• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH ANAK PADA KELUARGA DI WILAYAH DESA SIGULANG

KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH

PUTRI DINDA YANA NASUTION NIM. 131000232

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH ANAK PADA KELUARGA DI WILAYAH DESA SIGULANG

KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

PUTRI DINDA YANA NASUTION NIM. 131000232

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan judul “FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH ANAK PADA

KELUARGA DI WILAYAH DESA SIGULANG KECAMATAN

PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Asfriyati, SKM, M.Kes selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Prof. Drs. Heru Santosa, MS, PhD selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. Asfriyati, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

(5)

5. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes dan Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan berupa saran dan kritikan demi peningkatan kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staf di Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan untuk melakukan penelitian skripsi.

7. Ali Amran Nasution selaku Kepala Desa Sigulang, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah Desa Sigulang.

8. Terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada kedua orang tua tercinta atas segala jasa, motivasi, dukungan, semangat serta doa yang tidak pernah henti.

9. Terima kasih buat keluarga yang selalu mendukung dalam penyelesaian skripsi.

10. Teman-teman di peminatan Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi yang saya sayangi : Amelia, Cory, Riza, Safrina, Nurhazizah, Eva, Ovin, Angel dan dhika. Terima kasih telah memberikan semangat terus dalam proses penyelesaian skripsi ini.

11. Terima kasih kepada Ruth Novyna, Theresia Situmorang, Olivia Febriyana, Claudia desy, Rina Handayani dan seluruh rekan-rekanyang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya yang telah banyak memberikan bantuan dalam proses penyelesaian skripsi, serta semangat dan dukungan moril.

(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini, dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juni 2017 Penulis

Putri Dinda Yana Nasution 131000232

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Dinda Yana Nasution

Tempat Lahir : Padangsidimpuan Tanggal Lahir : 25 Juni 1995

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : Ir. Jervin Nst

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Herawani Srg

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : 2007 2. SLTP/Tamat tahun : 2010 3. SLTA/Tamat tahun : 2013

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan Penelitian... 8

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Hipotesis Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fertilitas ... 11

2.2 Indikator Fertilitas ... 12

2.3 Pengertian Jumlah Anak ... 13

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Anak Menurut Ahli 2.4.1 Teori Ronald Freedman... 17

2.4.2 Teori Hill, Stycos dan Back ... 19

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Anak 2.5.1 Umur Kawin Pertama ... 21

2.5.2 Lamanya Usia Perkawinan ... 23

2.5.3 Penggunaan Alat Kontrasepsi ... 25

2.5.4 Abortus ... 26

2.6 Kerangka Konsep ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian ... 29

3.2.2 Waktu Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 30

3.3.2 Sampel ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer ... 30

3.4.2 Data Sekunder ... 31

(9)

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian ... 31

3.5.2 Defenisi Operasional ... 31

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Variabel Dependen ... 32

3.6.2 Variabel Independen ... 32

3.7 Metode Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Kewilayahan ... 36

4.2 Gambaran Kelahiran di Wilayah Penelitian ... 38

4.3 Uji Normalitas ... 40

4.4 Analisis Univariat 4.4.1 Umur ... 41

4.4.2 Jumlah Anak... 41

4.4.3 Umur Kawin Pertama ... 42

4.4.4 Lama Usia Perkawinan ... 42

4.4.5 Penggunaan Alat Kontrasepsi ... 43

4.4.6 Abortus ... 44

4.5 Analisis Bivariat ... 44

4.6 Analisis Multivariat ... 48

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 51

5.2 Hubungan Umur Kawin Pertama dengan Jumlah Anak ... 53

5.3 Hubungan Lama Usia Perkawinan dengan Jumlah Anak ... 55

5.4 Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Jumlah Anak ... 56

5.5 Hubungan Kejadian Abortus dengan Jumlah Anak ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 33 Tabel 4.1 Persentase Umur Kawin Pertama di Wilayah Kota

Padangsidimpuan dan Sumatera Utara ... 39 Tabel 4.2 Uji Normalitas Usia Reponden, Jumlah Anak, Umur Kawin

Pertama, Lama Usia Perkawinan, Penggunaan Alat

Kontrasepsi dan Abortus ... 40 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Responden di Wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017 ... 41 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok

Jumlah Anak di Wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017 ... 41 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Kawin Pertama di Wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017 ... 42 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Lama

Usia Perkawinan di Wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017 ... 43 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok

Penggunaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan Tahun 2017... 43 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok

Abortus di Wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017 ... 44

(11)

Tabel 4.9 Hasil Hubungan antara Umur Kawin Pertama dengan Jumlah Anak pada Keluarga di Wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 ... 45 Tabel 4.10 Hasil Hubungan antara Lama Usia Perkawinan dengan Jumlah

Anak pada Keluarga di Wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017 ... 46 Tabel 4.11 Hasil Hubungan antara Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan

Jumlah Anak pada Keluarga di Wilayah Desa Sigulang KecamatanPadangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 ... 47 Tabel 4.12 Hasil Hubungan antara Kejadian Abortus dengan Jumlah Anak

pada Keluarga di Wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017 ... 48 Tabel 4.13 Identifikasi Variabel Dominan yang Berpengaruh Dalam

Jumlah Anak pada Keluarga di Wilayah Desa Sigulang

ngsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan ... 49

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema dari Faktor Sosial yang Memengaruhi Fertilitas Melalui Variabel Antara ... 16 Gambar 2.2 Faktor yang Memengaruhi Fertilitas oleh Ronald

Freedman 1962 ... 18 Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 28

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Jumlah Penduduk Umur menurut Kecamatan di

Padangsidimpuan Tahun 2015 ... 68

Lampiran 2. Kuesioner ... 69

Lampiran 3. Data Responden yang Diteliti ... 70

Lampiran 4. Tes Normalitas ... 75

Lampiran 5. Output Data Statistik ... 75

Lampiran 6. Output Distribusi Frekuensi ... 76

Lampiran 7. Output Hubungan Antara Variabel Dependen dengan Variabel Independen ... 78

Lampiran 8. Output Hasil Multivariat ... 82

(14)

ABSTRAK

Jumlah anak adalah hitungan banyaknya anak yang dimiliki. Jumlah anak menuju pada kecenderungan dalam membentuk besar keluarga yang diinginkan.

Jumlah anak yang dimiliki setiap keluarga di Desa Sigulang masih cukup banyak yaitu rata-rata keluarga memiliki 6 orang anak, dengan TFR di Kota Padangsidimpuan 3,95. Jumlah ini akan berdampak kepada jumlah penduduk di wilayah Desa Sigulang yang akan terus bertambah dengan luas wilayah yang tidak bertambah.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang berusia diatas 49 tahun dan sudah menikah yang ada di wilayah Desa Sigulang sebanyak 80 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang yang diambil dengan total sampling (keseluruhan). Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji regresi logistic berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh lama usia perkawinan (Exp B = 5,055) dengan jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017.

