• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskriptif Subjek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskriptif Subjek Penelitian"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

57 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Subjek Penelitian

Penelitian merupakan elsperimen dengan subjek tunggal atau single subject research. Penelitian dilaksanakan atas tiga fase, yaitu baseline 1 (A-1), intervensi (B), dan baseline 2 (A-2). Subjek penelitian meruapakan satu siswa kelas V C SDLB Negeri Karanganyar . Berikut karakteristik subjek penelitian

1. Subjek Penelitian

Nama/Inisial : DA

Tempat, Tanggal Lahir : Karanganyar, 28 November 1999

Umur : 17 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Kelas/semester : V C/ 2

Jenis Kebutuan : Tunagrahita Sedang

Sekolah : SDLB Negeri Karanganyar

2. Deskripsi Kemampuan Subjek a. Kognitif

1) Siswa dapat menulis sebuah kalimat, tetapi masih banyak bentuk huruf yang salah

2) Siswa dapat menulis sebuah kalimat, tetapi tulisan masih keluar dari garis batas

3) Siswa belum mengenal contoh-contoh bangun datar b. Emosi

1) Siswa terkadang malas saat mengikuti pelajaran 2) Siswa kadang-kadang sulit diarahkan

3) Siswa pendiam tetapi sesekali usil kepada teman c. Sosial

1) Siswa dapat berinteraksi dengan teman-temannya baik commit to user

(2)

d. Fisik

1) Siswa tidak mengalami hambatan fisik e. Bahasa / Komunikasi

1) Komunikasi anak kepada orang lain lancar, tetapi terkadang ada bahasa yang kurang jelas

2) Sulit merespon pertanyaan

B. Deskriptif Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan desain SSR dengan tipe A-B- A.Adapun pelaksanaan penelitian ada beberapa fase, yaitu fase baseline (A-1), fase intervensi (B) dan fase baseline 2 (A-2). Fase Baseline 1 (A-1) merupakan kondisi awal dimana subjek tidak diberi perlakuan khusus. Fase intervensi adalah kondisi dimana keadaan dalam perlakuan/adanya penggunan media clay. Fase baseline 2 (A-2) merupakan kondisi dimana anak setelah diberikan perlakuan / penggunaan clay.

Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Baseline 1 (A-1)

Pengambilan data pada fase baseline 1 (A-1) dilakukan sebanyak 4 sesi, dimulai dari tanggal 14 Maret – 17 Maret 2016. Data diperoleh berdasarkan hasil tes menulis yang dikerjakan subjek. Berikut data yang diperoleh pada fase baseline 1 (A-1).

a. Baseline 1 (A-1) sesi 1

Pengukuran baseline 1 (A-1) sesi pertama dilakukan pada hari Senin tanggal 14 Maret 2016 pukul 08.00 – 08.30 WIB yang bertempat di ruang Perpustakaan. Pada pengukuran baseline 1 (A-1) sesi pertama ini siswa masih bermalas-malasan mengikuti instruksi yang diberikan oleh peneliti, hal ini terlihat dari nilai akhiryang menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa masih bertaraf kurang baik. Pada baseline 1 (A1) sesi pertama mendapatkan nilai akhir 42,2 .Hasil tes kem ampuan menulis awal ini tergolong kurang baik.

commit to user

(3)

Tabel 4.1 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 1

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

1 14 Maret 2016 19 42,2

b. Baseline 1 (A-1) Sesi 2

Pengukuran baseline 1 (A-1) sesi kedua dilakukan pada hari selasa tanggal 15 Maret 2016 pukul 08.00-08.30 WIB. Pada sesi kedua ini waktu yang digunakan sama dengan sesi pertama dikarenakan peneliti langsung memberikan instruksi kepada siswa untuk menulis, siswa lebih semangat dibandingkan baseline 1 (A-1) sesi pertama dalam melaksanakan instruksi yang diberikan peneliti, tetapi pada sesi ke dua mendapatkan nilai akhir yang sama dengan sesi 1, yaitu 42,2. Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong kurang baik.

Tabel 4.2 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 2

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

2 15 Maret 2016 19 42,2

c. Baseline 1 (A-1) Sesi 3

Pengukuran baseline 1 (A1) sesi ketiga dilakukan pada hari Rabu tanggal 16 Maret 2016 pukul 08.00-08.30 WIB. Pada sesi ketiga ini waktu yang digunakan masih sama dengan sesi pertama dan kedua. Namun pada sesi ini siswa sudah mulai mengikuti instruksi tanpa adanya protes yang berlebihan kepada peneliti. Pada sesi ini nilai akhir yang diperoleh sama dengan sesi sebelumnya yaitu 42,2. Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong kurang baik.

Tabel 4.3 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 3

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

3 16 Maret 2016 19 42,2

commit to user

(4)

d. Baseline 1 (A-1) Sesi 4

Pengukuran baseline 1 (A1) sesi keempat dilakukan pada hari Kamis tanggal 17 Maret 2016 pukul 08.00-08.30 WIB. Pada sesi keempat ini waktu yang digunakan masih sama dengan sesi pertama dan kedua. Namun pada sesi ini siswa sudah mulai mengikuti instruksi tanpa adanya protes yang berlebihan kepada peneliti, tetapi nilai akhir yang diperoleh sama dengan sesi ketiga, yaitu 42,2. Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong kurang baik.

Tabel 4.4 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 4

Sesi Tanggal Skor Perolehan Nilai Akhir

4 17 Maret 2016 19 42,2

Fase baseline 1 (A-1) yang dilakukan sebanyak 4 sesi kepada subjek DA kemudian dimasukkan ke dalam format tabel secara keseluruhan.Data hasil penelitian pada fase baseline 1 (A-1) disajikan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data Baseline 1 (A-1) subjek DA secara keseluruhan No Sesi Jumlah

Soal

Skor Maksimal

Skor Perolehan

Nilai Akhir

1 1 10 45 19 42,2

2 2 10 45 19 42,2

3 3 10 45 19 42,2

4 4 10 45 19 42,2

Dari data hasil yang diperoleh dari tes kemampuan menulis permulaan pada keempat sesi diatas terlihat stabil. Meski demikian perolehan nilai akhir DA dari 4 sesi yang diberikan pada fase baseline 1 (A- 1) masih tergolong nilai yang kurang baik. Setelah 4 sesi dilakukan pada fase baseline diperoleh data yang cenderung stabil. Berdasarkan data pencatatan skor DA menunjukkan bahwa pada sesi 1 diperoleh skor 42,2 sesi 2 diperoleh skor 42,2 sesi 3 diperoleh skor 42,2 dan sesi 4 diperoleh skor 42,2. Selanjutnya untuk memperjelas hasil baseline 1 (A-1), maka data baseline 1 (A-1) dikonversi ke dalam bentuk grafik sebagai berikut: commit to user

