• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA 2.1.1.1 Hakikat IPA

IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alami. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah. Secara rinci Hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari,2002:7) adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

2. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang kearah yang lebih sempurna.

5. Universal, kebenaran penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya. Yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

(2)

9

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengertian IPA, IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam.IPA merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun deduktif.

2.1.1.2 Pembelajaran IPA di SD

Di depan telah dinyatakan bahwa cakupan yang terdapat dalam IPA meliputi alam semesta penggolongan-penggolongan makhluk hidup hewan dan tumbuhan yang ada di permukaan bumi.

Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan diatas, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antaralain sebagai berikut:

a) kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode discovery learning.

b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan. (Laksmi dalam Trianto, 2013: 142).

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA disekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu :

a) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap

(3)

10

b) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan

c) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya

d) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan (Laksmi, dalam Trianto, 2013: 142)

Melihat model demikian menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2013: 142) bahwa hakikat IPA mesti tercermin dalam tujuan pendidiakan manapun harus dikembangkan dengan memahami berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan hidup dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai suatu kesejahteraan dan kebahagiaan sosial manusia. Pembelajaran IPA khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana termasuk dalam taksonomi Bloom dalam Trianto (2013:142), bahwa: Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif) yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut dan adanya melihat keterangan serta keteraturannya. Di dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Karena ciri-ciri tersebut yang membedakan dengan pembelajaran lainnya (Laksmi dalam Trianto, 2013:

142). Dari uraian tersebut, maka hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut :

1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(4)

11

2) Pengetahuan yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

3) Keterampilan dan kemampuan untuk mengangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan obsevasi.

4) Sikap ilmiah antara lain jujur, terbuka, benar dan dapat bekerja sama.

5) Kebiasaan mengembangkan keterampilan fisik analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

Sedangkan tujuan pembelajaran IPA SD, yaitu agar siswa:

1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.

2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Metode Pembelajaran discovery

Menurut Sund (Roestiyah,2001:20) discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental antara lain: mengamati, mencema, mengerti, mengolong-

(5)

12

golongkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: panas, magnet, gaya, cahaya, dan sebagainya, sedangkan yang dimaksud prinsip antara lain : magnet dapat menarik benda, penggunaan magnet dalam kehidupan sehari- hari, maupun membuat megnet.

Discovery Learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa

dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat berjalan sendiri.

Metode Discovery menurut Mulyasa (2006:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung.

Metode Discovery meurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Menurut saya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri, melihat sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat menemukan sendiri.

2.1.2.1 Penerapan Model Pembelajaran discovery

Menerut Soli.A(2008:7.12) pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery penemuan dapat ditempuh dengan langkah-langkah kegiatan:

(6)

13 1) Kegiatan Persiapan

a) Mengidentifikasikan kebutuhan belajar siswa (need assessment).

b) Merumuskan tujuan pembelajaran .

c) Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan. Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu ditulis dengan jelas.

d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan I. Kegiatan Pembukaan

a) Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertnyaan mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan.

b) Memotifasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.

c) Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.

II. Kegiatan Inti

a) Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.

b) Diskusi pengarahan tentang cara pelaksaan penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan.

c) Pelaksaan penemuan berupa kegiatan penyeledikan/percobaaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah di tetapkan.

d) Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa.

(7)

14

e) Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika diperlukan.

f) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.

g) Memuji siswa yang giat dalam melaksnakan penemuan.

h) Memberikan kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya.

III. Kegiatan Penutup

1) Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya.

2) Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan

3) Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik.

Metode discovery yang dapat dilakukan oleh guru untuk penemuan pada pelajaran IPA dalam penelitian ini, dilakukan dengan lagkah-langkah kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan Pra Pembelajaran

a) Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dibahas.

b) Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.

c) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan

d) Menjelaskan materi pelajaran.

(8)

15

e) Mengemukakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan dalam bentuk tugas lembar tugas.

f) Diskusi pengarahan tentang cara pelaksaan penemuan/pemecahan masalah melalui lembar tugas.

g) Membagikan lembar tugas siswa.

h) Menunjukkan dan mengenalkan alat peraga yang akan diamati.

i) Menyuruh siswa untuk mengamati alat peraga yang sudah ditentukan yang diberi perlakuan.

j) Menyuruh siswa menghimpun informasi atau data dari hasil pengamatannya.

k) Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan.

l) Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan.

m) Menyuruh siswa melaporkan hasil temuannya.

n) Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya.

o) Melakukan evaluasi

p) Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan minta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik.

Langkah-langkah kegiatan penarapan metode discovery dengan menggunakan metode penemuan diharapkan mampu mingkatkan hasil belajar IPA pada materi Perubahan Benda dan Sifat Benda serta kegunaanya pada siswa kelas VI SD Persiapan Perumahan 300 Kecamatan Waisai Kabupaten Raja Ampat.

