1
© 2021 The Author(s). Published by Patron Institute
This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Common Attribution License
(http://creativecommons.org/license/by/4.0/), which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PENERIMAAN PAJAK (STUDI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KISARAN)
Athirah*
Reza Hanafi Lubis
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah, Indonesia
PENDAHULUAN
Pajak sebagai sumber penerimaan negara yang paling besar memiliki kecenderungan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu di sebabkan kebutuhan belanja negara dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan pajak sebagai sumber utamanya. Berbagai kebijakan pokok pemerintah di bidang penerimaan negara yang telah atau sedang dilakukan diarahkan pada upaya meningkatkan pemerintahan pajak. Peningkatan pajak lain diupayakan melalui pemeriksaan, penyidikan dan penagihan, dapat juga diperoleh dari tulang punggung self assessment system, yaitu meningkatkan kesedaran masyarakat dalam membayar pajak.
Dalam perkembangan, pajak terbagi menjadi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung contohnya adalah pajak penghasilan (PPh), sedangkan pajak tidak langsung contohnya adalah pajak pertambahan nilai (PPN). Pajak Penghasilan (PPh) memegang peranan yang lebih menonjol dalam meningkatkan penerimaan negara jika dilihat dari sudut pandang keadilan, namun jika dilihat dari fleksibilitas kecendrungan peningkatan penerimaan pajak, pajak Pertambahan Nilai (PPN) lebih menonjol dalam meningkatkan penerimaan negara jika dibandingkan dengan Pajak Penghasilan (PPh). Pajak Penghasilan (PPh) hanya padat dikenakan kepada orang pribadi atau badan yang telah berpenghasilan tetapi tidak berlaku untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN), karena Pajak Pertambahan Pilai (PPN) dapat dilimpahkan kepada orang lain, sehingga memungkinkan semua orang dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa hampir seluruh barang-barang kebutuhan hidup rakyat Indonesia merupakan hasil produksi yang terkena PPN, dengan kata lain sebagaian besar transaksi di bidang
ABSTRACT
This study aims to determine the potential revenue target and realization of the Value Added Tax of Kisaran City. Effective tax collection is the right means to achieve the maximum tax revenue target. This research is a descriptive research with a case study approach. Data were collected through interviews and documentation. The results of the study indicate that the effectiveness of the target and the realization of the tax is still not 100% effective as desired. the level of effectiveness of tax audits in order to increase tax revenues at KPP Pratama Kisaran.
The target and realization of revenue in 2016-2020 fluctuated, which resulted in often not achieving the targets and realizations that had been set by the government. This indicates a lack of public awareness in fulfilling their obligations as taxpayers.
KEYWORDS
Efektivitas, Kontribusi dan Penerimaan Pajak
*CORRESPONDANCE AUTHOR
iraathirah1234567@gmail.com rezahanafilubis@gmail.com
perdangan, industri dan jasa yang termasuk dalam golongan barang kena pajak atau jasa kena pajak pada prinsipnya terkena PPN.
Suatu instansi tidak selalu berjalan dengan baik dalam pelaksanaan kegiatannya, begitu juga yang di kantor pelayanan pajak pratama kisaran dalam hal penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Permasalahan yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kisaran pada tahun 2016 s/d 2020belum terealisasi sesuai dengan targetyang ditetapkan. Besarnya peranan penerimaan pajak dapat dilihat melalui tabel penerimaan negara dalam negeri tahun 2016-2020 berikut:
Tabel 1
Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2016 s/d 2020
2020 2019
2018 2017
2016 Sumber Penerimaan
No
809.315.250.212 807.564.959.989
850.287.742.667 620.277.075.510
863.190.857.498 Penerimaan Pajak
1
0 0
0 0
0 penerimaan Bukan Pajak
2
0 0
0 0
0 Hibah
3
809.315.250.212 807.564.959.989
850.287.742.667 620.277.075.510
863.190.857.498 Jumlah
REALISASI PENERIMAAN NEGARA TAHUN 2016-2020
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kisaran Tahun 2016-2020
Dari tabel.1 di atas dapat dilihat pada akhir periode tahun 2016-2020 dapat kita lihat bahwa realisasi penerimaan negara terbesar adalah penerimaan dari sektor perpajakan yang merupakan penyumbang terbesar bagi pemasukan negara dibandingkan dengan sumber penerimaan negara lainnya baik itu penerimaan dalam negeri bukan pajak maupun hibah.
