• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS PADA PT. KARUNIA TIRTA MAS ABADI BANTAENG SKRIPSI SALMAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS PADA PT. KARUNIA TIRTA MAS ABADI BANTAENG SKRIPSI SALMAWATI"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

SALMAWATI 105730 2099 10

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Makassar

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2014

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM

MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS PADA PT.

KARUNIA TIRTA MAS ABADI BANTAENG

Nama : SALMAWATI

No. Stambuk/Nim : 10573 0209910

Jurusan : AKUNTANSI

Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS

Program Studi : Strata Satu (S1)

Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Skripsi ini telah diperiksa dan diujikan oleh tim penguji pada hari/

Tanggal : Kamis 21 Agustus 2014.

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.HJ Euis Eka Pramiarsih, M.Pd Ismail Rasulong, SE.MM Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Makassar

Dr. H. Mahmud Nuhung M.A Ismail Badollahi,SE.M.SI

NBM: 497 794 NBM: 1073 428

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: Tahun 1435 H / 2014 M dan telah dipertahankan didepan tim penguji pada hari Rabu tanggal 21 Agustus 2014 sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Agustus 2014 Panitia Ujian :

Pengawas Umum : Dr. Irwan Akib, M.Pd

(Rektor Unismuh Makassar) (………) Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA

(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) (………) Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM

(PD.I Fakultas Ekonomi dan Bisnis) (………) Penguji :

1. Drs. H. Sultan Sarda, MM (………)

2. Abd. Salam HB, SE. Ak (………)

3. Muttiarni,SE,M,SI (………)

4. Ismail Rasulong,SE.MM (………)

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Keberhasilan pasti membutuhkan

Pengorbanan tetesan air keringat dan air mata Tabah dan tawakkal kunci dalam meraih kesuksesan

Tiada yang mudah didunia ini Segalanya perlu pengorbanan

Suka dan duka Selalu datang silih berganti

Kupersembahkan baut ayahanda dan almarhuma ibundaku tercinta

Atas segala doa dan jerih payah Yang telah diberikan selama ini

(5)

v ABSTRAK

Salmawati, 2014. ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS PADA PT. KARUNIA TIRTA MAS ABADI BANTAENG.

Laporan arus kas merupakan pengikhtisaran sumber dan penggunaan kas dan setara kas yang terdiri dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Tujuan utama dari laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan mengenai penerimaan kas dan pengeluaran kas, dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Break even Point Dalam Memprediksi Laba dan Arus Kas pada PT.

Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng. Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif. Data berupa laporan arus kas dan laba diperoleh melalui penelitian yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi atau laporan tertulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti di Perusahaan PT. Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng. Selanjutnya data – data kualitatif dan kuantitatif laporan arus kas dan laba yang diperoleh dalam bentuk analisis perbandingan laporan untuk dua tahun periode.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisis Break Even Point Dalam Memprediksi Laba Dan Arus Kas pada PT. Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng.”

Shalawat dan Salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada Keluarga dan Para Sahabatnya.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda saya atas semua pengorbanan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak kecil sampai sekarang ini. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih disampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Dr. Irwan Akib, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung M.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Ismail Badollahi, SE,M.si, Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

vii

4. Ibu Dr. Hj. Euis Eka Pramiarsih,M.Pd dan Ismail Rasulong, SE.MM selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk mengoreksi dan membimbing dalam penulisan ini.

5. Dosen dan karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Bapak pimpinan Perusahaan PT. Karunia Tirtamas Abadi Kabupaten Bantaeng.

7. Lebih khususnya lagi penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua,ayahanda Rabali dan Almarhuma Ibunda Chaya serta kakak – kakak yang tercinta atas segala kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan.

8. Kakanda Akbhar yang telah memberikan bantuan secara material maupun non material dan memberikan support kepada penulis selama penyelesaian study.

9. Sahabatku Anhy, Rusmiati, Fita, Eka’, Indha, dan semua angkatan 010 khususnya Ak 9 yang selalu memberikan bantuan dan keceriaan hidup baik suka maupun duka selama menempuh pendidikan.

10. Serta sahabat – sahabat pondokanku terutama k2 Unhy, Puthee, Bhia, Itha, Immha, Rosmha dan Yahni terima kasih atas dukungannya selama ini.

11. Dan semua pihak yang menyayangi penulis dan telah memberikan nasehat serta bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

(8)

viii

Semoga segala bantuan yang diberikan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga tugas akhir ini mendapat berkah dari Allah SWT serta bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan. Amin

Akhirnya penulis berharap agar segala aktivitas keseharian kita senantiasa bernilai ibadah di sisi-Nya.

Makassar , Agustus 2014

Penulis,

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI...iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Break Even Point ... 8

B.Kegunaan Break Even point ... 12

C. Kelemahan Analisa Break Even point... 17

D. Pengertian Laba... 18

E. Jenis-Jenis Laba ... 22

F. Pengertian Arus Kas ... 28

G. Tujuan Laporan Keuangan ... 30

H. Langkah-Langkah Penyusunan Arus Kas ... 32

I. Kerangka Pikir ... 34

J. Hipotesis ... 34

(10)

x BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Pengumpulan Data ... 35

C. Jenis dan Sumber Data ... 36

D. Populasi Dan Sampel ... 36

E. Metode Analisis ... 37

F. Definisi Operasional ... 37

BAB IV GAMBARAN SINGKAT PERUSAHAN A. Sejarah singkat Perusahaan ... 38

B. Struktur Organisasi ... 39

C. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... 40

D. Visi dan Misi ... 46

BAB V PEMBAHASAN DAN PENELITIAN A. Laporan Keuangan ... 47

B. Laporan Laba Rugi dan Arus Kas ... 48

C. Perhitungan Analisis Break Even Point ... 53

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 56

B. Saran ... ... 57 DAFTAR PUSTAKA

BIOGRAFI PENULIS

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Laporan laba rugi 2011 ... 49

Tabel 2.2 Laporan laba rugi 2012 ... 50

Tabel 2.3 Laporan arus kas 2011 ... 51

Tabel 2.4 Laporan arus kas 2012 ... 52

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam dunia bisnis, informasi merupakan alat yang penting bagi manajemen untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan kegiatan perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada system informasi akuntansi manajemen (Mulyadi, 1993). Dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen, maka akan membantu dalam pengambilan keputusan secara efektif, mengurangi ketidakpastian dan mengurangi resiko dalam memilih alternative. Dengan menggunakan informasi manajemen ini, bila dilakukan pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi akntansi manajemen menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaannya.