(5)

Grafik 4.1 Kemampuan Menulis Permulaan Pada Fase Baseline 1 (A-1) Grafik tersebut menggambarkan kondisi awal subjek DA sebelum diberikan intervensi (B) dengan menggunakan media clay dalam pengenalan bangun datar untuk meningkatkan motorik halus dalam kemampuan menulis permulaan. Kemampuan subjek DA dilihat dari sesi 1 sampai sesi 4 mendapatkan skor yang relatif rendah, yaitu 42,2. Dari data baseline 1 (A-1) tersebut, dapat diketahui adanya kecenderungan kestabilan kemampuan menulis permulaan pada baseline 1 (A-1) subjek DA sebelum dilakukan intervensi (B).

2. Intervensi (B)

Intervensi dilakukan sebanyak 8 sesi dimulai tanggal 21 Maret - 31 Maret 2016. Pada fase intervensi diberikan perlakuan menggunakan media clay, lalu diberikan soal kemampuan menulis awal. Pengukuran Intervensi (B) sesi pertama dilakukan pada hari Senin tanggal 21 Maret 2016 pukul 08.00 – 09.00 WIB yang bertempat di ruang Perpustakaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada fase intervensi (B) adalah sebagai berikut.:

1) Anak tunagrahita berada didalam kelas.

2) Peneliti bersama siswa bersama-sama membuat clay. commit to user

(6)

3) Setelah berbentuk adonan, siswa meremas lalu membuat bentuk contoh bangun datar.

4) Contoh bangun datar yang dibuat dari clay di letakkan sesuai dengan nama bangun datar tersebut, di tempat yang disediakan.

5) Setelah itu peneliti memberikan soal menulis.

Langkah-langkah tersebut diberikan saat intervensi (B) selama 8 sesi. Berikut data yang diperoleh pada fase intervensi (B) dengan menggunakan media clay.

a. Intervensi Sesi 5

Intervensi sesi 5 dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2016. Pemberian intervensi dilaksanakan dari pukul 08.00-09.00 WIB.Pada intervensi sesi 5 menggunakan media clay untuk meningkatkan motorik halus pada kemampuan menulis awal. Pada saat pembelajaran, subjek antusias dalam mengikuti pembelajaran, namun subjek masih terlihat malas dalam mengerjakan soal. Hasil yang diperoleh subjek DA dalam intervensi (B) sesi 5 adalah 53,3 jika dibandingkan dengan skor sesi 4, pada sesi 5 subjek mengalami peningkatan, peningkatan ini dilihat dari aspek kesesuaian huruf (Upperzone), kerapihan (coretan), ukuran tulisan (jarak antar huruf dalam kalimat). Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong kurang baik.

Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 5

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

5 21 Maret 2016 24 53, 3

b. Intervensi Sesi 6

Perlakuan berikutnya dilakukan pada intervensi sesi 6.Intervensi sesi 6 dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2016 pukul 08.00-09.00 WIB.Pada intervensi sesi 6 menggunakan media clay untuk meningkatkan motorik halus pada kemampuan menulis awal. Pada saat pembelajaran, subjek antusias dalam mengikuti pembelajaran, namun subjek masih terlihat commit to user

(7)

malas dalam mengerjakan soal. Hasil yang diperoleh subjek DA dalam intervensi (B) sesi 6 adalah 55,5, jika dibandingkan dengan skor sesi 5, pada sesi 6 subjek mengalami peningkatan kemampuan menulis awal, peningkatan ini dilihat dari aspek kesesuaian huruf (Bentuk huruf). Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong kurang baik. Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 6

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

6 22 Maret 2016 26 55, 5

c. Intervensi Sesi 7

Perlakuan berikutnya dilakukan pada intervensi sesi 7.Intervensi sesi 7 dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 08.00-09.00 WIB. Pada intervensi sesi 7 menggunakan media clay untuk meningkatkan motorik halus pada kemampuan menulis awal. Pada saat pembelajaran, subjek antusias dalam mengikuti pembelajaran, dan semangat dalam mengerjakan soal meningkat. Hasil yang diperoleh subjek DA dalam intervensi (B) sesi 7 adalah 57,8, jika dibandingkan dengan skor sesi 6, pada sesi 7 subjek mengalami peningkatan kemampuan menulis awal, peningkatan ini dilihat dari aspek kelengkapan (kata dan kalimat sesuai), tetapi mengalami penurunan pada aspek ukuruan tulisan

(jarak antar kalimat). Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong kurang baik. Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.8 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 7

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

7 23 Maret 2016 26 57, 8

d. Intervensi Sesi 8

Perlakuan berikutnya dilakukan pada intervensi sesi 8.Intervensi sesi 8dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 08.00-09.00 commit to user

(8)

WIB. Pada intervensi sesi 8 menggunakan media clay untuk meningkatkan motorik halus pada kemampuan menulis awal. Pada saat pembelajaran, subjek antusias dalam mengikuti pembelajaran dan semangat dalam mengerjakan soal meningkat. Hasil yang diperoleh subjek DA dalam intervensi (B) sesi 8 adalah sama dengan sesi 7 yaitu 57,8. Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong kurang baik.

Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan sesi 8

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

8 24 Maret 2016 26 57,8

e. Intervensi Sesi 9

Perlakuan berikutnya dilakukan pada intervensi sesi 9.Intervensi sesi 8 dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2016 pukul 08.00-09.00 WIB. Pada intervensi sesi 9 menggunakan media clay untuk meningkatkan motorik halus pada kemampuan menulis awal. Pada saat pembelajaran, subjek antusias dalam mengikuti pembelajaran dan semangat dalam mengerjakan soal meningkat, jika dibandingkan dengan skor sesi 8, pada sesi 9 subjek mengalami peningkatan kemampuan menulis awal, peningkatan ini dilihat dari aspek kerapihan (tulisan tidak keluar). Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong kurang baik.Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 9

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

9 28 Maret 2016 27 60

f. Intervensi Sesi 10

Perlakuan berikutnya dilakukan pada intervensi sesi 10.Intervensi sesi 8 dilaksanakan pada tanggal 29 Februari 2016 pukul 08.00-09.00 WIB. Pada intervensi sesi 10 menggunakan media clay untuk meningkatkan motorik commit to user

(9)

halus pada kemampuan menulis awal. Pada saat pembelajaran, subjek antusias dalam mengikuti pembelajaran dan semangat dalam mengerjakan soal meningkat. Hasil yang diperoleh subjek DA dalam intervensi (B) sesi 10 adalah 62,2 , jika dibandingkan dengan skor sesi 9, pada sesi 10 subjek mengalami peningkatan, peningkatan ini dilihat dari aspek ukuran tulisan jarak antar kalimat). Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong baik.

Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi10

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

10 29 Maret 2016 28 62,2

g. Intervensi Sesi 11

Perlakuan berikutnya dilakukan pada intervensi sesi 11.Intervensi sesi 8 dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2016 pukul 08.00-09.00 WIB.Pada intervensi sesi 11 menggunakan media clay untuk meningkatkan motorik halus pada kemampuan menulis awal. Pada saat pembelajaran, subjek antusias dalam mengikuti pembelajaran dan semangat dalam mengerjakan soal meningkat. Hasil yang diperoleh subjek DA dalam intervensi (B) sesi 11 sama dengan sesi 10 yaitu 62,2. Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong baik. Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis awal DA sesi 11

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

11 30 Maret 2016 28 62,2

h. Intervensi Sesi 12

Perlakuan berikutnya dilakukan pada intervensi sesi 11.Intervensi sesi 8 dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2016 pukul 08.00-09.00 WIB.

Pada intervensi sesi 12 menggunakan media clay untuk meningkatkan motorik halus pada kemampuan menulis awal. Pada saat pembelajaran, commit to user

(10)

subjek antusias dalam mengikuti pembelajaran, namun subjek masih terlihat malas dalam mengerjakan soal. Hasil yang diperoleh subjek DA dalam intervensi (B) sesi 12 sama dengan sesi 11 yaitu 62,2. Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong baik. Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.13 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis awal DA sesi 12

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

12 31 Maret 2016 28 62,2

Data hasil penelitian pada fase intervensi (B) sebanyak 8 sesi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam format tabel secara keseluruhan.Data hasil penelitian pada fase intervensi (B) disajikan pada tabel 4.14.

Tabel 4.14 Data Intervensi (B) keseluruhan subjek DA :

No Sesi Jumlah

Soal

Skor Maksimal

Skor Perolehan

Nilai Akhir

1 5 10 45 24 53,3

2 6 10 45 25 55,5

3 7 10 45 26 57,8

4 8 10 45 26 57,8

5 9 10 45 27 60

6 10 10 45 28 62,2

7 11 10 45 28 62,2

8 12 10 45 28 62,2

commit to user

(11)

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada fase intervensi (B) dalam 8 sesi, nilai akhir terendah adalah 53,3, sedangkan nilai akhir tertinggi adalah 62,2. Selanjutnya, nilai akhir subjek DA pada fase intervensi tersebut dikonversi ke dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Grafik 4.2. Kemampuan Menulis Awal Pada Fase Intervensi (B)

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa subjek DA mengalami peningkatan kemampuan menulis permulaan. Hal tersebut dapat dilihat dari skor subjek pada sesi 9 yang mendapatkan nilai akhir 57,8 dan kemudian di sesi 12 subjek mendapatkan nilai akhir 62,2.

3. Baseline 2 (A-2)

Pengambilan data pada fase baseline 2 (A-2) dilakukan sebanyak 4 sesi, dimulai dari tanggal 4 April 2016 – 7 April 2016. Data diperoleh berdasarkan hasil tes kemampuan menulis permulaan, yang dikerjakan subjek setelah diberikan intervensi (B) menggunakan media clay. Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut :

commit to user

(12)

a. Baseline 2 (A-2) sesi 13

Baseline 2 (A-2) sesi 13 dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2016 pukul 08.00-08.30 WIB. Pengambilan data dengan cara memberikan tes menulis secara langsung kepada subjek dengan jumlah soal 10 butir. Nilai akhir yang diperoleh subjek DA dalam baseline 2 (A-2) sesi 13 adalah 6, jika dibandingkan dengan sesi 12 pada sesi 13 mengalami peningkatan.

peningkatan ini dilihat dari aspek kelengkapan (kata dan kalimat sesuai), dan pada aspek ukuran tulisan (jarak anata huruf). Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong baik. Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.15 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 13

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

13 4 April 2016 31 68,9

b. Baseline 2 (A-2) sesi 14

Baseline 2 (A-2) sesi 13 dilaksanakan pada tanggal 5 April 2016 pukul 08.00-08.30 WIB. Pengambilan data dengan cara memberikan tes menulis secara langsung kepada subjek dengan jumlah soal 10 butir. Nilai akhir yang diperoleh subjek DA dalam baseline 2 (A-2) sesi 14 sama dengan sesi 13 yaitu 68,9 jika. Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong baik.Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.16 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 14

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

14 5 April 2016 31 68,9

c. Baseline 2 (A-2) sesi 15

Baseline 2 (A-2) sesi 13 dilaksanakan pada tanggal 6 April 2016 pukul 08.00-08.30 WIB. Pengambilan data dengan cara memberikan tes menulis secara langsung kepada subjek dengan jumlah soal 10 butir. Nilai akhir yang diperoleh subjek DA dalam baseline 2 (A-2) sesi 15 adalah 75,6 jika commit to user

(13)

dibandingkan dengan sesi 14 pada sesi 15 mengalami peningkatan, peningkatan ini dilihat dari aspek kerapihan (posisi tulisan), dan pada aspek kecepatan. Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong baik.

Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.17 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis permulaan DA sesi 15

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

15 5 April 2016 34 75,6

d. Baseline 2 (A-2) sesi 16

Baseline 2 (A-2) sesi 16 dilaksanakan pada tanggal 7 April 2016 pukul 08.00-08.30 WIB. Pengambilan data dengan cara memberikan tes menulis secara langsung kepada subjek dengan jumlah soal 10 butir. Nilai akhir yang diperoleh subjek DA dalam baseline 2 (A-2) sama dengan nilai akhir sesi 15 yaitu 75,6. Hasil tes kemampuan menulis awal ini tergolong baik.

Selanjutnya, hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.18 Nilai akhir perolehan kemampuan menulis awal DA sesi 16

Sesi Tanggal Jumlah skor Nilai Akhir

16 7 April 2016 34 75,6

Data yang diperoleh pada baseline 2 (A-2) sebanyak 4 sesi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam format tabel secara keseluruhan. Data hasil penelitian pada fase baseline2 (A-2) disajikan pada tabel 4.19.

