1 PENDAHULUAN
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh laba maksimal agar dapat memberi kesejahteraan pada pemilik perusahaan. Laba diperoleh melalui keputusan manajer keuangan mengenai keputusan pendanaan, keputusan investasi, dan kebijakan dividen. Sumber dana menjadi salah satu hal yang diperlukan perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, salah satunya sumber dana dapat diperoleh dari investasi (Dewi & Sedana, 2018). Investasi dilakukan oleh seorang investor dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang berupa dividen di masa depan.
Suatu perusahaan memiliki struktur modal dengan dividen yang memiliki peranan sebagai kendali yang sangat penting untuk perusahaan. Dividen yang dibagikan kepada investor dapat menggambarkan prospek dari perusahaan dimasa depan dan tingkat stabilitas perusahaan Hardi & Andestiana (2019). Oleh karena itu, suatu perusahaan harus memperhatikan kebijakan pembagian dividennya dengan baik. Dikarenakan setiap investor memiliki kepentingan sendiri-sendiri.
Sebagai investor tentunya mereka memiliki tujuan berinvestasi untuk menerima dividen yang besar, Sedangkan untuk pihak perusahaan mereka cenderung menginginkan laba ditahan dengan jumlah besar yang akan digunakan untuk diinvestasikan kembali ke perusahaan (Novita Sari & Sudjarni, 2015).
Pandemi covid 19 yang kini sedang terjadi secara global sangat berdampak pada perusahaan di Indonesia. Adanya pandemi covid 19 ini menyebabkan pemasukan atau laba perusahaan menurun hal ini disebabkan karena terhambatnya kegiatan operasional di perusahaan. Perusahaan transportasi menjadi salah satu perusahaan yang terkena dampak dari pandemi covid 19 ini. Adanya anjuran pemerintah untuk dirumah saja, melakukan aktivitas mulai dari belajar, beribadah dan bekerja dari rumah, yang akhirnya menyebabkan hampir seluruh masyarakat di Indonesia tidak menggunakan jasa transportasi apapun. Akibat tidak adanya konsumen atau penumpang yang menggunakan jasa transportasi maka mengakibatkan pendapatan perusahaan transportasi menurun dari tahun biasanya.
Hal ini dibuktikan data laba perusahaan dan data dividend payout ratio (DPR) dari beberapa perusahaan transportasi di bawah ini.
2
Gambar 1. Laba perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI dari triwulan 3 tahun 2018-2020
Sumber : Annual report perusahaan transport tahun 2018-2020
Gambar 2. Dividend payout ratio (DPR) perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2018-2021
Sumber : laporan keuangan perusahaan transport tahun 2018-2021
-600000 -400000 -200000 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000
CASS SMDR NELY IPCM TPMA
Laba Perusahaan Transport (dalam jutaan rupiah)
2018 2019 2020 2021
-200 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
CASS SMDR NELY IPCM TPMA
Dividend Payout Ratio (DPR) dalam %
2018 2019 2020 2021
3
Pada gambar 1 menunjukan tingkat laba yang diperoleh perusahaan transportasi dari triwulan 3 tahun 2018-2021. Dimana laba yang diperoleh beberapa perusahaan transport pada tahun 2018-2021 mengalami fluktuasi dan beberapa perusahaan mengalami penurunan laba perusahaan di tahun 2020.
Penurunan laba perusahaan tahun 2020 ini menjadi akibat adanya anjuran pemerintah untuk dirumah saja sehingga perusahaan transportasi tidak memiliki pendapatan karena tidak ada konsumen yang memakai jasa transportasinya. Pada gambar 2 menunjukan rasio pembagian dividen yang dilakukan oleh perusahaan transport pada tahun 2018-2021. Dimana rasio pembagian dividen dari perusahaan diatas sangat bervariasi, ada perusahaan yang rasio pembagian dividennya cenderung meningkat seperti pada perusahaan IPCM, dan banyak perusahaan yang mengalami fluktuasi seperti pada perusahaan CASS, SMDR , NELY dan TPMA.
Variasi data yang diperoleh ini diakibatkan adanya perbedaan kebijakan pembagian dividen yang diterapkan oleh setiap perusahaan transportasi. Beberapa perusahaan membagikan dividen sesuai dengan laba perusahaan yang diperoleh, ketika laba perusahaan yang diperoleh meningkat mereka juga meningkatkan jumlah dividen yang dibagikan begitupun sebaliknya. Seperti yang dilakukan pada perusahaan TPMA yang laba perusahaannya di tahun 2021 mengalami peningkatan dari tahun 2020, Perusahaan ini juga meningkatkan jumlah dividen yang dibagikan di tahun 2021. Tetapi juga ada perusahaan yang ketika mengalami penurunan laba mereka membagikan dividen lebih besar dari tahun sebelumnya, seperti pada perusahaan CASS yang mengalami penurunan laba perusahaan di tahun 2020 tetapi membagikan dividen tertinggi juga pada tahun 2020.
Kemungkinan perusahaan ini melakukan pembagian dividen dengan menggunakan cadangan laba yang dimiliki, sehingga masih bisa membagikan dividen disaat laba perusahaannya menurun.
Berdasarkan fenomena yang terjadi bisa dilihat bahwa pada masa pandemi covid 19 ini menyebabkan ketidakpastian yang tinggi pada perusahaan, sehingga sulit untuk memprediksi kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan.
Terjadinya fluktuasi dalam pembagian dividen pada masa pandemi covid 19 ini membuat peneliti tertarik untuk mengangkat topik mengenai kebijakan dividen,
4
selain untuk melihat faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan dividen tetapi juga ingin mengetahui apakah faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen saat sebelum pandemi covid 19 juga mempengaruhi kebijakan dividen saat terjadinya pandemi covid 19. Pada penelitian ini peneliti hanya memilih faktor likuiditas, kebijakan hutang dan profitabilitas sebagai faktor yang akan diteliti.
Likuiditas adalah salah satu faktor yang menjadi pertimbangan ketika perusahaan menentukan besar kecilnya dividen yang akan dibagikan, karena dividen merupakan aliran kas yang keluar dalam perusahaan. Tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek dapat dilihat dari tingkat likuiditas suatu perusahaan. Perusahaan dianggap likuid ketika perusahaan mampu memenuhi hutang jangka pendeknya ketika sudah jatuh tempo. Sehingga semakin tinggi tingkat likuiditas makan akan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen. Ketika tingkat likuiditas perusahaan tinggi, maka kredibilitas perusahaan di mata investor juga tinggi (Hardi &
Andestiana, 2019). Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Novita Sari & Sudjarni (2015) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, dimana semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan maka kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen akan semakin tinggi pula dan begitupun sebaliknya. Dengan kata lain besar kecilnya pembagian dividen dipengaruhi oleh likuiditas. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Ano et al. (2014) dan Putri (2017) yang juga menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Namun bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2018) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembagian dividen.
Debt to equity ratio atau Kebijakan hutang merupakan rasio keuangan yang membagi total hutang dengan total modal perusahaan Hardi & Andestiana (2019) yang menggambarkan seberapa besar hutang yang digunakan oleh perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya. pendanaan perusahaan yang menggunakan hutang. Ketika rasio hutang yang dimiliki perusahaan tinggi, maka akan semakin tinggi pula jumlah laba yang digunakan untuk membayarkan hutang. Sehingga akan semakin sedikit laba yang dibagikan sebagai dividen.
Berdasarkan penelitian Thaib & Tororeh (2015) menyatakan bahwa kebijakan
5
hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hardi & Andestiana (2019) menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividen.