Karena memiliki komposisi yang sangat krusial bagi suatu negara, maka pemerintah harus bekerja secara maksimal untuk menambah pemasukan negarasehingga membuat tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan baik sesuai dengan rencana dan programyang dilakukan oleh setiap unit pemerintahan. Dalam upaya memaksimalkan penerimaan negara dari sektor pajak tersebut maka pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak terus memberikan pelayanan dan meningkatkan sistem kerja dengan membentuk kantor-kantor sesuai dengan tugas dan kewajibannya.
Dari uraian tersebut di atas, penulis menyadari bahwa betapa pentingnya pemahaman atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul “ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PENERIMAAN PAJAK (Studi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kisaran”.
Landasan Teori Pajak
Menurut Waluyo (2011:2) pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleli yag wajib membayarnya menurut peraturan peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluatan pengeluaran mnum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. menurut Prof. Edwin R. A. Seligman dalam buku Essay in Taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan: "Tax is compulsary contribution from the persuti, to the governanent to depray the expenses incurned in the common interest af all, withour refenettce to special benefit conferred" Dari definisi di atas terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan secara khusus pada seseorang, Memang demikian halnya bahwa bagaimanapun juga pajak itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat. menurut Philip E. Taylor dalam buku The Economtics of Puble Finance memberikan batasan pajak seperti di atas hanya mengeantikan without reference dengan little refenence. menurut Mr. Dr. NI. Feldmann dalam buku De Over Heidsrmidilelern Van Indonesta (terjemahan): Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada pengusaha (menurut nomunorma yang ditetapkannya secara umum). pa adanya komtraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran pengeluaran umum. Menurut Mardiasmo (2011:1-2) fungsi-fungsi dari pajak antara lain:
Pelayanan Pajak Pratama Kisaran| 3 a. Fungsi Penerimaan (Budgetair), Pungutan pajak memberikan sumbangan terbesar pada kas
negara yaitu kur Fungsi Mengatur (Regulerend)
b. Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. ang lebih 60%-70% pungutan pajak memenuhi postur APBN.
Pajak pertambahan nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai(PPN) merupakan pajak yang dipungut atas penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak di dalam negeri. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) memiliki karakteristik pajak tidak langsung yang beban pajaknya bisa digeser ke konsumen akhir. Menurut sudut pandang ilmu hukum pajak tidak langsung ialah pajak yang menempatkan kedudukan beban pajak dengan kedudukan penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara pada pihak-pihak yang berbeda yang bertujuan untuk melindungi pembeli atau penerima jasa dari tindakan sewenang-wenang pemerintahan dan apabila pengusaha tidak memungut pajak (PPN) dari penerima jasa atau konsumen maka pengusaha atau penjual yang akan bertanggung jawab penuh dalam pembayaran pajak (PPN). Pajak Pertambahan Nilai hanya akan dikenakan atas pertambahan nilai dari suatu barang atau jasa yang dikenakan di setiap rantai jalur produksi dan distribusi. Pertambahan nilai itu sendiri muncul karena digunakan faktor-faktor produksi barang atau pembelian pelayanan jasa kepada konsumen. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba, termasuk bunga, modal, sewa tanah, upah kerja, dan laba perusahaan merupakan unsur-unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar pengenaan (PPN), (Sukardi,2010:1).
Penerima Pajak
Penerimaan pajak adalah sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun untuk pembangunan. Sedangkan menurut undang-undang Republik Indonesia NO. 4 tahun 2012 pasal 1 tentang anggaran pendapatan dan belanja negara tahun 2012, penerima pajak semua penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Realisasi penerimaan pajak adalah penerimaan yang berasal dari wajib pajak yang berhasil di himpun oleh KPP. Pajak ditinjau dari aspek ekonomi yang merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan pajaksebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat, (Resmi, 2013:55).