Disarankan kepada bidan-bidan agar lebih aktif memberi penyuluhan tentang kesehatan reproduksi sehingga program ini dapat mengontrol jumlah anak pada keluarga di wilayah desa Sigulang. Orang tua juga perlu memberikan informasi dan pendidikan tentang kesehatan reproduksi bagi anak remaja untuk mengubah persepsi tentang pernikahan di usia muda.

Kata kunci : Jumlah anak, Keluarga, Kuantitatif

(15)

ABSTRACT

The number of children is the number of children they have. The number of children leads to a tendency in shaping the desired family size. The number of children owned by every family in Sigulang is still quite a lot, is the average family has 6 childrens, with TFR in Padangsidimpuan’s city 3.95. This amount will affect the number of people in the area of Sigulang that will continue to grow with the area that is not increased.

This study aims to analyze factors related to the number of children in families in the area of Sigulang Village, Padangsidimpuan subdistrict, southeast of Padangsidimpuan. This research type is analytic survey with cross sectional approach. The population in this study is mother of mother aged over 49 years and have married in Sigulang’s area as much 80 peoples. The sample in this research is 80 peoples taken with total sampling (whole). Data was collected through interview using questioner and analyzed using multiple logistic regression test.

The results showed that there was a take effect between the age of marriage (Exp B = 0,055) with the number of children in the family in Sigulang Village, Padangsidimpuan subdistrict, southeast of Padangsidimpuan, 2017.

It is recommended that midwives be more active in providing information about reproduction health so that the program can be control to the number of children at families in the Sigulang’s area. Parents also need to provide information and education about health of reproduction for adolescents to change perceptions about marriage at a young age.

Keywords : The number of children, family, quantitative

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masalah kependudukan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh tiga komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan (migrasi) (Lucas David, 1995). Khususnya dikarenakan tingkat fertilitas (kelahiran) yang tinggi. Pertambahan penduduk yang besar akan

mempunyai dampak terhadap berbagai aspek kehidupan. Tingkat kelahiran memengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini.

Fertilitas merupakan salah satu komponen utama kependudukan selain

kematian dan migrasi yang menyebabkan terjadinya perubahan penduduk.

Fertilitas menyangkut banyaknya anak lahir hidup yang dilahirkan oleh wanita

atau sekelompok wanita. Banyaknya anak yang dilahirkan sangat erat kaitannya terhadap beban rumah tangga. Semakin banyak jumlah anak, berarti semakin besar tanggungan kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan anggota rumah tangganya. Bagi rumah tangga dengan kondisi ekonomi yang lemah, maka pembatasan jumlah anak merupakan salah satu cara bagi tercapainya keluarga yang sejahtera. Dalam upaya melakukan pembatasan jumlah anak yang akan dilahirkan, maka penduduk wanita pada usia tertentu menjadi sasarannya yaitu usia antara 15-49 tahun. Hal ini disebabkan kemungkinan wanita melahirkan pada usia tersebut cukup besar (BPS, 2012).

(17)

Pertumbuhan Penduduk adalah merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah penduduk) tetapi secara bersamaan juga akan dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur. Berita kependudukan saat ini telah menjadi isu aktual di Indonesia seiring dengan meningkatnya dinamika kependudukan global. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia mengakibatkan terjadinya perubahan paradigma kebijakan kependudukan secara mendasar di Indonesia. Hal ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, salah satu nya fertilitas. Fertilitas akan membawa dampak yang cukup besar pada dinamika pertumbuhan dan perkembangan penduduk dengan segala kompleksitas sosialnya pada masa-masa mendatang.

Oleh karenanya, pemerintah perlu mendorong berbagai kebijakan terkait dengan hal ini (UGM, 2004).

Menurut Kotmanda (2010) yang mengutip pendapat Hatmadji (1981), fertilitas merupakan kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan kelahiran hidup. Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam pengertian demografi menyatakan banyaknya bayi yang lahir hidup dan membentuk menjadi satu keluarga dengan jumlah anak yang dilahirkan.

Populasi penduduk dunia pada tanggal 1 Juli 2015 telah mencapai 7.324.782.225 jiwa yang dilaporkan dari Divisi Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jumlah ini lebih banyak 1 miliar dibandingkan 12 sampai 13

(18)

tahun lalu. Artinya, setiap 13 tahun penduduk dunia bertambah 1 miliar orang.

Penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010 berjumlah 237.641.326 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara 12.982.204 jiwa yang dilaporkan SDKI 2012, BPS Sumut. TFR di Kota Padangsidimpuan 3,95. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara 33.495 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 1.210 jiwa/km2 dimana jumlah populasi Kota Padangsidimpuan sebanyak 209.800 jiwa. Sedangkan pada Desa Sigulang jumlah penduduk sebanyak 2.702 dengan tingkat kepadatan penduduknya sebesar 2.182 jiwa/km2.

Pemerintah Indonesia telah berhasil melaksanakan program keluarga berencana sejak tahun 1971, yang ditandai dengan penurunan tingkat fertilitas dari 5,6 anak pada tahun-tahun 1970-an menjadi 2,4 anak per wanita menjelang tahun 2000. Meskipun tingkat fertilitas sudah menurun, kalau jumlah ibunya besar, sebagai akibat tingkat kelahiran yang tinggi dimasa lalu serta perbaikan kesehatan, maka jumlah bayi yang lahir setelah tahun 2000 masih tetap banyak jumlahnya.

Tiap-tiap tahun jumlah kelahiran bayi di Indonesia mencapai sekitar 4,5 juta bayi (Musyafir, 2012).

Jumlah anak adalah banyaknya hitungan anak yang dimiliki. Jumlah anak menuju pada kecenderungan dalam membentuk besar keluarga yang diinginkan.

Dengan demikian, besar keluarga akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah anak, karena setiap keluarga berupaya untuk mencapai jumlah anak dengan menggunakan caranya tersendiri (Bulatao dan Lee, 1983). Berdasarkan

(19)

hasil Susenas 2015, wanita berumur 10 tahun ke atas dan berstatus pernah kawin di Kota Padangsidimpuan rata-rata jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup adalah 3 orang anak dan rata-rata anak yang dimiliki dan masih hidup adalah 3 orang. Desa Sigulang juga termasuk memiliki banyak anak dalam satu keluarga, anak yang dimiliki rata-rata 3 anak.

Menurut Kotmanda (2010), besar kecilnya jumlah anak dalam suatu keluarga, tergantung pada beberapa faktor misalnya, struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan.

Menurut Mantra (2009), faktor-faktor atau variabel-variabel yang memengaruhi tinggi rendahnya jumlah anak dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi diantaranya adalah struktur umur, umur kawin pertama, lamanya perkawinan, dan proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi. Variabel-variabel di atas dapat berpengaruh langsung terhadap jumlah anak, ada juga berpengaruh tidak langsung.