Keputusan pembagian dividen juga dipengaruhi oleh profitabilitas.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Besar kecilnya dividen yang dibagikan sangat dipengaruhi oleh profitabilitas, karena profitabilitas menjadi salah satu sumber untuk mendanai pembagian dividen (Ano et al., 2014). Semakin tinggi tingkat profitabilitas sebuah perusahaan maka akan semakin tinggi pula dividen yang dibagikan dan begitu sebaliknya (Ginting, 2018).. Hal ini dibuktikan pada penelitian Ginting (2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hardi & Andestiana (2019) dan Novita Sari & Sudjarni (2015) yang hasil penelitiannya menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Banyak penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai pengaruh likuiditas, kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen. Tetapi dalam penelitian sebelumnya belum ada yang membandingkan ketiga faktor ini dalam satu penelitian sebelum pandemi covid 19 dan saat pandemi covid 19 dan dalam penelitian sebelumnya masih ditemukan ketidakkonsistenan hasil penelitian. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2018) dan Ano et al., (2014) yang dalam penelitiannya sama-sama meneliti mengenai pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen. Tetapi dalam penelitian keduanya mengalami perbedaan hasil penelitian, dalam penelitian Ginting (2018) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan dalam penelitian Ano et al. (2014) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen dan pada penelitian ini juga sama menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif pada kebijakan dividen. Tetapi penelitian Hardi
& Andestiana, (2019) menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Ginting (2018) dan (Ano et al., 2014).
6
Ketidakkonsistenan hasil penelitian ini bisa terjadi karena penelitian ini diterapkan pada perusahaan yang berbeda. Karena suatu perusahaan pasti memiliki kebijakan pembagian dividen sendiri-sendiri. Penelitian juga dilakukan pada periode waktu yang berbeda, sehingga bisa saja perusahaan sudah mengalami perubahan kondisi yang terjadi di perusahaan. Seperti halnya yang terjadi pada tahun 2020, Indonesia mengalami shock karena terjadinya pandemi covid ini sangat berdampak pada perekonomian Indonesia. Perbedaan hasil penelitian sebelumnya mengenai faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen juga menjadi permasalahan penelitian pada sektor industri transportasi. Persoalan dalam penelitian ini adalah Apakah likuiditas, kebijakan hutang, dan profitabilitas memiliki pengaruh dalam kebijakan dividen pada perusahaan transportasi pada masa sebelum dan saat pandemi covid 19.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh likuiditas, kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan transportasi pada sebelum dan saat pandemi covid 19. Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat bagi para investor sebagai acuan dalam mengambil keputusan ketika ingin melakukan investasi pada perusahaan transportasi.
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN MASALAH Dividend Irrelevance theories
Dividend Irrelevance theories menyatakan bahwa ketika investor membutuhkan dana tunai mereka dapat menjual saham yang dimiliki, sehingga dalam teori ini menganggap jika pembayaran dividen yang dilakukan bersifat irrelevance (Sulaiman & Sumani, 2016). Investor hanya memperhatikan tingkat pengembalian dari investasi yang mereka lakukan baik dalam bentuk capital gain maupun dividen. Dalam teori ini juga menyatakan pemilihan strategi pendanaan dalam pengambilan kebijakan pembayaran dividen dengan melibatkan adanya kebijakan investasi. 1. Untuk membiayai pertumbuhan perusahaan bisa dengan melakukan penerbitan saham, sehingga laba yang diperoleh perusahaan bisa dibagikan sebagai dividen, atau dengan 2. Membiayai pertumbuhan perusahaan dengan menggunakan laba yang diperoleh, sehingga menyebabkan dividen yang
7
dibagikan lebih sedikit tetapi tanpa melakukan penerbitan saham baru (Hairudin et al., 2020).
Pecking Order Theory
Pecking order theory menyatakan bahwa pendanaan perusahaan dengan urutan tertentu, yaitu dengan sumber dana dari perusahaan yaitu dengan laba ditahan maupun modal perusahaan, kemudian sumber dana dari luar perusahaan dengan hutang yang menjadi pilihan pertama dan penerbitan saham menjadi alternatif yang terakhir (Yoshendy et al., 2015). Menurut theory ini, perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi akan semakin meningkatkan dalam melakukan pinjaman ke luar perusahaan. Semakin tinggi pinjaman yang dilakukan dari luar perusahaan, perusahaan akan mendapatkan keuntungan pembayaran pajak yang lebih murah dari Tax-shield (Yoshendy et al., 2015). Pecking order theory juga menyatakan bahwa jumlah aktiva tetap berhubungan positif dengan rasio hutang, karena jika perusahaan memiliki jumlah aktiva yang banyak tentunya perusahaan akan lebih mudah dalam mendapatkan pinjaman (Yoshendy et al., 2015).
Kebijakan dividen
Kebijakan dividen adalah suatu kebijakan yang harus diperhatikan dan dipertimbangan dengan baik di dalam perusahaan. Kebijakan dividen ini digunakan untuk menentukan besar kecilnya laba yang akan diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai cadangan laba dan besarnya laba yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para investor (Hardi & Andestiana, 2019).
Kebijakan dividen ditetapkan sebagai keputusan pembelanjaan yang ditetapkan sebelum mengumumkan dan membagikan dividen kepada pemegang saham.
Besarnya laba yang dibagikan sebagai dividen dan waktu pembayarannya ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ketika jumlah laba yang ditahan oleh perusahaan tinggi, maka laba yang dibagikan ke investor akan semakin rendah, yang dapat mengakibatkan investor tidak tertarik lagi untuk berinvestasi ke perusahaan karena laba tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Sebaliknya jika semakin tinggi laba yang dibagikan sebagai dividen maka laba yang ditahan perusahaan akan semakin kecil sehingga dapat mengakibatkan
8
pertumbuhan perusahaan lambat karena dana yang dimiliki terbatas (Ginting, 2018). Dividen biasanya dihitung dengan menggunakan Dividend Payout Ratio, merupakan rasio keuangan yang membagi jumlah dividen yang dibagikan dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan(Alawiyah et al., 2021).
Likuiditas
Likuiditas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi pendanaan kegiatan operasional dan dalam melunasi hutang jangka pendeknya. Likuiditas menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam memutuskan besarnya tingkat pengembalian investasi atau yang disebut dividen. Kinerja perusahaan dinilai semakin baik apabila tingkat likuiditas dalam perusahaan tinggi., karena perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi berarti perusahaan dapat membayarkan dividen dengan lebih mudah . Likuiditas ini dapat diperhitungkan menggunakan rasio keuangan seperti Current Ratio (Ginting, 2018). Current Ratio merupakan rasio keuangan yang menghitung total aset yang dimiliki oleh perusahaan kemudian dibagi dengan total kewajiban yang dimiliki perusahaan.
Kebijakan hutang
Menurut Nuraina (2012) selain menjual saham, kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif yang dilakukan dalam mendanai perusahaan.
Kebijakan hutang adalah sumber modal yang diperoleh dari eksternal yang digunakan untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan. Kebijakan hutang ini merupakan gambaran mengenai perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan suatu perusahaan. Kebijakan hutang biasanya dihitung menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa banyak perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaannya. Nilai rasio yang semakin tinggi akan menunjukan bahwa keadaan perusahaan kurang baik, karena beban hutang perusahaan yang harus dibayarkan perusahaan semakin besar (Hardi & Andestiana, 2019).
Profitabilitas
Profitabilitas menggambarkan kemampuan dalam mendapatkan keuntungan bagi suatu perusahaan. Sehingga profitabilitas ini mempengaruhi dalam penentuan besar kecilnya dividen yang hendak dibagikan. Semakin besar tingkatan profitabilitas dalam suatu perusahaan diharapkan akan semakin besar
9
pula laba yang hendak dibagikan kepada investor. Profitabilitas ini umumnya diukur menggunakan rasio keuangan Return On Equity ( ROE) yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menciptakan laba yang didanai oleh modal yang diperoleh (Bawamenewi & Afriyeni, 2019). Rasio keuangan ini merupakan perbandingan antara jumlah laba yang didapatkan dengan total modal yang dimiliki oleh perusahaan.
