• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM PENYUSUN LAKIP TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM PENYUSUN LAKIP TAHUN 2015"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

TIM PENYUSUN

LAKIP TAHUN 2015

Penasehat : Drs. Zulkifli, Apt Ketua : Dra. Amyelli, Apt

Sekretaris : Dra. Meilifa, Apt, MSi

Anggota :

1. Drs. M. Suhendri, M.Farm, Apt 2. Dra. Meilifa, M.Si, Apt

3. Drs. Asrianto, Apt, MM 4. Dra. Patria Dahelen, Apt 5. Dra. Armawati Anwar, Apt 6. Drs. Legafatman, Apt 7. Elyunaida, S.Si, Apt

8. Linda Gusrini, S.Si, M.Farm, Apt 9. Yuwizar

10. Ade Aryeni, S.Farm, Apt 11. Yetti Kemala Sari, A.Md

Editor :

1. Gusnardi Ilyas

2. Sony Aulia Dwita A.M

(2)
(3)

Nagari Cupak Kabupaten Solok mendapat peringkat satu sebagai desa Pangan Aman (PAMAN) se-Indonesia. Pemilihan Desa PAMAN ini dilakukan penilaian/verifikasi oleh Tim Badan POM RI bersama Kementerian Pemberdayaan Masyarakat Republik Indonesia.

Kelebihan yang dipunyai oleh Nagari Cupak sebagai desa PAMAN Terbaik se- Indonesia adalah :

- Mempunyai data-data yang lengkap dan sesuai dengan Laporan Balai Besar POM di Padang

- Meningkatnya jumlah kader Keamanan Pangan di setiap jorong dengan fungsi memberikan penyuluhan kepada Komunitas sekolah dan Pedagang pasar dan penjual gorengan.

- Tim Keamanan Pangan Desa memiliki komitmen yang tinggi, yang ditandai dengan turun langsung ke pasar untuk memantau Bahan Berbahaya.

- Produk Industri Rumah Tangga Pangan (PIRT) yang tidak memperoleh nomor PIRT - Komitmen yang tinggi dari Pemerintah daerah terkait seperti Dinas Kesehatan.

(4)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

DAFTAR ISI

i Tim Penyusun LAKIP ii Kata Pengantar iii Daftar Isi

1 I. PENDAHULUAN

1 A. Gambaran Umum Organisasi 2 B. Tugas Pokok dan Fungsi

3 C. Struktur Organisasi

6 D. Analisis Perkembangan Strategis 9 E. Isu Strategis

11 F. Permasalahan Utama

13 II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA 13 A. Visi

14 B. Misi

17 C. Tujuan Strategis 18 D. Sasaran Strategis 21 E. Rencana Kinerja 2015

22 F. Penetapan Kinerja/ Perjanjian Kinerja 24 III. AKUNTABILITAS KINERJA

26 A. Capaian Kinerja Balai Besar POM di Padang 46 B. Realisasi Anggaran Balai Besar POM di Padang 48 IV. PENUTUP

48 A. Kesimpulan 49 B. Saran LAMPIRAN

(5)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

BAB I

PENDAHULUAN

etetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan Nepotisme, pemerintah telah menerbitkan instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab.

K

e

pemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan prasyarat setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara. Pemerintahan memegang peranan penting dalam mewujudkan Good Governance karena fungsi pengaturan yang memfasilitasi sektor dunia usaha dan masyarakat, serta fungsi administrasinya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor: 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan dengan Keputusan Presiden Nomor: 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Fungsi Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Kemudian berdasarkan Peraturan Presiden Nomor: 3 Tahun 2013 diatur bahwa Badan POM merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedudukan dibawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden, berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan . Tugas dan Fungsi Badan POM diatur dengan Keputusan Presiden Nomor: 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon 1 Lembaga Pemerintah Non Departemen, kemudian diubah dengan peraturan Presiden Nomor: 4 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tugas Eselon 1 Lembaga Pemerintah Non Kementrian.

K

A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI

(6)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor: 166 Tahun 2000, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor: 103 Tahun 2001, tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggungjawab kepada Presiden.

Balai Besar POM di Padang adalah Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor: 05018/SK/KBPOM, Tahun 2001 dan telah diubah dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor: HK.00.05.21.4232 Tanggal 27 September 2004. Dalam pelaksanaan tugasnya didukung oleh sumber daya manusia dan sarana/ peralatan, dengan wilayah kerja yang mencakup 12 Kabupaten dan 7 Kotamadya.

Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, Balai Besar POM di Padang menyelenggarakan fungsi sbb :

1. Penyusunan rencana dan program Pengawasan Obat dan Makanan.

2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif lain, obat

tradisional, kosmetika, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

3. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi.

4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi.

5. Pelaksanaan penyelidikan & penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.

6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI.

7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian teranokoko, pangan dan bahan berbahaya.

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan

10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI sesuai dengan bidang tugasnya.

Balai Besar POM di Padang mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya.

B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

(7)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

KEPALA

SUB BAGIAN TATA USAHA

BIDANG SERTIFIKASI

DAN LIK

BIDANG PENGUJIAN PANGAN, BB &

MIKROBIOLOG I

BIDANG PENGUJIAN TERANOKOKO

BIDANG PEMERIKSAAN

DAN PENYIDIKAN

SEKSI SERTIFIKASI

SEKSI LIK

SEKSI PEMERIKSAAN

SEKSI PENYIDIKAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI LAB

MIKROBIOLOGI SEKSI LAB

PANGAN

Berdasarkan keputusan Kepala Badan POM RI Nomor: HK 00.05.21.4232 Tanggal 27 September 2004, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan POM RI dan Peraturan Kepala BPOM Nomor: 14 Tahun 2014 tentang, struktur organisasi dan tugasnya, Balai Besar POM di Padang menjadi sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Padang C. STRUKTUR ORGANISASI

(8)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Masing-masing Bidang, Seksi dan Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

1) Bidang Pengujian Teranokoko

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengujian Teranokoko menyelenggarakan fungsi :

i. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian produk terapetik.

ii. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian produk narkotika dan psikotropika

iii. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian produk obat tradisional dan produk komplemen

iv. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian produk kosmetik.

2) Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi menyelenggarakan fungsi :

i. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian pangan dan bahan berbahaya.

ii. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian mikrobiologi.

Bidang Pengujian Produk Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi terdiri dari :

a. Seksi Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya : mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana &

program, evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian pangan dan berbahaya.

b. Seksi Laboratorium Mikrobiologi : mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian mikrobiologi.

