1 TEORI BELAJAR BERMAKNA (MEANINGFULL LEARNING)
MENURUT DAVID PAUL AUSUBEL
Liyya Mutimmatud Daroini 22002071008
(Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang)
(email: [email protected])
Abstrak:
Teori merupakan suatu pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmun pasti, logika, dan metodelogi. Belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh dan manambah wawasan berupa ilmu. Terdapat beberapa teori pembelajaran. Sedangkan teori belajar bermakna merupakan teori yang dicetuskan oleh David Paul Ausubel. Teori belajar bermakna membahas mengenai suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang atau peserta didik. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat peserta didik. David Paul Ausubel menjabarkan faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna yaitu struktur kognitif yang telah ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan pada satu bidang studi dan waktu tertentu. Terdapat Sifat-sifat struktur kognitif yang dapat menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul pada waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif tersebut, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi pada belajar bermakna. David Paul Ausunel juga memaparkan prinsip, ciri, langkah, kelebihan dan kekurangan dalam belajar bermakna.
Kata kunci: belajar bermakna, David Paul Ausubel
PENDAHULUAN
Belajar bermakna sangatlah penting bagi setiap manusia, dengan belajar bermakna seseorang dapat menambah pengetahuan, wawasan, yang dapat diingat.
Konsep dari belajar bermakna dicetuskan oleh David Paul Ausubel. Ausubel lahir pada tanggal 25 Oktober 1918 di Brooklyn, New York, Amerika. David Paul Ausubel merupakan seorang psikolog yang menyelesaikan sarjanan Pra-
2 Kedokteran dan Psikologi di Universits Pennsylvania, melanjutkan kuliahnya di bidang kedokteran di Universitas Middlesex dan memperoleh gelar Ph.D bidang Perkembangan Psikologi di Universitas Columbia. Pada tahun 1976 David Paul Ausubel memperoleh “The Thorndike Award” dari Asosiasi Psikolog di Amerika atau disebut dengan “The American Pscyhological Association”. Pada tahun 1973 David Paul Ausubel membuat keputusan mengenai bidang akademik dan menyertai latihan psikiatri. Pada sat menjalani pelatihan psikiatri David Paul Ausubel dapat menulis dan menghasilkan beberapa judul buku, artikel, dan jurnal mengenai prikiatri dan psikologikal. Umur 75 David Paul Ausubel bersara dari bidang professional dan melibatkan dirinya pada penulisan buku yang terkenal.
Menurut David Paul Ausubel (Rahmah : 2013, 43) menjabarkan faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna yaitu struktur kognitif yang telah ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan pada satu bidang studi dan waktu tertentu. Terdapat Sifat-sifat struktur kognitif yang dapat menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul pada waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif tersebut, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. David Paul Ausubel menolak pendapat bahwa semua kegiatan belajar dengan menemukan merupakan bermakna, sedangkan kegiatan dengan ceramah kurang bermakna. Belajar bermakna ini dapat seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang telah di ketahui.
3 PEMBAHASAN
A. TEORI BELAJAR BERMAKNA DAVID PAUL AUSUBEL
Pembelajaran bermakna mengacu pada konsep bahwa pengetahuan yang dipelajari sepenuhnya dipahami oleh individu dan individu mengetahui bagaimana fakta yang spesifik berkaitan dengan fakta-fakta yang tersimpan sebelumnya (yang disimpan dalam otak). David Paul Ausubel merupakan psikolog pendidikan yang terkenal dengan cetusannya mengenai teori belajar bermakna (meaningfull learning). David Ausubel banyak mencurahkan perhatiannya pada pentingnya
mengembangkan potensi kognitif peserta didik melalui proses belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar verbal yang dikenal dengan expository learning.
David Paul Ausubel dapat membedakan antara belajar menemukan, peserta didik menemukan pengetahuan yang baru dan tidak menerima materi atau pembelajaran begitu saja. Sedangkan belajar menerima, pada belajar menerima peserta didik hanya menerima dan menghafalkan (Rahmah: 2013, 44).
Menurut David Paul Ausubel (dalam Rahmah: 2013, 44), menjelaskan bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi- generalisasi yang telah dipelajari dan diingat peserta didik.
Menurut Yusuf (2021: 4), menjelaskan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruh belajar. Menurut David Paul Ausubel faktor tersebut merupakan stuktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru
4 masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Akan tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
B. TIPE BELAJAR BERMAKNA MENURUT DAVID PAUL AUSUBEL Menurut David Paul Ausubel mengklasifikasikan empat tipe belajar, antara lain:
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menmukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa
5 mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki. Tulisan ini secara spesifik akan membahas salah satu teori Ausubel yaitu pembelajaran bermakna(meaningfull learning).
C. LANGKAH-LANGKAH BELAJAR BERMAKNA
Menurut Ahmad (2016: 8-9), memaparkan mengenai David Paul Ausubel pada bukunya yang ditulis pada tahun 1968 berjudul ‘Educational Psychology : A cognitive View’ menjelaskan bahwa faktor yang paling penting dapat
mempengaruhi peserta didik dalam belajar merupakan apa yang telah diketahui oleh peseta didik. Agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa prinsip- prinsip dan konsep-konsep yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Advance Organizer
Merupakan pengkondisian atau pengatur awal dalam belajar mengarahkan para peserta didik ke materi yang akan mereka pelajari dan dapat menolong peserta didik untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu menanamkan pengetahuan yang baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap sebagai pertolongan mental dan disajikan sebelum diberikan materi baru (Ahmad, 2016: 8).