Pengaruh Likuiditas Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen
Likuiditas biasanya diukur dengan current ratio yang menunjukan bagaimana kemampuan perusahaan menggunakan aset lancar yang dimiliki untuk mendanai pemenuhan hutang lancar yang dimiliki. Semakin besar tingkat likuiditas dalam perusahaan maka diharapkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya semakin besar, sehingga kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen diharapkan semakin besar pula (Ginting, 2018). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita Sari & Sudjarni (2015) menyatakan bahwa current ratio atau likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Putri (2017) yang juga menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividen.
Hal ini dikarenakan ketika perusahaan memiliki lebih besar jumlah aktiva dibandingkan jumlah hutang lancar, maka artinya perusahaan dinilai mampu untuk memenuhi hutang jangka pendek dan kelebihannya digunakan untuk membayarkan dividen. Jadi bisa disimpulkan ketika tingkat likuiditas perusahaan semakin besar, maka kemampuan perusahaan membagikan dividen akan semakin besar pula, dan begitu sebaliknya. Berdasarkan penjelasan tersebut, artinya likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
H1 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Dividen
Kebijakan hutang diukur dengan rasio keuangan debt to equity ratio (DER) yang menunjukan rasio antara total hutang dan total ekuitas yang dimiliki dalam perusahaan. Kebijakan hutang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki untuk mendanai pembayaran hutang yang dimiliki perusahaan (Hardi & Andestiana, 2019). Hasil penelitian Putri (2017)
10
menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen karena ketika perusahaan memiliki banyak hutang yang maka akan semakin sedikit laba yang dibagikan sebagai dividen.
Berdasarkan pecking order theory urutan kedua dalam pembiayaan adalah hutang, ketika sumber pendanaan internal perusahaan tidak mencukupi dalam membiayai kebutuhan perusahaan maka perusahaan akan meminjam dana ke pihak luar untuk mencukupi kebutuhan perusahaan. Ketika perusahaan memperoleh laba tentunya laba tersebut digunakan terlebih dahulu untuk membayar hutang perusahaan, lalu kemudian sisa laba akan dibagi menjadi laba ditahan dan laba yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para investor.
Sehingga, ketika perusahaan memiliki rasio hutang yang tinggi maka laba yang digunakan untuk mendanai pembayaran hutang akan semakin tinggi pula. Hal ini menyebabkan akan semakin sedikit laba yang dibagikan sebagai dividen.
Begitupun sebaliknya ketika perusahaan memiliki rasio hutang yang kecil maka laba yang digunakan untuk membayar hutang juga sedikit dan laba yang akan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham akan semakin banyak.
Berdasarkan uraian tersebut, artinya kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
H2 : Kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen Pengaruh profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen
Profitabilitas menggambarkan kemampuan dalam mendapatkan keuntungan dari kegiatan operasional perusahaan Ginting (2018). Profitabilitas ini digunakan untuk keperluan pendanaan dan juga untuk pertumbuhan perusahaan (Hairudin et al., 2020). Ketika perusahaan mendapatkan laba, laba tersebut akan diinvestasikan kembali pada perusahaan sebagai cadangan laba yang nantinya akan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan maupun digunakan untuk pertumbuhan perusahaan, baru sisanya akan dibagikan sebagai dividen.
Berdasarkan dividend Irrelevvance Theory menyatakan bahwa dalam pendanaan pertumbuhan perusahaan dapat menggunakan dana internal dengan melakukan pembayaran dividen yang lebih sedikit dari biasanya dan tanpa melakukan penerbitan saham baru. Sehingga apabila profitabilitas yang
11
didapatkan perusahaan tinggi, maka akan sedikit dividen yang dibagikan karena dividen digunakan untuk mendanai pertumbuhan perusahaan. Teori ini didukung oleh penelitian Hairudin et al.(2020), Hasana et al. (2017) dan Demirgunes (2015) yang hasil penelitiannya menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
H3 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen Model Penelitian
Berikut ini adalah gambar model penelitian
Gambar 3. Kerangka Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Explanatory research ini digunakan untuk menguji hubungan antar variabel-variabel penelitian yang dihipotesiskan (Suhadak, 2015). Mengacu pada data yang dikumpulkan penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini digunakan oleh peneliti untuk membuktikan suatu teori atau hipotesis dari sebuah penelitian yang diselesaikan dengan menggunakan pengujian statistik.
Desain Penelitian
Data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi sumber data
Kebijakan Dividen (Y)
Likuiditas (X1)
Kebijakan Hutang (X2)
Profitabilitas (X3)
H2
12
dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, membaca dan mengidentifikasi laporan keuangan perusahaan pada sektor transportasi dari tahun 2018-2021. Laporan keuangan perusahaan transportasi ini diperoleh melalui situs web resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel dependen
Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang digunakan untuk menentukan besar kecilnya laba yang yang akan diinvestasikan kembali ke perusahan sebagai laba ditahan dan laba yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para investor (Pangestuti, 2019). Kebijakan dividen ini diukur dengan menggunakan skala pengukuran rasio keuangan yang disebut Dividen Payout Ratio. DPR ini dapat dihitung menggunakan rumus:
𝐷𝑃𝑅 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ(𝑛 − 1) 𝑥 100%
2. Variabel independen a. Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancarnya dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki (Ginting, 2018). Likuiditas ini diukur dengan rasio keuangan yang disebut current ratio. Current ratio dihitung menggunakan rumus :
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑥 100%
b. Kebijakan hutang
Kebijakan hutang adalah rasio membandingkan total hutang yang dimiliki dengan total ekuitas yang dimiliki dalam pendanaan perusahaan. Kebijakan hutang ini diukur menggunakan rasio keuangan yang disebut DER ( debt to equity ratio). DER adalah rasio yang menggambarkan seberapa banyak kegiatan operasional perusahaan
13
yang didanai menggunakan hutang (Hardi & Andestiana, 2019). DER bisa dihitung dengan menggunakan rumus :
𝐷𝐸𝑅 =𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 100%
c. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba perusahaan. Untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bisa menggunakan return on equity (ROE).
ROE merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan modal perusahaan dalam memperoleh laba perusahaan (Bawamenewi & Afriyeni, 2019).
𝑅𝑂𝐸 =Laba setelah pajak
total equity 𝑥 100%
Populasi dan sampel
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018-2021. Alasan menggunakan perusahaan transportasi sebagai objek penelitian karena penelitian ini dilakukan pada periode tahun 2020-2021 dimana Indonesia mengalami pandemi covid 19. Perusahaan Transportasi merupakan salah satu perusahaan yang terkena dampak negatif akibat adanya pandemi covid 19, karena disaat terjadinya pandemi covid 19 masyarakat dihimbau untuk dirumah saja yang artinya banyak perusahaan transportasi yang kehilangan konsumennya karena tidak adanya konsumen yang menggunakan jasa transportasi. Total perusahaan transportasi yang tercatat di Bursa efek Indonesia (BEI) ada 45 Perusahaan. Populasi dalam penelitian yang berjumlah 45 perusahaan akan diambil beberapa sampel penelitian dengan menggunakan teknik non probability sampling yang berupa purposive sampling yaitu dengan menggunakan kriteria-kriteria dalam menentukan sampel penelitian.
