• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan

Dalam dunia pendidikan komunikasi menjadi kunci utama dalam menyampaikan pesan atau pelajaran yang diberikan oleh pengajar kepada para murid. Untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan komunikasi yang tepat dan terencana, agar para murid bisa memahami pesan yang disampaikan oleh pengajar. Untuk mengimplementasikan komunikasi dalam proses pembelajaran seorang pengajar harus bisa berkomunikasi lisan dan tertulis secara baik dan jelas agar memudahkan proses pembelajaransesuai rencana. Komunikasi lisan dibutuhkan untuk menyampaikan pesan secara langsung, sedangkankomunikasi tertulis biasa digunakan pengajar untuk mencatat suatu yang penting atau yang susah dijelaskan secara lisan. Kedau bentuk komunikasi ini sangat bersangkutan dalaam proses pembelajaran.

Komunikasi instruksional ini adalah bagian kecil dari komunikasi pendidikan, komunikasi instruksional dalam dunia pendidikan lebih terinci atau lebih memperhatikan aspek-aspek pendidikan karena komunikasi instruksional yang dilakukan pengajar diharapkan bisa menimbulkan suatu perubahan, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan harapan bisa menimbulkan suatu perubahan komunikasi instruksional ini menggunakan berbagai metode untuk mempelancar komunikasi. Terdapat tiga metode komunikasi instruksional yaitu, metode ceramah, metode bermain peran dan

(2)

7 metode demonstrasi. Namun, metode ini harus menyesuaikan materi apa yang akan dibawa atau diajarkan oleh pengajar, karena metode ini tidak bisa digunakan sembarangan atau lebih tepatnya metode ini memiliki waktu masing-masing.

Untuk melaksanakan komunikasi instruksional bisa dibagi kedalam seperangkat langkah yang terdiri dari spesifikasi isi dan tujuan instruksional, penaksiran prilaku, penetapan strategi, organisasi satuan-satuan instruksional dan umpan balik. Spesifikasi isi dan tujuan sendiri iala cara untuk meminimalis suatu kegagalan komunikasi yang tak susuai harapan, dengan cara menngkhususkan atau membagi isi dan tujuan instruksioal agar lebih mudah dipahami. Kemudian penaksiran prilaku ialah pemahaman kepada situasi dan kondisi sasaran, agar komunikasi instruksional bisa berjalan dengan lancar maka komunikator harus memahami sasaran dulu kemudian bertindak sesuai dengan kondisi sasaran.

Kemudian penetapanstrategi instruksional ini bisa dilaksanakan setelah paham tentang kondisi dan situasi sasaran kemudian menentukan strategi apa yang akan digunakan supaya cepat dipahami oleh murid. Untuk organisasi satuan-satuan instruksional ini lebih fokus kepada pesan yang disampaikan, dari banyaknya materi atau pesan yang disampaikan oleh pengajar harus dipecah dan dibagi ke dalam bagian-bagian kecil dengan sistematika yang berurutan dari hal yang mudah sampai hal yang sulit. Kemudian yang terakhir ada umpan balik ini bisa dikatakan sebagai penilaian komunikasi yang sudah terlaksanakan dengan jelas atau tidak.

Dalam pelaksanaan proses komunikasi instruksional terkadang akan mendapat beberapa hambatan yang bisa menyebabkan kegagalan dalam proses

(3)

8 pembelajaran. seorang komunikator atau pengajar harus bisa menanganiberbagai hambatan ini, seperti hambatan pada sumber, hambatan pada saluran, dan hambatan pada sasaran untuk meningkatkan keefektifan komunikasi. Setelah semua yang dilakukan dalam proses pembelajaran atau proses instruksional seorang pengajar wajib melakukan evaluasi, namun lebih tepatnya evaluasi dilakukan pengajar sejak memulai pembelajaran agar mengetahui bahwa pesan yang disampaikan diterima dengan jelas.

2.2. Pengertian Implementasi

Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman,2007:70).

Implementasi adalah bagian ketiga dari strategi komunikasi. Implementasi yaitu merupakan metode dan teknik perencanaan proses komunikasi termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta materi perencanaan (Liliweri Alo, 1997:286).

Pengertian diatas dapat ditarik kesimpulannya bahwa implementasi adalah aktivitas yang menerapkan rencana yang sudah dibuat oleh pengajar MAN bangil dengan matang dengan berbagai faktor pendukung serta solusi untuk faktor penghambat yang diberikan supaya kegiatan tersebut bisa berjalan dengan baik dan mampu menimbulkan perubahan kepada para murid.