Break Even Point yang biasa disingkat dengan BEP, yang di Indonesia kita kenal dengan titik impas adalah suatu bentuk dari sekian banyak informasi akuntansi manajemen yang dipakai menganalisa hubungan antara: Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit. Analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya yang akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.

1

(13)

Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan

Tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan.

Setiap usaha bisnis didirikan dengan tujuan memperoleh laba. Laba dalam suatu bisnis merupakan tujuan utama dan penting dalam perusahaan. Keuntungan merupakan salah satu ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengoperasikan suatu perusahaan. Mengingat upaya meraih laba tidak mudah, maka seluruh kegiatan harus direncanakan lebih dahulu dengan baik. Pihak manajemen suatu perusahaan harus mengerahkan dan mengarahkan seluruh unit dalam perusahaan untuk mencapai satu tujuan, yakni mendapat laba. Dengan demikian seluruh peserta dan unit usaha turut bertanggng jawab dalam mencapai tujuan bisnis tersebut. Upaya meraih laba yang direncanakan perusahaan dipengaruhi oleh faktor ekstern maupun faktor intern, sehingga pihak manajemen perusahaan harus berusaha mengendalikan ketiga hal tersebut. Hal yang perlu diupayakan adalah agar seluruh barang yang diproduksi dapat dijual. Dalam

(14)

rangka menentukan penghasilan, diasumsikan bahwa barang yang diproduksi habis terjual seluruhnya. Pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba, upaya pihak manajemen dapat melakukan penekanan terhadap biaya ke tingkat biaya yang paling minimum. Di lain pihak volume penjualan barang/jasa dapat ditingkatkan ke tingkat yang paling maksimum, sehingga barang yang diproduksi habis terjual. Adapun penentuan harga jual ditetapkan dengan meraih tingkat keuntungan per-unit yang memadai, sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat atau konsumen. Usaha pihak manajemen perusahaan dalam upaya mencari keuntungan tersebut harus didasarkan pada berapa jumlah barang yang harus diproduksi lalu dijual. Pada tahap perencanaan produksi, manajemen perusahaan harus menentukan lebih dahulu tingkat produksi yang paling minimum agar perusahaan tidak rugi. Dengan kata lain pada tahap awal perencanaan produksi harus di dasarkan kepada upaya jangan rugi atau minimal impas. Maksud dari impas adalah total penghasilan (total revenue) perusahaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan ( TR = TC ).

Laporan keuangan yang dibuat perusahaan disajikan sebagai informasi yang menyangkut posisi keuangan perusahaan, laporan kinerja, perubahan posisi keuangan dan laporan aliran kas yang bermanfaat bagi para pemakainya, khususnya investor ataupun kreditor dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.

Untuk itu setiap perusahaan diwajibkan menyusun laporan arus kas dan menjadikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Laba bersih

(15)

yang dihasilkan suatu perusahaan belum menjamin bahwa perusahaan tersebut memiliki uang kas yang cukup. Untuk menjalankan operasi, melakukan investasi, dan membayar hutang, perusahaan benar-benar harus memiliki kas bukan memiliki laba bersih. Karena itu, bagi investor sangat penting untuk menganalisis sampai sejauh mana efesiensi perusahaan dalam mengelola kasnya. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode.

Dengan dibuatnya laporan arus kas, setiap perusahaan dapat memprediksi kemajuan perusahaan di setiap tahun berjalan dan perusahaan tidak mengalami kerugian seta kebangkrutan. Dimana hal ini dapat dilihat dari penyajian laporan arus kas yang disusun oleh bagian keuangan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Apabila perusahaan telah melakukan hal tersebut, diharapkan perusahaan akan tetap bertahan walaupun terkadang kondisi ekonomi tidak stabil keadaannya.

Sebuah perusahaan pada awalnya hanya memikirkan keuntungan yang besar dan cepat dengan melakukan apapun untuk mencapai target yang diinginkan oleh perusahaan tanpa memikirkan dampak dimasa yang akan datang. Tetapi lambat laun perusahaan juga menyadari bahwa setiap kegiatan yang dilakukan harus memperhitungkan resiko yang dihadapi. Untuk dapat mengetahui kinerja setiap perusahaan harus menyajikan suatu laporan keuangan pada satu periode.

Laporan keuangan digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan, dimana hasil analisis tersebut digunakan oleh pihak – pihak yang berkepentingan untuk mengambil suatu keputusan. Selain itu laporan

(16)

keuangan akan dapat menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kewajibannya, struktur modal usaha, keefektifan penggunaan aktiva, serta hal- hal lainnya yang berhubungan dengan keadaan finansial perusahaan.

Untuk itu setiap perusahaan diwajibkan menyusun laporan arus kas dan menjadikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Laba bersih yang dihasilkan suatu perusahaan belum menjamin bahwa perusahaan tersebut memiliki uang kas yang cukup. Untuk menjalankan operasi, melakukan investasi, dan membayar hutang, perusahaan benar-benar harus memiliki kas bukan memiliki laba bersih. Karena itu, bagi investor sangat penting untuk menganalisis sampai sejauh mana efesiensi perusahaan dalam mengelola kasnya. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode.