2. Elaborasi Konsep
Pada saat pembelajaran bermakna berlangsung, perlu terjadi pengembangan dan elaborasi konsep. Merupakan pengembangan konsep
6 berlangsung paling baik,jika unsur-unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih dulu, baru kemudian hal-hal yang lebih khusus dan detail dari konsep tersebut (Ahmad, 2016: 8).
3. Belajar Superordinat
Belajar superordinat merupakan suatu proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlanjut hingga suatu saat ditemukan hal-hal yang baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif. Belajar superordinat terjadi, apabila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif (Ahmad, 2016: 8).
4. Penyesuaian Integratif
Merupakan suatu saat peserta didik kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau apabila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif tersebut David Paul Ausuble juga mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integrative. Caranya, materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga
guru dapat menggunakan hakikat-hakikat konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Pada mengajar, bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan harus memperhatikan
7 bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep superordinat. Kita harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-
arti baru dihubungkan dan dipertentangkan dengan arti-arti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep yang tingkatnya lebih tinggi sekarang mengambil arti baru (Ahmad, 2016: 8-9).
D. PRASYARAT BELAJAR BERMAKNA
Menurut Yusuf (2021: 3-4), terdapat tiga prasyarat dalam pembelajaran bermakna sesuai dengan teori yang dicetuskan oleh David Paul Ausubel antara lain:
1. Kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya disesuaikan dengan intensi peserta didik. Apabila peserta didik mengerjakan tugas dengan sikap bahwa ia ingin memahami bahan pelajaran dan mengaplikasikan bahan baru serta menghubungkan bahan pelajaran yang terdahulu, dikatakan peserta didik itu belajar bahan baru dengan cara yang bermakna. Sebaliknya bila peserta didik itu tidak berkehendak mengaitkan bahan yang dipelajari dengan informasi yang dimiliki, maka belajar itu tidak bermakna.
2. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan struktur kognitif peserta didik, sehingga peserta didik tersebut dapat mengasimilasi bahan baru secara bermakna. Belajar bermakna pada tahap mula-mula memberikan pengertian kepada bahan baru sehingga bahan baru itu akan terserap dan kemudian diingat peserta didik. Ia tidak menghafal asosiasi stimulus-respon yang terpisah-pisah.
8 3. Tugas-tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual peserta didik. Peserta didik yang masih di dalam periode operasi kongkrit, apabila diberi bahan materi yang abstrak tanpa contoh- contoh kongkrit dari materi tersebut, akan mengakibatkan peserta didik itu tidak mempunyai keinginan materi atau tidak mempunyai pandangan terhadap materi tersebut secara bermakna. Oleh karena itu peserta hanya menghafal pelajaran tadi tanpa pengertian sehingga peserta didik mempelajari dengan pernyataan- pernyataan herbal yang tidak cermat dan tepat.
E. CIRI-CIRI BELAJAR BERMAKNA
Dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-cirinya, Nasution (2003) memaparkan sebagai berikut :
1. Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan- bahan lama.
2. Lebih dulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian hal-hal yang lebih terperinci.
3. Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama.
4. Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide yang baru disajikan,
5. Informasi yang dipelajari secara bermakna dapat lebih lama untuk diingat.
6. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
9 7. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal
yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
F. KELEBIHAN BElAJAR BERMAKNA
Kelebihan belajar bermakna menurut David Paul Ausubel dan Novak (Rahmah,2013: 45) terdapat tiga kebaikan belajar bermakna, antara lain :
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
2. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.
3. Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
G. KEKURANGAN BELAJAR BERMAKNA
Terdapat tiga kekurangan belajar bermakna yang dapat ditemui antara lain sebagai berikut:
1. Target kurikulum terbatas dengan pembelajaran yang mengaitkan dengan fenomena yang dipelajari dan dipaksakan.
2. Sedikit bertentangan dengan kurikulum dan mengaitkan dengan fenomena dengan pengetahuannya memerlukan waktu yang lama.
3. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
10 SIMPULAN
Menurut David Paul Ausubel menjelaskan bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Terdapat 4 tpe belajar 1) Belajar dengan penemuan yang bermakna, 2) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, 3) Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, 4) Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna.
Terdapat empat prinsip belajar bermakna antara lain prinsip 1) advance organizer (pengkondisian atau pengaturan awal), 2) elaborasi konsep
(pengembangan konsep), 3) belajar Superordinat , dan yang telakhir 4) penyesuaian integrative. Menurut Yusuf terdapat tiga prasyarat dalam pembelajaran bermakna sesuai dengan teori yang dicetuskan oleh David Paul Ausubel antara lain,: 1) kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya disesuaikan dengan intensi peserta didik. 2) tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan struktur kognitif peserta didik, sehingga peserta didik tersebut dapat mengasimilasi bahan baru secara bermakna, dan 3) tugas- tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual peserta didik.
Dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-cirinya, terdapat beberapa ciri-ciri yang dipaparkan antara lain: 1) menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama, 2) lebih dulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian hal-hal yang lebih terperinci, 3) menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama
11 Terdapat kelebihan dan kekurangan teori belajar bermakna antara lain: 1) informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat, 2) informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip, 3) informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa. Sedangkan kekurangan dari belajar bermakna antara lain sebagai berikut : 1) Target kurikulum terbat dan 2) informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad. 2016. Belajar Bermakna. Jakarta: UPI.
Rahmah, Nur. 2013. BELAJAR BERMAKNA AUSUBEL. Palopo: STAIN Palopo.
Al-Khwarizmi, Vol.I, Maret 2013.
Yusuf, Anindita N M. 2021. Teori David P. Ausubel. Surabaya: Universitas dr.
Soetomo Surabaya.
Mumanah & Suyadi. 2020. Pelaksanaan Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 01, 2020.