Tabel 4.19. Data Fase Baseline 2 (A-2) Subjek DA Secara Keseluruhan

No Sesi Jumlah Soal Skor

Maksimal

Skor Perolehan

Nilai Akhir

1 13 10 45 31 68,9

2 14 10 45 31 68,9

3 15 10 45 34 75, 6

4 16 10 45 34 75, 6

commit to user

(14)

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada fase baseline 2 (A-2) terdapat 4 sesi. Sesi 13 diperoleh skor 68,9, sesi 14 diperoleh skor 68,9 , sesi 15 diperoleh skor 75,6 dan pada sesi 16 hasil masih stabil yaitu, 75,6.

Selanjutnya data baseline 2 (A-2) dikonversi ke dalam bentuk grafik sebagai berikut

Grafik 4.3. Kemampuan Menulis Permulaan Pada Fase Baseline 2 (A-2) Subjek DA

Grafik fase baseline 2 (A-2) menggambarkan kondisi subjek DA setelah diberikan intervensi (B) dengan menggunakan media clay Kemampuan penguasaan kosakata subjek DA pada sesi 13 – sesi 16 mendapatkan skor yang relative mengalami peningkatan dibandingkan dengan sesi interfensi, yaitu berkisar dari 68, 9 – 75,6. Dari data baseline 2 (A-1) tersebut, dapat diketahui adanya kecenderungan kestabilan kemampuan menulis awal pada subjek DA setelah dilakukan intervensi (B).

Subjek mengalami peningkatan kemampuan menulis awal penguasaan setelah dilakukan intervensi (B) dengan menggunakan media clay. Hal tersebut dapat terlihat dari pencapaian skor yang diperoleh subjek dari fase commit to user

(15)

baseline 1 (A-1), fase intervensi (B), dan fase baseline 2 (A-2) yang mengalami peningkatan.

Kemampuan menulis awal subjek DA secara keseluruhan dapat disajikan ke dalam bentuk grafik. Berikut disajikan grafik kemampuan menulis awal pada subjek DA yang meliputi fase baseline 1 (A-1), fase intervensi (B), dan fase baseline 2 (A-2).

Gambar 4.4. Grafik Perkembangan Kemampuan Menulis Awal DA

Grafik 4.4. Hasil Kemampuan Menulis Permulaan DA Secara Kesuluruhan

C. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan akhir setelah semua data diperoleh dari subjek penelitian sebelum ditarik suatu kesimpulan dari sebuah penelitian.

Analisis data dilakukan melalui analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.Berikut penghitungan dari kedua analisis tersebut.

1. Analisis Dalam Kondisi a. Panjang kondisi

Panjang kondisi merupakan panjang interval yang menunjukkan jumlah sesi dalam setiap fase. Pada penelitian yang menggunakan desain commit to user

(16)

penelitian A – B – A terdapat 3 fase, yaitu fase baseline 1 (A-1) terdiri 4 sesi, fase intervensi (B) terdiri 8 sesi dan fase baseline 2 (A-2) terdiri 4 sesi.

Panjang kondisi dalam penelitian disajikan dalam tabel 4.20 Tabel 4.20 Panjang Kondisi

b. Estimasi kecenderungan arah

Estimasi kecenderungan arah dalam penelitian digunakan untuk melihat perkembangan kemampuan menulis awal anak. Metode yang dipakai untuk mencari estimasi kecenderungan arah pada penelitian adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-middle). Estimasi kecenderungan arah dengan metode belah dua (split-middle) dapat digambarkan melalui garis naik, sejajar atau turun. Cara yang digunakan dalam metode belah dua (split-middle) yaitu:

1) Membagi data pada fase baseline atau intervensi menjadi dua bagian 2) Membagi bagian kanan kiri menjadi dua bagian lagi

3) Tarik garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara garis grafik dengan garis belahan kanan dan kiri.

Berdasarkan metode belah dua tersebut dapat diketahui estimasi kecenderungan arah pada setiap fase penelitian. Untuk estimasi kecenderungan arah disajikan pada grafik 4.5

Kondisi Baseline (A-1) Intervensi (B) Baseline (A-2)

Panjang Kondisi 4 8 4

commit to user

(17)

Gambar 4.5 Grafik Estimasi Kecenderungan Arah Subjek DA

Hasil analisis grafik estimasi kecenderungan arah tersebut menunjukkan kecenderungan perkembangan kemampuan dari sesi awal hingga sesi terakhir pada setiap fase. Pada fase baseline 1 (A-1) menunjukkan kecenderungan kestabilan data, fase intervensi (B) menunjukkan kecenderungan peningkatan dan fase baseline 2 (A-2) menunjukkan kecenderungan peningkatan yang tinggi. Untuk estimasi kecenderungan arah dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4.21

Tabel 4.21 Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline 1 (A-

1)

Intervensi (B) Baseline 2 (A- 2) Estimasi

Kecenderungan

Arah (=) (+) (+)

commit to user

(18)

c. Kecenderungan Stabilitas

Kriteria stabilitas yang dipakai dalam penelitian adalah sebesar 15%. Untuk mengetahui kecenderungan stabilitas maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :

1) Baseline 1 (A-1)

a) Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas

= 42, 2 x 15%

= 6,33

b) Mean level = jumlah data poin : banyak sesi = (42,2 + 42,2 + 42,2 + 42,2) : 4 = 168,8 ; 4

= 42,2

c) Batas atas = mean level + setengah rentang stabilitas = 42,2 + ( x 6,33)

= 42,2 + 3,16 = 45,36

d) Batas bawah = mean level – setengah rentang stabilitas = 42,2 - ( x 6,33)

= 42,2 – 3,16 = 39,04

commit to user

(19)

e) Kecenderungan Stabilitas

Gambar 4.6 Grafik Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline 1 (A-1) Kecenderungan stabilitas = banyak data dalam rentang : banyak sesi

= 4 : 4

= 100%

2) Intervensi (B)

a) Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 62,2 x 15%

= 9,33

b) Mean level = jumlah data poin : banyak sesi

= (53,3 + 55, 5 + 57,8 + 57,8 + 60 + 62,2 + 62,2 + 62,2 ) : 8 = 470, 4 : 8

= 58, 8

c) Batas atas = mean level + setengah rentang stabilitas = 58, 8 + ( x 9, 33)

= 58, 8 + 4, 66 = 63, 46

commit to user

(20)

d) Batas bawah = mean level – setengah rentang stabilitas = 58, 8 - ( )