Laba (earnings) dalam laporan keuangan masih merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor. Hasil penelitian Collins et al. (1999) dalam Indra dan Syam (2004) menunjukkan bahwa jika perusahaan rugi, pasar bersikap seolah-olah percaya pada nilai buku ekuitas baik sebagai proxy bagi pendapatan normal masa depan yang diharapkan dan sebagai prediksi akan kebangkrutan.

Investor juga menggunakan informasi arus kas sebagai ukuran kinerja perusahaan. Ketika dihadapkan pada dua ukuran kinerja akuntansi perusahaan, yaitu laba akuntansi dan total arus kas, investor harus merasa yakin bahwa ukuran kinerja yang menjadi fokus perhatian mereka mampu menggambarkan kondisi ekonomi serta menyediakan dasar bagi peramalan aliran kas masa depan suatu saham.

(17)

Laporan arus kas merupakan salah satu variabel keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat keuntungan. Namun, terdapat beberapa hasil penelitian yang mendukung nilai relevansi laba dalam memprediksi arus kas masa depan perusahaan. Barth et al. (2001) dan Kim dan Kross (2002)

menyatakan bahwa laba memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi mendatang perusahaan, dan memiliki kemampuan yang lebih dibanding arus kas jika laba dipecah ke dalam beberapa komponen akrual. Bahkan Kim dan Kross (2002) menegaskan kemampuan laba dalam memprediksi arus kas meningkat sepanjang waktu.

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian yang dilakukan oleh Yolanda Dahler Rahmat Febrianto (2006) tentang Analisis break even point dalam memprediksi laba dan arus kas. Replika ini dimaksudkan untuk menguji kembali pengaruh laba dan arus kas terhadap arus kas masa depan dengan menggunakan model deskriptif yang digunakan pada penelitian sebelumnya.

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan laporan keuangan sebagai objek penelitian dengan periode pengamatan tahun 2011 dengan tahun 2012.

Berdasarkan latar belakang tersebut,maka penulis tertarik untuk memilih judul “ Analisis Break Even Point dalam Memprediksi Laba dan Arus Kas pada PT. Karunia Tirta Mas Abadi Bantaeng. ”

(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah:

“ Apakah break even point dapat memprediksi laba dan arus kas pada PT. Karunia Tirta Mas Abadi Bantaeng.?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan break even point dalam memprediksi arus kas masa depan saat perusahaan melaporkan laba positif dan laba negatif.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi pihak perusahaan.

2. Sebagai bahan acuan dan bahan pustaka bagi pihak yang ingin melakukan penelitian dengan objek penelitian yang sama

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Break even Point

Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan.

Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :

1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.

2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.

8

(20)

Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :

1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.

2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.

3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.

Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

(21)

Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :

1. Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).

2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :

1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.

3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi.

a. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.

b. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan

(22)

rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.

c. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.

d. Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.

Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan, sedangkan

(23)

besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi.

Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.

Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian disebut Break Even Point.

B. Kegunaan Break Even Point

Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.

Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui.

Asumsi-asumsi tersebut adalah :

1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.

2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.

(24)

3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.

4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.

5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.

6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).

Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :

1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.

4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.

Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :

a. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap.

(25)

b. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.

c. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.

Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :

a. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.

b. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.

c. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.

d. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.

Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

 Manfaat Analisa Break Even Point dalam Pengambilan Keputusan

Karena anggaran perusahaan adalah alat bantu manajemen di bidang perencanaan dan pengawasan, maka penggunaan alat BEP dalam sistem penganggaran harus menggunakan data anggaran. Dengan demikian tingkat

(26)

Break even yang dihasilkan akan merupakan perkiraan break even untuk waktu yang akan datang. Kegunaan BEP yang dianggarkan adalah :

Bukan untuk membantu menentukan berapa jumlah penjualan yang dapat diharapkan, melainkan untuk memberikan gambaran tentang batas jumlah penjualan minimal yang harus diusahakan agar perusahaan tidak menderita rugi. Hal itu penting karena kemunduran dalam penjualan yang disebabkan oleh berbagai hal dapat saja terjadi, artinya penjualan riil lebih kecil dari penjualan yang dianggarkan.

Bila perusahaan tidak ingin menderita rugi, maka pimpinan harus tahu batas pengurangan penjualan yang dapat ditolerir. Dan batas yang dimaksud dapat ditentukan melalui analisa Break even. Ada sementara penulis yang mengatakan bahwa analisa Break even dapat digunakan untuk menentukan volume penjualan yang direncanakan. Tetapi akan lebih tepat kiranya bila dikatakan bahwa jumlah penjualan yang dapat diraih oleh perusahaan bukannya ditentukan dengan perhitungan-perhitungan yang dibuat di atas kertas, melainkan lebih ditentukan oleh berbagai upaya pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan itu dalam kaitannya dengan situasi persaingan yang dihadapi di pasar penjualan. Dalam keadaan pasar yang dikuasai oleh pembeli, penentuan sasaran penjualan dengan memperhatikan situasi persaingan kiranya akan lebih tepat disbanding dengan cara yang lain.

(27)

Analisa Break even dalam hal ini bermanfaat untuk menilai apakah sasaran penjualan yang telah ditentukan kiranya akan memberikan keuntungan atau tidak, dan berapa jauh kemunduran penjualan dapat ditolerir.

Analisa Break even juga dapat dipakai untuk menentukan jumlah penjualan yang seharusnya diperoleh pada persyaratan tertentu, misalnya penjualan yang memberikan sejumlah laba tertentu. Jumlah penjualan yang seharusnya diperoleh akan sama dengan penjualan pada keadaan Break even ditambah sejumlah penjualan yang lain yang diperlukan untuk memperoleh laba yang dimaksud.

Break even point amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah :

1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba

2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan

4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.

Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud

(28)

adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini.

C. Kelemahan Analisa Break Even Point.

Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan.

Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).

a. Asumsi tentang linearity

Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.

(29)

b. Klasifikasi biaya

Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.

c. Jangka waktu penggunaan

Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

D. Pengertian Laba

Tujuan utama dari perusahaan yaitu untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk mengembangkan perusahaannya.

