• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN (Skripsi) Oleh HELLEN LORENA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN (Skripsi) Oleh HELLEN LORENA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2022"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN

(Skripsi)

Oleh

HELLEN LORENA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN

Oleh

HELLEN LORENA

Masalah dalam penelitian ini adalah perilaku prososial anak usia 5-6 tahun yang masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat permainan edukatif terhadap perilaku prososial anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini menggunakan pendakatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen dan mengguanakan desain one- group pretest-posttest. Sampel penelitian ini yaitu anak usia 5-6 tahun di TK Pedesaan Mutiara Bunda yang berjumlah 26 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana dan uji T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F hitungnya yaitu sebesar 12,075 dengan nilai signifikan atau probabilitasnya (P) yaitu = 0,002 < 0,05 yang artinya secara signifikan terdapat pengaruh dari penggunaan alat permainan edukatif terhadap perilaku prososial pada anak usia 5-6 tahun di TK Pedesaan Mutiara Bunda.

Kata kunci: alat permainan edukatif, perilaku prososial.

(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE USE OF EDUCATIONAL GAME TOOLS ON THE PROSOCIAL BEHAVIOR OF CHILDREN AGED 5-6 YEARS

By

HELLEN LORENA

The problem in this study is the prosocial behavior of children aged 5-6 years which is still low. The purpose of this study was to determine the effect of the use of educational game tools on the prosocial behavior of children aged 5-6 years.

This study uses a quantitative approach to the type of experimental research and uses a one-group pretest-posttest design. The sample of this research is children aged 5-6 years in Mutiara Bunda Rural Kindergarten, totaling 26 people. The data collection technique used is observation, while the data analysis technique uses a simple linear regression test and T test. The results show that the calculated F value is 12,075 with a significant value or probability (P) = 0.002 < 0.05, which means significantly there is an effect of the use of educational game tools on prosocial behavior in children aged 5-6 years in Mutiara Bunda Rural Kindergarten.

Keyword: educational game tools, prosocial behavior.

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN

Oleh

HELLEN LORENA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Hellen Lorena lahir di Gedong Tataan, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran pada tanggal 21 Maret 2001. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sejati dan Ibu Suratini.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan peneliti sebagai berikut:

1. SDN Penyandingan pada tahun 2006-2012.

2. SMPN 1 Punduh Pedada tahun 2012-2015.

3. SMAN 1 Punduh Pedada tahun 2015-2018.

Selanjutnya pada tahun 2018 penulis diterima sebagai mahasiswa S1 program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini melalui jalur seleksi SMMPTN-Barat.

Pada tahun 2021 peneliti melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Pengalaman Lapangan (PLP) di Pekon Gadingrejo Timur, Kecamatan

Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu.

(9)

MOTTO

“Allah tidak membebankan seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(Q.S. Al-Baqarah: 126)

“Lakukan semampu Mu, yakinlah Allah selalu bersama Mu”

(Hellen Lorena)

(10)

i PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim….

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT serta Rasulullah Muhammad SAW yang memberi cahaya cinta penerang dunia.

Dan ucapan terimakasih kepada kedua orang tuaku Bapak Sejati dan Ibu Suratini Telah memberikan cinta, doa, dan semangat kepadaku.

Terimakasih kepada diriku sendiri yang telah berjuang sampai dititik ini.

Almamater tercinta Universitas Lampung

Sebagai tempat mencari dan menggali ilmu serta pengalaman hidup.

(11)

ii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat serta hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Alat Permainan Edukatif Terhadap Perilaku Prososial Anak Usia 5-6 Tahun”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang tentunya sepenuh hati meluangkan waktu dengan ikhlas memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ari Sofia, S.Psi., M.A., Psi. selaku pembimbing utama sekaligus Pembimbing Akademik, yang telah membimbing, membantu, memberikan masukan, saran, serta kesabaran membimbing penulis dalam proses

penyusunan skripsi ini. Ibu Devi Nawangsasi, M.Pd. selaku pembimbing kedua, yang telah meluangkan waktunya dengan sabar, memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan Ibu Dr. Asih Budi Kurniawati, M.Pd. selaku penguji skripsi dan pembahas, atas

(12)

iii jasanya dalam memberikan masukan, kritikan, dan saran dalam

menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur dan ucapan terimakasih juga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Mohammad Sofwan Effendi, M.Ed., Plt Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sunyono, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

4. Ibu Ari Sofia, S.Psi., M.A., Psi. Ketua Program Studi PG PAUD FKIP Universitas Lampung.

5. Seluruh Dosen dan staf administrasi PG PAUD FKIP Universitas Lampung yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada peneliti selama perkuliahan.

6. Pihak Sekolah TK Pedesaan Mutiara Bunda Desa Maja Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran.

7. Teruntuk kedua orangtua tercintaku Bapak Sejati dan Ibu Suratini yang selalu memberikan keikhlasan, kesabaran, dukungan, do’a, semangat dan kasih sayang tulus yang luar biasa kepadaku. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan nikmat sehat.

8. Kakakku Welly Hasvindo dan saudara sepupu ku (Mba Rida, Mba Tiya, Dinara, dan Louisa) beserta keponakan ku (Daru dan Ratifa) terimakasih selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi selama ini.

9. Dian Apriansyah terimakasih telah menjadi sosok yang selalu

menemani, memberi masukan, membantuku, mengingatkan ku untuk mengerjakan skripsi dan menyemangatiku menyelesaikan skripsi ini.

(13)

iv 10. Sahabat seperjuangan dari maba dan tempat curhat ku Bernadeta Chika

Prasetya terimakasih selalu mendengarkan curahan ku setiap hari, memberi masukan, nasihat, dan mendoakan serta menyemangati ku.

11. Sahabat seperjuangan Desta Rifa’ie, Fadhila Anisa, Lailatul Afifah, dan Aprilia Nurul Puji Lestari terimakasih sudah ada hadir dari dari awal hingga akhir masa perkuliahan, memberi semangat, semoga kedepannya kita bisa sukses bersama, aminn.

12. Teman sepermainanku Ida Ipot dan Endang Endut yang selalu mendoakan dan menyemangatiku.

13. Teman-teman seperjuangan skripsi “ANGKATAN 2018” yang selalu menghadirkan semangat.

14. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah kalian berikan kepada peneliti hingga dapat menyelesaikan skripsi

walaupun saat pandemi. Peneliti menyadari menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, akan tetapi semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, 11 November 2022 Peneliti

Hellen Lorena NPM 1853054007

(14)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Perilaku Prososial... 8

2.1.1 Pengertian Perilaku Prososial ... 8

2.1.2 Aspek-aspek Perilaku Prososial ... 9

2.1.3 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Prososial ... 10

2.2 Alat Permainan Edukatif ... 12

2.2.1 Pengertian Alat Permainan Edukatif ... 12

2.2.2 Fungsi Alat Permainan Edukatif ... 13

2.2.3 Ciri-ciri Alat Permainan Edukatif ... 15

2.2.4 Jenis Alat Permainan Edukatif ... 16

2.3 Kerangka Pikir Penelitia ... 18

2.4 Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Jenis Penelitian... 20

3.2 Desain Penelitian ... 20

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.4 Populasi dan Sampel ... 21

3.5 Variabel Penelitian ... 21

3.6 Definisi Konseptual dan Operasional ... 22

(15)

vi

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.7.1 Observasi ... 23

3.7.2 Dokumentasi ... 24

3.8 Teknik Analisis Uji Instrumen ... 24

3.8.1 Uji Validitas... 24

3.8.2 Uji Reliabilitas ... 26

3.9 Teknik Analisis Data... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 33

4.3. Hasil Penelitian ... 39

4.4. Analisis Uji Prasyarat ... 43

4.5. Analisis Uji Hipotesis ... 44

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 56

(16)

vii DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Perilaku Prososial ... 23