Adapun kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel adalah :
14
Tabel 1. Tahapan Pemilihan Sampel
No Kriteria Jumlah perusahaan
1 Perusahaan transportasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. 45
2 Perusahaan transportasi yang menerbitkan laporan keuangan dari triwulan 1 tahun 2018 sampai tahun triwulan 3 tahun 2021
(6)
3 Perusahaan transportasi yang membagikan dividen
pada tahun 2018-2021. (34)
Jumlah akhir sampel 5
Jumlah triwulanan (t) 15
Jumlah pengamatan 75
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data nama-nama perusahaan transportasi dan laporan keuangan perusahaan transportasi yang membagikan dividen pada tahun 2018 -2021. Yang dilihat dari laporan keuangan perusahaan seperti pada laporan posisi keuangan, laporan perusahan ekuitas dan laporan laba rugi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan studi dokumentasi, yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan mengidentifikasi laporan keuangan perusahaan transportasi yang diperoleh dari situs Web Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.
Teknik Analisis Data Metode Interpolasi
Data dividen yang umumnya tersedia dalam bentuk tahunan, oleh karena itu untuk mendapatkan data dalam bentuk kuartalan dilakukan dengan menggunakan
metode interpolasi. Metode interpolasi ini digunakan untuk mendapatkan data baru dengan menggunakan data yang sudah tersedia.
15 Analisis Statistik deskriptif
Analisis ini bertujuan untuk mendeskriptifkan nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi dari variabel yang diujikan yaitu kebijakan dividen, likuiditas, kebijakan hutang dan profitabilitas (Oktaviarni, 2019).
Analisis Regresi Data Panel
Analisis regresi data panel merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Metode ini menggabungkan data cross section dan data time series.
Dengan variabel yang akan dianalisis meliputi Likuiditas, Kebijakan Hutang, dan Profitabilitas. Variabel-variabel tersebut akan dilihat pengaruhnya terhadap kebijakan dividen di perusahaan. Terdapat tiga model yang digunakan dalam regresi data panel yaitu 1) Common Effect Model (CEM) merupakan model sederhana yang menggabungkan data time series dan cross section kedalam bentuk pool untuk menghitung data panel dengan menggunakan persamaan kuadrat terkecil atau pooled least square (PLS). Dengan model regresi Yt sebelum covid 19 = β1X1+β2X2+β3X3+….+βnXmit+ ɛit dan Yt saat covid 19 = β1X1+β2X2+β3X3+….+βnXmit+ ɛit 2) Fixed Effect Model (FEM) merupakan model data panel yang menghitungnya menggunakan cara dengan menambahkan dummy dengan menggunakan metode least square. Dengan model regresi Yt sebelum covid 19
=α1D1+α2D2+….+ αnDn+β2X2it+….+ βnXmit +μt + ɛit) dan Yt saat covid 19
=α1D1+α2D2+….+ αnDn+β2X2it+….+ βnXmit +μt + ɛit). Random Effect Model (REM) merupakan metode yang memperhitungkan error dalam perhitungan data panel dengan menggunakan metode least square. Dengan model regresi Yt Sebelum covid 19 = β1Xt + β2X2t+β3X3t+ … + βnXmit+μt+ɛit dan Yt Sebelum covid 19 = β1Xt + β2X2t+β3X3t+ … + βnXmit+μt+ɛit (Pangestuti, 2019).
Ada beberapa uji yang dilakukan untuk mengetahui model yang tepat untuk penelitian ini. yang pertama melakukan uji Chow ( uji F) yang digunakan untuk menentukan CEM atau FEM, yang kedua dilakukan uji Hausman yang digunakan untuk menentukan FEM atau REM. Dan yang ketiga Uji lagrange multiplier yang digunakan untuk menentukan CEM atau REM. Model dari regresi data panel yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y (Sebelum pandemi covid 19) = a + b1X1it+ + b2X2it+ b3X3it+ eit
Y (Saat pandemi covid 19) = a + b1X1it+ + b2X2it+ b3X3it+ eit
16 Keterangan
Y = Kebijakan dividen (DPR) a = kostanta
b1 ,b2 ,b3 = Koefisien
X1 = Likuiditas (CR)
X2 = Kebijakan hutang (DER) X3 = Profitabilitas (ROE)
e = eror
Uji asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui dalam model regresi ini apakah variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak (Oktaviarni, 2019) b. Uji Multikolinearitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ismiati & Yuniati, 2017).
Uji Hipotesis a. Uji t
bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan secara satu arah dengan 3 tingkat signifikansi yaitu sebesar 1%, 5% dan 10%.
b. Uji Koefisien determinan
Uji koefisien determinasi berganda (R2) yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya (Ismiati & Yuniati, 2017).
17 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Tabel 2. Hasil statistik deskriptif sebelum dan saat pandemi covid 19 Sebelum Pandemi Covid 19 Saat Pandemi covid 19
DPR CR DER ROE DPR CR DER ROE
Mean 0.126 2.593 0.637 0.052 0.157 2.865 0.769 0.052 Max 0.663 1.265 0.48 0.051 0.736 8.23 2.27 0.247 Min 0.004 0.62 0.09 -0.244 -0.004 0.63 0.13 -0.133 St.dev 0.148 2.125 0.494 0.088 0.203 2.528 0.688 0.065 Sumber : E-views 10 (data diolah)
Berdasarkan tabel 2 hasil output menunjukan bahwa perusahaan transportasi pada saat sebelum pandemi covid 19 memiliki nilai rata-rata DPR sebesar 0,126 dan pada saat pandemi covid 19 memiliki nilai rata-rata sebesar 0,157. Rata-rata DPR yang dimiliki perusahaan transport pada saat pandemi covid 19 lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi covid 19, hal ini dikarenakan perusahaan ingin menjaga nama baik di mata investor sehingga perusahaan selalu berusaha untuk membagikan dividen dengan stabil. Dan ketika tahun 2021 terjadi pemulihan ekonomi pada perusahaan, laba yang diperoleh perusahaan mulai kembali meningkat, sehingga pada tahun itu banyak perusahaan yang membagikan dividen lebih besar dibandingkan pada tahun 2020 maupun 2019 seperti pada perusahaan IPCM, NELLY, dan TPMA.Perusahaan transportasi pada saat sebelum pandemi covid 19 memiliki nilai DPR tertinggi 0,663 yaitu pada perusahaan NELY pada triwulan 1 tahun 2018 dan nilai DPR terendah 0,004 perusahaan CASS triwulan 4 tahun 2019. Sedangkan pada saat pandemi covid 19 memiliki nilai DPR tertinggi 0,736 perusahaan NELY triwulan 1 tahun 2021 dan nilai DPR terendah -0,004 perusahaan SMDR triwulan 3 dan 4 tahun 2020.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diatas menjelaskan bahwa likuiditas yang dialami perusahaan transportasi pada saat sebelum pandemi covid 19 yang dihitung menggunakan current ratio (CR) memiliki nilai rata-rata sebesar 2,593 dan pada saat pandemi covid 19 memiliki nilai rata-rata CR sebesar 2,865. Rata- rata CR saat pandemi covid 19 lebih tinggi dikarenakan ada kemungkinan pada saat pandemi covid 19 di perusahaan transportasi mengalami perubahan modal yang tidak besar, sehingga perusahaan lebih banyak menggunakan aset lancarnya untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan. Pada saat sebelum pandemi
18
covid 19 perusahaan transportasi memiliki nilai CR tertinggi 7,00 perusahaan IPCM triwulan 3 tahun 2019 dengan nilai CR terendah 0,620 perusahaan TPMA triwulan 1 tahun 2018 dan standar deviasi sebesar 2,125. Pada saat pandemi covid 19 memiliki nilai CR tertinggi sebesar 8,23 perusahaan CASS triwulan 3 tahun 2021, dengan nilai CR terendah 0,63 perusahaan CASS triwulan 4 tahun 2020 dan nilai standar deviasi sebesar 2,52.