I. Gilanso dalam bukunya ― Pengantar Ekonomi Mikro‖ mengatakan bahwa :

― Laba adalah selisih antara penerimaan atau pendapatan total dan jumlah seluruh biaya‖.

Menurut Soemarno S.R dalam bukunya Akuntansi Suatu Pengantar 2 definisi laba adalah :

―Selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha‖.

(30)

Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Intermediate Accounting definisi laba adalah : Kenaikan modal ( aktiva bersih ) yang berasal dari transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik. (1997:31)

Menurut ASSEGAF Ibrahim Abdullah dalam Kamus Akuntansi

―Dictionary of Accounting‖ definisi laba adalah ―Bagi perusahaan secara keseluruhan adalah kelebihan pendapatan atas seluruh beban dan biaya‖

perubahan laba kotor yang disebabkan kenaikan volume yang dijual menunjukkan bahwa bagian produksi telah bekerja semakin efisien dalam operasinya)‖.

―Kenaikan laba kotor yang disebabkan oleh faktor ekstern, misalnya adanya kenaikan harga bahan, tingkat upah atau kenaikan harga-harga secara umum‖. S.

Munawir, (2007:217).

Analisa laporan keuangan meliputi kegiatan analisis laporan Neraca, laporan Laba Rugi dan data-data lainnya. Untuk dapat melakukan analisa laporan keuangan perusahaan, diperlukan pengetahuan yang memadai tentang data keuangan perusahaan-perusahaan sejenis atau data tentang industri yang berhubungan dengan perusahaan juga sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan analisis, khususnya apabila kita ingin melakukan perbandingan.

Besar kecilnya laba kotor ditentukan oleh biaya produksi dan pendapatan, semakin kecil biaya produksi maka semakin besar laba kotor yang diperoleh perusahaan. Semakin kecil biaya produksi maka semakin kecil pula harga pokok

(31)

produksi dan jika harga pokok produksi kecil maka harga pokok penjualan juga kecil. Selisih antara penjualan dengan harga pokok penjualan akan besar, selisih inilah yang akan menjadi laba kotor perusahaan, begitu pula sebaliknya.

Analisis perkembangan laba kotor adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perkembangan laba kotor suatu perusahaan yang membandingkan dua laporan laba rugi suatu perusahaan dari periode yang berbeda. Perkembangan laba kotor perlu dianalisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik perubahan yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, sehingga akan dapat diambil tindakan seperlunya untuk periode yang datang. Penyebab perkembangan laba kotor pada dasarnya disebabkan faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan.

Faktor harga pokok penjualan juga dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dijual dan harga pokok penjualan yang dijual atau dihasilkan tersebut, oleh karena itu perkembangan laba kotor yang disebabkan oleh perubahan harga pokok penjualan dapat disebabkan oleh perubahan harga pokok rata-rata per satuan dan perubahan kuntitas atau volume produk yang dijual dengan membandingkan dua laporan perhitungan laba rugi suatu perusahaan dari periode yang berbeda atau dengan membandingkan antara perkembangan laba kotor yang telah dianggarkan dengan realisasi laba kotor dengan tahun yang bersangkutan akan dapat diketahui perkembangan laba kotornya.

Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporakan kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas dibuthkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang dikelola oleh sebuah perusahaan dimasa yang akan

(32)

datang. Informasi tersebut juga sering digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang akan disamakan dengan kas dimasa yang akan datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa laporan laba rugi merupakan suatu laporan sistematis mengenai penghasilan biaya laba rugi yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu periode. Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi meliputi :

a. Bagian pertama.

Menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan / memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.

b. Bagian kedua.

Menunjukan biaya-biaya operasi yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expense).

c. Bagian ketiga.

Menunjukan harga hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya diluar usaha pokok perusahaan.

d. Bagian keempat.

Menunjukan laba rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.

(33)

E. Jenis – Jenis Laba

Dalam bukunya Akuntansi suatu pengantar 1 Soemarsono menyebutkan beberapa laba dalam bagian perhitungan laba rugi yaitu :

a. Laba Bruto

Laba bruto yaitu selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Laba bruto kadang disebut juga laba kotor. Disebut laba kotor karena jumlah ini masih harus dikurangi dengan biaya usaha.

b. Laba Usaha

Laba usaha yaitu selisih antara laba bruto dan biaya usaha. Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegitan utama perusahaan.

c. Laba Bersih

Laba Bersih yaitu selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya dan kerugian. Laba bersih merupakan angka terakhir dalam laporan laba rugi jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal.

Menurut John J. Wild dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan definisi laba adalah ―Pendapatan dan keuntungan dikurangi beban dan kerugian selama periode pelaporan‖. (2004:110)

M. Tuanakotta mengemukakan jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu :

a. Laba Kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan HPP.

b. Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban operasi.

(34)

c. Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah dengan beban lain-lain.

Menurut Ahmad Belkaoli dalam menyajikan laporan laba rugi akan terlihat penggolongan dalam penetapan pengukuran laba sebagai berikut :

1. Laba kotor atas penjualan, merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan . Laba ini dinamakan laba kotor hasil penjualan bersih sebelum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu.

2. Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan sejumalah penjualan, biaya administrasi dan umum.

3. Laba bersih sebelum potongan pajak, merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseroan, yaitu perolehan apabila laba dikurangi atau ditambah dengan denagn selisih pendapatan adan biaya lain-lain.

4. Laba kotor sesudah potongan pajak yaitu laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya nonoperasi dan dikurangi dengan pajak perseroan.

 Manfaat Arus Kas Menurut Para Peneliti

Menurut Lee dalam Hodgson ed al.(2000) menyatakan bahwa kebutuhan infprmasi investor dapat dipenuhi oleh arus kas, bukan laba akuntansi karena laba sangat rentan terhadap praktek manipulasi dan perubahan metode akuntansi.