2. Tabel Keriteria Reliabilitas ... 28

3. Tabel Data Tenaga Pendidik ... 32

4. Tabel Perilaku Prososial Sebelum Menggunakan Alat Permainan Edukatif... 40

5. Tabel Perilaku Prososial Sesudah Menggunakan Alat Permainan Edukatif... 42

6. Perilaku Prososial Sesudah dan Sebelum ... 42

7. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana ... 45

8. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana SPSS 28 Coefficient ... 45

9. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana SPSS 28 Model Summary ... 46

(17)

viii DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pikir ... 19

2. Desain Penelitian... 20

3. Product Moment ... 26

4. Rumus Uji Reliabilitas ... 27

5. Rumus Interval ... 28

6. Rumus Regresi Sederhana ... 29

(18)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 57

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Perilaku Prososial ... 60

Lampiran 3. Uji Validitas Variabel Y ... 67

Lampiran 4. Uji Reliabitas Variabel Y ... 69

Lampiran 5. RPPH ... 71

Lampiran 6. Lembar Observasi Perilaku Prososial Sebelum Menggunakan Alat Permainan Edukatif ... 107

Lampiran 7. Rekapitulasi Nilai Perilaku Prososial Sebelum Menggunakan Alat Permainan Edukatif ... 125

Lampiran 8. Lembar Observasi Perilaku Prososial Setelah Menggunakan alat permainan edukatif ... 126

Lampiran 9. Rekapitulasi Nilai Perilaku Prososial Setelah Menggunakan Alat Permainan Edukatif ... 144

Lampiran 10 Tabel Uji Normalitas Menggunakan Program SPSS 28 ... 145

Lampiran 11. Tabel Uji Linieritas Menggunakan Program SPSS 28 ... 145

Lampiran 12. Tabel Uji Regresi Linier Sederhana Menggunakan Program SPSS 28 ... 146

Lampiran 13. Tabel Uji Paired Sample T Test ... 147

Lampiran 14. Dokumentasi Pembelajaran Menggunakan Alat Permainan Edukatif ... 148

Lampiran 15. Surat Observasi Penelitian ... 151

Lampiran 16. Surat Uji Coba Instrumen ... 152

(19)

x Lampiran 17. Surat Izin Penelitian ... 153 Lampiran 18. Surat Balasan Izin Penelitian ... 154 Lampiran 19. Surat Validasi Instrumen ... 155

(20)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan suatu lembaga dasar yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan perkembangan anak dalam pembentukan karakter dan pengetahuan dasar anak untuk menuju pendidikan selanjutnya, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 1 Ayat 14, menyatakan bahwa:

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pada masa usia dini merupakan masa emas dimana suatu proses perkembangan pada anak berkembang sangat pesat untuk kehidupan selanjutnya. Periode emas ini hanya berlangsung satu kali, perlu dilakukan upaya dalam pengembangan menyeluruh yang melibatkan ke enam aspek perkembangannya. Upaya dalam mengembangkan seluruh aspeknya yaitu melalui kegiatan bermain, pemberian stimulus harus dilakukan secara tepat dan sesuai dengan tahapan perkembangan sehingga aspek perkembangan anak dapat berkembang secara optimal.

Anak yang berada dalam rentang usia 0-8 tahun, usia tersebut adalah masa keemasannya seorang anak atau dapat juga disebut dengan masa golden age (Sunanih, 2017). Perkembangan dan pertumbuhan seorang anak pada usia dini merupakan suatu bekal penting untuk perkembangan anak pada masa selanjutnya, terdapat enam aspek yang perlu dikembangkan dalam kehidupan

(21)

2

anak usia dini. Aspek-aspek tersebut diantaranya yaitu nilai agama dan moral, kognitif, fisik motorik, sosial emosional, bahasa dan seni. Keenam aspek tersebut sama-sama penting, tidak ada aspek yang paling penting ataupun tidak penting sama sekali. Keenam aspek tersebut semuanya turut andil berperan bagi anak usia dini dengan tahapan perkembangannya masing- masing.

Salah satu aspek yang harus dikembangkan yaitu aspek sosial emosional.

Menurut Izzaty menjelaskan bahwa bentuk dari perkembangan sosial anak dapat dilihat dari bagaimana anak dapat bergaul dengan teman sebaya (Izzaty, 2005). Semakin anak dapat bergaul dan berkomunikasi dengan teman, maka semakin bagus perkembangan sosial anak. Sedangkan

perkembangan emosi anak berkaitan dengan perilaku sosial yang ditampilkan anak pada saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka berada, perkembangan sosial terdiri dari perilaku prososial dan anti- sosial. Perilaku sosial berkaitan terhadap aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara- saudaranya. Saat berhubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang dapat membentuk

kepribadiannya, dan membentuk perkembangannya menjadi manusia yang sempurna.

Perilaku prososial merupakan perilaku yang dilakukan seseorang secara sukarela dan tidak dilakukan untuk dirinya sendiri (Desmita, 2009). Perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan seperti sharing (berbagi), cooperative (kerjasama), donating (menyumbang), helping (menolong), honesty

(kejujuran), generosity (kedermawanan) serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. Bentuk perilaku prososial yang paling nyata dan mudah dilakukan yaitu menolong sesama (Nuswantari & Astuti, 2015).

Perilaku prososial bermula dari sebuah empati dari diri sendiri dalam memotivasi seseorang untuk melakukan tindakan menolong, memahami bahwa orang lain membutuhkan bantuan dan memicu munculnya rasa senang

(22)

3

apabila dapat menolong dan membantu orang lain (Solekhah 2018).

Pentingnya perilaku prososial dalam kehidupan anak membawa dampak positif bagi pengembangan diri serta seluruh aspek dalam kehidupannya.

Anak yang mampu bersosialisasi secara umum akan mudah menerima reaksi yang positif dari teman sebaya ketika menunjukkan tindakan prososial (Eisenberg & Mussen, 1989). Saat ini perilaku prososial pada anak usia dini masih terbilang rendah, hal tersebut terlihat pada sebuah penelitian yang dilakukan di Belanda oleh Wildeboer mengemukakan bahwa beberapa anak menunjukkan perilaku menolong, namun kecenderungan antisosial seperti bullying juga kerap ditemukan pada anak usia dini. Beberapa perilaku

antisosial menjadikan anak sulit untuk mengembangkan diri dan terlibat pada situasi sosial yang baik. Keadaan yang serupa juga terlihat di wilayah

Indonesia telihat pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Debora, anak kurang berempati pada teman sebayanya, belum dapat berbagi, emosi mudah meledak, kurang memiliki sikap toleran, anak lebih senang bermain sendiri, dan sulit untuk meminta maaf (Ridha Marissa El-Seira, 2018).

Perilaku prososial akan berpengaruh terhadap perkembangan sosialisasi anak dengan teman sebaya dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, orang tua dan pendidik memegang peran penting dalam perkembangan perilaku prososial anak usia dini. Pendidik harus senantiasa meningkatkan keahliannya serta senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan dalam dunia pendidikan khususnya pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar sambil bermain dapat dikemas dalam bentuk permainan yang tidak hanya menyenangkan, namun juga bersifat mendidik. Pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran sebaiknya memiliki pengetahuan tentang alat permainan edukatif. Pengertian alat permainan edukatif adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak yang berasal dari lingkungan sekitar maupun yang sudah dibuat (Ariesta, 2011).