Menurut Singarimbun (2008) mengungkapkan bahwa perkawinan muda atau perkawinan remaja banyak memiliki sisi negatif, seperti makin muda umur perkawinan pertama, makin memungkinkan terjadi perceraian, sehingga akan terjadi perkawinan ulang. Perceraian dan perkawinan ulang memiliki dampak negatif bagi kehidupan anak. Makin muda umur perkawinan maka makin panjang pula masa reproduksinya, sekalipun terjadi perceraian. Usia perkawinan pertama

(20)

juga memengaruhi banyak dan sedikitnya tingkat fertilitas. Usia pekawinan pertama dalam suatu pernikahan berarti memulai hubungan kelamin antara individu wanita dengan pria yang terikat dalam suatu perkawinan. Apabila usia perkawinan pertama cenderung muda dengan lamanya usia perkawinan maka tingkat fertilitasnya akan semakin tinggi. Dengan kata lain, semakin cepat usia perkawinan pertama, semakin besar kemungkinan mempunyai banyak anak.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yoni Malinda (2010), ternyata banyak remaja yang menikah pertama kali pada rentang usia 15-17 tahun (60,0%).

Angka ini masih jauh terhadap Sasaran Strategis Tahun 2010-2014 program Keluarga Berencana yaitu meningkatnya usia kawin pertama perempuan menjadi 21 tahun. Dari data SDKI 2012, perlu diketahui juga bahwa perempuan yang berusia 15-49 tahun menikah pertama kali pada usia 17 tahun (17,0%), dengan anak yang dilahirkan hidup sebanyak 10 anak atau lebih (3,2%). Hal ini membenarkan teori bahwa perempuan yang kawin pertama pada usia muda akan memperpanjang masa reproduksi. Secara umum di Kota Padangsidimpuan kebanyakan usia saat perkawinan pertama adalah pada rentang usia 19-24 tahun (73,51 persen) dengan rata-rata usia perkawinan pertama sekitar 21,97 tahun.

Kondisi yang sama juga terjadi di Sumatera Utara, usia perkawinan pertama paling banyak pada rentang usia 19-24 tahun (71,78 persen) dengan rata-rata usia perkawinan pertama pada usia 21,62 tahun (Susenas,2015).

Melalui pemakaian alat kontrasepsi wanita dapat mengatur panjang- pendeknya masa ekspose terhadap kehamilan. Penggunaan alat/cara KB merupakan salah satu upaya untuk menekan jumlah kelahiran. Hasil Survei Sosial

(21)

Ekonomi Nasional tahun 2010 menunjukkan bahwa wanita berumur 15- 49 tahun bersatatus kawin di Sumatera Utara yang pernah ikut serta dalam keluarga berencana sebanyak 56 persen. Dilihat dari tipe daerah, pasangan usia subur yang pernah maupun yang masih menggunakan alat/cara KB di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Alat/cara KB yang digunakan pasangan usia subur masih di dominasi oleh metode jangka pendek sebesar 84,76 persen, antara lain menggunakan Suntik dan Pil KB masing-masing sebesar 48,09 persen dan 30,81 persen, sedangkan yang menggunakan metode jangka panjang sebanyak 15,24 persen terdiri dari operasi 6,24 persen susuk dan IUD masing-masing sebesar 5,13 persen. Sedangkan pada tahun 2015 untuk wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dari 4.909 pasangan usia subur (PUS) ada sebanyak 3.236 PUS atau sebesar 66,47 persen telah menggunakan alat kontrasepsi.

Dilihat dari adat istiadat di masyarakat memengaruhi jumlah fertilitas.

Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, dan ada pula menginginkan anak yang sedikit, ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau sebaliknya (Trisna, 2015). Maka dari itu tidak dapat dipungkiri nilai anak juga dapat mempengaruhi ibu dalam melakukan aborsi, dimana kasus aborsi masih banyak di temukan di desa Sigulang sekitar 50 persen ibu-ibu hamil pernah mengalami keguguran walaupun alasan kesehatan juga merupakan faktor terjadinya aborsi baik itu aborsi disengaja maupun aborsi spontan (keguguran).

Hasil dalam penelitian Hanifah (2014), lama pendidikan berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan, jenis pekerjaan berpengaruh terhadap

(22)

jumlah anak yang dilahirkan, usia kawin pertama berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan, penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan, dan lama pendidikan. Semakin tinggi tingkat ibu sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran.

Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional. Selain pendidikan, dari aspek budaya juga dapat memengaruhi fertilitas (Trisna, 2015)

Penurunan tingkat fertilitas di Kota Padangsidimpuan khususnya di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara berlangsung cukup lama. Penurunan tersebut masih akan berlangsung tetapi dengan percepatan yang semakin melambat. Menurut profil daerah Padangsidimpuan (2016), bahwa penurunan tingkat fertiltas dipengaruhi oleh meningkatnya faktor sosial ekonomi masyarakat.

Oleh karenanya, selain dikarenakan program KB, penurunan fertilitas juga disebabkan oleh semakin tingginya tingkat pendidikan yang dicapai yang nantinya akan memengaruhi umur pada saat perkawinan pertama. Usia perkawinan pertama mempunyai pengaruh cukup besar terhadap jumlah anak dalam keluarga yang merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk. Rata-rata usia kawin pertama di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara berusia 21 tahun (Susenas, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul faktor-faktor yang berhubungan dengan jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017, yang mana faktor-faktor tersebut antara lain, umur

(23)

kawin pertama, lamanya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi.

Jumlah anak diukur berdasarkan banyaknya anak/bayi dalam rumah tangga pada tahun 2017 di Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

1.2 Permasalahan Penelitian

Adakah faktor-faktor yang berhubungan dengan jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017 ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan umur kawin pertama terhadap jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017

2. Untuk mengetahui hubungan lamanya usia perkawinan terhadap jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017

(24)

3. Untuk mengetahui hubungan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017

4. Untuk mengetahui hubungan abortus terhadap jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan umur kawin pertama terhadap jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017

2. Ada hubungan lamanya usia perkawinan terhadap jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017

3. Ada hubungan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017

4. Ada hubungan abortus terhadap jumlah anak pada keluarga di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017

(25)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah Kecamatan Kota Padangsidimpuan sebagai bahan masukan dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk dengan melihat faktor- faktor yang mempegaruhi fertilitas di wilayahnya dalam rangka pengambilan kebijakan dan pembangunan kependudukan.

2. Bagi pemerintah di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan sebagai gambaran dalam intervensi program guna penurunan fertilitas.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian fertilitas (kelahiran)

Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi sebagai hasil reproduksi

yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir (FEUI, 1981). Dari

pengertian ini, kelahiran merupakan banyaknya bayi yang lahir dari wanita. Ada bayi yang disebut lahir hidup yaitu lahirnya seorang bayi yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tidak diperkirakan berapa lama bayi tersebut menunjukkan tanda-tanda kehidupan tersebut. Tanda-tanda kehidupan antara lain bernafas, ada denyutan jantung dan lain-lain. Ada pula bayi lahir mati artinya bayi tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan (Sinuraya, 1990).

Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang demografi

untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup (Pollard, 1989). Disamping istilah fertilitas ada juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada kemampuan fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak lahir hidup (Mantra, 2006). Fertilitas biasanya diukur sebagai frekuensi kelahiran yang terjadi di dalam sejumlah penduduk tertentu.

Menurut Kotmanda dan Sukarno (2010) yang mengutip pendapat Hatmadji (1981), ferttilitas merupakan kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan anak yang dilahirkan hidup dengn pengertian bahwa anak yang dilahirkan dalam kondisi hidup menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Jika anak pada saat dilahirkan dalam kondisi hidup kemudian meninggal pada waktu masih

(27)

bayi tetap dikatakan anak lahir hidup (ALH). Menurut Ali (2011) yang mengutip pendapat Pollard (1984), fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan di dalam bidang demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang benar- benar dilahirkan hidup. Fertilitas juga diartikan sebagai suatu ukuran yang diterapkan untuk mengukur hasil reproduksi wanita yang diperoleh dari statistik jumlah kelahiran hidup.

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.

Kompleksnya pengukuran fertilitas, karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja. Masalah lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas ialah tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga. Juga ada beberapa perempuan yang bercerai, menjanda.

2.2 Indikator Fertilitas

Menurut Wati (2012) yang mengutip data statistik (2010), indikator fertilitas adalah :

2.2.1 Angka Kelahiran Tahunan (Current Fertility) a. Jumlah Kelahiran

b. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR) c. Angka Kelahiran Menurut Umur

(28)

d. Angka fertilitas Total

2.2.2 Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH) a. Anak Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB)

b. Anak Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL) c. Rasio Anak-Wanita atau Child Women Ratio (CWR).

2.2.3 Paritas

Jumlah kehamilan yang dilahirkan atau jumlah anak yg dimiliki baik dari hasil perkawinan sekarang atau sebelumnya. Jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim dengan usia kehamilan 26 minngu (Pusdiknakes, 2001).

2.2.4 Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagian dan sejahtera (Juliantoro, 2000).

a. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR) b. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB (Unmet-need)

2.3 Pengertian Jumlah Anak

Jumlah memiliki arti banyaknya bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu, sedangkan pengertian anak secara umum adalah keturunan kedua setelah ayah dan ibu (Poerdarminta, 2003). Jumlah anak adalah banyaknya hitungan anak yang dimiliki. Jumlah anak menuju pada kecenderungan dalam membentuk besar keluarga yang diinginkan. Dengan demikian, besar keluarga

(29)

akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah anak, karena setiap keluarga berupaya untuk mencapai jumlah anak dengan menggunakan caranya tersendiri (Bulatao dan Lee, 1983).

Singarimbun (1974) dalam Siregar (2003) melakukan penelitian pada penduduk di sekitar Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah anak yang dianggap ideal 4 dan 5 orang anak. Motivasi untuk mempunyai jumlah anak yang sedikit dan nilai-nilai tentang anak merupakan aspek yang penting. Kadang-kadang jumlah anak yang diinginkan lebih besar daripada jumlah anak yang mampu dirawat dengan baik.

Jumlah anak yang diinginkan dikategorikan berdasarkan jumlah anak lahir hidup yang mendasari besar keluarga. Keluarga dikatakan sebagai keluarga kecil, jika maksimal memiliki dua anak. Dengan demikian, pengkategorian jumlah anak yang diinginkan menjadi: 1) sedikit, jika keluarga menginginkan sebanyak banyaknya memiliki dua anak; 2) sedang, jika keluarga menginginkan anak sebanyak tiga hingga lima anak; 3) banyak, jika keluarga menginginkan sedikitnya memiliki enam anak (BPS, 2013). Berbeda dengan pengkategorian yang dilakukan Muchtar dan Purnomo (2009) yaitu bahwa jumlah anak sedikit adalah jika memiliki 1-2 anak, dan jumlah anak banyak jika memiliki > 2 anak.

2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jumlah Anak Menurut Para Ahli Faktor-faktor atau variabel-variabel yang memengaruhi tinggi rendahnya jumlah anak dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi diantaranya adalah struktur umur, struktur perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi (gangguan) perkawinan, dan

(30)

proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi. Variabel-variabel di atas dapat berpengaruh langsung terhadap jumlah anak dalam keluarga, ada juga berpengaruh tidak langsung (Mantra, 2009).

Menurut Hartoyo dkk (2011), faktor - faktor yang memengaruhi jumlah anak yaitu usia ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pendidikan kepala keluarga, dan nilai anak. Muchtar dan Purnomo (2009) menyatakan terdapat faktor komposisional yang terdiri dari umur ibu, pendidikan ibu,pekerjaan ibu,jumlah anak, indeks kekayaan kuantil, pendidikan suami,pekerjaan suami, agama, jumlah anak sekarang dan tempat tinggal.

Dalam buku Pegangan Bidang Kependudukan dikatakan faktor-faktor yang mengenai perkawinan pertama, banyaknya perkawinan, status memengaruhi kelahiran (fertilitas) adalah : struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu;pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan (FEUI, 1984). Kedua pendapat ini hampir sama, yang perlu diambil kesimpulan dari kedua pendapat ini bahwa banyak faktor yang dapat memengaruhi/memperkecil kelahiran, tetapi salah satu diantaranya yang mempunyai kaitan dengna keluarga berencana adalah penggunaan alat kontrasepsi, sedangkan faktor lain merupakan penunjang dari pada keluarga berencana (Sinuraya, 1990).

Jumlah anak dari seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor yang termasuk tingkat pendidikan (penundaan perkawinan), umur kawin pertama, umur

(31)

melahirkan anak pertama, jumlah anak yang diinginkan, dan penggunaan metode kontrasepsi (SDKI, 2013).

Menurut Davis dan Blake (1956), faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya dapat berpengaruh terhadap fertilitas. Davis and Blake (1996) juga mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas melalui apa yang disebut sebagai “variabel antara” (intermediate variables).

Gambar 2.1 Skema dari Faktor Sosial yang Memengaruhi Fertilitas Melalui Variabel Antara

Adapun variabel antara terdapat tiga tahap penting dari proses reproduksi, yaitu:

1. Tahap hubungan Kelamin

 Umur memulai hubungan kelamin

 Selibat permanen : proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin

 Lamanya berstatus kawin

 Abstinensi sukarela

 Abstinensi terpaksa (misalnya : sakit, impotensi, berpisah sementara karena hal-hal yang tidak disengaja)

 Frekwensi senggama

Faktor Sosial Variabel Antara Fertilitas

(32)

2. Tahap konsepsi

 .Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak disengaja

 Pemakaian kontrasepsi

 Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang disengaja

(missal : sterilisasi) 3. Tahap kelamin

 Mortalitas janin karena sebab-sebab yang tidak disengaja

 Moertalitas janin karena sebab-sebab yang disengaja

2.4.1 Menurut Ronald Freedman

Berdasarkan variabel-variabel antara tersebut, freedman menyusun konsep-konsep sosiologi yang lebih luas dan kemudian ia membahas cara-cara bagaimana norma-norma sosial dan aspek-aspek organisasi sosial memengaruhi fertilitas melalui variabel-variabel antara tersebut.