(35)

Menurut Syafriadi (2000) dengan mengetahui sifat laba sebagai data seri waktu, maka perubahan laba tersebut bersifat acak dan ada korelasi yang serial, ini menunjukkan bahwa laba memiliki potensi sebagai prediktor.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh wilson (1987) dan Ali (1994), yang meneliti mengenai isi informasi inkremental laba dengan hasil penenlitian bahwa komponen laba akrual ( atau total akrual yang didefinisikan sebagai kas operasi dikurangi laba ) dan komponen dana ( Kas operasi ) memiliki informasi inkremental, apabila dana didefinisikan sebagai kas operasi.

Bowen et al. (1986) lebih menegaskan dalam hasil penelitiannya bahwa arus kas sebagai prediktor arus kas adalah lebih baik dibanding laba, khususnya untuk periode prediksi 1 atau 2 tahun.

Sedangkan Syafriadi (2000) yang meneliti kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas, menyatakan bahwa laba sebagai prediktor memang memiliki pengaruh yang lebih erat dengan laba dibandingkan predictor arus kas dengan nilai t-hitung 3.913 yang signifikan pada alfa 0,05 untuk prediktor laba dan 3.715 untuk prediktor arus kas yang juga signifikan pada alfa 0,05. Sementara itu, ketika ia menguji kemampuan laba dibandingkan arus kas sebagai predictor

arus kas, hasilnya menunjukkan bahwa prediktor laba tidak memiliki hubungan yang erat dengan arus kas dibandingkan hubungan prediktor arus kas dengan arus kas masa depan yang signifikan pada alfa 0,05. Dan hasil penelitian syafriadi (2000) ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Finger (1994) dan Bowen et al. (1986).

(36)

Kusuma (2003) dalam penelitiannya menguji nilai tambah kandungan informasi laba dan arus kas, khususnya arus kas pada saat laba bersifat permanen.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laba tidak mempunyai nilai tambah kandungan informasi di luar informasi yang diberikan oleh arus kas operasi. Arus kas operasi mempunyai nilai tambah kandungan informasi di luar informasi yang diberikan oleh laba,serta memiliki nilai tambah kandungan informasi pada saat laba mengandung komponen transitori.

Supriyadi ( 1999 ) dalam penelitiannya mengenai kemampuan laba versus arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan menggunakan tiga model peramalan arus kas, yaitu cash flow model, earnings model, dan earnings – cash flow model. Berdasarkan pengujiannya hipotesisnya, menyatakan bahwa data arus

kas memberikan informasi yang lebih baik untuk meramalkan arus kas masa depan dibandingkan laba. Ia juga menegaskan bahwa laba menambah sedikit terhadap kemampuan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan.

Hasil yang senada juga diperoleh oleh DeFond dan Hung (2001) yang juga menguji arus kas dan laba untuk memprediksi arus kas masa depan antara perusahaan dengan atau tanpa ramalan arus kas. Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa laba secara signifikan memiliki sedikit kemampuan dan arus kas secara signifikan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk memprediksi arus kas masa depan di antara perusahaan-perusahaan dengan ramalan arus kas. Temuannya ini konsisten dengan permintaan partisipan pasar akan ramalan arus kas ketika laba secara relatif kurang informatif dan arus kas lebih informatif dalam memprediksi arus kas masa depan. Mereka

(37)

mengekspektasi bahwa arus kas membantu partisipan pasar menginterpretasi informasi yang terkandung dalam laba, dan menilai viabilitas perusahaan Partisipan pasar mungkin menggunakan arus kas untuk menginterpretasi informasi dalam laba, contohnya dengan membandingkan arus kas terhadap laba bersih karena arus kas kurang subjektif daripada akrual.

Barth et al. (2001) dalam hasil penelitiannya yang menguji kemampuan prediksi laba agregat tahun berjalan dan masa lalu untuk arus kas periode selanjutnya mengungkapkan bahwa laba tahun berjalan adalah signifikan dalam memprediksi arus kas satu tahun ke depan. Hasilnya juga mengungkapkan bahwa lags of earnings adalah signifikan dalam memprediksi arus kas periode

berikutnya. Namun, karena laba agregat tahun berjalan bukan merupakan prediktor arus kas masa depan yang tidak bias, maka digunakanlah peran akrual dalam memprediksi arus kas masa depan. Hasilnya menunjukkan bahwa laba

disagregat tahun berjalan secara signifikan memiliki kemampuan prediksi yang lebih dibandingkan dengan laba agregat tujuh tahun.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Kross (2002) malah menyatakan bahwa kemampuan laba untuk memprediksi arus kas operasi masa depan meningkat dan peningkatan kemampuan prediksi ini sepanjang waktu bertahan untuk beberapa horizon peramalan. Mereka menggunakan tiga model untuk memprediksi arus kas operasi masa depan, yaitu earnings model, lalu earnings tersebut didisagregasi ke dalam arus kas dan komponen akrual yang disebut dengan full model. Untuk menilai kekuatan penjelas arus kas operasi dan

(38)

komponen akrual, full model tersebut dipecahnya menjadi CFO model dan accrual model.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kekuatan penjelas dari laba disagregat meningkat sepanjang waktu dan baik arus kas operasi maupun akrual tampak memiliki kontribusi dalam peningkatan ini. Rata-rata kekuatan penjelas dari laba disagregat meningkat dari 0.28 selama periode waktu 1981—1989 menjadi 0.36 dalam periode waktu 1990—1998. Akhirnya, hasilnya menunjukkan bahwa hubungan antara laba tahun berjalan dan arus kas masa depan menguat sepanjang waktu. Di samping itu, uji Theil’s U untuk full model mengindikasikan bahwa kemampuan CFO untuk memprediksi CFO satu tahun ke depan meningkat sepanjang periode sampelnya dan laba agregat memiliki peningkatan dalam kemampuannya untuk memprediksi arus kas operasi masa depan.