(9)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

3) Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan menyelenggarakan fungsi :

i. Penyusunan rencana dan program pemeriksaan dan penyidikan Obat dan Makanan

ii. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

iii. Pelaksanaan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

iv. Evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan dan penyidikan obat dan makanan.

Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan terdiri dari :

a. Seksi Pemeriksaan : mempunyai tugas melakukan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

b. Seksi Penyidikan : mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

4) Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Sertifikasi dan Layanan informasi Konsumen menyelenggarakan fungsi :

i. Penyusunan rencana dan program sertifikasi produk dan layanan informasi konsumen

ii. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu.

iii. Pelaksanaan layanan informasi untuk konsumen.

iv. Evaluasi dan penyusunan laporan sertifikasi produk dan layanan informasi konsumen.

Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen terdiri dari :

a. Seksi Sertifikasi mempunyai tugas melakukan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu.

b. Seksi Layanan Informasi Konsumen mempunyai tugas melakukan pelayanan informasi konsumen.

(10)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

5) Sub Bag Tata Usaha

Mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Balai Besar POM di Padang.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Balai Besar POM di Padang di dukung dengan sarana prasarana dan sumber daya sebagai berikut :

a. Sumber Daya Manusia

Jumlah Pegawai Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Padang per 31 Desember 2015 adalah 106 orang dengan rincian berikut :

Tabel 1.1

Profil Pegawai BBPOM di Padang Menurut Pendidikan dan Unit Kerja No Unit Kerja

Pendidikan

Total S2 Apt S1

Bio

S1

Lain D3 SMF SLTA SLTP SMAK

1 Kepala Balai 1 1

2 Sub Bag Tata Usaha 1 2 6 3 2 5 3 22

3 Seksi Pemeriksaan 2 5 4 2 5 2 20

4 Seksi Penyidikan 1 1 3 5

5 Seksi Pengujian Pangan

dan BB 1 5 2 1 3 1 1 15

6 Seksi Pengujian

Mikrobiologi 2 1 1 4 1 1 10

7 Bidang Teranakoko 3 11 1 3 4 2 1 25

8 Seksi LIK 2 2 4

9 Seksi Sertifikasi 1 1 1 1 4

Total 13 29 1 16 13 16 10 5 3 106

D. ANALISIS PERKEMBANGAN STRATEGIS

(11)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Untuk mencapai perjanjian kinerja tahun 2015, keterbatasan tenaga dibantu dengan tenaga honorer sebanyak 22 orang, terdiri atas pramubakti di laboratorium pengujian 7 orang,Pemdik 2 orang,Serlik 3 orang dan Tata Usaha 10 orang (termasuk satpam dan sopir)

(12)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

b. Sarana Gedung

Tanah yang digunakan untuk bangunan gedung Balai Besar POM di Padang seluas 3167 m2 dengan sertifikat hak milik Ditjen POM Depkes Propinsi Sumatera Barat, tanah tersebut diserahkan ke Balai Besar POM di Padang dalam 2 tahap. Tahap I yaitu pada tahun 1977 (pengembangan gedung) seluas 2700 m2 dan tahap II seluas 467 m2 pada tahun 1995. Untuk pengembangan gedung, luas tanah tidak memungkinkan lagi karena masing-masing sisi sudah berbatasan langsung dengan jalan raya dan kantor Labkesda. Pengembangan Balai Besar POM di Padang dilakukan dengan membuat bangunan bertingkat. Saat ini bangunan yang digunakan seluas 2700 m2. Rumah dinas terletak tidak berapa jauh dari lokasi kantor dengan luas 150 m2, tanah yang digunakan untuk membangun rumah dinas, semua milik Ex Ditjen POM Depkes Propinsi Sumatera Barat dan telah diserahkan tahun 2011.

c. Sarana Transportasi

Luas Wilayah Sumatera Barat : 42.297,30 km2, yang merupakan catchman area dari Balai Besar POM di Padang. Kabupaten dan Kota yang menjadi wilayah kerja Balai Besar POM di Padang berjumlah 19 Kab/ Kota terdiri dari 7 Kotamadya dan 12 Kabupaten. Pada umumnya transportasi yang digunakan untuk menjangkau seluruh wilayah kerja adalah melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan umum yang cukup tersedia setiap hari, sedangkan untuk Kepulauan Mentawai menggunakan transportasi laut berupa kapal penumpang umum dengan jadwal keberangkatan 1 x dalam seminggu atau pesawat udara dan seiring dengan perkembangan teknologi sudah ada kapal cepat 3 x seminggu ke Pulau Sipora dan 1 x seminggu ke Pulau Siberut dan Sikakap.

d. Sarana Komunikasi dan Informasi

Saat ini telah terpasang jaringan eksternal WAN (Wide Area Network) dengan implementasinya menggunakan VPN (Virtual Private Network) sehingga Balai Besar POM di Padang telah dapat mengakses internet dan komunikasi data secara langsung. Layanan VPN ini terkoneksi via Switch dan Router kepada 10 komputer (access point) dan terpusat di Bidang TI Badan POM dengan Bandwith 3 Mbps. Pada akhir tahun 2011 Balai Besar POM di Padang juga telah mendapatkan bantuan infrastruktur TIK dari Bidang TI PIOM Badan POM RI salah satunya adalah seperangkat alat Video Confrence yang digunakan untuk melakukan Video Call dengan Badan POM RI dan Balai Besar POM/ Balai POM di seluruh Indonesia sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

(13)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

e. Sumber Daya Energi

Untuk penerangan digunakan listrik PLN dengan daya 54,7 KVA. Pada tahun 2011 dilakukan penambahan daya listrik menjadi 105 KVA dengan penambahan alat-alat laboratorium dan pada Tahun 2012 dinaikkan lagi menjadi 147 KVA. Untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik, Balai Besar POM di Padang dilengkapi dengan generator dengan kapasitas 100 KVA.

f. Sarana Laboratorium

Peralatan utama laboratorium pengujian masih dirasakan kurang karena sebagian ada yang rusak disebabkan telah berumur lebih 10 tahun dan tehnisi untuk perbaikan butuh waktu yang lama untuk datang melaksanakan perbaikan. Untuk melengkapi standar minimal laboratorium, selama tahun 2015 terdapat 13 unit peralatan laboratorium yang diadakan.