Menurut Freedman variabel antara yang memengaruhi langsung terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku di suatu

masyarakat. Pada akhirnya perilaku fertilitas seseorang dipengaruhi norma-norma yang ada yaitu norma tentang besarnya keluarga dan norma tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya norma-norma tentang besarnya keluarga dan variabel antara di pengaruhi oleh tingkat mortalitas dan struktur sosial ekonomi yang ada di masyarakat. Kerangka analisis fertilitas yang dikemukakan oleh Freedman digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

(33)

Mortalitas L

I N G K

U Struktur sosial N Norma tentang

G dan ekonomi besar keluarga Variabel

A Norma tentang antara Fertilitas N Program variabel antara

KB

Gambar 2.2 Faktor yang Memengaruhi Fertilitas oleh Ronald Freedman 1962 Sumber : World Fertility Survey 1977

Menurut Freedman intermediate variables yang dikemukakan Davis-Blake menjadi variabel antara yang menghubungkan antara “norma-norma fertilitas”

yang sudah mapan diterima masyarakat dengan jumlah anak yang dimiliki (outcome). Ia mengemukakan bahwa “norma fertilitas” yang sudah mapan diterima oleh masyarakat dapat sesuai dengan fertilitas yang dinginkan seseorang.

Selain itu, norma social dianggap sebagai faktor yang dominan.

Dari skema diatas. terlihat bahwa variabel antara secara langsung memengaruhi fertilitas sementara variabel antara itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor. Diawali dengan keadaan lingkungan yang memberi pengaruh terhadap tingkat kematian dan struktur sosial ekonomi. Keadaan ini sangat bervariasi antar-daerah karena setiap daerah memiliki ciri dan karakteristik penduduk yang berbeda. Lingkungan dan struktur sosial ekonomi saling

(34)

memengaruhi satu sama lain. Tingkat kematian dan struktur sosial ekonomi memberi pengaruh pada norma ukuran keluarga. Begitupula hubungan antara struktur sosial ekonomi dengan norma tentang variabel antara. Norma yang terbentuk dalam masyarakat ini secara langsung memengaruhi variabel antara yang kemudian memengaruhi fertilitas. Jadi pada akhirnya perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma yang ada.

2.4.2 Menurut Hill, Stycos, dan Back

Menurut Fawcett (1984) yang mengutip pendapat Hill, Stycos, dan Back (1959), faktor-faktor yang memengaruhi fertilitas, yaitu :

1. Tempat tinggal

Istilah ini dapat digunakan untuk rupa-rupa tempat tinggal, mulai dari tenda-tenda nomaden hingga apartemen-apartemen bertingkat. Dalam konteks tertentu tempat tinggal memiliki arti yang sama dengan rumah, kediaman, akomodasi, perumahan, dan arti-arti yang lain.

2. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan 3. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan berdasar ijasah yang diterima dari sekolah formal terakhir dengan sertifikat kelulusan. Pendidikan merupakan suatu usaha atau pengaruh yang diberikan yang bertujuan untuk proses pendewasaan. Pendidikan dapat berpengaruh terhadap tingkat

(35)

pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang pentingnya penggunaan jamban keluarga sebagai tempat membuang tinja dan pemeliharaan jamban dengan baik.

4. Agama

Pengertian Agama menurut Nasution (1986) menyatakan bahwa agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari salah satu kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.

5. Status ekonomi

Status ekonomi adalah keadaan atau kenyataan yang terlihat atau terasakan oleh indera manusia tentang keadaan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan jasmani (material) dan kebutuhan rohani (spiritual) yang berasal dari sumber-sumber penghasilan atau pendapatan yang sifatnya terbatas yang akan digunakan untuk membiayai atau memenuhi kebutuhan keluarga yang tidak terbatas baik jumlah maupun kualitasnya (Abdulsyani, 2002).

6. Pola perkawinan

Adanya sistem perkawinan yang terjadi di dalam masyarakat tentu saja memiliki dampak-dampak sosial yang menyertainya. Tidak saja bagi kedua individu yang melangsungkan perkawinan tapi juga memiliki imbas bagi keluarga besar kedua pihak bahkan mungkin masyarakat sekitar. Dampak

(36)

sosial yang dirasakan langsung dari adanya sebuah perkawinan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem kekerabatan, dimana salah satu fungsi perkawinan adalah untuk menyatukan dua atau lebih hubungan kekerabatan menjadi sebuah hubungan kekeluargaan yang lebih luas lagi (Pangemanan, R.

A.W. 2010).

7. Usia kawin

Usia pertama menikah yang berarti juga saat dimulainya masa reproduksinya pembuahan. Semakin muda usia kawin pertama maka akan semakin panjang masa reproduksinya atau semakin banyak anak yang dilahirkan (BPS, 2012).

2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Anak dalam Penelitian Ini 2.5.1 Umur Kawin Pertama

Usia kawin memegang peranan yang penting dalam fertilitas (jumlah anak lahir hidup), alasannya adalah bahwa peningkatan usia kawin wanita berarti memperpendek masa subur. Untuk menentukan kejadian memulai berhubungan kelamin, umumnya digunakan pendekatan umur ketika pertama kali menikah.

Pada setiap kelompok masyarakat proses bereproduksi atau memiliki keturunan dilegalkan melalui institusi perkawinan walaupun tidak dipungkiri bahwa terdapat hubungan kelamin diluar pernikahan, baik yang menghasilkan kelahiran maupun tidak.

Seorang perempuan yang menikah pada usia yang sangat muda, sangat dimungkinkan memiliki beberapa orang anak sebelum mereka menyelesaikan masa subur. Pada kelompok masyarakat yang tidak memilki program pencegahan

(37)

kelahiran seperti program keluarga berencana, maka penundaan umur kawin pertama merupakan salah satu cara untuk menghambat. Pada dasarnya ada dua macam bentuk perkawinan. Pertama, menunjukkan perubahan status dari belum kawin menjadi berstatus kawin. Kedua, perubahan dari status cerai menjadi status kawin. Dalam kaitan dengan penelitian ini, defenisi yang digunakan adalah yang pertama, yaitu perubahan dari status belum kawin menjadi kawin (Apriyanti dkk, 2014).

Berdasarkan penelitian Sukarno (2010), semakin tinggi umur kawin pertama semakin sedikit/rendah jumlah anak yang dilahirkan sehingga akan memperkecil angka fertilitas yang nantinya berkontribusi terhadap rendahnya laju pertumbuhn penduduk.

Umur kawin pertama adalah umur pada saat wanita melakukan perkawinan secara hukum dan biologis yang pertama kali (BPS, 2012). Pada masyarakat yang sedang berkembang, usia perkawinan pertama cenderung muda sehingga nilai fertilitasnya tinggi. Dengan kata lain semakin cepat usia kawin pertama, semakin besar kemungkinan mempunyai anak (Singarimbun, 1996).

