hanya pada parameter monosit tetapi pada kualitas hasil parameter monosit tidak menunjukan hasil yang baik walaupun pada level 2 dan level 3 masih dalam area marginal.

Dari hasil penelitian yang tertera pada pembahasan diatas menyebutkan bahwa vacutainer tube K3EDTA memiliki kinerja yang lebih baik dari micro tube K2EDTA, dapat dilihat dari presentase kinerja parameter pemeriksaan pada vacutainer tube K3EDTA yang diterima sebanyak 96 % dan kualitas parameter hematologi yang diterima sebanyak 96 %. Sedangkan presentase kinerja parameter pemeriksaan pada micro tube K2EDTA yang diterima sebanyak 56 % dan kualitas parameter hematologi yang diterima sebanyak 52 %. Hal ini berarti presentase kinerja dan kualitas parameter hematologi micro tube K2EDTA yang diterima lebih rendah dari pada presentase kinerja dan kualitas parameter hematologi pada vacutainer tube K3EDTA. Dengan data tersebut dapat disebutkan bahwa vacutainer tube K3EDTA lebih baik dari pada micro tube K2EDTA untuk digunakan sebagai wadah spesimen hematologi.

Gambar

Gambar 4.1 Mode sampler
Tabel 4.1  Data Hasil Penelitian
Gambar 4.3 Metrik Sigma  Sumber : sciencedirect.com
Gambar 4.4 Persentase penerimaan kinerja parameter hematologi pada                                 vacutainer tube K3EDTA
+3

Referensi

Dokumen terkait

Izin merupakan suatu persetujuan dari pemerintah yang berdasarkan peraturan perundang-undangan atau peraturan pemerintah yang dalam keadaan tertentu menyimpang dari

“ Unsur-unsur yang tidak terdapat dalam teks cerita sejarah adalah …!. waktu

Apabila dikaitkan antara proyeksi pendapatan daerah dengan proyeksi belanja daerah Kabupaten Barru, maka jumlah pendapatan yang ada tidak mencukupi untuk mendanai

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari guru BK berdasarkan buku catatan kasus (permasalahan- permasalahan yang dialami peserta didik dalam belajar) yaitu masih

Menurut Gagne, Wager, Goal, &amp; Keller [6] menyatakan bahwa terdapat enam asusmsi dasar dalam desain instruksional. Keenam asumsi dasar tersebut dapat dijelaskan

Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa mampu menerapkan dan menguasai konsep dasar analisis survival dalam melakukan inferensi pada bidang ilmu kehidupan

Simpan di dalam bekas asal atau bekas lain yang diluluskan yang diperbuat daripada bahan yang sesuai, tutup ketat apabila tidak digunakan.. Simpan dan guna jauh daripada