.

g. Anggaran Tahun 2015

Anggaran yang disediakan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan tertuang dalam DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggara (DIPA) tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 22.387.500.000,- (Rupiah Murni) dan Rp. 1.200.000.000,- (PNBP) dengan realisasi anggaran Rp 19.650.562.381,-

Berdasarkan data pengawasan Obat dan Makanan di Propinsi Sumatera Barat beberapa tahun terakhir, peredaran Obat dan Makanan Ilegal cenderung meningkat dan mengkhawatirkan. Berbagai jenis obat dan obat tradisional (herbal medicine) dan suplemen makanan tanpa ijin edar dan tidak memenuhi syarat (TMS) banyak ditawarkan mulai dari kios di pinggir jalan, fasilitas olahraga (fitness) bahkan melalui fasilitas internet, transaksi on-line dan media jejaring sosial. Peredaran kosmetik ilegal juga semakin meningkat baik kosmetik impor maupun lokal, terutama untuk sediaan perawatan kulit (krim pemutih dan pelembab) dan sediaan rias wajah. Hal ini disebabkan karena tuntutan masyarakat yang lebih menyenangi efek instan dari suatu produk kecantikan seperti kulit putih seketika, wajah yang cantik dan menarik dengan permainan warna-warna yang dekoratif tanpa memikirkan efek samping yang berbahaya.

Melalui penawaran harga yang murah, menjadikan produk tersebut lebih terjangkau dan semakin banyak diminati masyarakat.

E. ISU STRATEGIS E. ISU STRATEGIS

(14)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Penggunaan bahan tambahan pangan yang dilarang seperti boraks sebagai pengenyal dan perenyah, rhodamin B ( pewarna tekstil ) yang digunakan pada produk pangan industri rumah tangga masih ditemukan di Provinsi Sumatera Barat terutama ditemukan pada sediaan kerupuk nasi, peyek kacang dan dalimo, kue talam, kerupuk merah dll. Penggunaan bahan berbahaya dalam pangan disinyalir karena kepedulian masyarakat yang masih terbatas terhadap keamanan pangan, khususnya masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Disamping itu faktor penyebab lain adalah kemudahan mendapatkan bahan berbahaya di pasaran dengan harga yang relatif murah, keefektifan fungsi dari bahan berbahaya tersebut untuk menghasilkan efek yang diinginkan dalam pangan serta dampak terhadap kesehatan yang tidak langsung dirasakan.

Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus mendapat perhatian terhadap pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Pelaku usaha sebagai produsen pangan terutama industri rumah tangga wajib memahami prinsip-prinsip keamanan pangan (hygiene sanitasi dan penggunaan bahan tambahan pangan yang benar) sehingga produk yang beredar memenuhi standar mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Permasalahan keamanan pangan serta potensi risiko dapat terjadi di setiap mata rantai pangan, sehingga diperlukan upaya-upaya secara komprehensif dan terus menerus agar pangan yang dikonsumsi tetap aman dan bermutu.

Kasus keracunan makanan yang masih ditemukan merupakan potensi resiko keamanan pangan yang masih dijumpai dalam kehidupan masyarakat di Sumatera Barat. Kondisi ini menunjukkan bahwa penanganan kasus keracunan pangan belum menjadi perhatian serius, umumnya bahan yang tercemar adalah pangan rumahtangga. Untuk itu perlu dilakukan kemitraan dan advokasi antara Balai Besar POM di Padang dengan lintas sektor terkait maupun dengan SKPD pemerintah Provinsi ataupun Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Advokasi ini penting untuk menyelesaikan atau mencegah timbulnya kembali keracunan pangan dan perlu ada komitmen dan pandangan yang sama untuk permasalahan ini.

Kemudian sejalan dengan perkembangan global dan penandatanganan Deklarasi tentang percepatan pembentukan komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang fokus pada tiga pilar komunitas ASEAN yaitu ASEAN Political-Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Cultural Community, maka pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah mempersiapkan dan memberikan perhatian pada program-program prioritas produk yang perlu diharmonisasikan standarnya termasuk standar obat tradisional, kosmetika dan

(15)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

pangan yang merupakan beberapa sektor prioritas percontohan dalam integrasi ekonomi ASEAN. Salah satu perkuatan yang perlu mendapat perhatian penting adalah pelaku usaha, terutama usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di bidang kosmetik, obat tradisional dan pangan.

Industri kecil pangan dan industri rumah tangga pangan di Provinsi Sumatera Barat tumbuh dengan pesat. Pertumbuhan perekonomian dipicu oleh permintaan masyarakat yang meningkat terhadap komoditi yang murah akibat daya beli masyarakat yang belum membaik.

Kesiapan dalam mewujudkan Harmonisasi ASEAN di bidang kosmetik, obat tradisional dan pangan meliputi kesiapan regulasi, sistem penilaian kesesuaian, pengawasan produk, pembinaan dan pembingan UMKM. Semua instansi yang terlibat dalam pembinaan UMKM harus mempersiapkan infrastruktur sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing.

Berdasarkan kondisi diatas, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi Balai Besar POM di Padang sesuai dengan peran dan kewenangannya yaitu :

1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi publik dalam rangka mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan,

3. Penguatan kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Padang, serta

meningkatkan dan efektifitas pengelolaan sumber daya permasalahan ini dapat dijabarkan atas permasalahan internal dan eksternal.

INTERNAL

1. Perubahan sistem dalam pelaksanaan Pengawasan Obat dan Makanan yang terjadi dan berakibat pada pengukuran capaian sasaran yang telah

ditetapkan.

2. Keterbatasan sumber daya antara lain Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana (terutama alat laboratorium, reagensia dan media), serta Anggaran.

3. Ketidak sinergisnya sistem antara keuangan, Pemdik dan Serlik dalam siklus pertanggungjawaban keuangan sehingga realisasi tidak sesuai dengan target yang direncanakan di awal tahun, hal ini ikut mempengaruhi kinerja pengujian yang berhubungan dengan jadwal dan jumlah sampel masuk.

F. PERMASALAHAN UTAMA

(16)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

EKSTERNAL

1. Makin maraknya penggunaan bahan berbahaya yang tidak diperuntukkan Obat dan Makanan.

2. Ketidakmampuan produsen memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan sehingga berakibat pada menurunnya pemenuhan persyaratan mutu produk.

3. Kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan (dinas kesehatan kota/kabupaten).

(17)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

ENSTRA merupakan produk dari perencanaan strategis. Perencanaan strategis adalah suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul.

RENSTRA Balai Besar POM di Padang yang mencakup visi, misi, tujuan, sasaran strategis serta cara pencapaian tujuan tersebut akan diuraikan dalam bab ini.

