BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu
Adanya pedoman maupun referensi dari beberapa penelitian terdahulu membuat penelitian ini dapat dikembangkan. Adapun berikut ini merupakan referensi dari penelitian sebelumnya.
Williantara & Budiasih (2016)tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil Pada Indeks Pembangunan Manusia. Penelitian kali ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan PAD, DAU, dan DBH dalam membiayai Belanja Modal tidak mempengaruhi capaian IPM. Namun Dana Alokasi Khusus menunjukan hasil yang berpengaruh negatif pada IPM. Hal tersebut mengindikasikan semakin besar DAK dalam membiayai Belanja Modal maka akan dapat menurunkan capaian IPM.
Diansyah & Widiyaningsih (2014) tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Pada penelitian ini variabel independennya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan mengambil data dari situs www.djpk.kemenkeu.go.id dan situs www.bps.go.id. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Mahendra & Agung (2015) tentang Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus untuk Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Pada penelitian ini variabel independennya adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Khusus mampu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Sedangkan Dana Alokasi Umum tidak mampu menigkatkan IPM.
Bhakti et al. (2017) meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia Periode 2008-2012.
Dari penelitian ini didapatkan hasil variable PDRB dan APBD untuk kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan untuk variable rasio ketergantungan dan konsumsi rumah tangga untuk makanan mempunyai pengaruh negative dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Variable APBD untuk pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
Syahputra, Alfin Erlangga (2019) dalam penelitian berjudul “Pengaruh Upah Minimum dan Jumlah Angkatan Kerja Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Banten”. Pada penelitian ini variabel independennya adalah Upah Minimum dan Jumlah Angkatan Kerja.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Upah Minimum dan Jumlah Angkatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap IPM.
Muliza et al., (2017) meneliti tentang Analisis Pengaruh Belanja Pendidikan, Belanja Kesehatan, Tingkat Kemiskinan dan PDRB terhadap IPM di Provinsi Aceh. Menggunakan data panel selama periode 2010-2014. Dengan
hasil penelitian bahwa variable pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan tidak perpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
Sedangkan variable kemiskinan berpengaruh negative dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks Pembangunan Manusia.
Eka et al. (2016) meneliti tentang Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Serta Indeks Pembangunan Manusia di Kalimantan Timur. Dari penelitian ini didapatkan hasil variabel bebas Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan dan Variabel terikat PDRB, IPM pada penelitiannya PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM.
Perbedaan dalam penelitian kali ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Syahputra, Alfin Erlangga (2019) yang tidak memiliki variabel PAD dan PDRB. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode analisis data panel dengan alat analisis eviews9
B. Landasan Teori
1. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menerangkan bagaimana penduduk bisa mengakses hasil pembangunan dalam mendapatkan pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Indeks Pembangunan Manusia mempunyai sejumlah manfaat, pertama IPM ialah sebuah indikator penting yang dipergunakan untuk dapat menilai suatu keberhasilan dalam upaya membangun mutu dari hidup manusia ataupun masyarakat. Kedua IPM bisa menetapkan peringkat dari pembangunan di suatu kawasan maupun
negara. Serta yang ketiga bagi Indonesia IPM ialah data strategis, sebab selain sebagai ukuran performa pemerintah, IPM juga bisa dipakai sebagai salah satu alokator dari penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) (Badan Pusat Statistik).
Istilah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index / HDI) dikembangkan oleh United Nations for Development Program (UNDP) mulai dari tahun 1990. Untuk menyusun indeks ini terdapat beberapa indikator yang digunakan, indikator-indikator tersebut adalah tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, tingkat pendapatan riil per kapita berdasarkan daya beli masyarakat di masing-masing negara. Besarnya indeks ini antara 0 hingga 1, semakin mendekati 1 berarti indeks pembangunan manusianya tinggi dan semakin mendekati 0 berati indeks pembangunan manusianya rendah (Arsyad, 1999).
Pada tahun 2010, UNDP memperkenalkan Indeks Pembangunan Manusia yang baru. Indeks ini masih tetap berdasarkan kesehatan, pendidikan dan juga standar hidup. Namun, indeks baru ini memiliki delapan perubahan penting. Perubahan pertama mengenai produk domestik bruto (GDP) per kapita digantikan oleh pendapatan nasional bruto (GNI). Kedua, indeks pendidikan telah dirubah secara keseluruhan. Ketiga, pencapaian pendidikan yang diinginkan ialah komponen baru lainnya yang agak ambigu: dikatakan begitu karena ukuran ini ialah peramalan yang dilakukan oleh PBB, bukanlah pencapaian. Keempat, angka melek aksara serta partisipasi sekolah dalam indikator indeks pendidikan tidak dipergunakan lagi. Kelima, nilai maksimum setiap dimensi dinaikkan sampai pada nilai maksimumnya.
