Tidak Ada Rotan Merekapun Menganggur Oleh : Sulaeman Rahman *)
Pada tanggal 29 Agustus 2005 harian PR memuat hasil diskusi antara Pengusaha Rotan,
Ketua Asmindo, dan Kepala Dinas Indag Jabar. Judul dari hasil diskusi tersebut
“Menyelamatkan Industri Rotan Cirebon”, judul yang sangat relevan pada waktu itu,
dikarenakan pada saat itu mulai dirasakan kekurangan bahan baku rotan untuk industri
rotan di Cirebon. Sudah hampir setahun kejadian tersebut, apakah industri rotan Cirebon
bisa terselamatkan?. Merupakan pertanyaan yang mungkin mudah dijawab bila kita
membandingkan kondisi sebelum Agustus 2005 dengan Agustus 2006 atau sebelum
diberlakukan Permendag 12/M-DAG/PER/6/2005 atau setelah diberlakukan Permendag
tersebut.
Berdasarkan wawancara dan melihat secara sekilas kondisi Juli 2006 yang dilihat penulis
memang terjadi perbedaan. Pertama adalah banyaknya pabrik yang tutup, yang kedua
bahan baku rotan dirasakan kurang dan mahal , yang ketiga tentunya banyak pekerja yang
menggantungkan hidupnya pada industri rotan mulai menganggur atau beralih pada
profesi lain.
Bila melihat catatan yang ada pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, ada
sekitar 1.060 perusahaan rotan di Kab. Cirebon , yang terdiri dari 44 perusahaan termasuk
industri besar, 82 perusahaan dikategorikan industri menengah , dan 934 perusahaan
dikelompokkan industri kecil , sedangkan di Kota Cirebon ada 10 perusahaan termasuk
industri besar. Berbeda dengan catatan ASMINDO Komisariat Cirebon mencatat 162
perusahaan manufaktur dan ekspor produk rotan, serta 100 perusahaan skala kecil
menengah, data tersebut berdasarkan catatan laporan diharian ini pada hasil diskusi
“Menyelamatkan Industri RotanCirebon”.
Kondisi kuantitas perusahaan bisa diteliti lebih lanjut , sehingga bisa dijadikan studi yang
lebih dalam sehingga penyelamatan industri rotan cirebon bisa dilakukan. Dan yang lebih
penting dicari penyebabnya bila berdasarkan laporan yang akurat pada per Agustus 2006
memang berkurang atau perusahaan – perusahaan tersebut hanya mengurangi
produksinya saja, sehingga pada saat pengamatan sepintas tidak menjadi relevan.
Berdasarkan penggalian informasi secara informal , memang kondisi setelah