Adanya alat permainan edukatif diharapkan dapat membantu anak dalam

(23)

4

mengetahui setiap pembelajaran yang diberikan dengan suasana rileks dan tanpa beban. Alat permainan edukatif memiliki manfaat dalam menunjang proses belajar mengajar yaitu sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan, mengembangkan konsep sebab akibat, mampu merangsang pertumbuhan otak, dan mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak. Alat permainan edukatif untuk anak TK adalah alat yang sengaja dirancang secara khusus untuk meningkatkan aspek- aspek

perkembangan anak. Orang tua atau guru dapat memilih alat permainan edukatif yang sesuai dengan tahapan atau perkembangan anak.

Dampak buruk apabila pendidik tidak mengetahui tentang alat permainan edukatif sebagai alat bantu dalam menyampaikan informasi atau pesan kepada anak yaitu pembelajaran akan sulit tersampaikan secara maksimal, pemberian tugas menggunakan lembar kerja anak (LKA) juga akan

menjadikan pembelajaran yang cenderung monoton, anak akan merasa tidak nyaman dan merasa bosan, sulit memberikan umpan balik, tidak terlalu banyak mempresentasikan gerakan, pembelajaran menjadi tidak interaktif, dan memakan waktu yang lebih lama. Pembelajaran akan lebih efektif ketika pembelajaran dilengkapi dengan media atau alat pembelajaran yang nyaman bagi anak ketika digunakan saat bermain, sehingga anak akan lebih terbiasa berperilaku prososial penelitian tersebut dilakukan oleh Myfield (Ridha Marissa El-Seira, 2018). Penggunaan alat permainan edukatif yang beragam di lembaga pendidikan anak usia dini merupakan suatu komponen yang sangat penting untuk meningkatkan perilaku prososial pada anak. Ketika anak melakukan berbagai permainan dengan berbagai media dan guru melakukan interaksi, disamping memberikan penguatan untuk meningkaan kemampuan berpikir anak (Sumartini, 2012).

Kenyataan di lapangan berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 November-26 November 2021 di TK Pedesaan Mutiara Bunda Maja, peneliti menemukan sejumlah pendidik masih banyak yang menggunakan metode pembelajaran yang bersifat monoton. Hal ini dapat dilihat dari cara pendidik mengajar yakni hanya memberi penugasan

(24)

5

berbentuk lembar kerja anak (LKA) dan buku gambar kepada anak tanpa diselingi dengan kegiatan bermain, sehingga hal ini menyebabkan anak cenderung menjadi pasif saat pembelajaran berlangsung. Pemberian tugas berbentuk lembar kerja anak (LKA) membuat anak terfokus pada diri sendiri sehingga menjadikan anak individualis, interaksi dengan teman sebaya pada saat pembelajaran di kelas pun menjadi kurang berkembang, dan tidak ada unsur kerjasama antara anak dengan teman sebayanya di kelas.

Berdasarkan hasil dari observasi penelitian pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada 22 November-26 November 2021 di TK Pedesaan Mutiara Bunda Maja, peneliti menemukan sejumlah masalah terkait perilaku prososial anak. Diantaranya yakni terdapat beberapa anak belum bisa menunggu giliran ketika menginginkan suatu barang yang sama dengan temannya, beberapa anak terlihat belum berinisiatif menawarkan bantuan kepada temannya yang sedang kesusahan, beberapa anak jarang melakukan interaksi dengan teman-teman di kelas, dan beberapa anak belum mau meminta maaf ketika melakukan kesalahan. Melihat keadaan tersebut, perlu kiranya bagi pendidik untuk mengembangkan perilaku prososial anak dengan melakukan kegiatan pembelajaran yang menarik, salah satunya yaitu dengan menggunakan alat permainan edukatif yang menarik. Penggunaan alat permainan edukatif diharapkan dapat membantu pendidik dalam mengembangkan atau menstimulus perilaku prososial pada anak usia dini.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Anak belum bisa menunggu giliran ketika menginginkan suatu barang yang sama dengan temannya.

2. Anak terlihat belum berinisiatif menawarkan bantuan kepada temannya yang sedang kesusahan.

3. Anak jarang berinteraksi dengan teman-teman di kelas.

4. Anak belum mau meminta maaf ketika melakukan kesalahan.

(25)

6

5. Pembelajaran bersifat monoton dan pemberian tugas menggunakan lembar kerja anak (LKA).

6. Pembelajaran belum menggunakan alat permainan edukatif dalam mengembangkan aspek perkembangan.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka masalah penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Kurangnya penggunaan alat permainan eduktif dalam pembelajaran, 2. Rendahnya perilaku prososial anak usia 5-6 tahun di TK Pedesaan

Mutiara Bunda Maja, Marga Punduh, Kabupaten Pesawaran.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka peneliti menentukan rumusan masalah yaitu apakah terdapat pengaruh penggunaan alat permainan edukatif terhadap perilaku prososial anak di TK Pedesaan Mutiara Bunda Maja?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh penggunaan alat permainan edukatif terhadap

perilaku prososial anak usia 5-6 tahun di TK Pedesaan Mutiara Bunda Maja.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki 2 manfaat yaitu manfaat teroritis dan praktis:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

dipergunakan sebagai bahan kajian keilmuan dalam bidang pendidikan anak usia dini.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi pendidik

Dapat memberikan acuan bagi pendidik agar lebih kreatif dalam

(26)

7

menggunakan alat permainan edukatif untuk mengembangkan perilaku prososial anak.

b. Manfaat bagi Sekolah

Dapat memberikan masukan untuk sekolah, terutama dalam memberikan stimulasi perilaku prososial anak usia dini.

c. Manfaat bagi Peneliti

Dapat menjadi acuan bagi peneliti lain dalam meneliti tentang pengaruh penggunaan alat permainan edukatif dan perilaku prososial anak usia dini.

(27)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Prososial

2.1.1 Pengertian Perilaku Prososial

Salah satu dasar perkembangan yang harus dimiliki oleh anak usia dini yaitu perilaku sosial. Anak usia dini perlu ditanamkan perilaku prososial seperti, menolong, membantu, berbagi, berempati, bersikap toleransi, sopan santun dan perilaku positif lainnya. Perilaku prososial adalah tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk membantu atau menguntungkan orang lain atau sekelompok orang (Eisenberg & Mussen, 1989). Perilaku prososial ini meliputi berbagi sesuatu dengan orang lain, menunjukkan kesediaan untuk bekerja sama, membantu dan menghibur seseorang dalam kesusahan. Sedangkan

menurut Papalia, et al mendefiniskan bahwa perilaku prososial (prosocial behavior) merupakan segala perilaku sukarela yang ditujukan untuk membantu orang lain (Annisa & Djamas, 2021).

Hal serupa juga disampaikan oleh Baron yang menjelaskan bahwa perilaku prososial sebagai suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain (Baron, 2006).

Perilaku prososial mengarah kepada tindakan sukarela untuk membantu atau menguntungkan individu atau kelompok individu lain. Seseorang yang berperilaku prososial tidak melakukan perilaku menolong secara terpaksa, tetapi dilakukan atas dasar motivasi dirinya sendiri. Contoh dalam kehidupan

sehari-hari pada anak usia dini yaitu mencakup perilaku empati,

(28)

9

anak dapat mengekspresikan kasih sayang dengan menghibur seseorang yang sedang kesusahan. Selain itu, anak dapat mengungkapkan perasaan lainnya serperti anak berbagi atau memberikan miliknya kepada orang lain dan anak melakukan kegiatan kerja sama serta anak mau menunggu giliran secara sukarela.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial merupakan suatu tindakan perbuatan sukarela yang bertujuan untuk membantu atau memberikan kebaikan kepada individu lain atau kelompok lain, seperti berbagi, menolong, kerjasama, bertindak jujur, dan berderma.