Keenam, dikuranginya nilai minimum dari tingkat pendapatan. Ketujuh, Indeks Pembangunan Manusia yang baru menggunakan log natural (ln). Dan yang terakhir Indeks Pembangunan Manusia dihitung dengan menggunakan rata-rata geometri (Todaro & Smith, 2009).
Adapun setiap komponen dari Indeks Pembangunan Manusia telah distandardisasi dengan nilai maksimal serta nilai minimal sebelum dipakai untuk menaksir IPM. Berikut merupakan rumus yang dipergunakan untuk menaksir IPM:
a. Dimensi kesehatan
Dimana AHH merupakan angka harapan hidup saat lahir, nilai minimum dari AHH adalah 20 tahun sedangkan nilai maksimumnya adalah 85 tahun.
b. Dimensi pendidikan
Dimana HLS merupakan angka harapan lama sekolah, nilai minimum dari HLS adalah 0 tahun sedangkan nilai maksimumnya adalah 18 tahun. RLS
merupakan rata-rata lama sekolah, nilai minimum dari RLS adalah 0 tahun, sedangkan nilai maksimumnya adalah 15 tahun.
c. Dimensi pengeluaran
Dimana pengeluaran merupakan pengeluaran per kapita disesuaikan, nilai minimal dari pengeluaran adalah Rp 1.007.436,-, dan nilai maksimalnya adalah Rp 26.572.352,-.
Sehingga Indeks Pembangunan Manusia dapat dihitung sebagai rata-rata geometric dari indeks kesehatan, pendidikan serta pengeluaran dengan menggunakan rumus:
United Nations Development Programme atau UNDP pada tahun 1990 telah mengelompokkan Indeks Pembangunan Manusia kedalam beberapa kategori, hal tersebut dilakukan agar dapat melihat capaian Indeks Pembangunan Manusia antar wilayah ataupun atar negara. Adapun kategori tersebut sebagai berikut:
IPM ≤ 49,90 : Indeks Pembangunan Manusia sangat rendah;
50 ≤ IPM ≤ 79,90 : Indeks Pembangunan Manusia menengah;
IPM ≥ 80 : Indeks Pembangunan Manusia tinggi.
2. Pendapatan Asli Daerah
Kemandirian daerah merupakan salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiksal. Pemerintah daerah diharapkan mampu mengelola sumbersumber keuangan lokal, khususnya melalui Pendapatan Asli Daerah . Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Halim, 2001 dalam setiyawati dan Hamzah, 2007). Pendapatan Asli Daerah terdiri dari empat sumber, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah.
a. Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah(PAD) dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu(Abdul Halim, 2007):
1) Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang sangat penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Pendapatan pajak daerah terdiri dari pajak Provinsi dan pajak Kabupaten/ Kota. Pajak Provinsi bersumber dari:
a) Pajak Kendaran Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
c) Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor.
d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air di Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Sedangkan pajak kabupaten/ kota bersumber dari:
a) Pajak Hotel b) Pajak Restoran c) Pajak Hiburan dll.
2) Retribusi Daerah, terdiri dari Retribusi Jasa Daerah, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Tertentu.
a) Retribusi Jasa Umum bersumber yang terdiri dari Retribusi Pelayanan Daerah, Retribusi Pelayanan Persampahan dan Kebersihan, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil dll.
b) Retribusi Jasa Usaha,terdiri dari retribusi pemakaian kekayaan daerah, Retribusi Pasar Grosir dan Atau Pertokoan, Retribusi Tempat Pelelangan dll.
c) Retribusi Perijinan Tertentu, terdiri dari Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, Retribusi Izin Gangguan dll
3) Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerahyang dipisahkan
Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan menurut Halim dan Kushufi (2013), terdiri dari:
a) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah atau BUMN
b) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah atau BUMN
c) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik suwasta atau kelompok usaha masyarakat
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah.
Menurut Halim (2007) lain-lain pendapatan asli daerah berasal dari hasil :
a) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
b) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
c) jasa giro dll.