Pada umumnya, hubungan seksual pertama kali dilakukan bertepatan dengan perkawinan pertama, karena biasanya seseorang akan melakukan hubungan seksual jika sudah ada ikatan perkawinan. Hubungan seksual merupakan awal seseorang beresiko hamil. Maka umur kawin pertama merupakan indikator sosial dan demografi yang penting. Menurut Apriyanti dkk (2014), Wanita berumur 10 tahun ke atas yang melangsungkan perkawinan, akan melalui suatu proses biologis, yaitu melahirkan sampai dengan masa menopause. Suatu

(38)

lingkungan masyarakat yang kebanyakan penduduk wanitanya melakukan perkawinan pertama pada umur muda, maka angka kelahirannya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang wanitanya melakukan perkawinan pertama pada umur tua (SDKI, 2012). Sejalan dengan pendapat Mosley dan Chen (1984) yang dikutip dari BKKBN (2011) dengan penelitian Sukarno (2011), Semakin muda seorang wanita menikah, maka semakin panjang usia reproduksinya dan semakin besar pula kemungkinannya melahirkan anak dan ini akan menjadi masalah jika tidak berKB karena akan berkontribusi langsung terhadap angka kelahiran atau fertilitas.

Menurut Kemenkes (2015), usia ideal pernikahan bagi perempuan menurut sebagian besar (37%) remaja perempuan usia 15-19 tahun adalah usia 24-25 tahun. Terlihat masih ada yang berpendapat bahwa usia ideal pernikahan pertama adalah kurang dari 20 tahun, terutama bagi perempuan. Pada dasarnya ada dua macam bentuk perkawinan. Pertama, menunjukkan perubahan status dari belum kawin menjadi berstatus kawin. Kedua, perubahan dari status cerai menjadi status kawin. Dalam kaitan dengan bagian ini, defenisi yang digunakan adalah yang pertama, yaitu perubahan dari status belum kawin menjadi kawin (BPS, 2012).

2.5.2 Lamanya Usia Perkawinan

Usia perkawinan berarti lamanya wanita dan pria membina rumah tangga.

Lamanya perkawinan dapat dilihat dari umur kawin pertama sampai pada akhir dari penelitian ini. Semakin lama usia perkawinan pasangan suami istri maka tingkat fertilitasnya akan semakin tinggi. Namun hal ini masih belum pasti jika melihat faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadi penurunan fertilitas

(39)

walaupun usia perkawinannya terbilang sudah lama yang mana diantaranya tingkat kesuburan dan pemakaian alat kontrasepsi.

Menurut Soejoedi (2008), variabel lamanya usia perkawinan mempunyai pengaruh yang kuat pada fertilitas yaitu semakin lama perkawinan maka akan semakin tinggi fertilitasnya. Teori yang dikemukakan oleh Abdul Azis Razake (1988). Pada umumnya masyarakat yang usia perkawinanya muda mempunyai fertilitas tinggi, karena jenjang waktu untuk reproduksi atau melahirkan menjadi lebih panjang sesuai dengan usia perkawinannya tanpa ada pisah baik itu cerai hidup maupun cerai mati. Dimana kaitan erat antara usia memulai hubungan seks (perkawinan) dengan fertilitas ialah jumlah waktu atau kesempatan untuk melahirkan.

Lamanya usia perkawinan tidak bisa lepas dengan usia kawin pertama, kedua variabel ini saling melengkapi dalam memengaruhi jumlah anak. Dalam penelitian Muhammad Nasir (2012), di Provinsi Aceh lama wanita dalam ikatan perkawinan yang terbanyak adalah lebih dari 20 tahun dan persentase yang terkecil masa dalam ikatan perkawinan 6 tahun sampai dengan 10 tahun. Jika dicermati dari tambahan jumlah anak yang lahir, wanita yang ikatan perkawinannya lebih lama lazimnya mempunyai anak lebih banyak. Akan tetapi pada wanita kawin/ pernah kawin di Provinsi Aceh yang ikatan perkawinan lebih dari 20 tahun, diatas 20 persen wanita kawin/pernah kawin keinginan untuk menambahkan anak 1 sampai dengan 3 orang. Dan kurang dari 1 persen pada wanita kawin/pernah kawin keinginan untuk menambahkan anak 10 sampai dengan 13 orang.

(40)

2.5.3 Penggunaan Alat Kontrasepsi

Pemakaian alat kotrasepsi akan menentukan jumlah anak yang dilahirkan.

Wanita yang menggunakan alat kotrasepsi dalam waktu yang lama akan membatasi jumlah anak yang dilahirkan, dalam arti jumlah anak yang dilahirkan sedikit dan sebaliknya untuk wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi akan memiliki anak yang banyak (Saladi dan Sumanto,1990).

Penggunaan alat kontrasepsi bertujuan untuk mencegah terjadinya pembuahan pada rahim seorang wanita atau mencegah kehamilan, apabila pasangan melakukan hubungan suami istri tanpa menggunakan alat kontrasepsi maka kemungkinan terjadi kehamilan akan besar, sehingga untuk mengantisipasi kehamilan yang tidak direncanakan maka masyarakat mengikuti program pemerintah yaitu program KB, dengan berbagai pilihan alat kontrasepsi. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin lama pasangan menggunakan alat kontrasepsi maka tingkat kehamilan dan fertilitas akan lebih kecil.

Keberhasilan program Keluarga Berencana di suatu wilayah dapat diukur dengan melihat tingkat pemakaian kontrasepsi (prevalensi kontrasepsi). Dengan demikian dapat dipahami betapa pentingnya informasi tentang pemakaian kontrasepsi, yang dapat digunakan juga untuk memperkirakan penurunan angka fertilitas akibat dari pemakaian kontrasepsi tersebut. Prevalensi kontrasepsi dapat

didefenisikan sebagai proporsi wanita kawin umur 15-49 tahun yang pada waktu SDKI memakai salah satu alat/cara KB (BKKBN, 2009).

Menurut Kingsley Davis dan Judith Blake (1974), yakni penurunan kelahiran diakibatkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

(41)

konsepsi salah satunya adalah dengan pemakaian alat kontrasepsi. Palmore dan Bulatao, dengan teori Contraceptive Choice berpendapat bahwa dengan menggunakan alat kontrasepsi dapat menjarangkan atau membatasi kelahiran.

Pada teori Malthus dan Neo-Malthus juga dijelaskan penggunaan alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran. Menurut Malthus, pembatasan pertumbuhan penduduk dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melakukan vice restraint (pengurangan kelahiran) yakni melalui penggunaan alat- alat kontrasepsi, pengguguran kandungan dan lain-lain sebagainya (Ritonga, 2011).