Efektivitas
Menurut kamus besar bahasa Indonesiaefektivitas berasal dari kata dasar efektif yang merupakan suatu kata sifat. Pencapaikan efektivitas organisasi bukanlah tugas yang mudah, kunci untuk melakukan hal tersebut adalah memahami lingkungan dimana organisasi berfungsi. Efektivitas merupakan pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah yang secara sadar telah ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan yang dijalankan. Efektivitas jadi bisa diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan sebarapa jauh targat yang telah dicapai, semakin besar atau targat yang dicapai maka semakin tinggi tingkat efektivitasnya menurut (Nurlela, 2018:61). Kriteria Efektivitas
Tabel 2.
Indikator Kriteria Efektivitas
Persentase Kriteria
>100% Sangat efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup efektif
60%-80% Kurang efektif
<60% Tidak efektif
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 (Rima Adelina 2012)
Berdasarkan Indikator pengukuran di atas jika persentase pajak <60% maka termasuk dalam kriteria tidak efektif, pada persentase 60%-80% maka termasuk kurang efektif, pada persentase 80%-90% maka
termasuk kriteria cukup efektif, dan jika persentase pada 90%-100% maka termasuk dalam kriteria efektif sedsngkan >100%dinyatakan sangan efektif. Persentase tersebut di peroleh melalui perhitungan dari realisasi penerimaan (PPN) di bagi target penerimaan (PPN) di kali 100%. Semakin mendekat atau bahkan melebihi 100% maka penerimaan (PPN) akan dinyatakan semakin efektif.
Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribure, contribution, maknanya adalah ke ikut sertaan, ketertiban, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Kontribusi adalam pengertian sebagai tindakan yang berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sedangkan dalam sudut pandang perpajakan daerah kontribusi sejauh mana porsi atau hasil dan jumlah dana yang terkumpul dari sektor pajak di suatu daerah atau juga dapat dibandingkan porsinya dengan (APBD) atau (APBD). (Ahira, 2012:77).Kriteria Kontribusi
Tabel 3.
Indikator Kriteria Kontribusi
Persentase Kriteria
0.00-10% Sangat kurang
10,10-20% Kurang
20,10-30% Sedang
30,10-40% Cukup baik
>50% Sangat baik
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 (Rima Adelina 2012)
Berdasarkan tabel 3. di atas Indikator pengukuran dinyatakan jika dari hasil perhitung Pajak Pertambahan Nilai mendapatkan hasil dengan persentasenya 0-10% maka kriterianya sangat kurang, jika persentasenya 10%-20% maka kriterianya kurang, jika persentasenya 20%-30% maka kriterianya sedang, jika persentasenya 40%-50% maka kriterianya baik, dan jika persentasenya >50% maka kriterianya sangat baik.
Dengan analisis berdasarkan perhitungan dari kriteria-kriteria di atas akan didapatkan besar kontribusi Pajak Pertambahan Nilai terhadap penerimaan pajak dari tahun ke tahun selama tahun 2016-2020.
Gambar 1. Kerangka Berpikir Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hal penelitian tetapi tidak digunakan untuk menbuat kesimpulan yang lebih luas. Teknik pengumpulan data Studi Kepustakaan (library research), wawancara, dan dokumentasi. Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah “KPP
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kisaran
Efektifitas Konrtibusi
Analisis dan Evaluasi
Kesimpulan
Pelayanan Pajak Pratama Kisaran| 5 Pratmma Kisaran”. Objektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan penerimaan pajak pada seksi Pengelolaan Data dan Informasi (PDI) Kantor Pajak Pramata Kisaran.akan dikenakan tarif PPN yang sama, sesuai dengan harga barang atau transaksi BKP dan JKP yang terjadi.
Hasil dan Pembahasan Hasil Pengumpulan Data
Tabel 4.