= 58, 8 – 4, 66 = 54, 14 e) Kecenderungan Stabilitas

Gambar 4.7. Grafik Kecenderungan Stabilitas Fase Intervensi (B) Kecenderungan stabilitas = banyak data dalam rentang : banyak sesi

= 7 : 8

= 88%

3) Baseline 2 (A-2)

a) Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 75, 6 x 15%

= 11, 34

b) Mean level = jumlah data poin : banyak sesi = (68, 9 + 68,9 + 75, 6 + 75, 6) : 4 = 289 : 4

= 72,25

commit to user

(21)

c) Batas atas = mean level + setengah rentang stabilitas = 72, 25 + ( x 11, 34)

= 72, 25+ 5,67 = 77,92

d) Batas bawah = mean level – setengah rentang stabilitas = 72, 25- ( )

= 71,12– 5, 67 = 66,58 e) Kecenderungan Stabilitas

Gambar 4.8. Grafik Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline 2 (A-2) Kecenderungan stabilitas = banyak data dalam rentang : banyak sesi

= 4 : 4

= 100%

Hasil perhitungan data tersebut menunjukkan kecenderungan stabilitas suatu data.Kriteria persentase stabilitas 85% - 90%, sedangkan di bawah kriteria tersebut dikatakan tidak stabil (Sunanto, 2005:79). Jadi apabila persentase di bawah 85% maka data tersebut tidak stabil dan apabila persentase di atas 85% maka data tersebut stabil. commit to user

(22)

Untuk memperjelas kecenderungan stabilitas tersebut, dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.22. Kecenderungan Stabilitas

Kondisi Baseline 1 (A-1) Intervensi (B)

Baseline 2 (A-2)

Kecenderungan Stabilitas

Stabil (100 %)

Stabil (88%)

Stabil (100%)

Berdasarkan perhitungan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada fase baseline 1 (A-1) kecenderungan stabilitas sebesar 100%

yang berarti stabil, fase intervensi (B) kecenderungan stabilitas sebesar 88% yang berarti stabil, dan fase baseline 2 (A-2) kecenderungan stabilitas sebesar 100 % yang berarti stabil.

d. Kecenderungan Jejak Data

Menentukan kondisi kecenderungan jejak data sama halnya dengan menentukan kondisi kecenderungan arah sehingga data yang ada pada kondisi kecenderungan jejak data sama dengan data pada kondisi kecenderungan arah. Kondisi kecenderungan jejak data disajikan pada tabel 4.23.

Tabel 4.23 Kecenderungan Jejak Data Kondisi Baseline 1 (A-

1)

Intervensi (B) Baseline 2 (A-2) Kecenderungan

Jejak Data

(=) (+) (=) (+) Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan jejak data pada fase baseline 1 (A-1) adalah cenderung tetap.Pada fase intervensi (B) kecenderungan jejak datanya mengalami kenaikan dan di akhir sesi cenderung tetap. Pada fase baseline 2 (A-2) kecendererungan datanya mengalami kenaikan. commit to user

(23)

e. Level Stabilitas dan Rentang

Level stabilitas dan rentang ditentukan dengan cara mengambil skor terkecil dan terbesar yang diperoleh pada fase. Berikut penjelasan mengenai kondisi level stabilitas dan rentang disajikan pada tabel 4.24 Tabel 4.24 Level Stabilitas dan Rentang

Kondisi Baseline 1 (A-1) Intervensi (B) Baseline 2 (A-2) Level

Stabilitas dan Rentang

42,2 – 42,2 (Stabil)

53,3 – 62,2 (Stabil)

68,9 – 75,6 (Stabil)

Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa level stabilitas dan rentang pada fase baseline 1 (A-1) data yang diperoleh stabil dengan rentang skor 42,2 – 42,2. Pada fase intervensi (B) data yang diperoleh stabil dengan rentang skor 53,3 – 62,2. Pada fase baseline 2 (A-2) data yang diperoleh stabil dengan rentang skor 68,9 – 75,6. Ketiga fase tersebut menunjukkan kestabilan data.

f. Level perubahan

Level perubahan ditentukan dengan cara menghitung selisih dari data pertama dan data terakhir pada tiap fase. Tanda (+) menunjukkan perubahan yang membaik, tanda (-) menunjukkan perubahan yang memburuk, sedangkan (=) menunjukkan tidak ada perubahan. Level yang terjadi setiap fase ditampilkan pada tabel 4.25.

Tabel 4.25. Level Perubahan

Kondisi Baseline 1 (A-1) Intervensi (B) Baseline 2 (A-2) Level

Perubahan

42,2 – 42,2 (0)

62,2 – 53,3 (8,9)

75,6 – 68,9 (6,7)

Mengacu pada tabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada fase baseline 1 (A-1) level perubahannya level perubahannya adalah 0, tidak ada perubahan, fase intervensi (B) level perubahannya adalah membaik commit to user

(24)

sebesar +8,9 dan untuk fase baseline 2 (A-2) level perubahan yang diperoleh adalah membaik sebesar +6,7. Level perubahan terkecil ketika baseline 1 (A-1) dan level perubahan terbesar terjadi pada faseIntervensi (B). Enam komponen analisis visual dalam kondisi tersebut kemudian dimasukkan dalam format rangkuman.Rangkuman hasil analisis visual dalam kondisi disajikan pada tabel 4.26.

Tabel 4.26. Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi

Kondisi Baseline 1 (A-1) Intervensi (B) Baseline 2 (A-2) Panjang

Kondisi

4 8 4

Estimasi kecenderungan

arah

(=) (+) (+)

Kecenderungan

jejak data (=)

(+) (=) (+) Kecenderungan

stabilitas

Stabil (100%)

Stabil (100%)

Stabil (100%)

Level stabilitas dan rentang

42,2 – 42,2 (Stabil)

53,3 – 62,2 (Stabil)

68,9 – 75,6 (Stabil)

Perubahan level

462,2 – 42,2 (0)

62,2 – 53,3 (8,9)

75,6 – 68,9 (6,7)

commit to user

(25)

2. Analisis Antar Kondisi

a. Jumlah Variabel yang Diubah

Variabel yang diubah pada kondisi baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) adalah 1 dan intervensi (B) ke baseline 2 (A-2) adalah 1 yaitu kemampuan motorik halus (kemampuan menulis awal) pada anak tunagrahita sedang kelas V C. Jumlah variabel yang diubah dalam penelitian disajikan pada tabel 4.27.