3. Jumlah Angkatan Kerja a. Angkatan Kerja
Angkatan kerja (labour force) merupakan bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlihat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja ini terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur. Golongan yang bekerja (employed persons) merupakan sebagian masyarakat yang sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan sebagian masyarakat lainnya yang tergolong siap bekerja dan mencari pekerjaan termasuk dalam golongan menganggur. Tingginya tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan membuat penciptaan lapangan pekerjaan yang tersedia sangat sedikit sehingga penyerapan tenaga kerja pun tidak maksimal dan akhirnya menambah pengangguran (Anggoro & Soesatyo, 2013)
Angkatan kerja dapat dikatakan sebagai bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlihat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu.
(Kusumowidho,2010). Sementara itu angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang sedang bekerja, sedang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan (Zenda dan Suparno, 2017). Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah :
1) Mereka yang selama dua hari dalam seminggu telah memiliki penghasilan atau keuntungan.
2) Mereka yang selama kurang dari dua hari dalam seminggu tidak bekerja atau telah bekerja dari 2 hari dalam seminggu, namun mereka telah berstatus pekerja tetap dalam suatu perusahaan.
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Angkatan Kerja
Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja adalah sebagai berikut :
1) Jumlah Penduduk yang masih sekolah
Pada Umumnya angkatan kerja adalah penduduk yang telah berhasil menyelesaikan pendidikannya. Jadi ketika penduduk yang masih bersekolah kecil maka jumlah angkatan kerja akan semakin besar, demikian sebaliknya semakin tinggi penduduk yang masih bersekolah maka semakin rendah angkatan kerja di suatu daerah.
2) Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga
Semakin banyak anggota dalam tiap-tiap keluarga yang mengurus rumah tangga maka semakin kecil angkatan kerjanya. Hal ini
dikarenakan penduduk yang menjadi pengurus rumah tangga.
Walaupun termasuk dalam usia kerja, namun mereka tidak berniat untuk mencari pekerjaan.
3) Tingkat penghasilan keluarga
Keluarga berpenghasilan besar cenderung memperkecil jumlah anggota keluarga untuk bekerja, jadi Angkatan kerja rendah.
4) Struktur umur
Penduduk berumur muda umumnya tidak mempunyai tanggung jawab begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga.
5) Tingkat upah
Semakin tinggi upah dalam masyarakat, semakin tinggi anggota keluarga yang tertarik masuk pasar kerja.
6) Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja. Terutama bagi para perempuan dengan semakin tinggi pendidikan, kecenderungan untuk bekerja semakin meningkat.
7) Kegiatan ekonomi
Program pembangunan disatu pihak menuntut
keterlibatan lebih banyak orang lain dan dilain pihak program pembangunan menumbuhkan harapan baru. (Sumarsono,2003).
c. Kelompok Angkatan Kerja 1) Bekerja
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi).
2) Pengangguran
Pengangguran adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu.
d. Kelompok Bukan Angkatan Kerja
Bukan termasuk kelompok angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang kegiatannya tidak bekerja maupun mencari pekerjaan atau penduduk usia kerja dengan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Bukan angkatan kerja terdiri dari dua kelompok yaitu:
1) Sekolah adalah seseorang untuk bersekolah di sekolah formal mulai dari pendidikan dasar dengan pendidikan tinggi selama seminggu yang lalu sebelum pencacahan, tidak termasuk yang sedang libur sekolah.
2) Mengurus rumah tangga adalah kegiatan seorang yang mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah, misalnya: ibu-ibu rumah tangga dan anaknya yang membantu rumah tangga.
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Menurut BPS, PDRB didefinisikan jumlah keseluruhan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah. PDRB
dilakukan untuk menganalisis hasil pembangunan ekonomi. PDRB dikatakan mengalami peningkatan apabila barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Kuncoro (2004:231) mengatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu provinsi, kabupaten, dan kota. Menurut (Tarigan,2008:44) ada tiga pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian yaitu:
1. Pendekatan produksi
Dalam pendekatan produksi, product domestic regional bruto yaitu menghitung nilai tambah dari barang dan jasa oleh suatu kegiatan ekonomi dikurangi biaya antara masing-masing total produksi bruto tiap kegiatan subsector atau sektor dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya yaitu bahan baku/penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi.
2. Pendekatan pengeluaran
Dalam pendekatan pendapatan ini yaitu menjumlahkan nilai akhir dari barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri yaitu dipakai pada sektor jasa digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, pembentukan modal tetap bruto perubahan stok, ekspor neto, dan konsumsi pemerintah.
3. Pendekatan pendapatan
Pendekatan pengeluaran adalah nilai tambah dari kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan faktor produksi yaitu, gaji, upah, surplus usaha, pajak
tidak langsung neto. surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto, dan keuntungan.