Kemudian sasaran yang ingin dicapai dalam tahun 2015 akan dijelaskan dalam Rencana Kinerja Tahun 2015 (lampiran 2).

Penjelasan Visi :

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan yang dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:

R

Visi Balai Besar POM di Padang

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”

A. VISI

(18)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Aman :

Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan Makanan telah melalui analisa dan kajian sehingga risiko yang mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan meyakinkan, keamanan memadai dan mutunya terjamin.

Daya Saing :

Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk bangsa untuk interaksi daya saing di masa depan. Agar menjadi kompetitif, dalam arti ini adalah memiliki peluang untuk menang bagi sejumlah pemain industri yang menghadapi biaya tinggi

Misi merupakan penjabaran dari Visi. Misi berfungsi untuk menjelaskan mengapa suatu organisasi mesti ada, apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Misi Balai Besar POM di Padang adalah:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

3. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan BBPOM di Padang.

B. MISI

(19)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata yang dijabarkan dalam bentuk Misi BPOM yang diadopsi oleh BBPOM di Padang.

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi pemeriksaan ,sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban BBPOM di Padang dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Pelaku Usaha mempunyai peran yang strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan yaitu bertanggung jawab memenuhi standar dan persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Dengan demikian diharapkan Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu. Sebagai lembaga pengawas, Balai Besar POM di Padang harus mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai Besar POM tidak dapat berjalan sendiri sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku kepentingan lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan.

Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu

dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai

di seluruh Indonesia termasuk Balai Besar POM di Padang. Hal ini tentunya

menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena

kebijakan yang diambil harus bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintahan

Daerah sehingga pengawasan tetap berjalan dengan efektif dan efisien.

(20)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

3. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan BBPOM di Padang

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang memadai dalam mencapai kapasitas unit kerja yang kuat. Hal ini membutuhkan sumber daya yang meliputi 5 M (man, material, money,

method, and machine),yang merupakan modal penggerak organisasi. Sumber

daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana- prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BBPOM harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi. Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi BPOM. Pengawasan

post-market yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka

memperkuat BPOM menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan Rencana Strategis Balai Besar POM di Padang Tahun 2015-2019 , diharapkan BBPOM mampu melindungi masyarakat dengan optimal. BBPOM di Padang juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan merupakan potensi yang perlu diperkuat.

Semua itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal. Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar (learning organization).Untuk mendukung itu, maka BBPOM di Padang perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing )

Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan adanya :

1. Kebutuhan ataupun tuntutan pada masyarakat yang menginginkan pemeliharaan dan perlindungan diri dan keluarganya dari penggunaan produk sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan yang tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan serta melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, psikotropik, zat adiktif serta bahan kimia yang merugikan masyarakat.

2. Peran laboratorium sebagai penunjang utama pengawasan merupakan salah satu kekuatan Balai Besar POM di Padang dalam menetapkan diagnosis terjadinya penyimpangan atas persyaratan mutu dan keamanan suatu produk. Untuk mewujudkan visi melalui misi yang telah ditetapkan

(21)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

tersebut laboratorium pengujian Balai Besar POM di Padang perlu meningkatkan kemampuan dan menjaga mutu hasil pengujiannya.

3. Melakukan audit komprehensif terhadap sarana produksi dan distribusi produk obat, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan dan produk pangan.

Selain itu penegakan hukum terhadap pelanggaran di bidang Obat dan Makanan lebih ditingkatkan guna lebih melindungi keselamatan masyarakat dari risiko peredaran produk obat, obat tradisional, suplemen makanan, kosmetik dan produk pangan yang tidak memenuhi syarat.

4. Dengan meningkatnya pengawasan produk obat, narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) serta pemberian informasi yang tepat dan benar tentang bahaya penyalahgunaan dan penggunaan yang salah dari produk obat, narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Audit komprehensif dan pemeriksaan setempat, meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait secara profesional, meningkatkan pengawasan NAPZA di jalur legal, serta meningkatkan pengawasan iklan obat dan rokok.

5. Semakin maraknya ditemukan produk-produk pangan hasil industri rumah tangga, yang merupakan aset penunjang perekonomian Indonesia secara luas dan umumnya dikelola secara sederhana dan tradisional. Dalam upaya pengembangan produk industri rumah tangga pangan dalam memelihara mutu dan keamanan produknya bersama-sama dengan instansi terkait di kab/kota dan sekaligus sebagai jembatan untuk meningkatkan koordinasi dan kemitraan dalam melaksanakan tugas pengawasan di lapangan.

Misi dan Tujuan tersebut telah dijabarkan kedalam sasaran strategis BPOM di Padang yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun dan dialokasikan dalam 5 periode tahunan melalui serangkaian

Tujuan Visi Misi adalah:

1.

Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman

2. .Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi

C. TUJUAN STRATEGIS

(22)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu rencana kinerja.

Sasaran strategis Balai Besar POM di Padang merupakan penjabaran dari misi dan tujuan yang telah ditetapkan dan menggambarkan yang akan dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun dan dialokasikan dalam 5 periode secara tahunan melalui serangkaian kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Kinerja. Sasaran strategis yang telah di tetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis tersebut.

SASARAN STRATEGIS SELAMA LIMA TAHUN

Capaian Sasaran Strategis ini diukur menggunakan indikator sebagai berikut : a) Persentase Obat yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2019

ditargetkan sebesar 94%.

b) Persentase Produk Obat Tradisional yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2019 ditargetkan sebesar 84%.

c) Persentase Produk Kosmetik yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2019 ditargetkan sebesar 93%.

d) Persentase Produk Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2019 ditargetkan sebesar 83%.

e) Persentase Makanan yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2019 ditargetkan sebesar 82%.

Capaian Sasaran Strategis ini diukur menggunakan indikator sebagai berikut :

Sasaran Strategis 1

MENGUATNYA SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Sasaran Strategis 2

MENINGKATNYA KEMANDIRIAN PELAKU USAHA, KEMITRAAN DENGAN PEMANGKU KEPENTINGAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

D. SASARAN STATEGIS

(23)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

a. Tingkat kepuasan masyarakat hingga akhir tahun 2019 ditargetkan sebesar 85 %.

b. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan hingga akhir tahun 2019 sebanyak 14 Kabupaten/Kota.