2.1.2 Aspek-aspek Perilaku Prososial

Dalam mengembangkan ataupun menstimulus perilaku prososial harus disesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam perilaku prososial. Aspek perilaku prososial menurut Mussen dkk., menyatakan bahwa aspek-aspek perilaku prososial meliputi (Immawati & Nurbiyati, 2017):

a) Berbagi

Kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka dan duka, memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan, baik berupa moril maupun materil.

b) Kerjasama

Kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan yang saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong, dan menenangkan.

c) Menolong

Kesediaan untuk membantu atau menawarkan sesuatu kepada orang lain yang sedang berada dalam kesulitan dengan

meringankan bebanfisik dan psikologisnya.

d) Bertindak Jujur

Kesediaan untuk melakukan sesuatu seperti apa adanya, tidak berbuat curang.

e) Berderma

Kesediaan untuk memberikan sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkan.

(29)

10

Adapun menurut Brigham menyatakan bahwa aspek-aspek dari perilaku prososial, meliputi (Islakhiyah, 2013):

a) Persahabatan, kesediaan untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan orang lain.

b) Kerjasama, kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapai suatu tujuan.

c) Menolong, kesediaan untuk menolong orang lain yang berada dalam keadaan kesulitan.

d) Bertindak jujur, kesediaan untuk melakukan sesuatu seperti apa adanya, tidak berbuat curang.

e) Berderma, kesediaan untuk memberikan secara sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkan.

Sejalan dengan pernyataan di atas, perilaku prososial anak usia dini sebagaimana dalam Permendikbud nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini mencakup (1) Kemampuan bermain dengan teman sebaya (2) Memahami perasaan, (3) Merespon, (4) Berbagi, (5) Menghargai hak dan pendapat orang lain, (6) Kooperatif, dan (7) Perilaku sopan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek perilaku prososial yang dimaksud dengan aspek perilaku prososial dalam konteks penelitian ini meliputi berbagi, kerja sama, menolong, bertindak jujur, dan berderma.

Aspek-aspek tersebut harus dapat dikembangkan dan distimulus dengan baik sejak dini, agar anak dapat memiliki perilaku yang baik untuk ke depannya.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Perilaku Prososial Perilaku prososial dipandang sebagai perilaku yang memiliki peran dalam mempertahankan kehidupan, perilaku prososial dapat menjalankan fungsi kehidupan manusia sebagai penolong dan yang ditolong. Perkembangan perilaku prososial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor ini yang akan

(30)

11

mempengaruhi perilaku prososial anak akan berkembang sesuai dengan tahapan perkembangannya atau justru mengalami keterlambatan. Faktor yang memengaruhi perilaku prosoial menurut Staub yaitu self-again, personal values and norms, dan empathy (Staub, 1978):

a) Self-gain: harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan.

b) Personal values and norms: adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama

mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik.

c) Empathy: kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain.

Selanjutnya, menurut Baron menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial adalah sebagai berikut (Baron, 2006): a) Faktor internal, terdiri dari guilt dan mood. b) Faktor eksternal, terdiri dari social norms, number of bystanders, time pressure, dan similarity. Dan c) Faktor karakteristik penolong (helpers dispositions), terdiri dari personality trait, gender, dan religious faith.

Selain itu, menurut Yulia adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku prososial yaitu (Maula, 2021):

a) Faktor Biologis

Berperan dalam kapasitas perilaku prososial dan terdapat beberapa spekulasi bahwa gen memberi dasar perbedaan individu dalam kecenderungan berperilaku prososial.

b) Keanggotaan dalam kelompok atau budaya

Dapat diterima tindakan individu, motif, orientasi, dan nilai- nilainya, pada tingkatan tertentu, ditentukan oleh budaya dimana individu dalam kelompok atau budaya tertentu hanya menunjukan kecenderungan secara umum saja, dan tidak dapat menjelaskan perbedaan kecenderungan bertindak prososial anatara individu dalam suatu budaya.

c) Pengalaman sosialisasi

Pola sosialisasi menunjukkan pada hal-hal terdahulu yang ikut menentukan munculnya perilaku prososial, termasuk

(31)

12

semua interaksi anak dengan agen sosialsasi utama orang tua, teman sebaya guru dan media masa.

d) Proses kognitif

Faktor yang termasuk dalam proses kognitif adalah persepsi anak, interprestasi dan pengalanan terhadap stuasi, tingkat perkembangan kognitif atau kematangan danintelegensi, kemampuan untuk melihat dan menilai situasi dari

persepektif orang lain, pengambilan keputusan dan penalaran moral anak.

e) Responsivitas emosi

Variabel dalam kategori responsivitas emosi adalah rasa bersalah, perhatian pada orang lain, dan empati. Setiap reaksi yang muncul menentukan apakah seseorang akan membantu orang lain atau tidak, dan kapan waktunya.

f) Kepribadian dan variabel personal

Seperti kemampuan bergaul dan gender. Antara karakteristik individual yang berkaitan dengan kecenderungan prososial adalah gender, usia perkembanagan, dan kepribadian.

g) Situas dan lingkungan situsional

Hal yang menentukan reaksi prososial adalah tekanan eksternal, kejadian-kejadian sosial, dan konteks sosial.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor yang memengarahui perilaku prososial diantaranya yaitu faktor internal meliputi keadaan individu atau anak, biologis anak, serta kondisi keluarga anak dan faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan dan pengalaman yang diperoleh oleh anak. Untuk itu, sangat diperlukan meningkatkan perilaku prososial sejak dini melalui lingkungan sekitar dengan memberikan stimulasi rangsangan kepada anak usia dini.

3.8 Alat Permainan Edukatif

2.2.1 Pengertian Alat Permainan Edukatif

Pada masa anak-anak selalu berkaitan dengan kegiatan bermain sehingga dunia anak adalah dunia bermain, sebagian besar kegiatan bermain menggunakan media yaitu alat permainan yang mengandung edukasi atau biasa disebut sebagai alat permainan edukatif.Menurut Rolina mendefinisikan bahwa alat permainan edukatif merupakan alat permainan yang mempunyai nilai-nilai

(32)

13

edukatif, yaitu dapat mengembangkan segala aspek dan kecerdasan yang ada pada diri anak (Rolina, 2012).

Selain itu, menurut Badru Zaman menyatakan bahwa APE untuk anak TK adalah alat permainan yang dirancang untuk tujuan meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak di TK (Widayati

& Kartika, 2020). Selanjutnya Depdiknas Dirjen PAUD

menjelaskan bahwa alat permainan edukatif (APE) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak (Guslinda & Rita, 2018).

Ketika pembelajaran di kelas anak menggunakan APE dapat mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak, menurut Haenilah ketika anak menggunakan APE berarti anak sedang belajar mengembangkan pengetahuannya mengenai sesuatu hal (learning to know), anak belajar untuk dapat

melakukan sesuatu dengan konteksnya (learning to do), anak juga belajar untuk dapat menjadi dirinya sekaligus empati terhadap orang lain (learning to be) dan anak juga belajar untuk dapat hidup bersama orang lain (learning to live together).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa alat permainan edukatif (APE) adalah alat yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan dan bernilai edukatif untuk mengoptimalkan aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usia anak, melalui penggunaan APE anak dapat mengembangkan pengetahuannya dengan cara bermain yang menyenangkan.