C. Hubungan Antar Variabel
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
Sumber pembiayaan daerah salah satunya berasal dari pendapatan asli daerah, maka tidak salah apabila dalam pelaksanaan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD).Dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, pemerintah melakukan pembiayaan dengan pembebanan pada APBD. Pemerintah mengalokasikan dana yang digunakan dalam peningkatan layanan publik dengan bentuk alokasi belanja daerah yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Sarkoro dan Zulfikar, 2016).
2. Pengaruh Jumlah Angkatan Kerja terhadap IPM
Peningkatan IPM juga dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja.
Ketika produktivitas tenaga kerja meningkat maka hal tersebut dapat mempengaruhi daya jualnya dalam arti upah yang akan diterima bertambah.
Hal tersebut membuat perusahaan mencari cara untuk mengurangi biaya dengan mengurangi inputnya dan menggantikannya dengan hal lain yang lebih murah seperti halnya teknologi. Selain itu hal yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja adalah angka partisipasi sekolah (APS). Semakin tinggi pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kesempatan mereka mendapatkan pendapatan yang lebih baik. Hal
ini mendorong penerima kerja lebih mencari tenaga kerja yang pendidikan lebih tinggi guna mendorong produktivitasnya, sehingga dalam hal ini pencari pekerja akan mengurangi jumlah pekerja yang tidak produktif. Hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat partisipasi angkatan kerja yang disebabkan sebagian besar angakatan kerja Indonesia bisa dikatakan memiliki skill rendah.
3. Pengaruh PDRB terhadap IPM
Pertumbuhan ekonomi salah satunya dapat dilihat dari kenaikan output perkapita yaitu Produk Domestik Regional Bruto. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator penting yang digunakan untuk melihat perkembangan perekonomian di suatu daerah dalam periode tertentu. Pada dasarnya PDRB merupakan jumlah nilai yang dihasilkan oleh semua unit usaha yang ada dalam suatu daerah (Muliza et al., 2017). Untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi biasanya menggunakan presentase PDB untuk nasional dan presentase PDRB untuk provinsi atau Kabupaten/Kota.
Menurut Bhakti et al., (2017) Pertumbuhan output yang tinggi akan mengakibatkan konsumsi masyarakat akan meningkat dan akan meningkatkan daya beli. Ketika daya beli masyarakat meningkat maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia karena daya beli masyarakat adalah salah satu indikator dari Indeks Pembangunan Manusia dilihat dari segi pendapatan.
D. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah Jumlah Angkatan Kerja dan Produk Domestik Regional (PDRB) terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk mengetahui pengaruhnya digunakan analisis regresi data panel, sehingga dapat diketahui dan di analisis bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah Jumlah Penduduk dan Produk Domestik Regional (PDRB) terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Provinsi Kalimantan Selatan.
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Jumlah Angkatan Kerja dan PDRB terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber: Hasil data diolah, tahun 2021
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran, tahun 2021 Studi Teoritik
1. Ipm: ( Undp, 1990) 2. Pendapatan Asli
Daerah: (Halim, (2001) Dalam Setiyawati Dan Hamzah, (2007)) 3. Jumlah Angkatan
Kerja : (Zenda Dan Suparno, 2017) 4. Pdrb: (Ttodaro, 2002)
Studi Empirik
1. Diansyah dan Widiyaningsih (2014) Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
2. Syahputra, Alfin Erlangga (2019) dalam Pada penelitian ini variabel independennya adalah Upah Minimum dan Jumlah Angkatan Kerja.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Upah Minimum dan Jumlah Angkatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap IPM.
3. Bhakti et al, 2012 meneliti Menggunakan Variabel Bebas PDRB, Konsumsi Rumah Tangga Untuk Makanan, APBD Untuk Pendidikan, APBD Untuk Kesehatan dan Variabel Terikat IPM PDRB dan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap IPM.
Masalah
Uji Hipotesis Hipotesis
Hasil
E. Hipotesis
Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan diatas maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian dan masih harus dibuktikan secara empiris. Maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis penelitian secara parsial
a. Diduga terdapat pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
b. Diduga terdapat pengaruh Jumlah Angkatan Kerja terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
c. Diduga terdapat pengaruh PDRB terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
2. Hipotesis penelitian secara simultan:
Diduga terdapat pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Jumlah Angkatan Kerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Indeks Pembangunan Manusia.