Target Penerimaan Per Jenis Pajak KPP Pratama Kisaran 2016-2020 Penerimaan
Per jenis Pajak
2016 2017 2018 2019 2020
PPh OP
68,405,955,000
38,497,894,000
28,920,676,000
16,054,817,000
10,399,667,000 PPh 21
216,133,766,000
247,034,015,000
278,843,577,000
222,739,812,000
210,038,227,000 PPh Non
Migas Non PPh OP&PPh 21
418,966,846,777
221,156,709,551
212,978,492,000
389,532,202,000
225,850,985,000
PPh Migas 0 0 0 0 0 PPN & PPnBM
226,047,257,672
201,889,549,781
293,507,830,000
350,832,950,000
304,889,633,000 Pajak Lainnya
12,720,088,335
12,558,988,388
17,344,396,000
12,184,453,000
12,364,705,000
Total
942,273,913,784
721,137,156,720
831,585,971,000
991,344,234,000
763,543,217,000
Sumber: Saksi Pengelolahan Data dan Informasi tahun 2016-2020
Berdasarkan tabel 4.target untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kisaran paling tinggi ditetapkan pada tahun 2016 yaitu sebesar RP 942,273,913,784 sedangkan target terendah berada di tahun 2017 yaitu sebesar RP. 721,137,156,720. . Dari tahun 2016-2020 target dari PPh Non Migas Non PPh OP & PPh 21 merupakan target yang ditetapkan paling tinggi diantara target penerimaan jenis pajak lainnya
.
Tabel 5.
Realisasi Penerimaan Per Jenis Pajak KPP Pratama kisaran 2016-2020 Penerimaan
Per jenis Pajak
2016 2017 2018 2019 2020
PPh OP
7,058,275,524
10,116,115,570
13,885,596,576
14,713,331,381
11,192,295,142 PPh 21
167,533,840,821
169,318,738,716
204,925,502,166
228,177,870,855
207,708,496,688 PPh Non
Migas Non PPh OP&PPh 21
334,256,932,884
102,594,250,055
297,494,404,701
226,210,428,906
243,593,995,992 PPh Migas
236,584,858
109,644,818
170,451,065
30,586,001
25,942,075,342 PPN&PPnBM
275,721,182,163
269,863,037,588
256,299,024,613
249,373,966,126
271,574,549,450 Pajak Lainnya
9,826,770,360
-
7,924,313,293
2,453,464,353
12,460,798,550
12,340,890,534
Total
794,633,586,610
544,077,473,454
755,228,443,474
730,966,981,819
720,468,152,464 Sumber: Saksi Pengelolahan Data dan Informasi Tahun 2016-2020
Berdasarkan data tabel 5. dapat kita lihat bahwa realisasi dan target penerimaan dari setiap jenis pajak KPP Pratama Kisaran sudah hampir mencapai target yang ditentukan. Dari data di atas juga dapat kita lihat bahwa penerimaan PPh Non Migas Non PPh OP & PPh 21 merupakan jenis penerimaan terbesar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kisaran. Dalam penelitian ini, penulis menyajikan bahwa menghasilan target yang unggul, dan diantaranya adalah hasil dari perkebunan, perternakan, perikanan, dan hasil pertambangan. Dari data di atas dapat kita lihat bahwa dari tahun 2016-2020 penerimaan pajak terus mengalami kenaikan dan mendominasi penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak.
Tabel 6.