2.2.2 Fungsi Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif yang dibuat ataupun yang dimanfaatkan seharusnya mempunyai fungsi dalam mendukung proses

(33)

14

pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi anak demi tercapainya tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Badru Zaman fungsi dari alat permainan edukatif sebagai berikut (Rolina, 2012):

1. Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi anak dalam proses pemberian perangsangan indicator kemampuan anak.

2. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak yang positif.

3. Memberikan stimulus dalam pembentukkan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan pengembangan pada anak usia dini.

4. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi dengan teman sebaya.

Selain itu, menurut Brain menyatakan bahwa alat permainan edukatif berfungsi sebagai berikut (Rolina, 2012):

1. Membuat anak belajar tanpaj tahu bahwa ia sedang belajar (learning by playing).

2. Mengembangkan otak kiri dan kanan anak.

3. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak.

4. Memberikan kesempatan pada anak TK untuk mengenal lingkungan dan mengajarkan pada anak untuk mengetahui kekuatan dirinya.

Selanjutnya menurut Sri dan Kartika menjelaskan bahwa alat permainan edukatif yang dikembangkan memiliki fungsi dalam mendukung penyelenggaraan proses belajar anak sehingga menyenangkan bagi anak. Fungsi-fungsi tersebut sebagai berikut (Widayati & Kartika, 2020):

1. Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi anak dalam proses pemberian perangsangan indicator kemampuan anak.

2. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak yang positif dalam suasana yang menyenangkan , anak akan mencoba melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai dengan cara menggali dan menemukan sesuai yang ingin mereka ketahui.

3. Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar.

4. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi dengan teman sebaya.

(34)

15

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari alat permainan edukatif yaitu bertujuan untuk

mendukung dan membantu dalam mengembangkan proses pembelajaran guna mengoptimalkan perkembangan anak melalui kegiatan bermain yang menyenangkan.

2.2.3 Ciri-ciri Alat Permainan Edukatif

Sumber belajar, media pembelajaran, dan alat permainan edukatif merupakan hal yang berbeda. Untuk mengetahui perbedaannya maka perlu diketahui ciri-cirinya. Menurut Badru Zaman, dkk menjelaskan bahwa alat permainan edukatif dapat dikatagorikan sebagai alat permainan edukatif untuk anak TK jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut (Guslinda & Rita, 2018):

1. Ditujukan untuk anak usia TK.

2. Berfungsi mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak TK.

3. Dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk, dan untuk bermacam tujuan aspek perkembangan atau bermanfaat multiguna.

4. Aman bagi anak.

5. Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas.

6. Bersifat kontruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan.

7. Mengandung nilai pendidikan.

Selain itu, menurut Dewan Nasional Indonesia untuk

kesejahteraan sosial menjelaskan bahwa ciri-ciri alat permainan edukatif sebagai berikut (Widayati & Kartika, 2020):

1. Dapat digunakan dalam berbagai cara, maksudnya dapat dimainkan dengan bermacam-macam tujuan, manfaat, dan menjadi bermacam-macam bentuk.

2. Ditujukan terutama untuk anak-anak usia prasekolah dan berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasaan dan motorik anak.

3. Segi keamanan sangat diperhatikan, baik dari bentuk maupun penggunaan cat pada alat permainan.

4. Membuat anak terlibat secara aktif.

5. Sifatnya kreativitas.

(35)

16

Selanjutnya menurut Sri dan Kartika memaparkan ciri-ciri alat permainan edukatif sebagai berikut (Widayati & Kartika, 2020):

1. Diperuntukan bagi anak balita, artinya mainan yang memang sengaja dibuat untuk merangsang berbagai kemampuan dasar pada balita.

2. Multifungsi, dari satu mainan bisa didapat berbagai variasi- variasi mainan sehingga simulasi yang didapat anak juga lebih beragam.

3. Melatih problem solving, dalam memainkannya anak diminta untuk melakukan problem solving. Dalam

permainan puzzle misalnya anak diminta untuk Menyusun potongan-potongan menjadi utuh.

4. Melatih konsep-konsep dasar, lewat permainan ini dilatih untuk mengembangkan kemampuan dasarnya, seperti mengenal bentuk warna, besaran, juga melatih motorik halus.

5. Melatih ketelitian dan ketekunan, dengan permainan

edukatif anak tak hanya sekedar menikmati tetapi tak hanya dituntut untuk teliti dan tekun ketika mengerjakan.

6. Merangsang kreativitas anak.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri alat permainan edukatif untuk anak usia dini yaitu sebagai berikut:

a. Alat permainan edukatif (APE) diperuntukan untuk anak usia dini.

b. Alat permainan edukatif (APE) dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak.

c. Pembuatan alat permainan edukatif (APE) haruslah aman untuk anak baik dari segi bahan dan lainnya.

d. Alat permainan edukatif (APE) dibuat untuk

mengembangkan aktivitas dan kreativitas pada anak.

e. Alat permainan edukatif (APE) harus bersifat konstruktif atau membangun.

2.2.4 Jenis Alat Permainan Edukatif

Terdapat berbagai jenis alat permainan edukatif sering dijumpai dalam kegiatan pembelajaran di PAUD, penggunaan alat

permainan edukatif disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Menurut Guslinda dan Rita menjelaskan bahwa jenis alat permainan edukatif untuk anak usia dini secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut (Guslinda & Rita, 2018):

1. Penempatannya

(36)

17

Berdasarkan penempatan maka alat permainan edukatif ada dua yaitu alat permainan yang berada di luar ruangan dan alat permainan yang berada di dalam ruangan. Alat permainan yang berada di luar ruangan umumnya alat-alat permainan yang dalam kategori besar-besar. Seperti ayunan, pelosotan, putaran, papan titian, dan sebagainya. Alat permainan edukatif yang di luar ini lebih pada pengembangan kemampuan fisik dan motorik anak. Sedangkan alat

permainan edukatif yang ada di dalam ruangan itu dikatakan alat permainan edukatif yang kecil. Maka pembagian alat permainan berdasarkan penempatan ini dapat diatur secara area atau sentra.

2. Tujuan dan aspek perkembangan

Pada jenis yang kedua ini alat permainan dikelompokkan berdasarkan kegunaannya dan tujuan pengembangan. Jadi alat permainan edukatif akan dikelompokkan berdasarkan aspek perkembangan anak, seperti untuk perkembangan Bahasa, kognitif, fisik-motorik, sosial dan lain sebagainya.

3. Pembagian alat permainan edukatif (APE) berdasarkan pendapat ahli atau penciptanya

Diantaranya yaitu menurut Dr. Mentessori, George Cruissenaire, Peabody, dan Paroebel.

Sependapat dengan pendapat di atas, ada beberapa APE yang diciptakan oleh para ahli menurut Badru Zaman, dkk yaitu sebagai berikut (Guslinda & Rita, 2018):

1. APE kemampuan berbahasa Peabody. Alat permainan ini digunakan dalam memberikan program pengetahuan dasar yang mengacu pada aspek perkembangan bahasa, yaitu penambahan kosa kata pada anak. Selain itu tujuan dari APE jenis ini dapat mengembangkan motorik halus pada anak usia dini dengan cara menggerakkan jari-jari.

2. APE ciptaan Montessori APE ciptaan Montessori dapat memudahkan anak dalam konsep mengingat konsep-konsep yang akan dipelajari tanpa adanya bimbingan, karena tidak adanya bimbingan maka anak diharuskan untuk berkerja secara mandiri. Montessori merupakan salah satu tokoh PAUD terkenal dengan APE yang lebih banyak mengarah kepada logika matematika dan keterampilan hidup sehari- hari.