2.5.4 Abortus

Menurut Prawirohardjo (2008) abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Tidak semua kehamilan disambut baik kehadirannya. WHO memperkirakan dari 200 juta kehamilan per tahun, 38% diantaranya merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. WHO memperkirakan dua pertiga perempuan dengan KTD (Kehamilan Tak Diinginkan) menghentikan kehamilan dengan sengaja dan 40% diantaranya dilakukan dengan cara tidak aman sehingga menyumbangkan 50% kematian Ibu..

Kehamilan yang tidak diinginkan yang masih merupakan masalah di Indonesia dapat mengakibatkan tindakan aborsi dan kelahiran yang tidak diinginkan. Setiap tahunnya di Indonesia berjuta-juta perempuan mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan tersebut

(42)

memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka dengan cara aborsi, walaupun dalam kenyataannya aborsi secara umum adalah illegal (Utomo iwu, 2008).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2009). Kehamilan yang disebabkan kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi pada para akseptor disebabkan faktor seperti: lupa meminum pil, kondom bocor, kualitas buruk, tidak tepat mempergunakan alat kontrasepsi. Pada penelitian Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) tahun 2003 menyatakan bahwa 36,4 persen kejadian abortus pada ibu hamil disebabkan oleh kegagalan dalam penggunaan alat kontrasepsi (KB) dengan rata-rata usia kehamilan kurang dari lima bulan.

Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya abortus misalnya faktor paritas dan usia ibu. Resiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan semakin bertambahnya usia ibu. Menurut penelitian Putri Nurvita Rochmawati (2013), usia ibu hamil akan mempengaruhi kejadian Abortus.

Semakin tinggi usia ibu hamil maka akan semakin besar kemungkinan terjadinya kejadian Abortus. Pada penelitian ini Ibu masih banyak yang memiliki usia yang

>35 tahun oleh karena itu diharapkan kepada ibu untuk tidak mengalami kehamilan lagi dan mengikuti program KB untuk menjaga keselamatan ibu.

(43)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian 1 .Umur kawin

pertama 2. Lama usia

perkawinan 3. Penggunaan alat

kontrepsi 4. Abortus

Jumlah Anak

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional yang mempelajari dinamika antara faktor-faktor resiko dengan

efek dimana dengan menggunakan pendekatan satu waktu dan hanya di observasi sekali saja (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Loksi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017, dipilih berdasarkan pertimbangan:

1) Kepadatan penduduk Kota Padangsidimpuan terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kota Padangsidimpuan.

2) Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara merupakan kecamatan yang terbesar dan terluas ketiga dari Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dan Padangsidimpuan Utara (Lampiran 1), namun lokasi Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang masih jauh dari jangkauan tempat pelayanan kesehatan.

3) Desa Sigulang memiliki luas wilayah yang kecil namun jumlah penduduk nya yang cukup padat. Jumlah anak yang dimiliki setiap keluarga masih cukup banyak. Dan setiap tahunnya penduduk terus meningkat dengan luas wilayah yang tidak bertambah.

(45)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai bulan Mei tahun 2017.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang berusia diatas 49 tahun dan sudah menikah yang ada di wilayah Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara sebanyak 80 orang (Data Penduduk Desa Sigulang, 2017), (Lampiran 2).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dari populasi ini adalah ibu yang berusia diatas 49 tahun dan yang sudah menikah karena pada usia ini kemampuan wanita dalam bereproduksi sudah berakhir sehingga jumlah anak yang ingin di teliti lebih akurat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan pengambilan sampel secara keseluruhan (total sampling).

Besar sampel dari populasi sebanyak 80 orang.

3.4 Metode Pengumpulan data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer diperoleh secara langsung dari ibu yang berusia diatas 49 tahun dengan metode wawancara menggunakan kuesioner yang telah disusun dan mengacu pada variable yang diteliti.

(46)

3.4.2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Kantor Camat Padangsidimpuan Tenggara dan Profil Padangsidimpuan yaitu data jumlah penduduk.

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas atau independen

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel yang dipengaruhi (Sugiyono, 2005), yaitu faktor-faktor yang memengaruhi jumlah anak secara langsung seperti umur kawin pertama, lamanya usia perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi dan abortus.

2. Variabel terikat atau dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2005), dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Jumlah anak. Sumber data pada variabel jumlah anak berasal dari Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara tahun 2016.

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Jumlah anak adalah banyaknya hitungan anak yang dimiliki yang lahir hidup selama masa reproduksinya.

2. Umur kawin pertama adalah umur pada saat wanita melakukan perkawinan sah untuk pertama kalinya yang dilakukan secara hukum dan biologis.

(47)

3. Lamanya usia perkawinan adalah lamanya wanita dan pria membina rumah tangga dilihat dari umur kawin pertama sampai pada akhir dari penelitian ini.

4. Penggunaan alat kontrasepsi adalah metode atau alat untuk membatasi kelahiran (menunda, menjarangkan maupun mengakhiri) yang digunakan selama masa reproduksi.

5. Abortus adalah mengakhiri kehamilan baik itu yang disengaja maupun tidak disengaja dengan alasan-alasan tertentu.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen

Jumlah anak menggunakan skala ukur ordinal, yaitu berapa jumlah anak yang lahir hidup yang dimiliki responden yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu: < 7 orang dan ≥7 orang

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen

1. Usia kawin pertama menggunakan skala ukur ordinal, yaitu usia responden pertama kali melakukan perkawinan yang dibagi kedalam 2 kelompok umur yaitu: < 19 tahun dan ≥19 tahun

2. Lamanya usia perkawinan menggunakan skala ukur ordinal, yaitu berapa lama usia perkawinan pasangan suami istri yang dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu: < 36 tahun dan ≥36 tahun.

3. Penggunaan alat kontrasepsi menggunakan skala ukur ordinal, yaitu menggunakan atau tidak menggunakan.

4. Abortus menggunakan skala ukur ordinal, yaitu pernah abortus atau tidak pernah baik itu disengaja maupun tidak.

(48)

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur 1 Variabel Dependen

Jumlah anak Kuesioner  < 7 orang

 ≥ 7 orang

Ordinal

2 Variabel Independen -Umur kawin pertama

-Lamanya usia perkawinan -Penggunaan alat

kontrasepsi -Abortus

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

 > 19 tahun

 ≥ 19 tahun

 > 36 tahun

 ≥ 36 tahun

 Pakai

 Tidak pakai

 Pernah

 Tidak Pernah

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

3.7 Metode Analisis Data

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulannya. Adapun data dianalisis dengan program computer dengan menggunakan tekhnik analisis data yang meliputi :

1. Analisis Univariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Analisis ini digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan dsitribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

(49)

2. Analisis Bivariat, digunakan untuk menguji hubungan antara dua variable yaitu variable independen dan variable dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan Uji chi-squre.