Capaian Sasaran Strategis ini diukur menggunakan indikator ialah Nilai SAKIP Balai Besar di Padang dari Badan POM hingga akhir tahun 2019 ditargetkan adalah AA

Tabel 2. 1

Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM Tahun 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA Obat dan

Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa

Meningkatkan sistem

pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman,

berkhasiat/ber manfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

1. Persentase obat yang memenuhi syarat*);

2. Persentase obat

Tradisional yang memenuhi syarat*);

3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat*);

4. Persentase Suplemen Kesehatan yang

Sasaran Strategis 3

MENINGKATNYA KUALITAS KELEMBAGAAN BBPOM

(24)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

VISI MISI TUJUAN SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

memenuhi syarat*);

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat*).

Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam

memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi

Meningkatny a

kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan

partisipasi masyarakat

1. Tingkat Kepuasan Masyarakat*);

2. Jumlah

Kabupaten/Ko ta yang

memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan;

Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Meningkatny a Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

1. Nilai SAKIP Balai Besar POM di Surabaya dari BPOM

*) Indikator Kinerja Utama

(25)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Rencana Kinerja memuat informasi tentang sasaran tahunan yang ingin dicapai pada tahun 2015, indikator kinerja sasaran , rencana capaiannya serta program kegiatan. Rencana Kinerja tahun 2015 dituangkan dalam Keputusan Kepala Balai Besar POM di Padang Nomor : OR.03.02.84.01.16.429 Tentang Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar POM di Padang .

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Indikator dari sasaran ini adalah :

a. Persentase Obat yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2015 ditargetkan sebesar 92,0 %.

b. Persentase Produk Obat Tradisional yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2015 ditargetkan sebesar 80%.

c. Persentase Produk Kosmetik yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2015 ditargetkan sebesar 89%.

d. Persentase Produk Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2015 ditargetkan sebesar 79%.

e. Persentase Makanan yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2015 ditargetkan sebesar 74,18%.

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat.

Indikator dari sasaran ini adalah :

a. Tingkat kepuasan masyarakat hingga akhir tahun 2015 ditargetkan 75.

b. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan hingga akhir tahun 2015 sebanyak 10 Kabupaten/Kota.

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BBPOM di Padang.

Indikator dari Sasaran ini adalah :

a. Nilai SAKIP Balai Besar di Padang dari Badan POM hingga akhir tahun 2015 ditargetkan adalah B

E. RENCANA KINERJA 2015

(26)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis telah ditetapkan 17 sub kegiatan sebagai berikut :

1. Perkara dibidang Penyidikan Obat dan Makanan

2. Investigasi Awal Pelanggaran di Bidang Obat dan Makanan

3. Sarana dan Prasarana yang Terkait Pengawasan Obat dan Makanan 4. Dokumen Perencanaan, Penganggaran dan Evaluasi yang Dihasilkan 5. Layanan Informasi Pengawasan Obat dan Makanan

6. Sarana Produksi Obat dan Makanan yang diperiksa 7. Sarana Distribusi Obat dan Makanan yang diperiksa

8. Laporan Kegiatan Dukungan Teknis dan Managemen Laboratorium 9. Alat Laboratorium yang diadakan

10. Sampel yang diuji Menggunakan Parameter Kritis di Padang 11. Sampel Pangan Fortifikasi yang memenuhi Ketentuan 12. Desa Kelurahan yang ditervensi Program Keamanan Pangan

13. Laporan Dukungan Teknis Investigasi Awal dan Penyidikan diBidang Obat dan Makanan

14. Layanan Perkantoran 15. Kendaraan Bermotor

16. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 17. Peralatan dan fasilitas Perkantoran

Penetapan Kinerja / Perjanjian Kinerja disusun setiap tahun yang didasarkan pada Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang ditetapkan dalam dalam dokumen Penetapan Kinerja. Dokumen Rencana Tahunan disusun berdasarkan dokumen Rencana Strategis.

Perjanjian Kinerja adalah :

Kesepakatan Kinerja yang terukur dari pemberi amanah (pimpinan yang lebih tinggi) kepada penerima amanah (pimpinan

lebih rendah) berdasarkan sumber daya yang tersedia.

F. PENETAPAN KINERJA/ PERJANJIAN KINERJA

(27)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Penetapan Kinerja/ Perjanjian Kinerja Balai Besar POM di Padang tahun 2015 secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Penetapan Kinerja/ Perjanjian Kinerja Tahun 2015 (lampiran 5).

(28)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

engukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi organisasi. Pengukuran ini dilakukan untuk menaikkan akuntabilitas kinerja dan dilakukan dengan cara menghitung realisasi setiap indikator dari setiap sasaran strategis sesuai defenisi operasional indikator, yang ditetapkan pada saat pengukuran kinerja. Selanjutnya dihitung capaian kinerja untuk masing-masing indikator dengan cara membandingkan antara realisasi dengan target yang telah ditetapkan pada perjanjian kinerja.

Menurut Per Men PAN No.53, tahun 2014, untuk menentukan capaian kinerja dapat digunakan rumus sebagai berikut :

1. Untuk indikator positif (Semakin tinggi realisasi, semakin baik kinerja) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

P

% Capaian = Realisasi x 100%

Target

(29)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

2. Untuk indikator negatif (Semakin tinggi realisasi, semakin buruk kinerja) yang satuannya dalam % dapat dihitung dengan rumus:

3. Untuk indikator negatif (Semakin tinggi realisasi, semakin buruk kinerjanya) yang satuannya Bukan dalam % dapat dihitung dengan rumus:

Tabel 3.1 Kriteria Pencapaian Indikator Kinerja

Skala Penilaian Kategori Penilaian

> 125% Tidak dapat disimpulkan

100% ≤ x ≤ 125% Memuaskan

90% ≤ x < 100% Baik

70% ≤ x <90% Cukup

< 70% Kurang

% capaian = (100% – Realisasi) x 100%

(100% - Target)

% capaian = (2 x Target) – Realisasi x 100%

Target

(30)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Dari hasil pengukuran kinerja yang telah dilakukan untuk program/kegiatan pada sasaran strategis ini adalah:

Tabel 3.2 Capaian Kinerja

NO. SASARAN STRATEGIS CAPAIAN

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Memuaskan (103,88 %)

2.