3. APE Cruissenaire George menciptakan balok Cruissenaire untuk mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, pengenalan bilangan, dan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam bernalar.

4. APE ciptaan Froebel APE Froebel memiliki alat yang khusus yang disebut sebagai balok blocdoss. Balok ini digunakan

(37)

18

untuk melatih motorik dan daya nalar pada anak. APE ini terdiri dari berbagai macam balok yang disusun sehingga membentuk kotak kubus.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Soetopo menjelaskan bahwa alat permainan edukatif dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (Rahma, 2017):

1. APE outdoor bahan.

2. APE outdoor bahan bekas.

3. APE indoor bahan alam.

4. APE indoor bahan bekas.

5. APE campuran.

6. APE siap pakai.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan anak dalam menggunakan jenis alat permainan edukatif (APE) disesuaikan dengan usianya karena beda usia maka berbeda juga kebutuhan jenis alat permainan edukatif (APE) yang

digunakan. Anak usia 5-6 tahun membutuhkan kombinasi alat permainan edukatif yang bersifat sensori motor, simbolik dan pembangunan. Alat Permainan tersebut merupakan alat yang dapat merangsang, mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan, dan memberikan stimulus dalam pembentukan prilaku dasar pada anak.

2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Manusia merupakan makluk sosial yang gidak dapat lepas dari orang lain dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Setiap individu termasuk anak usia dini harus memiliki perilaku prososial yang mumpuni untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Perilaku prososial merupakan salah satu bagian dari perkembangan sosial emosial yang melibatkan perilaku yang dimiliki oleh seseorang dalam hubungan maupun interkasi dengan lingkungan sekitar dan diekspresikan melaui perasaan yang berupa perasaan positif maupun perasaan negatif.Pada usia dini ini merupakan masa di mana pertumbuhan maupun perkembangan yang dimiliki anak berkembang dengan sangat pesat, maka dari itu perilaku

(38)

19

sosial yang dimiliki oleh anak harus dapat dikembangkan dan diarahkan secara optimal.Hal ini sangat penting dikarenakan akan berpengaruh terhadap kehidupan anak dimasa yang akan datang, terutama dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar, baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Dalam mengembangkan perilaku prososial dapat dikembangkan dengan berbagai metode atau dengan berbagai jenis aktivitas bermain melalui media pembelajaran yang menarik. Salah satu yang dapat digunakan dalam media pembelajaran yaitu alat permainan edukatif. Dengan menggunakan alat permainan edukatif anak belajar bekerjasama untuk tujuan bersama, mereka mampu saling memberi semangat, saling mengendalikan emosi, dan saling menghargai diri sendiri maupun orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pikir dalam

penelitian ini dapat digambarkan secara sederhana yaitu sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir permasalahan yang diajukan, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :

Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan alat permainan edukatif terhadap perilaku prososial anak usia 5-6 tahun di TK Pedesaan Mutiara Bunda Desa Maja.

Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan alat permainan edukatif terhadap perilaku prososial anak usia 5-6 tahun di TK Pedesaan Mutiara Bunda Desa Maja.

Penggunaan Alat Permainan Edukatif (X)

Perilaku Prososial Anak Usia 5-6 Tahun

(Y)

(39)

20

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Menurut Consuelo (2015) penelitian eksperimen adalah satu- satunya metode penelitian yang dapat menguji hipotesis mengenai

hubungan sebab akibat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penggunaan alat permainan edukatif terhadap perilaku prososial anak usia 5-6 tahun.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain One Group Pretest-Postest. Penelitian yang dilakukan hanya menggunakan satu kelas sebagai objek penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh sebelum dan sesudah menggunakan metode eksperimen. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Adapun pola desain penelitiannya sebagai berikut :

Gambar 2. Desain Penelitian Keterangan:

O1 : Kondisi anak sebelum diberikan perlakuan O2 : Kondisi anak sesudah diberikan perlakuan

X : Perlakuan dengan menggunakan alat permainan edukatif O1 x O2

(40)

21

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Pedesaan Mutiara Bunda Desa Maja, Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten Pesawaran pada tahun ajaran 2021/2022.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan individu yang dijadikan sebagai subjek. Menurut Sugiyono mengatakan populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2020). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak kelas B di TK Pedesaan Mutiara Bunda Maja dengan jumlah yaitu 26 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel menurut Sugiyono adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2020). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik total sampling, dimana teknik penentuan sampel menggunakan seluruh populasi. Mengingat jumlah populasi 26 orang anak maka seluruh anggota dijadikan sebagai total sampel.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek peneliti atau segala sesuatu yang menjadi pokok perhatian suatu penelitian. Dalam hal Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas (X) adalah variabel yang memberi konstribusi terhadap variabel lain. Dalam hal ini variabel bebas (X) adalah penggunaan alat permainan edukatif.

2. Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau diberi konstribusi oleh variabel lain. Dalam hal ini variabel terkait (Y) adalah perilaku prososial.

(41)

22

3.6 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 3.6.1 Definisi Konseptual Variabel

a. Penggunaan Alat Permainan Edukatif (Variabel X) Penggunaa alat permainan edukatif adalah proses atau cara menggunakan alat yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan serta bernilai edukatif untuk

mengoptimalkan aspek perkembangan sesuai tahap perkembangan usia anak.

b. Perilaku Prososial (Variabel Y)

Perilaku prososial merupakan suatu tindakan sukarela yang dilakukan oleh seseorang bertujuan untuk membantu atau memberikan kebaikan kepada individu lain atau kelompok lain dengan senang hati.

3.6.2 Definisi Operasional Variabel

a. Penggunaan Alat Permainan Edukatif (Variabel X) Penggunaan alat permainan edukatif merupakan proses cara

menggunakan media atau alat pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang bernilai edukatif atau mendidik untuk membantu mengembangkan dan menstimulasi aspek

perkembangan anak.

b. Perilaku Prososial (Variabel Y)

Perilaku prososial merupakan suatu perbuatan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar dengan maksud untuk memberikan kebaikan meliputi berbagi, menolong, kerja sama, bertindak jujur, dan berderma.

(42)

23

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Perilaku Prososial

Variabel

Y Dimensi Indikator

Sebaran Butir Pernyataan

Jumlah

Perilaku Prososial

Berbagi

1. Berbagi dengan orang lain.

2. Berkintribusi

memikirkan perasaan orang lain.

1, 2

3, 4, 5

5

Menolong

1. Membantu orang yang membutuhkan.

2. Tidak mengharapkan imbalan.

6, 7, 8, 9

4

Kerjasama

1. Dapat bermain dengan teman.

2. Melalukan tugas yang bersifat kelompok.

10, 11 12, 13, 14

5

Bertindak Jujur

1. Melaksanakan tugas sendiri sampai selesai.

2. Menaati peraturan yang ada.

15, 16

17, 18, 19, 20

6

Berderma

1. Memberikan barang miliknya kepada orang lain.

2. Bersedekah di lingkungan sekitar.

21, 22

23, 24, 25

5

Jumlah 25

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang dalam penelitian memiliki tujuan yaitu untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, dalam Penelitian ini pengumpulan data mengguanakn teknik sebagai berikut:

3.7.1 Observasi

Metode observasi merupakan suatu aktivitas pengamatan dan pencatatan terhadap kondisi tumbuh kembang anak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan observasi atau pengamatan langsung dilakukan untuk memperoleh data secara langsung melihat kondisi lingkungan objek penelitian, sehingga didapatkan gambaran secara jelas dan nyata kondisi objek dari penelitian tersebut. Penelitian ini

(43)

24

melakukan observasi pada aktivitas belajar anak dan perkembangan sosial anak pada saat menggunakan alat permainan edukatif.