Sektor - Sektor Sumber Penerimaan pajak KPP Pratama Kisaran 2016-2020
Sektor 2016 2017 2018 2019 2020 Pengadaan Air,
Pengelalaan Sampah dan Daur Ulang, Pembuangan dan Perbersihan Limbah dan Sampah
21,469,523 25,445,643 154,725,717 521,883,091 818,393,105
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
4,445,591,985 3,113,380,218 4,874,145,661 5,004,914,150 4,924,839,289 Administrasi
Pemerintahan dan Jaminan Sosial Wajib
113,444,376,464 98,642,594,363 109,519,362,089 112,138,038,755 95,646,758,837
Informasi dan Komunikasi
1,312,439,043 1,635,568,385 1,307,840,892 1,304,937,704 1,447,224,906 Kebudayaan, Hiburan
dan Hiburan
230,406,670 71,672,1554 97,520,735 156,484,187 39,504,143 Jasa Persewaan,
Ketenagakerjaan, Agen Perjalanan dan Penunjang Usaha Lainnya
3,036,223,729 1,072,132,765 1,162,367,307 1,070,271,096 1,431,163,132
Wajib Pajak KLU Error
35,993,497,577 11,709,344,667 21,165,183,849 12,558,240,779 8,127,758,376 Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
134,902,076,389 121,114,353,468 142,107,300,808 142,727,997,892 167,090,114,886
Pertambangan dan Penggalian
4,400,000 8,040,250 2,190,000 2,249,690 8,438,725 Penyediaan
Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum
767,452,248 950,240,573 801,603,563 850,223,582 830,004,402
Transportasi dan Pergudangan
39,597,689,764 39,041,180,206 52,114,282,024 51,747,009,193 33,843,280,965 Industri Pengelohan 168,268,985,298 181,866,624,856 186,615,724,836 213,943,324,051 185,040,384,663 Jasa Pendidikan 2,037,549,988 1,068,072,683 1,078,530,783 1,536,501,444 1,020,489,630 Pengadaan Listrik,
Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin
1,076,062,994 1,768,343,149 2,688,073,108 2,977,864,836 2,251,050,692
Pertanian, Kehutanan, dan Prikanan
133,093,110,553 -61,488,003,618 88,078,001,048 21,688,910,128 82,194,693,081
Konstruksi 96,904,870,070 106,285,765,308 105,738,665,784 94,373,227,435 85,637,286,720 Real Estate 114,102,813 118,165,175 10,178,128,848 17,772,069,816 20,533,202,362 Jasa Profesional,
Ilmiah dan Teknis
417,579,216 818,874,390 1,595,434,33 1,434,018,223 840,515,230
Pelayanan Pajak Pratama Kisaran| 7
Berdasarkan penelitian dari Ajakaiye PPN telah menjadi sumber utama penerimaan di banyak negara berkembang. Beberapa negara Afrika seperti Guinea, Kenya, Madagaskar, Nigeria, Senegal, Cote d‟Ivoire, dan Togo telah diperkenalkan PPN. Bukti menunjukan bahwa di negara-negara ini, PPN telah menjadi kontributor penting untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah. Karena memiliki potensi besar tersebut maka KPP Pratama kisaran memiliki rencana penerimaan PPN setiap tahunnya, dan pada realisasinya penerimaan PPN bisa saja tidak sesuai dengan target bisa jadi lebih rendah ataupun lebih tinggi dari rencana yang telah di tetapkan, terbukti dari menurunnya realisasi penerimaan pajak PPN pada tahun 2020.
Jika melihat data tingginya penerimaan dari sektor sumber penerimaan maka seharusnya hal ini juga mempengaruhi yang diperoleh Industri Pengelolahan KPP sehingga ketika dari sektor perternakan,perikanan dan pertambangan mengalami kenaikan maka penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Pajak Penjualan atas ekspor dan inpor juga mengalami kenaikan begitu pun sebaliknya. Pada dasarnya PPN dan PPnBM merupakan suatu hal yang berbeda karena PPN merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai yang muncul karena pemakaian faktor-faktor produksi Industri Pengelolahan merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang di ekspor dan inpor.
Tabel 7.
Target dan Realisasi Pajak Pada Kantor Pratama Kisaran 2016-2020 Target dan Realisasi Penerimaan PPN KKP Pratama Kisaran 2016-2020
Tahun Target Realisasi
2016 226.007.642.528 275.490.805.223 2017 200.896.781.848 269.335.754.751 2018 292.485.969.000 255.513.100.879 2019 350.832.950.000 249.253.127.339 2020 304.763.728.000 271.465.775.457
Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi Tahun 2016-2020
Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa target Pajak Pertambahan Nilai dari tahun 2016-2020 fluktuatif. Target terendah ditetapkan pada tahun 2017 yaitu sebesar RP. 200,896,781,848 sedangkan target tertinggi ditetapkan pada tahun 2019 yaitu sebesar RP. 350,832,950.000. kemudian, Realisasi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dari tahun 2016-2020 juga bergerak secara fluktuatif. Realisasi terendah ditetapkan pada tahun 2019 yaitu sebesar RP. 249,253,127,339 sedangkan realisasi tertinggi ditetapkan pada tahun 2016 yaitu sebesar RP. 275,490,805,223. Namun, berbeda hal nya di tahun 2020 yang mengalami peningkatan.