Berdasarkan hasil output diatas juga dijelaskan bahwa rata-rata kemampuan perusahaan transportasi dalam mengelola hutang yang dihitung menggunakan debt to equity ratio (DER) pada sebelum pandemi covid 19 sebesar 0,637 dan pada saat pandemi covid 19 sebesar 0,769. Rata-rata DER pada saat pandemi covid 19 lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi covid 19 terjadi karena pada awal terjadinya pandemi covid 19 perusahaan transportasi mengalami penurunan laba, Sehingga perusahaan melakukan hutang lebih banyak yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasionalnya, sesuai dengan pecking order theory hutang menjadi prioritas kedua dalam pendanaan. Pada saat sebelum pandemi covid 19 perusahaan transportasi memiliki nilai DER tertinggi 1,74 perusahaan CASS triwulan 4 tahun 2019 dengan nilai DER terendah 0,09 perusahaan NELY triwulan 1 tahun 2018, dan standar deviasi sebesar 0.494. Pada saat pandemi covid 19 memiliki nilai DER tertinggi sebesar, 2,27 perusahaan CASS triwulan 4 tahun 2020 dengan nilai DER terendah 0,13 perusahaan NELY triwulan 1 tahun 2021 dan nilai standar deviasi sebesar 0,688.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa perusahaan transportasi memperoleh profitabilitas yang dihitung dengan return of equity (ROE) pada saat sebelum pandemi covid 19 memiliki nilai rata-rata sebesar 0,0522 dan pada saat pandemi covid 19 memiliki nilai rata-rata ROE sebesar 0,0527. Profitabilitas yang didapatkan oleh masing-masing perusahaan mengalami fluktuasi yang cenderung stabil karena dalam 2 kondisi sama-sama mengalami tahun peningkatan laba dan penurunan laba. Seperti pada rata-rata laba perusahaan dari tahun 2018 ke tahun 2019 mengalami penurunan sebesar -164,18% diikuti dengan penurunan rata-rata ekuitas sebesar -5,49%, sedangkan di tahun 2020 ke 2021 mengalami peningkatan sebesar 432,23% diikuti dengan peningkatan rata- rata ekuitas sebesar 8,79%. Hal ini menyebabkan nilai rata-rata ROE pada saat
19
pandemi covid 19 cenderung lebih besar dibandingkan sebelum pandemi covid 19. Pada saat sebelum pandemi covid 19 perusahaan transportasi memiliki nilai ROE tertinggi sebesar 0,237% perusahaan CASS triwulan 3 tahun 2018 dengan nilai ROE terendah, -0,244 perusahaan SMDR triwulan 4 tahun 2019 dan standar deviasi sebesar 0,088. Pada saat pandemi covid 19 memiliki nilai ROE tertinggi sebesar 20,47 perusahaan SMDR triwulan 3 tahun 2021 dengan nilai ROE terendah -0,133 perusahaan CASS triwulan 4 tahun 2020 dan nilai standar deviasi sebesar 0,065.
4.2 Pemilihan Model Regresi Data Panel
a. Uji Chow ( Common effect model vs Fixed effect model ) Pengujian pada uji chow ini menggunakan hipotesis sebagai berikut : H0 = Common effect model
H1= Fixed effect model
Berdasarkan hipotesis di atas apabila nilai probabilitas cross-section chi-square uji Chow lebih kecil dari alfa 0,05 maka H0 ditolak, dan H1 diterima, sedangkan apabila nilai probabilitas cross-section chi-square uji Chow lebih besar dari alpa 0,05 maka H0 diterima, dan H1 ditolak.
Tabel 3. Hasil Uji Chow sebelum dan saat pandemi covid 19
Effect test Sebelum pandemi covid 19 Saat pandemi covid 19
Statistic Prob Statistic Prob
Cross- section F 4.622 0.004 0.656 0.627
Cross-section Chi-square 18.24 0.001 3.249 0.516 Sumber : E-views 10 (data diolah)
Berdasarkan tabel 3, hasil output menunjukan bahwa nilai probabilitas Cross-section Chi-square pada penelitian sebelum pandemi covid 19 adalah 0.0011 yang artinya lebih kecil dari α 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Sehingga berdasarkan uji chow penelitian sebelum pandemi covid 19 ini paling cocok menggunakan Fixed effect model (FEM). Dan berdasarkan pada tabel 4, hasil output menunjukan bahwa nilai probabilitas Cross-section Chi-square pada penelitian saat pandemi covid 19 adalah 0.5169 yang artinya lebih besar dari α 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga berdasarkan uji chow penelitian saat pandemi covid 19 ini paling cocok menggunakan Common effect model (CEM).
20
b. Uji hausman ( Fixed effect model vs Random effect model ) Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : H0 = Random effect model
H1 = Fixed effect model
Berdasarkan hipotesis di atas apabila nilai probabilitas cross-section chi-square uji Chow lebih kecil dari alfa 0,05 maka H0 ditolak, dan H1 diterima, sedangkan apabila nilai probabilitas cross-section chi-square uji Chow lebih besar dari alfa 0,05 maka H0 diterima, dan H1 ditolak.
Tabel 4. Hasil Uji Hausman sebelum pandemi covid 19
Test summary Chi-sq. Statistic Chi.Sq. D.F. Prob.
Cross-section random 0.266196 3 0.966
Sumber : E-views 10 (data diolah)
Berdasarkan pada tabel 4, hasil output menunjukan bahwa nilai probabilitas Cross-section Chi-square yang didapatkan pada penelitian uji hausman ini adalah 0.9663 yang artinya lebih besar dari α 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga berdasarkan uji hausman, penelitian sebelum pandemi covid 19 lebih cocok menggunakan Random Effect Model.
c. Uji lagrange multiplier ( Common effect model vs Random effect model ) Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 = Cammon eefect model H1 = Random effect model
Berdasarkan hipotesis di atas apabila nilai probabilitas cross-section chi-square uji Chow lebih kecil dari alfa 0,05 maka H0 ditolak, dan H1 diterima, sedangkan apabila nilai probabilitas cross-section chi-square uji Chow lebih besar dari alfa 0,05 maka H0 diterima, dan H1 ditolak.
Tabel 5. Hasil Uji lagrange multiplier sebelum dan saat pandemi covid 19 Null ( non
rand. Effect)
Sebelum pandemi covid 19 Saat pandemi covid 19 Cross-
section Period Both Cross-
section Period Both Alternative One-sided One-
sided
One-sided One- sided Breusch-
pagan
9.173 1.795 10.969 0.657 3.234 3.892 (0.002) (0.18) (0.000) (0.417) (0.072) (0.048) Sumber : E-views 10 (data diolah)
21
Berdasarkan pada tabel 5, hasil output diatas menunjukan bahwa nilai probabilitas Breucsh-Pagan (BP) yang didapatkan pada penelitian lagrange multiplier sebelum pandemi covid 19 ini adalah 0.0009 yang artinya lebih kecil dari α 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan pada tabel 7 hasil output diatas menunjukan bahwa nilai probabilitas Breusch-Pagan (BP) yang didapatkan pada penelitian lagrange multiplier saat pandemi covid 19 ini adalah 0.0485 yang artinya lebih kecil dari α 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima Sehingga berdasarkan penelitian lagrange multiplier, penelitian sebelum dan saat pandemi Covid 19 lebih cocok menggunakan metode Random Effect model.