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Memuaskan (123,71 %)

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

Baik

Secara keseluruhan capaian kinerja Balai Besar POM di Padang tahun 2015 dapat ditampilkan sebagai berikut:

1. Menguatnya sistem Pengawasan Obat dan Makanan dengan indikator kinerja sebagai berikut

Capaian sasaran strategis 1 didukung oleh lima indikator kinerja kegiatan:

a. Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis dengan capaian sebesar 103,4 %

b. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) dengan capaian sebesar 96,15 %

c. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan dengan capaian sebesar 111,99 %

A. CAPAIAN KINERJA BALAI BESAR POM DI PADANG

(31)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

d. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan dengan capaian sebesar 124,1%

e. Jumlah perkara di bidang obat dan makanan dengan capaian sebesar 109,79%

Dari lima indikator sasaran ini didapatkan rata - rata 109,09% dengan kategori memuaskan, dimana satu diantara capaian nya 96,15% yaitu persentase obat tradisional yang belum memenuhi target yang selanjutnya dapat dianalisis penyebabnya

2. Meningkatnya kemandiraan pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dengan indicator kerja:

a. Tingkat kepuasan masyarakat dengan capaian sebesar 107.41%.

b. Jumlah Kabupaten/Kota yang Memberikan Komitmen untuk Pelaksanaan Pengawasan Obat dan Makanan dengan Memberikan Alokasi Anggaran Pelaksanaan Regulasi Obat dan Makanan Jumlah Kabupaten/Kota yang Memberikan Komitmen untuk Pelaksanaan Pengawasan Obat dan Makanan dengan Memberikan Alokasi Anggaran Pelaksanaan Regulasi Obat dan Makanan dengan capaian 140%

Pencapaian kinerja sasaran kedua ini sebesar 123,71% kategori sasaran kedua ini MEMUASKAN, tetapi untuk indikator sasaran point keduanya 140%

tidak dapat disimpulkan, dan penyebabnya akan dianalisis selanjutnya.

(32)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

3.

Untuk sasaran meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai POM, sasaran ketiga dapat dianalisis , dimana nilai SAKIP BBPOM Padang dari Badan POM RI adalah: B sesuai atau berhasil terhadap sasaran strategis ketiga ini.

Capaian Sasaran strategis 3 didukung oleh 2 indikator kinerja kegiatan : 1. Presentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar dengan

capaian sebesar 103,19%.

2. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu dengan capaian sebesar 100%.

ANALISIS

AKUNTABILITAS

Sasaran stategis 1 ini mempunyai lima indikator kerja utama yang analisis pencapaiannya sebagai berikut:

1.

Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2015

Tabel 3.3 Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2015

No. Indikator Kinerja Target (%) Realisasi (%) % Capaian 1 Persentase Obat yang Memenuhi

Syarat

92,00 95,13 103,4

2 Persentase Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat

80,00 76,92 96,15

3 Persentase Kosmetik yang Memenuhi 89 99,67 111,99

Sasaran Strategis 1

“Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan”

Kategori Capaian : Memuaskan

(33)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Syarat

4 Persentase Suplemen Kesehatan yang Memenuhi Syarat

79 98,039 124,1

5 Persentase Makanan yang Memenuhi Syarat

74,18 81,44 109,79

RATA-RATA 109,09

Persentase capaian kinerja utama tahun 2015 berkisar antara 96,15% s/d 124,1%. Dari lima indikator kinerja utama tersebut hasinya baik dan memuaskan. Dari lima komoditi yang diawasi BBPOM di Padang , pencapaian terendah pada indikator persentase obat tradisional yang memenuhi syarat sebesar 96,15% terhadap target. Perhitungan dilakukan hanya pada produk obat, obat tradisional, kosmetik dan makanan yang mempunyai nomor izin edar ( NIE ) dari Badan POM sesuai definisi operasional pada Renstra BBPOM di Padang tahun 2015-2019.

2. Perbandingan realisasi kinerja Tahun 2015 dengan tahun sebelumnya

Realisasi kinerja sasaran strategis 1 tahun 2015 dengan 2014 tidak bisa dibandingkan karena perbedaan parameter uji laboratorium, di mana pada tahun 2014 menggunakan 10 parameter uji, sedangkan pada tahun 2015 menggunakan parameter kritis.

(34)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Tabel 3.4

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah

NO INDIKATOR

KINERJA

TARGET TAHUN 2015 TARGET TAHUN 2019

Target 2015

Realisasi

2015 % Capaian Target 2019

Realisasi

2015 % Capaian 1 Persentase obat yang

memenuhi syarat 92.00 95,13% 103,4% 94.00 95,13% 101,2%

2

Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat

80.00 76,92% 96,15% 84.00 76,92% 91,57%

3 Persentase Kosmetik

yang memenuhi syarat 89.00 99,67% 111,99% 93.00 99,67% 107,17%

4

Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat

79.00 98,04% 124,1% 83.00 98,04% 118,12%

5 Persentase makanan

yang memenuhi syarat 74,18 81,44% 109,79% 82 81,44% 99,32%

Rata-Rata 109,09% 103,48%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa setelah realisasi kinerja tahun 2015 dibandingkan dengan target jangka menengah tahun 2019 diperoleh hasil rata-rata capaian sebesar 103,48%, yang menunjukkan bahwa realisasi tahun 2015 sudah melampaui target tahun 2019. Namun, dengan adanya perbedaan prioritas sampling di setiap tahun, dan perbedaan trend konsumsi masyarakat maka kemungkinan akan ada fluktuasi capaian di setiap tahun hingga tahun 2019.

(35)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

4. Analisis penyebab keberhasilan / kegagalan atau peningkatan / penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan

Hasil pengukuran capaian kinerja tahun 2015 ini didapatkan satu indikator kinerja yang belum mencapai target 100 % yaitu pada sasaran strategis yang pertama tentang persentase obat tradisional yang memenuhi syarat didapat capaian kinerja 96,15% . Penyebabnya antara lain :

a. Belum terpadunya sistem pengawasan yang dilakukan oleh BBPOM di Padang seperti:

1) Dari 4 sarana produksi Obat Tradisional yang ada di Propinsi Sumatera Barat yang dilakukan pengawasan dengan hasil 3 Sarana TMK (75%), satu Sarana yang MK (25%), ketiga sarana yang TMK tersebut belum ditindak lanjuti Pelanggaran-pelanggaran sarana Obat Tradisional yang TMK Meliputi :

 Tidak ada izin produksi dan penanggung jawab produksi sebanyak 2 sarana

 Tidak memiliki dokumentasi produk

 Belum mempunyai izin laboratorium

Terhadap pelanggaran ini telah diberikan teguran / penyitaan langsung di sarana agar melaksanakan cara produksi Obat Tradisional yang baik dan merekomendasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memberikan Pembinaan walaupun kenyataan hasil tahun 2015 yang TMS merupakan produksi dari Pulau Jawa (Un-Control) sebaiknya BBPOM di Padang harus berantisipasi juga terhadap produk Obat Tradisional Produksi lokal yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat.