Tabel 4.27. Data Variabel yang Diubah

Perbandingan kondisi B/A-1 A-2/B

Jumlah variabel yang diubah 1 1

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Perubahan kecenderungan arah ditentukan dengan cara mengambil data pada analisis dalam kondisi. Perubahan kecenderungan arah dapat digambarkan melalui garis naik, tetap atau turun. Perubahan kecenderungan arah dalam penelitian disajikan pada tabel 4.28.

Tabel 4.28. Data Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Perbandingan kondisi B/A-1 A-2/B

Perubahan kecenderungan arah

dan efeknya (=) (+) (+) (+)

Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan kecenderungan arah dari fase baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) adalah naik ke naik.Pada perubahan kecenderungan arah fase intervensi (B) ke baseline 2 (A-2) adalah naik ke naik.

c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas

Perubahan kecenderungan stabilitas dimaksudkan untuk melihat stabilitas kemampuan subjek pada masing-masing fase, baik baseline

commit to user

(26)

maupun intervensi.Perubahan kecenderungan stabilitas disajikan pada tabel 4.29.

Tabel 4.29. Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas

Perbandingan kondisi B/A-1 A-2/B

Perubahan kecenderungan stabilitas

Stabil ke Stabil Stabil ke Stabil

Tabel 4.29 menunjukkan kecenderungan stabilitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan kecenderungan stabilitas di semua fase adalah stabil ke stabil.

d. Perubahan Level

Perubahan level dapat dihitung dengan menentukan dahulu data poin sesi terakhir kondisi baseline 1 (A-1), sesi pertama pada kondisi intervensi (B) dan sesi terakhir kondisi intervensi (B) serta sesi pertama kondisi baseline 2 (A-2). Kemudian menghitung selisihnya dan tanda (+) jika meningkat, tanda (=) tidak ada perubahan, dan (-) jika menurun. Skor sesi terakhir fase baseline 1(A-1) adalah 46,7. Skor sesi pertama fase intervensi (B) adalah 53,3. Skor sesi terakhir fase intervensi (B) adalah 62,2.

Skor sesi pertama fase baseline 2 (A-2) adalah 64,4. Perubahan level disajikan pada tabel 4.30.

Tabel 4.30. Data Perubahan Level

Perbandingan kondisi B/A-1 A-2/B

Perubahan kecenderungan stabilitas

53, 3– 42, 2 ( +11,1)

68, 9 – 62,2 (+6,7) Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan level dari fase intervensi (B) ke baseline 1 (A-1) adalah meningkat.

Selanjutnya pada fase baseline 2 (A-2) ke intervensi juga meningkat.

commit to user

(27)

e. Data Overlap

Menurut Sunanto (2005:116), “Semakin kecil persentase overlap makin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior”. Jadi besar kecilnya persentase menunjukkan tingkatan pengaruh intervensi.

1) Data Overlap Baseline 1 (A-1) / Intervensi (B)

Data overlap A-1/B merupakan data overlap yang berasal dari kesamaan data intervensi (B) dan baseline 1 (A-1) dilihat dari acuan batas atas dan batas bawah baseline 1 (A-1). Batas bawah baseline 1 (A-1) adalah 39,04 dan batas atas baseline 1 (A-1) adalah 45,36. Data overlap A- 1/B disajikan dalam grafik berikut :

Gambar 4.9 Grafik Data Overlap A-1/B

Berdasarkan grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada skor intervensi (B) yang berada dalam rentang baseline 1 (A-1). Sehingga dapat dihitung persentase overlap A-1/B sebagai berikut.

Persentase Overlap A-1/B =

= 0% commit to user

(28)

2) Data Overlap Intervensi (B) / Baseline 2 (A-2)

Data overlap B/A-2 merupakan data overlap yang berasal dari kesamaan data baseline 2 (A-2) dan intervensi (B) dilihat dari acuan batas atas dan batas bawah intervensi (B). Batas bawah intervensi (B) adalah 45,5 dan batas atas intervensi (B) adalah 54,5. Data overlap B/A-2 disajikan dalam grafik berikut :

Gambar 4.10. Grafik Data Overlap B/A-2

Berdasarkan grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada skor baseline 2 (A-2) yang berada dalam rentang intervensi (B). Sehingga dapat dihitung persentase overlap B/A-2 sebagai berikut.

Persentase Overlap B/A-2 = 100 % = 0 %

Mengacu pada perhitungan tersebut, maka untuk memudahkan dalam memahami data overlap dalam penelitian, hasil perhitungan dimasukkan ke dalam format tabel. Untuk data overlap disajikan pada tabel 4.31.

commit to user

(29)

Tabel 4.31. Data Persentase Overlap Perbandingan

Kondisi

B/A-1 A-2/B

Persentase overlap

𝑥 100 = (0%) 𝑥 100 = (0%)

Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada data overlap pada B/A-1 adalah sebesar 0%. Data overlap pada A-2/B adalah sebesar 0%. Sehingga dengan persentase pada semua fase yang 0%, maka hasil penelitian tersebut pengaruhnya sangat baik.

Lima komponen analisis visual antar kondisi tersebut kemudian dimasukkan dalam format rangkuman.Rangkuman hasil analisis visual antar kondisi disajikan pada tabel 4.32.

Tabel 4.32. Hasil Analisis Visual Antar Kondisi Perbandingan

Kondisi

B/A-1 A-2/B

Variabel yang diubah

1 1

Perubahan kecenderungan

arah dan efeknya (=) (+) (+) (+)

Perubahan kecenderungan

stabilitas

Stabil ke Stabil Stabil ke Stabil

Perubahan level 53, 3 – 42, 2 ( + 11,1)

68,9 – 62,2 (+6,7) Persentase

overlap

𝑥 100 = (0%) 𝑥 100 = (0%) commit to user

(30)

Untuk mengetahui perkembangan kemampuan menulis awal subjek DA dapat dilakukan dengan melalui grafik. Data pada grafik berasal dari mean level yang diperoleh subjek pada setiap fase dalam penelitian. Adapun grafik perkembangan kemampuan menulis awal adalah sebagai berikut.

Gambar 4.11. Grafik Mean Level Kemampuan Menulis Awal DA

Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan mean level pada setiap fase. Pada baseline 1 (A-1) mean levelnya adalah 47,25 pada fase intervensi (B) mean levelnya meningkat menjadi 58,8 dan pada fase baseline 2 (A-2) mean levelnya meningkat lagi menjadi 72,25

commit to user

(31)

D. Pembahasan Analisis Data

Anak tunagrahita sedang mengalami hambatan dalam kemampuan motorik halusnya sebagaimana disebutkan oleh N Kepart (dalam Lerner 1988: 276), kesulitan belajar anak tunagrahita sedang terjadi karena respon motorik anak tidak berkembang kedalam pola-pola motorik, akibatnya keterampilan motorik anak tunagrahita sedang, rendah dan kurang bervariasi, Yudha dan Rudyanto (2005:118), menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil) salah satunya adalah menulis.