4.3 Uji Asumsi Klasik a. Uji normalitas
Tabel 6. Hasil uji normalitas sebelum dan saat pandemi covid 19 sebelum transformasi data
Variabel Sebelum pandemi covid 19 Saat pandemi covid 19 Probabilitas Alfa Kesimpulan Probabilitas Alfa Kesimpulan Residual 0.000 0.05 Tidak
normal
0.004 0.05 Tidak normal Sumber : E-views 10 (data diolah)
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 6 menunjukan bahwa residual pada penelitian sebelum pandemi covid 19 dan saat pandemi covid 19 sama-sama terdistribusi tidak normal dengan masing-masing probabilitas 0,000007 dan 0,004490 yang artinya lebih kecil dari alfa 0,05. Residual yang berdistribusi tidak normal ini perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu dengan menggunakan logaritma natural.
Tabel 7. Hasil uji normalitas sebelum dan saat pandemi covid 19 setelah transformasi data
Variabel Sebelum pandemi covid 19 Saat pandemi covid 19 Probabilitas Alfa Kesimpulan Probabilitas Alfa Kesimpulan Residual 0.468 0.05 Normal 0.362 0.05 Normal
Sumber : E-views 10 (data diolah)
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 7 menunjukan bahwa residual pada penelitian sebelum pandemi covid 19 dan saat pandemi covid 19 sama-sama terdistribusi normal denagn masing-masing probabilitas 0,468303 dan 0,362376 yang artinya lebih besar dari alfa 0,05.
22 b. Uji multikolinieritas
Tabel 8. Hasil uji multikolinieritas sebelum pandemi covid 19
CR DER ROE Kesimpulan
CR 1 -0.71 0.10 0.08 Tidak ada multikolinieritas DER -0.71 1 -0.001 0.08 Tidak ada multikolinieritas ROE 0.10 -0.001 1 0.08 Tidak ada multikolinieritas
Sumber : E-views 10 (data diolah)
Tabel 9. Hasil uji multikolinieritas saat pandemi covid 19
CR DER ROE Kesimpulan
CR 1 -0.47 0.18 0.08 Tidak ada multikolinieritas
DER -0.47 1 0.09 0.08 Tidak ada multikolinieritas
ROE 0.18 0.09 1 0.08 Tidak ada multikolinieritas
Sumber : E-views 10 (data diolah) 4.4 Hasil Uji Analisis Regresi Data Panel
Tabel 10. Hasil Uji Analisis Regresi Data Panel sebelum dan saat pandemi covid 19
Variabel
Sebelum pandemi covid 19 Saat pandemi covid 19 Koefi
sien
t-Stat
Prob Hipotes is
Koefi sien
t-Stat
Prob. Hipotes is Kostanta -1.403 -1.396 0.17
1
-1.987 -2.425 0.022 CR -0.062 -0.418 0.67
7
Tidak berpeng aruh
0.118 0.908 0.371 Tidak berpeng aruh DER -1.416 -1.555 0.12
8
Tidak berpeng aruh
-1.212 -1.913 0.066 (*)
Berpen garuh ROE -4.142 -2.128 0.04
(**)
Berpen garuh
-1.713 -0.533 0.598 Tidak berpeng aruh Adjusted
R squared
0.073 0.095
Ket : (***) = signifikansi 1% CR = Likuiditas
(**) = signifikansi 5% DER = Kebijakan hutang (*) = signifikansi 10% ROE = Profitabilitas
Sumber : E-views 10 (data diolah)
23
Berdasarkan hasil pengujian regresi data panel, dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut :
DPR sebelum pandemi covid 19 = -1,403 – 0,062 Likuiditasit – 1,416 Kebijakan Hutangit – 4,142 Profitabilitasit + eit
DPR saat pandemi covid 19 = -1,987 + 0,118 Likuiditasit – 1,212 Kebijakan Hutangit – 1,713 Profitabilitasit + eit
Dari persamaan regresi diatas, dapat diuraikan sebagai berikut :
Berdasarkan dari hasil uji regresi data panel sebelum pandemi covid 19, diketahui bahwa nilai konstanta sebesar -1,403. yang artinya apabila nilai variabel likuiditas (CR), Kebijakan hutang (DER), dan Profitabilitas (ROE) dianggap konstan atau sama dengan 0 (nol), maka nilai dari kebijakan dividennya sebesar - 1,403. Dan dari hasil uji regresi data panel saat pandemi covid 19, diketahui bahwa nilai konstantanya sebesar -1,987. yang artinya apabila nilai variabel likuiditas (CR), Kebijakan hutang (DER), dan Profitabilitas (ROE) dianggap konstan atau sama dengan 0 (nol), maka nilai dari kebijakan dividennya sebesar - 1,987.
Koefisien regresi likuiditas yang dalam penelitian ini diukur menggunakan Current Ratio (CR)yang pada penelitian sebelum pandemi covid 19 nilainya sebesar -0,062 dan saat pandemi covid 19 nilainya sebesar 0,118. Yang artinya ketika CR mengalami kenaikan sebesar 1 ( dengan asumsi nilai koefisien variabel lain tetap ), maka nilai kebijakan dividen di masa sebelum pandemi covid 19 akan mengalami penurunan 0,062 dan nilai kebijakan dividen di masa saat pandemi covid 19 mengalami peningkatan sebesar 0,118. Artinya dari kedua analisis yang dilakukan sama- sama menunjukan bahwa likuiditas memiliki hubungan positif terhadap kebijakan dividen, hal ini dibuktikan dengan koefisien dari kedua analisis yang bernilai positif.
Koefisien regresi kebijakan hutang yang dalam penelitian ini diukur dengan DER ( Debt to equity ratio ) yang pada penelitian sebelum pandemi covid 19 nilainya sebesar – 1,416 dan saat pandemi covid 19 nilainya sebesar – 1,212.
Yang artinya ketika DER mengalami kenaikan sebesar 1 ( dengan asumsi nilai koefisien variabel lain tetap ), maka nilai kebijakan dividen dimasa sebelum pandemi covid 19 akan mengalami penurunan sebesar 1,416, dan nilai kebijakan
24
dividen di masa saat pandemi covid 19 mengalami peningkatan sebesar 1,212.
Koefisien yang bernilai negatif ini menjelaskan bahwa kebijakan hutang memiliki hubungan negatif terhadap kebijakan dividen. Yang artinya dari kedua analisa sama-sama menunjukkan bahwa kebijakan hutang memiliki hubungan negatif terhadap kebijakan dividen.
Koefisien regresi profitabilitas yang dalam penelitian ini diukur dengan ROE (Return on equity) yang pada penelitian sebelum pandemi covid 19 nilainya sebesar – 4,142 dan saat pandemi covid 19 nilainya sebesar – 1,713. Yang artinya ketika ROE mengalami kenaikan sebesar 1 ( dengan asumsi nilai koefisien variabel lain tetap ), maka nilai kebijakan dividen di masa sebelum pandemi covid 19 akan mengalami penurunan sebesar 4,142 dan dan nilai kebijakan dividen di masa saat pandemi covid 19 mengalami penurunan sebesar 1,713. Dari kedua analisis sama-sama memiliki koefisien yang bernilai negatif, yang artinya dari kedua penelitian sama-sama menunjukan bahwa profitabilitas memiliki hubungan negatif terhadap kebijakan dividen.