(36)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

2) Dari 69 sarana distribusi obat tradisional yang ada di Propinsi Sumatera Barat yang dilakukan pengawasan terdapat 33 sarana yang TMK (47,83%) dan 17 diantaranya telah direkomendasikan ke PEMDA Sumatera Barat, namun belum ditindak lanjuti oleh PEMDA setempat.

3) Untuk sarana distribusi produk suplemen kesehatan yang dilakukan pengawasan ada 11 sarana dan semuanya MK.

4) Belum optimalnya Koordinasi Lintas Sektor dalam pengawasan obat dan makanan dengan Pemerintah Daerah. Seperti masih rendahnya respon tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan Obat dan Makanan dari Balai Besar POM di Padang.

5) Masih belum sempurna pelaksanaan prioritas sampling di mana sampel yang diuji belum sesuai jenis obat tradisionalnya maupun parameter kritis.

6) Adanya penyebab di luar kendali BBPOM di Padang yaitu adanya Obat Tradisional yang mengandung bahan kimia obat yang berasal dari Provinsi Lain atau produk import.

7) Masih perlu diperkuat koordinasi internal serta peningkatan kapasitas SDM dengan saling bertukar informasi sehingga target sasaran kinerja diatas dapat terealisasi secara maksimal.

b. Capaian Persentase Obat yang Memenuhi Syarat

Untuk pengawasan obat ini di BBPOM Padang telah melakukan pengujian sampel produk obat yang diuji sejumlah 595 item dan yang memenuhi syarat 566 item serta yang tidak memenuhi syarat 29 item, parameter yang tidak memenuhi syarat : kadar sub standar 10, uji dissolusi 17, dan keseragaman bobot 2, untuk produk obat yang tidak memenuhi syarat produksi nya berada di luar Propinsi Sumatera Barat.

Produksi obat di Sumatera Barat telah dilakukan antisipasi dengan melakukan pengawasan 2 kali dalam setahun di pabrik tersebut.

(37)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Sedangkan untuk masyarakat luas diberikan penyuluhan informasi secara berkala.

Sarana distribusi yang ternyata melanggar aturan perundang- undangan telah di proses projusticia sebanyak 6 sarana. Untuk tahun 2015 sarana distribusi / pelayanan produk Terapetik yang diperiksa sebanyak 774 sarana dengan hasil : 444 sarana (57,36%) masih ditemukan adanya penyimpangan terhadap ketentuan. Untuk PBF sebanyak 41 sarana , Apotek 496 sarana , TUB 237 sarana , Rumah Sakit 53 Sarana , Puskesmas 225 sarana dan GFK / BKKBN 40 sarana.

Temuan pelanggaran adalah penjual obat keras dan produk TIE dari 444 sarana yang ditemukan TMK tidak satupun yang ditindak lanjuti dan dilakukan pembinaan dikarenakan kurang nya koordinasi antar bidang atau seksi.

Hal ini lah yang akan diprioritaskan di tahun 2016 , dimana tindak lanjut dari sarana TMK harus ada dan nyata serta adanya perubahan perubahan kaedah yang lebih baik dari sarana-sarana tersebut.

c. Capaian Persentase Obat tradisional yang memenuhi syarat

Jumlah produk Obat Tradisional yang diuji sejumlah 455 item, dengan hasil memenuhi syarat 350 item dan tidak memenuhi syarat 105 item terdiri atas : mengandung bahan kimia dan obat 5 item, kadar air 8 item dan keseragaman bobot 9 item.

Umumnya produk yang produknya TMS ini berasal dari luar Propinsi Sumatera Barat (Uncontrol). Sebagai antisipasi maka BBPOM di Padang telah melakukan pengawasan produksi Obat Tradisional yang

Target tahun 2015 sebesar 80,8 % , Realisasi 76,92 % sehingga % Capaian Target hanya 96,15 % KATEGORI BAIK.

(38)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

ada di Propinsi Sumatera Barat sebanyak 5 sarana dengan hasil TMK, 3 Sarana dengan pelanggaran sebagai berikut :

 Tidak ada izin produksi

 Tidak ada penanggungjawab produksi

 Izin edar habis , tidak memiliki dokumentasi yang baik

Dari hasil sarana yang TMK belum di antisipasi optimal seperti pembinaan / penyuluhan kepada sarana tersebut secara terpadu antar bidang. Untuk sarana distribusi Obat Tradisional telah dilakukan pengawasan pada 62 sarana yang terdiri dari Toko Obat , Depot Jamu , Agen Jamu, Apotek dan Toko Herbal dengan hasil 32 sarana MK sedangkan 33 sarana (47,83 %) TMK dengan katogeri penyimpangan sebagai berikut :

 Ditemukan Obat Tradisional Mengandung BKO

 Obat Tradisional TIE

 Obat Tradisional Kadaluarsa

Terhadap sarana distribusi Obat dan Tradisional yang TMK ini tidak dilakukan pembinaan / penyuluhan atau tindak lanjut proyustisia.

Tahun 2016 masalah ini harus di prioritaskan pengawasannya.

d. Capaian Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi syarat

Dalam hal hasil pengujian :

Jumlah Produk Kosmetik yang diuji 925 item , dengan hasil uji 919 item MS sedangkan 6 item TMS. Parameter yang tidak memenuhi syarat : mengandung Hidrokinon 1 item, Mercuri 4 item, dan Metanol 1 item.

Target tahun 2015 adalah 89 % , Realisasi 99,67 % , Capaian Kinerja 111,99 % dengan KATEGORI MEMUASKAN.

(39)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Sebagai perlindungan kepada masyarakat BBPOM di Padang telah melakukan pemeriksaan terhadap 7 sarana produksi dan 6 diantaranya TMK

Dengan pelanggaran sebagai berikut :

 Tidak memiliki izin produksi dan izin edar

 Tidak membuat dokumen

 Belum menerapkan CPKB

 Higiene dan sanitasi yang buruk

Hal ini perlu pembinaan terus menerus terutama terhadap sarana yang belum ada izin sehingga sarana tersebut layak dan dapat diberikan izin . disini erat hubungan nya dengan pembinaan dari Bidang SERLIK yaitu : Pembinaan UMKM. Untuk sarana distribusi dilakukan pemeriksaan terhadap 253 sarana dengan hasil 126 sarana MK sedangkan 127 sarana TMK.

Pelanggaran terhadap :

 Kosmetik TIE

 Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya

Tindak lanjut yang dilakukan adalah pengamanan dan pemusnahan produk , peringatan tertulis serta rekomendasi kepada Dinas Kesehatan tetapi tindak lanjutnya belum ada.