(4)

9 2.3. Ruang lingkup komunikasi

Komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian pikiran atau orang-orang kepada seseorang atau orang-orang lain. Komunikasi tersebut dapat diadakan dalam bentul-bentuk sebagai berikut :

1. Suatu perintah, dalam hal mana komunikasi merupakan bagian daripada proses memimpin.

2. Suatu permintaan, seperti permintaan tenaga kerja kepada managenen, atau seperti dari murid kepada pengajar.

3. Suatu observasi, mungkin merupakan bantuan untuk pengambilan keputusan atau mungkin hanya merupakan suatu pernyataan dari suatu sudut pandang.

4. Sebagai informasi, seperti persediaan data untuk dipergunakan oleh manajemen/pengajar.

5. Sebagai pelajaran, mungkin berhubungan dengan pengajar atau sebagai bagian daripada proses delegasi.

6. Dalam pengambilan kebijaksanaan, untuk mengumumkan dengan resmi prisip-prinsip dan standart-standart (Drs.Moekijat,1993:19).

2.3.1. Komunikasi tertulis

Komunikasi tertulis mempunyai keuntungan memberikan catatan-catatan dan referensi-referensi yang resmi. Pengajar dapat menulis pesan yang penting agar para siswa menyatatnya dan bisa dipelajari langsung sepeti yang diharapkan oleh pengajar. Dalam komunikasi tertulis ini terdapat kerugiannya, bahwa pesan-

(5)

10 pesan yang tertulis dapat mengakibatkan timbulnya timbunan kertas, mungkin karena pernyataan penulis tidak jelas atau tidak efektif, dan mungkin tidak memberikan umpan balik dengan segera. Akibatnya, hal ini mungkin memerlukan waktu untuk mengetahui apakah pesan telah diterima dan dipahami dengan baik.

Tulisan yang efektif mungkin lebih banyak merupakan pengecualian daripada peraturan; baik pendidikan maupun kecerdasan tidak menjamin tulisan yang baik. masalah umum dalam komunikasi tertulis adalah bahwa penulis mengabaikan kesimpulan atau melupakannya dalam laporan, terlalu panjang lebar dan menggunakan tata bahasa yang kurang baik, susunan kalimat yang tidak efektif, dan ejaan tidak cermat. Meskipun demikian, keith davis menyarankan beberapa petunjuk yang dapat memperbaiki komunikasi tertulis sebagi berikut :

a. Gunakan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang sederhana.

b. Gunakan kata-kata yang singkat dan yang lazim dipakai.

c. Gunakan kata ganti orang (misalnya, “amda”) bila sesuai.

d. Berikan uraian dan contoh-contoh

e. Gunakan kata kerja aktif seperti “guru mengajarkan..”

f. Gunakan paragraf dan kalimat yang singkat.

g. Hemat kata sifat.

h. Nyarakan pemikiran-pemikiran secara logis dan langsung.

i. Hindarkan kata-kata yang tidak perlu (Moekijat,1993:136).

(6)

11 2.3.2. Komunikasi lisan

Sebagian besar informasi dikomunikasikan secara lisan. Suatu studi menemukan bahwa 70% responden menyatakan bahwa atasan mereka memberikan 75% pekerjaan secara lisan. Komunikasi lisan dapat berupa pertemuan tatap muka dari dua orang, atau seorang pengajar mengahadapi banyak pendengar. Komunikasi ini dapat formal atau informal, dan dapat terencana atau tidak. Keuntungan komunikasi lisan adalah bahwa komunikasi ini dapat memberikan pertukaran yang cepat dengan umpan balik segera. Orang-orang dapat mengajukan pertanyaan yang menjelaskan hal-hal yang penting. Dalam suatu interaksi tatap muka, pengaruhnya dapat dilihat. Selanjutnya, suatu pertemuan dengan orang atasan/pengajar dapat memebrikan perasaan dianggap penting kepada orang yang mendengarkan. Komunikasi lisan juga mempunyai kerugian, komunikasi ini tidak selalu menghemat waktu, misalnya suatu pertemuan yang tidak mencapai hasil atau persetujuan. Pertemuan semacam ini dapat merugikan dipandang dari sudut waktu (Moekijat,1993:137).

2.4. Komunikasi Pendidikan

Komunikasi pendidikan dalam pengertian yang dibahas dalam buku (Pawait M. Yusuf) adalah aspek komunikasi yang terjadi dalam bidang pendidikan. Dengan begitu maka faktor pendidikan yang menjadi inti pembicaraan, sedangkan komunikasinya lebih merupakan aspek atau alat. Disebut alat karena fungsinya yang bisa diupayakan untuk membantu memecahkan masalah-masalah pendidikan. Komunikasi berlangsung dalam suasana bebas,

(7)

12 akrab, dan bertujuan (juga bertanggung jawab). Disini komunikasi berlangsung tanpa paksaan, masing-masing pihak secara bebas dan tanpa tekanan mengungkapkan gagasan dan perasaanya kepada pihak lain. Sebagai penggagas, sang guru tentu tidak mengungkapkan idenya dengan asal bicara tanpa arah.