Kegiatan Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya
43,980,000 59,369,429 24,226,277 4,152,880 3,243,249
Kegiatan Jasa Lainnya 57,302,745,314 23,913,151,993 24,040,881,710 23,738,795,171 27,308,713,008 Jasa Keuangan dab
Asuransi
73,424,499,890 88,406,551,018 96,286,551,461 100,939,591,221 88,472,693,278 Jasa Perorangan yang
Melayani Rumah Tangga, Kegiatan yang Menghasilkan Barang dan Jasa Oleh Rumah Tangga yang Digunakan Sendiri Untuk Memenuhi Kebutuhan
0 0 0 113,238,692 184,405,811
TOTAL 866,449,109,528 620,200,867,075 849,630,740,833 806,604,736,016 807,649,158,526
SIMPULAN
kesimpulan yang bisa dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Potensi Penerimaan targat di Kantor Pratama Kisaran sering mengalami fluktusi dalam realisasi penerimaan pajaknya. Akibatnya potensi pajak dikategorikan kurang baik, yang mengakibatkan sering terjadi potensial loss yaitu merupakan belum tergalinya potensi penerimaan pajak secara optimal dalam meningkatnya.
2. Efektivitas Penerimaan realisasi di Kantor Pratama Kisaran dikategorikan kurang efektif, dikarenakan berdasarkan pada tingkat pencapaiannya belun sesuai dengan yang dialami. Adanya penurunan serta peningkatan tetapi sering tidak tercapainya target yang telah ditetapkan.
REFERENSI
Jamil, I. N., Husaini, A., & Moyawan, Y. (2016). Analisis Efektivitas Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Pajak Daerah (Studi Pada Dinas Pendapatan Kota Mlang Periode 2011-2014)
Lubis, R. H. (2018). Pajak penghasilan. Yogjakarta
Anne Ahira, “TerminologiKosaKata”. (Jakarta: Aksara, 2012A).
Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogjakarta Mardiasmo, (2013). Perpajakan Edisi Revisi. Yogjakarta Bustamar, Hukum Pajak Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2017).
ChairilAnwar Pohan, (2013) manajemen perpajakkan,
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Ke Empat (Jakarta:
Gramedia 2011)
Dwiarso Utomo, Yulita Setiawan,Agung Yulianti, Perpajakan,(Yogjakarta: Andi 2011).
Edi Slamet Irianti, Pajak Kepemimpian danMasa Depan, (Semarang:DJP Kanwil Jateng, 2014).
Edy Supriyanto, perpajakan di Indonesia, (Yogyakarta: Graha IImu, 2011).
Juli Ratnawati, RetnoIndah.H. Dasar-Dasar Perpajakan, (Yogyakarta: CV budi Utama, 2015}.
Juliyansyah Noor, Metode penelitian, (Jakarta: Kencana, 2011)
Nurmayan, & Christina. (2015). Metologi Penelitian Akuntansi dan Bisnis Teori dan Praktek. Bogor. Ghalia Indonesoia
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung M. Farouq, Hukum Pajak di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2018).
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Morissan, Metode Penelitian Surveu, (Jakarta: Kencana, 2012).
Resmi. S. (2013). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta Selatan
Raksaka, Sinto, sofia, Kebijakan Perpajakan (Jakarta: PT Gramedia, 2018), h.198.
Rimsky, Pajak dan Strategi Bisnis, (Jakarta: Gramedia pustaka, 2016).
Sugiono, Metode Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2016).
Suharismo Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rinekan Cipta,2016).
Supromono, Thersia, Perpajakan Indonesia, ( Yogyakarta: Andi 2010).
Tmbooks, Perpajakan, (Yogyakarta: ANDI, 2013).
Trisni Surya, Tarsis Tarmud, Pajak Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012).
Undang Sukardi,Pokok – pokok Pajak PPN Pertambahan Nilai Indonesia,(Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
Untung Sukardji, Pokok – pokok PPN, ( Jakrta: PT Raja Grafindo, 2010).Waluyo,Perpajakan Indonesia, ( Jakarta, Selemba Empat;2010).