Kim dan Kross (2002) dalam penelitiannya juga melakukan analisis sensitivitas, yaitu dengan mengelompokkan perusahaan menjadi perusahaan yang melaporkan laba positif dan yang melaporkan laba negatif. Mereka ingin melihat apakah laba perusahaan yang menderita kerugian memiliki asosiasi yang rendah dengan arus kas masa depan dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan laba positif. Hal itu penting karena Hayn (1995), dalam Kim dan Kross (2002), menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan kerugian memiliki tingkat asosiasi yang rendah antara laba dan return saham dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan laba positif.

Hasil penelitian Watson dan Wells (2005) juga menyatakan bahwa pada perusahaan yang berlaba ukuran kinerja yang berbasis laba memiliki keterkaitan

(39)

yang tinggi dengan return saham dibandingkan dengan arus kas. Sebaliknya, pada saat perusahaan merugi, kekuatan penjelas dari model yang digunakannya berkurang dan terdapat koefisien negatif yang signifikan pada ukuran-ukuran kinerja sehingga disimpulkan bahwa baik ukuran berbasis laba maupun arus kas tidak ada yang dapat menangkap kinerja dengan baik.

Namun, hasil penelitian Kim dan Kross (2002) mengindikasikan bahwa adanya hubungan yang menguat antara laba dan arus kas masa depan meskipun diperoleh hasil yang lebih lemah untuk perusahaan yang melaporkan laba. Dengan demikian, adanya perusahaan yang berlaba ataupun merugi tidak mengubah simpulan hasilnya bahwa hubungan antara laba dengan arus kas masa depan meningkat sepanjang waktu. Sebaliknya, hubungan antara arus kas tahun berjalan dengan arus kas masa depan meningkat secara signifikan untuk perusahaan yang melaporkan rugi. Akan tetapi, signifikansi tersebut hilang untuk perusahaan yang berlaba yang artinya hubungan antara arus kas tahun berjalan dengan arus kas masa depan tidak meningkat maupun menurun.

F. Pengertian Arus Kas

Arus kas mencerminkan penerimaan kas dan pengeluaran kas perusahaan.

Ukuran kas mengakui arus kas masuk saat kas diterima walaupun belum dihasilkan dan mengakui arus kas keluar saat kas dibayarkan walaupun beban belum terjadi.

Menurut Harnanto (2002 : 228), Arus kas (cash flow) terdiri dari : arus kas masuk (cash in flow) dan arus kas keluar (cash out flow), aliran ini

(40)

memperlihatkan darimana sumber kas diperoleh dan untuk apa kas itu digunakan oleh perusahaan.

Menurut Bambang Riyanto (2001 : 93) Aliran kas adalah bagaikan darah yang mengalir terus menerus dalam tubuh perusahaan yang memungkinkan perusahaan itu dapat melangsungkan hidupnya.

Menurut Bambang Kusriyanto dan B. Suwartojo ( 2000 : 286) arus kas (cash flow) adalah merupakan arus masuk uang tunai yang diperoleh dari

penjualan, baik penjualan tunai maupun penagihan dari penjualan kredit yang sebelumnya dilakukan.

Jadi berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa arus kas (cash flow) adalah merupakan arus kas masuk dan arus kas keluar yang mengalir terus

menerus yang dapat memperlihatkan sumber kas diperoleh dan untuk apa penggunaanya yang memungkinkan perusahaan dapat melangsungkan hidupnya.

Arus Kas adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas dalam periode tertentu yang berjangka pendek dalam pengelolaan uang yang dimiliki perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia 2004, ―Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas (cash equivalent) atau investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang cepat dapat di jadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.‖

Menurut Brigham dan Houston 2001, ― Arus Kas adalah arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang.‖

(41)

G. Tujuan Laporan Arus Kas

Laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut ini (Hongren dkk 1989:845):

a. Untuk memperkirakan arus kas masa datang. Dalam banyak kasus, sumber dan penggunaan kas perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dimasa datang.

b. Untuk mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Laporan arus kas akan melaporkan kegiatan investasi perusahaan, sehingga memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi keputusan manajer

c. Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar deviden kepada pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditor.

d. Laporan arus kas membantu investor dan kreditor untuk mengetahui apakah perusahaan bisa melakukan pembayaran – pembayaran ini.

e. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan.

f. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai laba bersih yang cukup tetapi kas yang rendah menyebabkan diperlukannya informasi arus kas.

(42)

Tujuan Laporan Arus Kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas (Dyckman dkk 2001 : 550). Informasi arus kas membantu pemakai untuk menilai:

1. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas.

2. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban.

3. Penyebab terjadinya perbedaan antara laba dan arus kas terkait.

4. Pengaruh kegiatan investasi dan pembiayaan (pendanaan) yangmenggunakan kas dan yang tidak (non kas) terhadap posisi keuangan perusahaan.

 Manfaat dan Kegunaan Laporan Arus Kas

Kegunaan Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas, dan perubahaan bersih pada kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi , pendanaan selama satu periode.

Manfaat laporan arus kas bagi para investor, kreditor, dan lainnya adalah untuk menilai :

1. Kemampuan entitas dalam memperoleh arus kas dimasa depan

Dengan memeriksa hubungan antarpos pada laporan arus kas, para investor dan pihak lainnya dpat memebuat prediksi mengenai jumlah, waktu, dan ketidakpastian mengenai arus kas di masa depan dengan lebih baik dibandingkan jika mereka menggunakan data akrual.

2. Kemampuan entitas untuk membayar deviden dan memenuhi kewajiban.

(43)

Jika sebuah perusahaan tidak memiliki cukup kas, mereka tidak dapat membayar karyawan, melunasi utang atau membayar deviden. Para karyawan, kreditor dan pemegang saham umumnya tertarik pada laporan ini, karena laporan ini sendiri menunjukan arus kas dalam kegiatan bisnis.