(9)

16 2.1.3 Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (1999: 34) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis- jenis ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Agus Suprijono(2012:5), mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dari proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi saja.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,aplikasi, sistesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b) Ranah afekif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d)

(10)

17

keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikaji bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku oleh siswa yang didapat setelah ia mengalami serangkaian pengalaman belajar dimana mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dan seberapa besar pengetahuan yang diperoleh siswa. Akan tetapi dalam penelitian akan lebih ditekankan pada ranah kognitif yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran IPA yaitu pengetahuan dan pemahaman siswa yang dapat diukur menggunakan evaluasi berupa tes. Dengan tes dapat diketahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam menerima pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA yang ingin dicapai. Tes tersebut dilaksanakan pada akhir siklus,yang berfungsi untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan pembelajaran.

2.1.3.1 Pentingnya Hasil Belajar

Slameto (2010:51) menjelaskan pentingnya hasil belajar dalam proses belajar adalah: "Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu.

Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan sukses, ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengena pada semua aspek belajar.

"Dari uraian penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar, hasil belajar memang sangat penting. Hasil belajar penting untuk

(11)

18

mengetahui seberapa tingkat keberhasilan yang dapat dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu rangkaian proses pembelajaran.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Salahsatu pengaruh dari faktor ekstemal yaitu penggunaan media pembelajaran.

Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Menurut Slameto (2010:54), faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja. Adapun kedua faktor tersebut meliputi:

1. Faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar disebut faktor intern yang meliputi:

a. Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan, cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,kematangan, kesiapan.

c. Faktor kelelahan baik itu kelelahan jasmani maupun rohani.

2. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut faktor ekstern, yang meliputi:

a. Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

(12)

19

sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan, gedung, metode belajar dan tugas rumah.

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menerapkan metode discovery dalam pembelajaran akan tetapi berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan ini. Seperti penelitian yang dilakukan diantaranya oleh:

Yuana F. (2008:42) menyimpulkan bahwa hasil penelitian dengan menerapkan metode discovery dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas VI SD Persiapan Perumahan 300. Dalam penelitianya siswa terlihat aktif untuk melihat, mengamati, dan menganalisis proses terjadinya baik dalam menangani masalah mengemukakan pendapatnya atas inisiatif sendiri dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri serta bersifat terbuka diharapkan nantinya akan tertanam konsep yang lebih mantap dalam diri siswa.

Penelitian dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA ini menggunakan perubahan benda akibat pelapukan, pembusukan dan pengkaratan dalam penerapan metode discovery ini melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat belajar sendiri. Sehigga diharapkan hasil belajar siswa kelas VI pada pelajaran IPA dapat meningkat dengan baik dibandingkan dengan pembelajaran sebelum menggunakan metode discovery.

(13)

20 2.3 Kerangka Pikir

Keberhasilan proses pembelajaran itu harus di dukung dengan metode yang tepat sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara keseluruhan, selain didukung oleh kemampuan siswa itu sendiri. Berdasarkan teori menurut Roestiyah (2001:120) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Penerapan metode discovery mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah. Mencari sumber sendiri dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya.Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Sehingga hasil belajar dan prestasi siswa akan meningkat. Pembelajaran dengan metode discovery yang dilakukan ini menekankan pada pengalaman langsung diduga hasil belajar siswa kelas VI SD Persiapan Perumahan 300 Kecamatan Waisai Kabupaten Raja Ampat.

(14)

21 2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis diatas maka dapat diturunkan hipotesis tindakan antara lain sebagai berikut:

Penerapan pembelajaran dengan metode discovery diduga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas VI di SD Persiapan Perumahan 300 Kecamatan Waisai Kabupaten Raja Ampat Semester 1 Tahun pelajaran 2011/2012.

Referensi

Dokumen terkait

Konduktivitas listrik komposit anoda meningkat den- gan penambahan LiClO 4 dan mencapai nilai optimum pada penambahan 4% LiClO 4 yaitu sebesar 3,8 x 10 −5 Scm −1 untuk

Mimba menjadi salah satu jenis yang dapat dipilih untuk kegiatan rehabilitasi lahan kritis di Nusa Penida. Untuk meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman mimba dilakukan

Kisaran arus yang di dapat pada lokasi penelitian cukup lemah, yaitu: Perairan Talengen dengan kisaran 7,3 – 11,1 cm/detik sedangkan di perairan Manalu berkisar antara 0,4 –

spesimen, proses penelitan dan proses pengujian. Standart yang digunakan adalah ASTM E-1251 untuk pengujian komposisi kimia dan ASTM E3-11 untuk pengujian struktur

Hasil penelitian implikatur percakapan melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo bertujuan untuk

Pernyataan yang termasuk wilayah formal sesuai angka..... Disajikan permasalahan lingkungan kota peserta didik dapat menentukan upaya penyelesaian masalah tersebut. Laju

• Contoh penjumlahan dua buah citra: mengurangi pengaruh derau (noise) di dalam data, dengan cara merata-ratakan derajat keabuan setiap pixel dari citra yang sama yang

Menjadi Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan kesehatan secara cepat dan tepat sesuai standar pelayanan rumah sakit dengan didukung sumber daya manusia yang