Observasi ini merupakan participant observation karena dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan anak.

3.7.2 Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu merupakan cara untuk mencari data mengenai beberapa hal atau yang berkaiatan dengan variabel yang di dalamnya terdapat catatan, transkrip, data perkembangan, notulen, dan lain-lain. Yang diamati dalam metode dokumentasi adalah benda mati dan bukan benda hidup sehingga tidak dapat berubah-ubah, dokumentasi ini bisa berbentuk tulisan, gambar, ataupun karya-karya lainnya. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi yaitu untuk memperkuat data sebagai bukti pelaksanaan penelitian yang akurat dan jelas dari sekolah, sebagai data sekunder penunjang dalam penelitian pada saat proses penelitian. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambaran umum perilaku sosial, jumlah pendidik, jumlah siswa, sarana dan prasarana.

3.8 Teknik Analisis Uji Instrumen 3.8.1 Uji Validasi

Uji validasi dilakukan untuk melihat valid atau tidaknya isntrumen dan konten penelitian. Peneliti melakukan uji validitas kepada dosen ahli. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini

berbentuk ceklis yang bersifat terstruktur dan pengisiannya cukup dengan memberikan tanda ceklis ( ) pada pertanyaan yang

menunjukkan perilaku anak. Selain itu, peneliti juga melakukan uji lapangan untuk melihat apakah lembar observasi yang digunakan valid atau tidak.

(44)

25

𝑟𝑥𝑦 = 𝑛Σ𝑋𝑌 − Σ𝑋Σ𝑌

[𝑛Σ𝑋2 − (Σ𝑋)2][𝑛Σ𝑌2 − (Σ𝑌)2

Untuk mengetahui nilai validasi maka digunakan rumus Product moment seperti yang dikatakan Sugiono, sebagai berikut (Sugiono, 2020):

Gambar. 3 Product Moment Keterangan:

𝑟𝑥𝑦 : koefisien korelasi antara variable X dan Y n : jumlah subjek

X : skor dari tiap-tiap item Y : jumlah dari skor item

Hasil Uji Validitas Perilaku Prososial (Y)

Sebelum melakukan penelitian instrumen, peneliti melakukan uji coba terlebih dahulu pada 10 anak di luar sampel penelitian yaitu di PAUD Bakti Ibu Penyandingan. Adapun butir pernyataan pada lembar observasi perilaku prososial 40 butir. Validitas diolah dengan menggunakan rumus product moment dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 dengan jumlah taraf signifikan 5%

dan jumlah anak yaitu 10 orang, maka 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,632. Setiap butir soal dikatakan valid apabila 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔, jika nilainya 0,632 atau lebih maka item dinyatakan valid, tetapi apabila nilai kurang dari 0,632 maka item dinyatakan tidak valid dan tidak dapat digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan dari hasil data perhitungan validitas instrumen maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 40 butir pernyataan observasi perilaku prososial yang telah diujicobakan terdapat 25 butir pernyataan yang valid dan 15 butir lainnya dinyatakan tidak valid atau tidak dapat digunakan dalam penelitian. Dapat dilihat pada (Lampiran 3, halaman 70-71).

(45)

26

𝒌 𝒓𝟏𝟏 = [ 𝒌 − 𝟏 ] [𝟏 −

𝚺𝝈𝒃𝟐 𝝈𝒕𝟐] 3.8.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan internal consistency yang dilakukan dengan mencobakan instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis. Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan dengan menggunakan rumus alpha cronbach. Adapun rumus yang digunakan seperti yang dikatakan Arikunto yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2013):

Gambar 4. Rumus Uji Reliabilitas Keterangan :

𝑟11 = reliabilitas yang dicari

k = banyaknya butir pertanyaan atau butir soal

∑𝜎𝑏2 = jumlah varians skor tiap-tiap item 𝜎𝑡2 = varians total

Jika telah diperoleh koefisien reliabilitas instrumen, maka akan diinterpretasikan menggunakan kriteria seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Tabel Kriteria Reliabilitas

Rentang koefisien Kriteria

0,8≤ r 11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 ≤ r 11 ≤ 0,80 Tinggi

0,40 ≤ r 11 ≤ 0,60 Cukup

0,20 ≤ r 11 ≤0,40 Rendah

0,00≤ r 11 ≤0,20 Sangat Rendah

(46)

27

Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Prososial (Y)

Uji reliabilitas observasi yang dilakukan diambil dari 10 responden dari luar sampel penelitian yaitu di PAUD Bakti Ibu Penyandingan dengan jumlah pernyataan sebanyak 25 butir. Reliabilitas

dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach pada program Microsoft Exel 2007. Berdasarkan hasil analisis dapat diperoleh bahwa nilai Alpha Cronbach sebesar 0,962. Kemudian harga tersebut dibandingkan dengan kriteria menurut Arikunto dan diperoleh kesimpulan bahwa item-item observasi tersebut

mempunyai kriteria reliabilitas sangat tinggi sehingga instrumen tersebut reliabel dapat dipergunakan dalam penelitian ini. Dapat dilihat pada (Lampiran 4, halaman 72-73).

3.9 Teknik Analisis Data

Analasis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat, mulai dari tahap persiapan, proses sampai hasil pekerjaan atau pembelajaran. Jadi analisis data yang digunakan penelitian ini

menggunakan data kuantitatif. Data yang diperoleh untuk mengukur keberhasilan dari suatu penelitian, peneliti memberi tandaceklis (√) pada kolom kriteria penelitian yang telah disediakan sebagai lembar

pengamatan. Lembar daftar cek evaluasi dan hasil observasi penilaian proses atau produk dalam suatu penilaian yang digunakan untuk menghitung peningkatan perilaku prososial pada anak usia dini.

Setelah dilakukan perlakuan maka data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan perilaku prososial pada anak kelompok B dan dapat dilakukan sebagai dasar untuk menguji hipotesis penelitian.

Menurut Hadi sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka dilakukan perhitungan rentang nilai interval terlebih dahulu menggunakan rumus sebagai berikut (Hadi, 2016):

(47)

28

Gambar 5. Rumus Interval Keterangan:

i = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah k = Kategori

3.9.1 Uji Prasyarat Analisis Data 3.9.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan percobaan yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan

berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini peneliti menggunakan rumus Kolmogorov- Smirnov untuk

mengetahui apakah tiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov merupakan bagian dari uji asumsi klasik. Adapun kriterianya yaitu apabila nilai signifikan > 0,05, maka nilai residual

berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai signifikan <

0,05, maka nilai residual tidak berdistribusi normal.

3.9.1.2 Uji Lineritas

Uji prasyarat yang kedua yaitu uji linearitas di mana uji ini bertujuan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas yaitu penggunaan alat permainan edukatif dengan variabel terikat yaitu perilaku prososial pada anak usia 5-6 tahun apakah mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikannya. Adapun pengujian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan Test For Liniarity pada SPSS 28 dengan taraf signifikan yaitu 0,05. Jika nilai signifikan deviation from linearity > 0,05, maka terdapat

(48)

29

Ŷ = 𝑎 + 𝑏𝑥

hubungan yang linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya, apabila signifikan deviation from liniearity < 0,05, maka tidak terdapat hubungan yang linier antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.9.2 Analisis Uji Hipotesis

3.9.2.1 Uji Regresi Linier Sederhana

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus regresi sederhana, yaitu untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Tujuan digunakannya analisis regresi sederhana pada penelitian ini yaitu mencari pengaruh penggunaan alat permainan edukatif (X) terhadap perilaku prososial (Y) dengan rumus regresi sederhana sebagai berikut (Hadi, 2016):

Gambar 6. Rumus Regresi Sederhana Keterangan:

Ŷ = nilai regresi a = konstanta

b = koefisien arah regresi x = variabel bebas

3.9.3.2 Uji Paired Sample T Test

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata- rata dua sampel yang berpasangan. Dua sampel yang dimaksud yaitu sampel yang sama namun mempunyai dua data (pretest-posttest). Uji paired sampel t test ini merupakan bagian dari statistik

parametrik di mana syarat utama dalam aturan statistik parametrik adalah data penelitian harus berdistribusi

(49)

30

normal. Adapun uji hipotesis ini menggunakan paired sample t test dengan bantuan program SPSS 28.