3. Alasan atas perbedaan antara angka laba bersih dan kas bersih yang dihasilkan(digunakan ) oleh aktivitas operasi.

Laba bersih menyediakan informasi mengenai keberhasilan atau kegagalan sebuah perusahaan bisnis. Meski dmikian, beberapa pihak mengkritik laba bersih berbasis akrual, karena membutuhkan banyak perkiraan. Hasilnya keandalan dari angka tersebut sering dipertanyakan. Hal tersebut tidak terjadi pada kas.

4.Transaksi transaksi investasi dan pendanaan kas selama periode tersebut.

Dengan memeriksa transaksi investasi dan pendanaan sebuah perusahaan, pembaca laporan keuangan dapat mengerti denga lebih baik mengapa aset dan kewajiban berubah selama periode tersebut.

H. Langkah – Langkah Penyusunan Arus Kas

Ada empat langka dalam penyusunan cash flow, yaitu : 1. Menentukan minimum kas

2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran

3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.

4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final.

(44)

Cash flow memuat tiga bagian utama, yang terdiri dari:

1. Cash in flow, pada bagian ini mengidentifikasi sumber-sumber dana yang akan diterima , jumlah dananya dan waktu dalam periode tersebut, yang akan dihasilkan berupa penjualan tunai, penjualan kredit yang akan menjadi piutang, hasil penjualan aktiva tetap dan penerimaan lainnya.

Perincian kas ini terdiri dari dua sifat, yaitu kontinyu dan intermitan.

2. Cash out flow, pada bagian ini berhubungan dengan pengidentifikasian semua kas yang sudah diantisipasi, antara lain pembelian barang dagang baku, pembayaran hutang, upah, administrasi, dan pengeluaran lainnya.

Cash out flow juga punya dua sifat yang sama yaitu kontinyu dan intermitan

3. Financing (pembiayaan), pada bagian ini menunjukan besarnya net cash flow dan besarnya kebutuhan dana jika terjadi defisit.

(45)

I. Kerangka Pikir

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

J. Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka penulis merumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut:

―Diduga bahwa analisis break event point dapat memprediksi laba dan arus kas pada PT. Karunia Tirta Mas Abadi Bantaeng.

PT. Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng

Break even point

Prediksi Laba Prediksi Arus Kas

Kesimpulan Dan Saran

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kantor PT. Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng yang dijadikan sebagai objek penelitian penulis. Waktu Penelitian kurang lebih 2 (dua) bulan mulai tanggal 5 April 2014 sampai 31 Mei 2014.

B. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data melalui penelitian, sebagai berikut:

1. Penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan mengadakan telah secara langsung terhadap beberapa buku sebagai bahan pustaka, serta karangan ilmiah yang erat kaitannya dengan masalah yang diatas.

2. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan mengadakan kunjungan secara langsung kepada obyek penelitian yang telah ditetapkan.

Untuk mengumpulkan data lapangan yang diperlukan, disertai tehnik, sebagai berikut:

- Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian.

- Wawancara, yaitu tanya jawab yang dilakukan dengan pimpinan perusahaan dan beberapa staf yang langsung menangani bidang keuangan perusahaan.

-

35

(47)

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data

a. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan baik dalam bentuk informasi secara lisan maupun secara tertulis.

b. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti dalam bentuk angka-angka dan dapat digunakan untuk pembahasan lebih lanjut.

2. Sumber data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengadakan pengamatan serta wawancara secara langsung dengan pimpinan PT Karunia Tirtamas Abadi dan sejumlah personil sehubungan dengan data yang dibutuhkan sehubungan penelitian ini.

b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan dokumen-dokumen serta sumber lainnya berupa informasi lainnya terutama mengenai anggaran dan biaya PT Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng.

D. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah semua jenis produk yang diproduksi langsung dari PT. Karunia Tirta Mas Abadi dari tahun 2011- 2012. Sedangkan sampel yang dipilih dalam penelitian ini sebanyak 3 item produk yang berasal dari PT. Karunia Tirta Mas Abadi yang diproduksi secara langsung yaitu,Air Qita,Air Vita, dan Aquadaeng.

(48)

E. Metode Analisis

Untuk menganalisis model diatas, penulis menggunakan 2 rumus untuk menghitung break event point yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi BEP:

2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP:

F. Definisi Operasional

Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.

Total Fixed Cost Harga Jual – Variable Cost

X Harga Jual Total Fixed Cost

Harga Jual – Variable Cost

(49)

BAB IV

GAMBARAN SINGKAT PERUSAHAAN

A . Sejarah Singkat Perusahaan

Perusahaan minuman ringan PT. Karunia Tirtamas Abadi dari sumber mata air Eremerasa Bantaeng. Adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri pengelolaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang didirikan pada tahun 1961, yang berlokasi di Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng kantor administrasi dan pusat produksi di kampung Bonto Lonrong.

Alasan berdirinya perusahaan tersebut adalah permintaan kebutuhan akan jenis minuman mineral atau air minum dalam kemasan makin meningkat dari tahun ke tahun.

Sejak tahun 1961 PT Karunia Tirtamas Abadi hanya melakukan kegiatan produksi untuk produksi lokal saja. Namun pada tahun-tahun berikutnya perusahaan ini mulai meningkat produksinya, dan dapat memproduksi air minum dalam kemasan dengan tiga jenis yaitu Air qita, Aquadaeng, dan Air vita.

Perusahaan tersebut juga menerima pesanan baik untuk lokal maupun untuk ekspor.

Jenis air minum dalam kemasan ini dikembangkan dan diproduksikan hingga saat ini, dengan penerapan teknologi dan kebijaksaan telah memberikan dampak pengaruh terhadap perusahaan PT Karunia Tirtamas abadi. Dengan Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh oleh perusahaan yang ada seperti kebijaksanaan mengenai harga, kualitas/mutu dan sebagainya.