Selain itu, karena kesulitan dalam motorik halus dapat menimbulkan masalah dalam bidang akademik.Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dalam kemampuan menulis anak tunagrahita sedang, maka diperlukan sebuah media yang menarik, yaitu menggunakan media clay. Oleh karena hal tersebut, untuk membuktikan bahwa media clay memberikan pengaruh terhadap kemampuan menulis anak tunagrahita sedang dilakukan sebuah penelitian.

Penelitian dilakukan dengan subjek tunggal yang berdesain A – B – A, yaitu fase baseline 1 (A-1), fase intervensi (B), fase baseline 2 (A-2). Semua fase tersebut dilaksanakan pada hari yang berbeda dengan subjek yang sama dan perlakuan yang sesuai dengan fase yang diberikan. Fase baseline 1 (A-1) dilakukan sebanyak 4 sesi, fase intervensi (B) dilakukan sebanyak 8 sesi, dan pada fase baseline 2 (A-2) dilakukan sebanyak 4 sesi.

Fase yang pertama adalah fase baseline 1 (A-1). Pada fase baseline 1 (A- 1) subjek langsung diberikan tes kemampuan menulis tanpa adanya perlakuan khusus, sehingga akan diperoleh kemampuan awal penguasaan kosakata anak tunarungu. Berdasarkan analisis data yang diperoleh pada fase baseline 1 (A-1), skor yang diperoleh adalah stabil yaitu sebesar 46,7 . Data yang diperoleh pada fase baseline 1 (A-1) memiliki kestabilan data yang tinggi, yaitu sebesar 100%.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan awal menulis sebelum diberikan perlakuan cukup rendah. Setelah didapatkan data kemampuan awal menulis permulan anak tunagrahita sedang yang stabil, maka selanjutnya dilakukan fase intervensi (B). Fase intervensi (B) merupakan fase kedua setelah didapatkan kemampuan menulis permulaan anak tunagrahita sedang pada fase commit to user

(32)

baseline 1 (A-1). Fase intervensi (B) merupakan kondisi pengukuran kemampuan motorik halus pada kemampuan menulis permulaan anak tunagrahita sedang dengan menggunkan media clay.

Media clay adalah sebuah media pembelajaran untuk melatih motorik halus anak, agar motorik halus anak menjadi lebih baik sehingga hasil tulisan anak menjadi lebih rapi. Pada fase ini peneliti melihat perubahan yang pesat pada perilaku belajar subjek, hal ini dapat dilihat dari antusias subjek dalam bermain clay. Walaupun pada awalnya subjek masih kurang terampil dalam meremas dan membentuk clay, seiring berjalannya waktu subjek pun menjadi terampil dalam menggunakannya. Subjek juga tidak lagi terpengaruh dengan kegiatan kelas lain, atau teman lain dalam kelas tersebut. Hal ini sejalan dengan analisis data yang diperoleh pada fase intervensi (B), skor terendah yang diperoleh adalah 53,3 dan skor tertinggi yang diperoleh adalah 62,2 serta mean level yang diperoleh pada fase intervensi (B) adalah 58,8. Data yang diperoleh pada fase intervensi (B) memiliki kestabilan data yang cukup tinggi, yaitu sebesar 88%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hasil kemampuan menulis permulaan subjek saat diberikan perlakuan dengan menggunakan media clay mengalami peningkatan dari fase baseline 1 (A-1). Setelah hasil belajar matematika operasi penjumlahan dan pengurangan menunjukkan trend yang positif dan stabil, maka pemberian intervensi dihentikan. Fase selanjutnya adalah fase baseline 2 (A-2).

Fase baseline 2 (A-2) merupakan fase terakhir dalam penelitian dengan desain A – B – A. Fase baseline 2 (A-2) merupakan pengukuran kondisi akhir kemampuan penguasaan kosakata anak tunarungu setelah diberikan intervensi (B) dengan menggunakan media clay. Pengukuran kemampuan menulis permulaan pada fase baseline 2 (A-2) dilakukan dengan cara langsung memberikan soal tes kemampuan menulis. Berdasarkan analisis data yang diperoleh pada fase baseline 2 (A-2), skor terendah yang diperoleh adalah 68,9 skor tertinggi yang diperoleh adalah 75,6 serta mean level yang diperoleh pada fase baseline 2 (A-2) adalah 72,25. Data yang diperoleh pada fase baseline 2 (A-2) memiliki kestabilan data yang tinggi, yaitu sebesar 100%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan akhir penguasaan kosakata anak tunarungu setelah diberikan commit to user

(33)

perlakuan dengan menggunakan media clay mengalami peningkatan dari fase baseline 1 (A-1) dan fase intervensi (B). Setelah data kemampuan menulis awal anak tunagrahita sedang menunjukkan kestabilan data, maka pemberian tes dihentikan

Berdasarkan analisis data dari ketiga fase tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan media clay dalam pengenalan bangun datar.memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan motorik halus anak (menulis).Hal tersebut karena pada fase baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) mengalami peningkatan.Selanjutnya dikuatkan lagi melalui baseline 2 (A-2) juga mengalami peningkatan yang positif dari fase baseline 1 (A-1) dan fase intervensi (B). Data yang diperoleh di semua fase juga memiliki kestabilan data yang baik.

“Disamping aspek stabilitas, ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat juga tergantung pada aspek perubahan level, dan besar kecilnya overlap yang terjadi antara dua kondisi yang sedang dianalisis”, (Sunanto, 2005:100). Dari analisis data tersebut, diketahui bahwa kedua persentase data overlap dalam penelitian adalah 0%. Menurut Sunanto (2005:116), “Semakin kecil persentase overlap makin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior”. Jadi, dengan demikian penggunaan media clay dalam pengenalan bangun datar dalam penelitian memberikan pengaruh yang baik (positif) terhadap motorik halus dalam menulis permulaan anak tunagrahita sedang.