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan dalam pengujian ini adalah jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel awal dengan variabel akhir (pretest-posttest).

Namun apabila Sig. (2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel awal dengan variabel akhir (pretest-posttest).

(50)

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data pada hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat permainan edukatif pada kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi perilaku prososial. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dalam

penggunaan alat permainan edukatif terhadap perilaku prososial pada anak usia 5-6 tahun di TK Pedesaan Mutiara Bunda. Adapun nilai F hitungnya yaitu sebesar 12,075 dengan nilai signifikan atau probabilitasnya (P) yaitu

= 0,002 < 0,05 yang artinya bahwa secara signifikan terdapat pengaruh dari penggunaan alat permainan edukatif terhadap perilaku prososial.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada Guru

Hendaknya guru dapat menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar terutama dengan menggunakan alat permainan edukatif untuk mengembangkan perilaku prososial pada anak. Guru perlu lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran sehingga anak-anak akan termotivasi dalam proses belajar dan dapat bermakna bagi anak.

2. Kepada Kepala Sekolah

Masukan bagi kepala sekolah untuk dapat menyediakan sarana dan prasarana penunjang dalam proses pembelajaran, agar terlaksana

(51)

51

dengan baik dan optimal khususnya dalam mengembangkan perilaku prososial.

3. Kepada Orang Tua

Masukan kepada orang tua untuk dapat memfasilitasi atau

menyediakan sarana sebagai media pembelajaran untuk anak yang menyenangkan dalam memberikan stimulus atau rangsangan guna mengembangkan perilaku prososial pada anak usia dini.

4. Kepada Peneliti Lain

Bagi peneliti lain diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan atau referensi agar dapat menyusun penelitian yang lebih baik lagi serta dapat mencoba menggunakan media lain dalam meningkatkan perilaku prososial anak.

(52)

52

DAFTAR PUSTAKA

Agatha, Irene Simanjutak. 2021. Faktor-Faktor Pengaruh Pola Perilaku Sosial Anak Usia Dini. Journal of Practice Learning and Educational

Development. Universitas Negeri Malang. 1(4) : 134-140.

https://digitalpress.gaes-edu.com/index.php/jpled.

Agustien, Lilawati. 2019. Pengaruh Pembiasaan Terhadap Kesadaran Diri Dan Perilaku Prososial Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Khadijah Pandegiling Surabaya. Journal of Early Childhood Islamic Education. Sekolah Tinggi Agama Islam Daruttaqwa Gresik. 6(2) : 17-27.

https://doi.org/10.54069/atthiflah.v6i2.45.

Alfiyah, S., dan Wisjnu M. 2015. Validasi Modul Bermain Peran “Aku

Sayang Kawan” Untuk Meningkatkan Pengetahuan Perilaku Prososial Pada Anak Usia Dini. Gadjah Mada Journal Of Professional Psychology.

Universitas Gadjah Mada. 1(2) : 120-137.

https://doi.org/10.22146/gamajpp.9214.

Ananda, R., dan Fadhilaturrahmi. 2018. Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional Melalui Permainan Kolaboratif pada Anak KB. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

2(1) : 20-26.

https://doi.org/10.31004/obsesi.v2i1.3.

Aprilia, C., C. & Yun N., E. 2019. Pengaruh Metode Storytelling Menggunakan Media Wayang Terhadap Perilaku Prososial Pada Anak Usia Dini Di Tk Aisyiyah Iii Kota Jambi. Jurnal Pendidikan. 4(2) : 102-110.

https://doi.org/10.22437/jpj.v5i02.10339.

Annisa, D., dan Nurhayati D. 2020. Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Permainan Tradisional Babintingan. Jurnal AUDHI.

Universitas Al Azhar Indonesia. 3(2) : 42-51.

http://dx.doi.org/10.36722/jaudhi.v3i1.592

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Rineka Cipta, Jakarta.

(53)

53

Ayu, Luh Tirtayani. dkk,. 2013. Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Desmita. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Dina, Vereen. 2016. Hubungan Penggunaan Alat Permainan Edukatif Dengan Perkembangan Bereksplorasi Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Beringin Raya Bandar Lampung. (Skripsi). Universitas Lampung.

Drupadi, R. 2020. Pengaruh Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Prososial Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Lampung. 2(1) : 30-36.

https://doi.org/10.17509/cd.v11i1.20326.

Eisenberg, N., dan Miller, P., A. 1987. The Relation of Empati to Prosocial and Related Behaviors. Psychological Bulletin. 101(1) : 91-119.

https://doi.org/10.1037/0033-2909.101.1.91.

Fatma, Yuliana Maula. 2021. Strategi Guru Dalam Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini di Tarbiyatul Athfal Al-Manaar Al-Islamiyah Desa Ngabar Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. (Skripsi). Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.

Farida, H. 2017. Perilaku Prososial Ditinjau Dari Androgyny Role Dalam Kegiatan Pramuka Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Dan Humaniora. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. 3(2) : 113-126.

https://doi.org/10.30738/sosio.v3i2.1610.

Guslinda dan Rita K. 2018. Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakad Pusblishing, Surabaya.

Hadi, Sutrisna. 2016. Metodologi Riset. Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Hurlock, Elizabeth B. 2000. Perkembangan Anak. Erlangga, Jakarta.

Indarti. 2010. Psikologi Anak. Pustaka Belajar, Bandung.

Immawati, Sri dan Atik Nurbiyati. 2017. Membiasakan Perilaku Prososial pada Anak Melalui Film Cars. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Muhammadiyah Jakarta. 1(2) : 129-136.

https://doi.org/10.24853/yby.1.2.129-136.

Islakhiyah, Dyan. 2013. Impilementasi Pendidikan Prososial Pada TK Nurul Islam Purwoyoso Ngalingan Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013.

(Skripsi). Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

C.. Pendapatan usaha tani dalam kajian ini adalah nilai ekonomi komoditi yang diusahakan berupa tanaman kayu dan tanaman obat dalam jangka waktu analisis. Asumsi yang digunakan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : Bagi Pemerintah Kota Lubuklinggau melalui

Pada roda cacing ini bekerja sebuah cacing (ulir) c, yang dapat diputar dengan bantuan engkol f. Pena penusuk dari engkol itu dapat disetel ke dalam. Dengan

Pengaruh Financial Self-Efficacy Terhadap Perilaku Manajemen Keuangan Individu Studi Kasus Pada Karyawan. Perusahaan Manufaktur XYZ

Basuni dalam makalahnya pada Prasaran Seminar Sejarah Kalimantan Selatan berjudul Usaha Menggali Sejarah Masuknya Islam di Kalimantan Selatan pada 1976 mengatakan

[r]

Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul pada mata pelajaran IPA adalah model Dick, Carey &amp; Carey yang telah disesuaikan dengan keperluan

Potensi pasar relatif besar namun pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum tentang produk, jasa dan manfaat perbankan syariah relatif rendah Jawa Barat JaTeng