(40)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

e. Capaian Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat

Dalam hal hasil pengujian yang telah dilakukan :

Jumlah sampel yang diuji 174 item , dengan hasil uji MS 165 item sedangkan TMS 9 item, parameter TMS adalah: identifikasi/PK Pengawet dalam sediaan cair. Sebagai perlindungan kepada masyarakat ,BBPOM Padang telah melakukan pemeriksaan terhadap 11 sarana dengan hasil MK. Untuk industri suplemen kesehatan di Propinsi Sumatera Barat tidak ada sehingga antisipasi tidak dilakukan.

f. Capaian Persentase makanan yang memenuhi syarat

Pengawasan terhadap mutu makanan oleh BBPOM di Padang telah dilakukan uji sebanyak 5685 item dengan hasil MS 5230 item , sedangkan TMS 455 item . Parameter uji yang TMS meliputi : mengandung bahan berbahaya Borax, Rhodamin B, Formalin, Histamin, dan Residu Pestisida.

Untuk melindungi masyarakat Sumatera Barat, BBPOM di Padang telah melakukan pemeriksaan sarana distribusi Pangan sebanyak 213 sarana , dengan hasil : 159 sarana MK dan sebanyak 54 sarana TMK.

Penyimpangan adalah :

 Mengedarkan pangan TIE

 Kadaluarsa/rusak

 Mengedarkan pangan mengandung bahan berbahaya

 Higiene dan sanitasi yang buruk

Untuk tahun 2016 Target 79 % , Realisasi 98,039 %, Capaian Target 124,1 % dengan KATEGORI MEMUASKAN.

Target tahun 2015 74,8 % , Realisasi 81,44% , Capaian Kinerja 109,79 % dengan KATEGORI MEMUASKAN

(41)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

Tindak lanjut yang dilakukan terhadap temuan TIE : produk diamankan dan dimusnahkan, sedangkan produk kadaluarsa dan rusak dimusnahkan di tempat. Sementara tindak lanjut produk TIE tidak sampai pada penyidikan. Untuk tahun 2016 hal ini diprioritaskan untuk dilakukan.

Untuk sarana produksi pangan, telah dilakukan pemeriksaan terhadap 29 sarana MD dengan hasil 16 sarana belum sepenuhnya menerapkan CPPB dan IRTP diperiksa 105 sarana dengan hasil 23 sarana MK sedangkan 82 sarana TMK.

Tindak lanjut industri rumah tangga pangan (IRTP) yang TMK diberikan peringatan langsung di sarana dan direkomendasikan ke Dinas Kesehatan. Untuk tindak lanjut dari sarana produksi pangan ini, diberikan teguran dan pemanggilan terhadap pemilik sarana. Pangan jajanan anak sekolah telah dilakukan dengan hasil yang lebih baik di mana terjadi penurunan angka bahan berbahaya yang ditemukan.

Disamping itu juga dilakukan upaya-upaya untuk melindungi anak sekolah dari makanan yang beresiko terhadap kesehatan seperti :

 Bimbingan teknis Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pengelola kantin sekolah di bidang keamanan pangan.

 Audit pembinaan UMKM Pangan dan industri pangan serta advokasi UMKM Pangan.

 Audit Calon Piagam Bintang Keamanan Pangan.

 Advokasi Implementasi Peraturan Kepala Badan POM di Padang terkait IRTP dan Keamanan Pangan.

 Bimbingan teknis Fasilitator Pangan Jajanan Anak Sekolah.

Untuk pelaksanaan pengawasan ini belum optimal di mana sarana yang TMK belum dijadikan sarana untuk penyidikan serta belum dilakukan pembinaan dan penyuluhan terhadap sarana tersebut. Dengan

(42)

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BALAI BESAR POM DI PADANG

kata lain kegiatan yang dilakukan antar bidang/seksi belum tepat sasaran.

Sasaran strategis 2 ini mempunyai 2 indikator kinerja analisis capaian kinerja sebagai berikut : Tingkat Kepuasan Masyarakat ( IKU) dan Jumlah Kabupaten/

Kota yang Memberikan Komitmen untuk Pelaksanaan Pengawasan Obat dan Makanan dengan Memberikan Alokasi Anggaran Pelaksanaan Regulasi Obat dan Makanan.

1. Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2015

Tabel 3.5

Perbandingan Kepuasan Pelanggan dan Komitmen

No. Indikator Kinerja Target (%) Realisasi (%) % Capaian

1 Tingkat Kepuasan Masyarakat 75 80,56 107,41

2 Jumlah Kabupaten/ Kota yang Memberikan Komitmen untuk Pelaksanaan Pengawasan Obat dan Makanan dengan Memberikan Alokasi Anggaran Pelaksanaan Regulasi Obat dan Makanan

10 14 140

RATA-RATA 123,71

Realisasi tingkat kepuasan masyarakat hasilnya melebihi dari target yang direncanakan dengan capaian 107.41 %. Sedangkan jumlah Kabupaten/

Sasaran Strategis 2

“Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat”:

Kategori Memuaskan

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Padang C. STRUKTUR ORGANISASI
Tabel 3.1 Kriteria Pencapaian Indikator Kinerja
Tabel 3.2 Capaian Kinerja
Tabel 3.3 Perbandingan target dan realisasi kinerja tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil tersebut maka digunakan 24 sampel anak anjing yang positif terinfeksi Toxocara canis untuk pengamatan telur tiap gram tinja, pertambahan berat badan

Keyakinan informan pasien temyata tidak semata-mata hanya menggunakan pengobatan paranormal, melainkan tetap menggunakan pengobatan medis karena pemaknaan terhadap sehat

Beban listrik sistem distribusi tenaga listrik dimasukkan dalarn editor power station ETAP berupa rated kV dan MVA yang ditampilkan pada bagian atas iriformasi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan persepsi akademisi yaitu strata-1 dan dosen dengan strata-2 dan profesi akuntansi tentang Akuntansi forensik tidak sama

Analisis spasial wilayah potensial PKL menghasilkan peta tingkat wilayah potensial yang tersebar sepanjang Jalan Dr.Radjiman berdasarkan aksesibilitas lokasi dan

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Atribut Dining Experience terhadap Behavioral Intention di The Stone Cafe

Konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan dari penelitian ini lebih rendah dari dibandingkan dengan penelitian (Soetopo et al., 2012) yang menggunakan lumpur primer

menulis Al- Qur’an siswa di SDIT Nurul Fikri ini dilakukan dengan.. menggunakan buku panduan metode Wafa mulai dari menebali