Petunjuk modern kepada kesehatan dikatakan bahwa "otot-otot yang sudah lemah mungkin perlu dilatih kembali" (Andreson, 2008 : 325). Oleh karena itu anak yang mengalami kesulitan untuk menggerakkan motorik halus membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk melatih otot-ototnya. Saat ini banyak cara dan strategi yang digunakan untuk melatih motorik halus anak, biasanya untuk melatih motorik halus yang mendukung siswa dapat menulis awal yaitu dengan menggnakan clay, ini sesuai dengan pendapat David Bainbridge (1996) “Seni kerajinan clay ini selain untuk mengasah kemampuan otak kanan dan meningkatkan kreativitas daya imajenasi anak juga untuk melatih kerja syaraf motorik anak sehingga banyak yang menggunakan kerajinan clay ini sebagai alternatif untuk membantu anak yang mengalami hambatan tangan khususnya commit to user

(34)

dalam mengerakan jari-jemarinya dan mengasah konsentarasi anak dalam membentuk clay tepung”. Hal tersebut dikuatkan lagi oleh pendapat Joyce (2009) yang menyatkan bahwa Seni kerajinan clay ini sangat baik untuk anak-anak, orang dewasa bahkan para lansia.Selain mengasah kemampuan otak kanan dan meningkatkan kreativitas, seni kerajinan ini juga dapat meningkatkan daya konsentrasi, melatih kesabaran dan ketekunan, serta melatih kerja saraf motorik.

Untuk melatih motorik halus yang mendukung siswa dapat menulis awal membutuhkan serangkain kegiatan yang menggunakan gerakan tangan, seperti membuat clay, karena anak dilatih untuk membuat clay dengan cara meremas, membentuk clay menjadi bentuk-bentuk bangun datar, agar tangan yang semula intensitas kekakuannya tinggi menjadi berkurang. Hal tersebut terbukti dari hasil tes selama fase intervensi (B) dan baseline 2 (A-2), dimana anak tunagrahita sedang tidak mengalami penurunan kemampuan menulis awal, namun cenderung mengalami peningkatan yang berarti selama pemberian perlakuan media clay, motorik halus anak menjadi lebih baik yang mendukung siswa dapat menulis dengan lebih baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penggunaan media clay dalam pengenalan bangun datar untuk meningkatkan motorik halus memiliki kelenihan dan kekurangan.

Penelitian relevan juga dilakukan oleh Ulfah Saefatul Mustaqimah (2013) yang berjudul Efektivitas Penggunaan Media Fondants Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dalam Menulis Permulaan Siswa Cerebal Palsy Sedang di SDLB YPAC Bandung menyimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini menunjukan peningkatan siswa dalam latihan motorik halus khususnya dalam menulis permulaan. Fondants merupakan sebuah media yang hampir sama dengan clay, bahannya yang lentur, dapat diremas dan dibentuk menjadi aneka bentuk membuat jemari tangan yang semula kaku menjadi lebih berkurang dan dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan anak, media fondants merupakan media yang aman karena, fondants merupakan bahan roti yang manis, apabila tetelan tidak akan membahyakan anak. Dengan demikian dapat disimpulan bahwa penggunaan media fondant efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dalammenulis permulaan siswa cerebral palsy sedang. commit to user

(35)

Peneletian relevan lainnya juga dilakukan oleh Suryani Nurfaidah (2011) dengan judul Penerapan Media Pembelajaran Keterampilan Paper Clay Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedan di SDLB Pambudi Dharma I Cimahi menyimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini menunjukan peningkatan siswa dalam latihan motorik halus khususnya dalam menulis. Paper clay merupakan media yang hampir sama dengan clay, tetapi paper clay ini terbuat dari adonan potongan kertas yang di remas dan dibentuk oleh anak untuk meningkatkan motorik halusnya, walaupun kurang lentur jika dibandingkan dengan clay, tetapi paper clay mempunyai manfaat yang sama dengan clay, dengan meremas dan membentuk paper clay dapat melatih jemari tangan yang kaku menjadi lebih berkurang yang berdampak pada meningkatnya kemampuan motorik halus anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media keterampilan pembelajaran keterampilan paper clay dengan bubur kertas berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak tungrahita sedang khususnya dalam menulis hal ini ditunjukan dengan persentase (%) kemampuan motorik halus dalam menulis sebelum dan sesudah diberikan media pembelajaran keterampilan paper clay dan tidak adanya tumpang tindih (overlap) pada kondisi baseline-1(A) dan intervensi (B).

Meskipun demikian, segala media pembelajaran yang sudah dirancang sedemikian rupa pasti terdapat suatu kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang didapatkan dari media clay ini adalah selain melatih motorik halus anak agar terampil dalam menulis, tetapi juga sebagai media pembelajran matematika untuk pengenalan bangun datar, menjadikan permaslahan yang abstrak menjadi lebih nyata dan menjadi media keterampilan agar anak lebih kreatif dan bersemangat dalam belajar, media clay (tepung) ini dibandingkan dengan media clay tanah jauh lebih mudah karena bahan yang digunakan mudah di temukan dan cara pengeringanya mudah tidak perlu di oven cukup diangin anginkan saja, lebih bersih karena terbuat dari tepung, tetapi kekurangannya jika tidak diawasi pada saat membuat clay, anak akan menjadi penasaran dan menelan clay tersebut.

Dengan demikian perlu adanya pengawasan dan bimbingan sebelum membuat

clay. commit to user

(36)

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan juga penelitian yang relevan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaaan media clay dalam pengenalan bangun datar berpengaruh positif untuk meningkatkan motorik halus dalam menulis permulaan anak tunagrahita sedang, sehingga penggunaan media clay dalam pengenalan bangun datar dapat digunakan sebagai salah satu media untuk meningkatkan motorik halus dalam menulis anak tunagrahita di SLB

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, metode pengambilan data yang digunakan metode observasi terhadap hasil jadi kerah besty , terdapat 3 variabel,

Hal ini berarti tidak lebih dari 5 persen dari variasi-variasi variabel terikat (dependen) yang mampu dijelaskan oleh variasi-variasi dari variabel bebas (independen) pada

Remote control berkomunikasi dengan TV melalui radiasi sinar inframerah yang dihasilkan oleh LED (Light Emiting Diode) yang terdapat dalam unit, sehingga kita

merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan..

Persiapan bibit merupakan bagian dari sub sistem produksi. Dari data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan manfaat kelompok dalam kegiatan

Sebagai wujud pertanggung jawaban sosial kepada Allah yaitu diantaranya dalam menjalankan usaha atau bekerja tidak lupa melakukan kegiatan amal sosial juga

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model STAD ( Student Teams Achievement Division ) Berbantu

Tujuan dalam penelitian ini yaitu: (1) Menguji kontribusi sikap disiplin, fasilitas belajar, dan lingkungan belajar terhadap hasil belajar matematika secara tidak langsung