4.5 Uji Hipotesis a. Uji t
Dalam uji t ini pengambilan keputusan didasarkan dengan melihat nilai probabilitas pada setiap variabel yang dibandingkan dengan alfa 0,05 , 0,10 , dan 0,15. Apabila nilai probabilitas < alfa, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan apabila Apabila nilai probabilitas > alfa, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
Berdasarkan tabel 10, hasil uji t sebelum pandemi covid 19 menunjukan bahwa likuiditas yang dihitung menggunakan CR menunjukan nilai probabilitas sebelum pandemi covid sebesar 0.677 dan probabilitas CR saat pandemi covid 19 sebesar 0.371 yang artinya lebih besar dari nilai alfa. Hal ini menjelaskan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen sebelum maupun saat pandemi covid 19. Sedangkan kebijakan hutang yang dihitung menggunakan DER menunjukan nilai probabilitas sebelum pandemi covid sebesar 0.128 yang artinya lebih besar dari alfa dan probabilitas DER saat pandemi covid 19 sebesar 0.066 yang artinya lebih kecil dari alfa 0,10, dengan koefisien -1,212. Hal ini
25
menjelaskan bahwa kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen sebelum pandemi covid 19 dan berpengaruh negatif saat pandemi covid 19. profitabilitas yang dihitung menggunakan ROE menunjukan nilai probabilitas sebelum pandemi covid sebesar 0,04 lebih kecil dari 0,05, dengan koefisien - 4.142. Hal ini menjelaskan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen pada saat sebelum pandemi covid 19. Sedangkan probablitas ROE saat pandemi covid 19 sebesar 0.598 yang artinya lebih besar dari alfa. Hal ini menjelaskan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen saat pandemi covid 19.
b. Uji koefisien determinan (R2)
Nilai koefisien determinan ini antara 0 sampai 1. Apabila nilai koefisien determinan semakin mendekati 1 maka akan semakin besar variabel bebas menjelaskan variansi dari variabel terikatnya.
Berdasarkan dari hasil uji pada tabel 10, menunjukan angka koefisien determinan (R2) sebelum dan saat pandemi covid 19 masing-masing sebesar 0.073atau 7,3% dan 0.095atau 9,5%, yang artinya kebijakan dividen dapat dijelaskan dengan variabel likuiditas, kebijakan hutang dan profitabilitas sebesar 7,3% pada sebelum pandemi covid 19 dan 9,5% pada saat pandemi covid 19.
Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
4.6 Analisis
Pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen
Variabel likuiditas yang dihitung menggunakan current ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan transportasi pada sebelum dan saat terjadinya pandemi covid 19. Dikarenakan tidak semua perusahaan yang memiliki aset lancar yang besar juga memiliki kemampuan membagikan dividen yang besar pula. Seperti pada perusahaan IPCM triwulan 3 tahun 2019 yang memiliki CR tertinggi sebelum pandemi covid 19 yaitu sebesar 7,00 namun hanya membagikan dividen sebesar 0,04. Dilihat pada catatan atas laporan keuangan ( CALK) menjelaskan bahwa dana dari aset lancar digunakan untuk pembayaran asuransi pada aset tetap guna menutup kerugian atas resiko kerusakan lingkungan dan adanya kecelakaan maupun resiko lainnya.
26
Pada perusahaan, terutama pada perusahaan yang sudah cukup lama beroperasi yang tentunya sudah memiliki banyak cadangan laba. Dengan ini perusahaan bisa membagikan dividen dengan menggunakan cadangan laba yang dimiliki dan tidak bergantung pada besar kecilnya tingkat likuiditas perusahaan.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa Penelitian ini didukung oleh penelitian Bawamenewi & Afriyeni ( 2019) dan Ginting ( 2018) yang sama-sama menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen
Variabel kebijakan hutang yang dihitung menggunakan debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan transportasi sebelum pandemi covid 19, sedangkan DER memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen pada saat pandemi covid 19, dengan koefisien yang dimiliki sama-sama negatif. Pada perusahaan CASS yang dalam 4 tahun berturut- turut memiliki nilai DER yang lebih tinggi dibandingkan oleh perusahaan yang lain dan diatas nilai rata-rata, tetapi perusahaan ini tetap membagikan dividen walaupun nilai DER tinggi. Hal ini kemungkinan terjadi karena perusahaan ingin menjaga reputasi di mata para investor sehingga perusahaan tetap membagikan dividen di saat perusahaan memiliki hutang.
Akan tetapi jika perusahaan merasa hutang yang dimiliki sudah terlalu besar dan sudah mendekati masa jatuh tempo maka perusahaan akan lebih berkonsentrasi dalam pelunasan hutang terlebih dahulu dibandingkan dengan pembagian dividen. Hal ini dilakukan untuk menghindari kebangkrutan pada perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Novianto & Haryono (2017) dan Putri, (2017) yang hasil penelitiannya juga menunjukan bahwa kebijakan hutang tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Dan didukung oleh penelitian Thaib & Tororeh (2015) yang dalam hasil penelitiannya juga menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
27
Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen
Variabel profitabilitas yang dihitung menggunakan Return on equity (ROE) pada berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen sebelum pandemi covid 19. Yang artinya ketika profitabilitas perusahaan naik maka dividen yang dibagikan akan menurun. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan pada saat sebelum pandemi covid 19 terjadi perusahaan lebih banyak menggunakan profitabilitas untuk diinvestasikan kembali pada perusahaan atau sebagai cadangan laba. Perusahaan lebih menggunakan profitabilitas yang diperoleh untuk mendanai pertumbuhannya sehingga dividen yang dibagikan lebih sedikit (Hairudin et al., 2020). Hasil penelitian ini didukung oleh Demirgunes (2015) yang dalam penelitiannya juga sama-sama menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Tetapi untuk penelitian saat pandemi covid 19 menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Saat terjadinya pandemi covid 19 di tahun 2020 banyak perusahaan yang mengalami penurunan laba perusahaan seperti perusahaan CASS dan TPMA. Yang pada kuartal 3 tahun 2019 memiliki laba masing-masing Rp 213.928.000.000 dan Rp 84.268.000.000 di kuartal 3 tahun 2020 menjadi masing- masing sebesar Rp 5.805.000.000 dan Rp 17.330.000.000. Walaupun perusahaan mengalami penurunan laba yang cukup besar ditahun 2020, perusahaan masih tetap membagikan dividen kepada pemegang saham. Untuk perusahaan yang sudah cukup lama beroperasi mereka akan tetap membagikan dividen kepada para investor dengan tujuan untuk menjaga nama baik perusahaan. Dalam hal ini tinggi rendahnya profitabilitas yang diperoleh tidak mempengaruhi pembagian dividen dalam perusahaan karena ketika profitabilitas yang diperoleh perusahaan rendah maka perusahaan akan mendanai pembagian dividen ini menggunakan cadangan laba yang dimiliki perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bawamenewi &
Afriyeni (2019) yang dalam penelitiannya juga menunjukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian pengaruh likuiditas, kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan transportasi dapat disimpulkan
28
bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada sebelum maupun saat pandemi covid 19. Pembayaran dividen yang dilakukan oleh perusahaan tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya nilai likuiditas yang dimiliki.
Hal ini disebabkan untuk perusahaan yang telah memiliki banyak cadangan laba lebih memilih membiayai pembayaran dividen dengan menggunakan cadangan laba, dan untuk likuiditas bisa digunakan untuk keperluan perusahaan yang lainnya.
Kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan transportasi pada sebelum pandemi covid 19. Hal ini dapat terjadi karena sebagai upaya perusahaan untuk menjaga reputasinya di mata investor makan perusahaan berusaha untuk tetap membagikan dividen secara stabil walaupun dalam keadaan memiliki hutang. Sedangkan saat pandemi covid 19 kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal ini disebabkan oleh sebagai upaya perusahaan untuk tetap bisa bertahan dalam kondisi pandemi covid 19, menghindari kebangkrutan dengan cara menggunakan keuntungan perusahaan untuk melunasi hutang perusahaan kepada kreditur dengan tepat waktu.
Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen pada perusahaan transportasi pada sebelum pandemi covid 19. Hal ini disebabkan perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sebagian besar profitabilitas yang diperoleh untuk diinvestasikan kembali sebagai cadangan laba yang digunakan untuk mendanai pertumbuhan perusahaan dan sisanya baru dibagikan sebagai dividen. Sehingga semakin besar profitabilitas yang didapatkan perusahaan akan semakin kecil dividen yang dibagikan. Sedangkan untuk hasil penelitian saat pandemi covid 19 menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan untuk menjaga nama baik perusahaan dimata investor maka perusahaan akan tetap membagikan dividen walaupun laba perusahaan mengalami penurunan. Biasanya perusahaan akan menggunakan cadangan labanya untuk membiayai pembagian dividen yang dilakukan.
IMPLIKASI
Hasil penelitian ini dapat diterapkan bagi perusahaan. Kebijakan dividen merupakan hal yang disukai oleh investor karena dividen dinilai lebih pasti dan
29
beresiko lebih rendah dibandingkan capital gain. Investor akan cenderung memilih perusahaan yang membagikan dividen dengan jumlah yang tinggi karena sesuai dengan tujuan mereka dalam melakukan investasi.
Bagi investor penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan investasi di suatu perusahaan di mana investor yang menginginkan jumlah dividen yang tinggi maka harus memperhatikan tingkat kebijakan dan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Investor juga perlu memperhatikan tingkat hutang yang dimiliki oleh perusahaan, karena semakin besar hutang yang dimiliki perusahaan maka akan semakin sedikit dividen yang akan dibagikan.
Investor tidak perlu memperhatikan tingkat likuiditas suatu perusahaan karena tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
KETERBATASAN DAN SARAN
Seperti pada penelitian-penelitian yang ada, hasil penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, sampel yang didapatkan oleh peneliti hanya terdapat 5 Perusahaan saja. Semakin banyak sampel penelitian diharapkan akan menghasilkan data yang lebih valid. Kedua, periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah triwulanan, dimana data dividen yang dibagikan perusahaan bersifat tahunan. Sehingga kemungkinan data penelitian yang tidak baik tinggi.
Ketiga, dalam penelitian ini tidak memasukan variabel mediasi dan moderasi dalam menjelaskan ketidakkonsistenan hasil, karena penelitian ini melihat ketidakkonsistenan hasil hanya dari faktor issue pandemi covid kemudian dilihat kondisi sebelum dan sesudah. Keempat, penelitian ini tidak menambahkan variabel kontrol, padahal penggunakan variabel kontrol dapat meningkatkan akurasi dari penelitian, karena variabel kontrol ini dikendalikan agar yang mempengaruhi variabel terikat hanya variabel yang akan diteliti.
Berdasarkan hasil penelitian diatas saran bagi perusahaan adalah Selalu melihat dan mempertimbangkan jumlah hutang yang telah dimiliki perusahaan, karena hutang yang dimiliki oleh perusahaan memiliki dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembagian dividen. Apabila hutang yang dimiliki perusahaan terlalu banyak akan menurunkan kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen.
30
Saran bagi peneliti selanjutnya bisa menambahkan variabel kontrol yang diduga memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen, seperti ukuran perusahaan.
Karena ukuran perusahaan besar akan cenderung membagikan dividen secara rutin untuk menjaga reputasinya di mata investor. Jika peneliti selanjutnya ingin tetap meneliti kebijakan dividen dengan membandingkan data sebelum dan saat terjadinya pandemi covid 19 gunakan perusahaan dengan beberapa sektor agar bisa mendapatkan lebih banyak sampel penelitian. Dan sebaiknya peneliti tetap menggunakan data dividen secara tahunan agar data yang didapatkan lebih akurat dan baik.
31 DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, A., Prasetyo, G., & Fatimah, S. (2021). Pengaruh Leverage dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Deviden. Jurnal Perspektif, 19(2), 175–183.
https://doi.org/10.31294/jp.v19i2.11389
Ano, R. R., Murni, S., & Rate, P. Van. (2014). Pengaruh Likuiditas Dan
Profitabilitas Terhadap Devidend Payout Ratio Pada Subsektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 2(3), 884–894.
Bawamenewi, K., & Afriyeni, A. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Pundi, 3(1), 27–40.
https://doi.org/10.31575/jp.v3i1.141
Demirgüneş, K. (2015). Determinants of Target Dividend Payout Ratio : A Panel Autoregressive Distributed Lag Analysis. 5(2), 418–426 ISSN:2146-4138.
Dewi, I. A. P. P., & Sedana, I. B. P. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. E- Jurnal Manajemen Unud, 7(7), 3623–3652.
https://doi.org/https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2018.v7.i07.p7 Ginting, S. (2018). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas. Dan Leverage Terhadap
Kebijakan Deviden Pada Perusahaan LQ46 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016. Jwem Stie Mikroskil, 8(2), 195–204 ISSN:
2622-6421.
Hairudin, Bakti, U., & Rachmadi, A. (2020). Implikasi Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening (Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2016). Jurnal Manajemen Bisnis, 17(2), 150–172 ISSN: 2538-1216.
Hardi, S., & Andestiana, R. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang dan Pertumbuhan Aset Terhadap Kebijakan Dividen (Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017).
Jurnal Dinamika UMT, II(2), 44–58.
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/dinamika/article/view/1437
Hasana, R., Mardani, R. M., & Wahono, B. (2017). Pengaruh Free Cash Flow,
32
Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2014-2016. E-Jurnal Riset Manajemen, 1(Idx), 124–135.
Ismiati, P. I., & Yuniati, T. (2017). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ilmu Dan Riset Managemen, 6(3), 1–19 e-ISSN: 246-0593.
Novianto, A., & Haryono, N. A. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Sektor Pertanian Yang Terdaftar Di Bei Periode 2013-2015. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 5(3).
Novita Sari, K., & Sudjarni, L. (2015). Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Di Bei. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 4(10), 255134.
Nuraina, E. (2012). Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Dan Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei). AKRUAL: Jurnal Akuntansi, 4(1), 51.
https://doi.org/10.26740/jaj.v4n1.p51-70
Oktaviarni, F. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Kebijakan Dividen, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 9(1), 1–16. https://doi.org/10.33369/j.akuntansi.9.1.1-16
Pangestuti, D. C. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. Jurnal Mitra Manajemen (JMM Online), 3(11), 1055–1072 ISSN:
2614-0365.
Putri, A. R. (2017). Pengaruh Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Likuiditas, dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen. Journal of Chemical Information and Modeling, 6(6), 1–14.
Samrotun, Y. (2015). Kebijakan Dividen Dan Faktor  Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jurnal Paradigma Universitas Islam Batik Surakarta, 13(01), 116095.
Suhadak, M. (2015). Pengaruh Kebijakan Dividen dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal dan Profitabilitas (Studi Pada Sektor Mining yang
33
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 24(1), 86068.
Sulaiman, H., & Sumani. (2016). Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Pofitabilitas, Dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen Emiten Yang Terdaftar Pada Indeks LQ-45 Periode 2011-2013. Jurnal Manajemen, 13(2), 179–197.
Thaib, C., & Tororeh, R. (2015). Pengaruh Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen (Studi pada Perusahaan Foods and Beverages Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2010-2014). Jurnal EMBA, 3(4), 215–225.
Yoshendy, A., Achsani, N. A., & Maulana, T. B. N. A. (2015). Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Barang Konsumsi di BEI tahun 2002 – 2011 Analysis of Factors Affecting Capital Structure Consumer Goods Company on BEI in 2002 - 2011. Jurnal Bisnis &
Manajemen, 16(1), 47–59 ISSN: 1412-3681.
www.idx.co.id