Prinsip dasar Uji Chi Square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspetasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya, bila nilai frekuensi observasi dan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Pada uji kemaknaan hubungan, digunakan nilai alpha 5% (0,05), maka yang dicari adalah nilai p (p-value) sebagai nilai besarnya peluang hasil penelitian untuk menentukan keputusan uji statistic dengan cara membandingkan nilai p dengan alpha. Ketentuan yang berlaku adalah:

1. Bila p-value > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen

2. Bila p-value ≤ 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.

3. Analisis Multivariat, digunakan untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Hasil analisis multivariat dapat dilihat dari nilai expose atau yang disebut odd ratio. Semakin besar nilai odd ratio berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang di

analisis. Untuk mengetahui pengaruh lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen harus dilakukan analisis multivariat. Uji statistik yang digunakan regresi logistic berganda, untuk mengetahui variabel

(50)

independen yang mana yang lebih erat pengaruhnya dengan variabel dependen. Variabel independen dengan nilai OR terbesar, itulah yang ditetapkan sebagai faktor.

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Kewilayahan

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara terletak di bagian Tenggara Kota Padangsidimpuan dan berjarak 8 km dari ibukota Padangsidimpuan dengan luas wilayah 27,70km2. Scerara geografis Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara berbatasan sebagai berikut:

1. sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua,

2. sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, 3. sebelah Barat : berbatsan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan 4. sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli selatan.

Letak astronomisnya adalah antara 01018’ Lintang Utara dan 99019’ Bujur Timur. Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara berada pada ketinggian antara 260-1100 meter diatas permukaan laut, dan merupakan daerah pegunungan sehingga memiliki iklim sedang dengan suhu berkisar antara 240C sampai dengan 300C.

Komposisi penduduk Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara didominasi oleh penduduk muda. Hal menarik yang dapat diamati adalah perkembangan usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih besar dari kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun. Hal ini dapat menggambarkan kurang berhasilnya pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduknya. Hal yang harus menjadi perhatian pemerintah adalah tingginya jumlah penduduk pada usia 20-24 tahun, yang mana

(52)

usia 20 tahun keatas adalah memasuki usia kerja. dan di bawah itu usia 15-19 tahun, jumlahnya juga cukup tinggi dimana usia tersebut juga akan segera memasuki usia kerja. Lapangan kerja yang luas harus segera di sediakan sehingga tidak terjadi peningkatan jumlah pengangguran ataupun pernikahan di usia muda.

Jumlah penduduk Kecamatan Padangsidimuan Tenggara selalu meningkat tiap tahunnya dan dengan luas wilayah yang tidak bertambah, tentu saja juga akan diikuti dengan peningkatan kepadatan penduduknya. Tahun 2014, penduduk Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara berjumlah 32.998 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 1.191 jiwa/km2. Tahun 2015, penduduknya mencapai 33.495 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 1.210 jiwa/km2. Pada tahun ini juga jumlah penduduk perempuan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara lebih banyak sekitar 1.195 jiwa (3,57%).

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara terdiri dari 18 desa/kelurahan.

Diantaranya adalah lokasi tempat penelitian dilakukan yaitu di desa Sigulang yang mana desa ini merupakan desa terbesar ketiga setelah desa Pijor Koling dan desa Sihitang. Jumlah penduduk desa Sigulang pada tahun 2016 sebesar sebanyak 2.702 dengan tingkat kepadatan penduduknya sebesar 2.182 jiwa/km2.

Pertanian masih menjadi penopang kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah desa Sigulang yang dapat memberi pengaruh terhadap perekonomian masyarakat Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Kecamatan ini juga dijuluki sebagai lumbung berasnya kota Padangsidimpuan.

(53)

4.2 Gambaran Kelahiran di Wilayah Penelitian

Salah satu komponen utama kependudukan yang menyebabkan perubahan jumlah penduduk adalah fertilitas. Fertilitas menyangkut banyaknya bayi atau anak lahir hidup yang dilahirkan oleh wanita atau sekelompok wanita. Banyaknya anak yang dilahirkan akan membawa konsekuensi terhadap kesejahteraan rumah tangga. Semakin banyak jumlah anak, berarti semakin besar tanggungan kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual anggota rumah tangganya. Bagi rumah tangga terutama mereka dengan kondisi ekonomi yang lemah, maka pengaturan jarak kelahiran anak sesudah yang dilahirkan dan kehamilan yang berikutnya merupakan salah satu cara bagi tercapainya keluarga yang sejahtera.

Perkawinan merupakan komponen yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap fertilitas yang merupakan salah satu unsur pertumbuhan penduduk. Pada dasarnya ada dua macam bentuk perkawinan, pertama yang menunjukkan perubahan status dari belum kawin ke status kawin. Kedua, kawin kembali, yaitu perubahan dari status cerai menjadi status kawin kembali. Dalam kaitan dengan subbagian ini, definisi yang digunakan adalah yang pertama, yaitu perubahan dari status belum kawin menjadi kawin.

Wanita berumur 10 tahun ke atas yang melangsungkan perkawinan, akan melalui suatu proses biologis, yaitu melahirkan berulang kali sampai dengan masa menopause. Oleh karena itu, umur perkawinan pertama dianggap mempengaruhi panjangnya masa reproduksi. Semakin muda seorang wanita menikah, maka

Gambar

Gambar  2.1  Skema  dari  Faktor  Sosial  yang  Memengaruhi  Fertilitas  Melalui  Variabel Antara
Gambar 2.2 Faktor yang Memengaruhi Fertilitas oleh Ronald Freedman 1962   Sumber : World Fertility Survey 1977
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Tabel  4.1  Persentase  Umur  Kawin  pertama  di  Wilayah  Kota  Padangsdimpuan dan Sumatera Utara

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

&#34;etelah dilakukan desineksi pada daerah anogluteal kemudian daerah operasi ditutup duk steril. 2risan pertama dimulai dengan irisan kulit intergluteal dilan+utkan membuka

Penemuan penderita TB paru di Puskesmas Paringgonan dilakukan secara pasif dan penemuan kasus secara aktif.Petugas TB turun ke desa untuk melakukan penemuan kasus

Dari hasil wawancara kepada 5 Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendidikan Kabupaten Humbang Hasundutan permasalahan yang terjadi yaitu masih rendah kerja sama dengan sesama rekan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada kentang yang digoreng dengan menggunakan minyak kacang tanah dan minyak kelapa sawit

Dalam pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis ada tata laksana yang harus dilaksanakan, mulai dari advokasi, koordinasi, sosialisasi, persiapan tenaga pelaksana

Oleh karena itu ada cara dimana anda bisa menanam sayuran dengan memanfaatkan air sebagai media pengganti tanahnya atau yang disebut juga dengan hidroponik?. Bagi yang mempunyai

Metodologi penelitian yang digunakan dalam pembuatan CD Pembelajaran Interaktif Pengenalan Budaya Indonesia Untuk Anak Sekolah Dasar kelas III sampai VI ini adalah

Diharapkan data ramalan jumlah pasien stroke secara keseluruhan dan jumlah pasien stroke berdasarkan jenis perawatan dapat digunakan oleh RS Stroke Nasional Bukittinggi