38

(50)

Demikian pula dalam halnya dengan sistem pengendalian persediaan bahan baku yang tepat, belum didapatkan suatu pola untuk dijadikan pedoman.

Oleh karenanya, perusahaan PT. Karunia Tirtamas abadi berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan penelitian-penelitian guna mendapatkan suatu sistem pengendalian persediaan bahan baku yang efektif.

B. Struktur Organisasi

Sebagaimana diketahui bersama bahwa setiap perusahaan mempunyai suatu struktur organisasi, dimana struktur ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai tugas dan kewajiban bagi para pekerja dan manajer dalam perusahaan.

Perusahaan pengelolaan Air Minum Dalam Kemasan berdasarkan dengan struktur organisasi ini terdiri komponen-komponen :

1. Pimpinan/wakil pimpinan 2. Kepala bahagian Umum 3. Bagian Produksi

4. Bagian Pemasaran 5. Bagian Keuangan 6. Bagian Pembukuan

7. Bagian Ekspor/Bagian Unsur Luar

(51)

Gambar 1.2 Bagan Alir Struktur Organisasi

1. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab

Untuk lebih mengetahui secara jelas tentang tugas dan tanggung jawab seorang pimpinan dan wakil pimpinan beserta stafsnya dari masing-masing bagian, berikut ini akan diuraikan sebagai berikut :

a. Pimpinan dan Wakil Pimpinan

Bertanggung jawab penuh atas perkembangan perusahaan, oleh karena itu merupakan pengambilan keputusan (Decision Making) bagi setiap kebijaksanaan yang ditempuh dalam perusahaan itu.

PIMPINAN DAN WAKIL PIMPINAN

KEPALA BAGIAN UMUM

BAGIAN PRODUKSI

BAGIAN KEUANGAN

BAGIAN PEMBUKUAN

BAGIAN EKSPOR

(52)

Pimpinan dan wakilnya tidak langsung terjun ke dalam pengelolaan, dan proses produksi, dan produksi tersebut, karena semua tugas sudah dibagi-bagikan kepada masing-masing bagian.

Pimpinan dan Wakil ini mempunyai fungsi utama, antara lain : - Bertanggung jawab terhadap kegiatan sehari-hari

- Mempunyai wewenang dalam penentuan terhadap buruh harian untuk diberhentikan.

- Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan.

b. Kepala Bagian Umum

Merupakan pimpinan yang bertanggung jawab atas seluruh aktivitas baik keluar maupun dalam perusahaan itu sendiri.

Adapun tugasnya, sebagai berikut :

1. Pimpinan dan Wakil Pimpinan

Bertanggung jawab penuh atas perkembangan perusahaan, oleh karena itu merupakan pengambilan keputusan (Decision Making) bagi setiap kebijaksanaan yang ditempuh dalam perusahaan itu.

Pimpinan dan wakilnya tidak langsung terjun ke dalam pengelolaan, dan proses produksi, dan produksi tersebut, karena semua tugas sudah dibagi-bagikan kepada masing-masing bagian.

Pimpinan dan Wakil ini mempunyai fungsi utama, antara lain : - Bertanggung jawab terhadap kegiatan sehari-hari

- Mempunyai wewenang dalam penentuan terhadap buruh harian untuk diberhentikan.

(53)

- Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan.

2. Kepala Bagian Umum

Merupakan pimpinan yang bertanggung jawab atas seluruh aktivitas baik keluar maupun dalam perusahaan itu sendiri.

Adapun tugasnya, sebagai berikut :

Koordinasi dalam arti mengatur dan menerima kerjasama seluruh administrasi dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran rutin perusahaan.

- Pelayanan dalam arti memberikan pelayanan tehnis dan administrasi bagi satuan organisasi dalam lingkungan perusahaan itu sendiri.

- Perencanaan dalam arti mempersiapkan rencana, dan menyusun program dan menilai pelaksanaan rencana.

- Membina administrasi dalam arti membina urusan tata urusan dalam mengelola dan membina kepegawaian.

3. Bagian Produksi

Bagian ini berfungsi untuk mengadakan sortir atau pemilihan/pemisahan terhadap bahan baku yang memenuhi syarat untuk bisa dipakai dan yang tidak memenuhi syarat diproses ataukah seharusnya dibuang. Bagian ini dapat pula berfungsi untuk pengadaan barang-barang yang siap untuk di proses atau dipasarkan.

Bagian ini mempunyai tugas yaitu :

- Mensortir/memisahkan barang-barang yang baru diterima - Membersihkan bahan baku yang akan di proses.

- Mengklasifikasikan bahan baku yang baru datang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisis Break event point untuk menganalisis keterkaitan perubahan biaya input produksi, harga jual produk dan jumlah produk terhadap luas lahan yang digunakan

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa dengan menggunakan titik impas, perusahaan dapat mengetahui besar penjualan yang harus dihasilkan agar memperoleh laba

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, untuk meningkatkan laba, selain menekan atau mengurangi biaya, dapat juga dilakukan dengan menaikkan volume penjualan atau pun

Pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan. Besar kecilnya hasil penjualan dipengaruhi oleh

Titik pulang pokok pada produk kopi torayaku yang dijual dalam bentuk kemasan 200 gr adalah 14 kemasan dengan penerimaan sebesar Rp.700.000 maka untuk produksi kopi torayaku kemasan

Komposisi penjualan (sales mix) adalah kombinasi relatif berbagai jenis produk terhadap total pendapatan penjualan dalam suatu perusahaan. Manajemen harus berusaha

1: hal.155-176 Apabila K2-K1 hasilnya positif berarti kuantitas yang dijual atau yang diproduksi bertambah mengalami kenaikan, juka kuantitas bertambah maka harga pokok penjualan akan

Jaya Subur Makmur Dari tabel 6 menunjukan bahwa total penerimaan produk berupa beras selama 1 bulan yaitu sebanyak 55.000 Kg/55 Ton dijual dengan harga Rp 9.500/Kg sehingga jumlah