Namun, ia telah merencanakan dengan baik, paling tidak mempunyai tujuan untuk mencapai taraf pemahaman pada pihak anak didik.

Jadi komunikasi dalam bidang pendidikan ini menjadi unsur terpenting untuk mencapai tujuan yang positif. Untuk melakukan komunikasi pendidikan ini dengan lancar semua yang bersangkutan harus merasa nyaman terlebih dahulu agar bisa memberi dan menerima pesan (pendidikan) yang disampaikan.

Komunikasi pendidikan bisa terjadi didalam maupun diluar kelas selagi masih dalam area sekolah.

Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan untuk memberdayakan diri. Aspek-aspek yang biasanya dipertimbangkan adalah penyadaran, pencerahan, pemberdayaan dan perubahan perilaku. Pendidikan berkaitan dengan bagaimana manusia dipandang (Nurani Soyomukti: 2010).

Dengan adanya pendidikan yang menjadi kebutuhan manusia, akan mempelajari hal apapun untuk hidup berkelanjutan. Dengan perilaku yang terdidik akan bisa menjadi contoh manusia lain untuk berprilaku yang serupa. Karena dengan pendidikan manusia akan lebih bisa bermanfaat bagi kehidupannya.

Dalam proses pendidikan tidak bisa berjalan tanpa dukungan komunikasi, bahkan

(8)

13 pendidikan hanya bisa melalui komunikasi. Dengan kata lain, tidak ada proses pendidikan yang tidak dilahirkan oleh komunikasi.

Menurut Pawit M. Yusup (2010) komunikasi pendidikan dan komunikasi instruksional dengan aspek-aspek turunannya adalah sebuah proses pada kegiatan komunikasi yang direncang secara khusus untuk tujuan meningkatkan nilai tambah bagi pihak sasaran, yang dalam banyak hal sebenarnya adalah menigkatkan referensi di bidang kehidupan yang bernuansa teknologi, komunikasi, dan informasi. Komunikasi pendidikan yang dimaksud adalah komunikasi yang sudah merambah atau menyentuh dunia pendidikan dengan segala aspeknya. sedangkan komunikasi instruksional menurut (Mortensen dan Schmuller) mengatakan yang namanya instruksional dalam proses pendidikan secara luas merupakan bagian inti dari seluru kegiatan.

2.5. Komunikasi Instruksional

2.5.1. Konsep Komunikasi Instruksional

Komunikasi instruksional berarti komunikasi dalam bidang instruksional.

Istilah instruksional berasal dari kata instruction. Ini bisa berarti pengajaran, pelajaran, atau bahkan instruksi atau perintah. Namun dalam dunia pendidikan kata instruksional tidak diartikan perintah, tetapi pengajaran, pelajaran atau lebih dikenal dengan nama pembelajaran. Istilah pengajaran lebih bermakna pemberi ajar. Mengajar artinya memindahkan sebagian pengetahuan guru (pengajar) kepada muridnya. Sedangkan arti pelajaran lebih menitikberatkan pada bahan belajar atau materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pengertian lain,

(9)

14 informasi yang mengandung pesan belajar itulah yang diutamakan (yusuf 1990:

18).

Dalam komunikasi, mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum disebut dengan pesan. Namun, bukan wadah mata pelajaran itu sendiri yang dinamakan pesan. Pesan adalah informasi yang di trasnmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai, ataupun data. Jadi informasi yang terkandung dalam setiap mata pelajaran itulah yang namanya pesan. Dalam hal ini tentunya pesan belajar adalah pesan yang dirancang khusus untuk tujuan belajar dan untuk mempermudah terjadinya proses belajar (yusuf, 1990:20).

Komunikasi dalam instruksional ini kedudukannya dikembalikan kepada fungsinya yang asal, yaitu sebagai alat untuk merubah perilaku sasaran. Proses komunikasi diciptakan secara wajar, akrab dan terbuka dengan ditunjang oleh faktor-faktor pedukung lainnya, baik sebagai sarana maupun sebagai fasilitas lain, dengan tujuan supaya mempunyai efek perubahan perilaku pada pihak sasaran.

Kegiatan instruksional ini bisa berhasil dengan efektif hanya apabila komunikasi bisa berjalan atau berproses dengan baik dan jelas. Oleh karena itu, kegiatan instruksional pada zaman informasi ini mendapat perhatian yang lebih dititikberatkan pada unsur-unsur sasaran didik dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber informasi edukatif (sumber-sumber belajar) yang ada, bukannya lebih banyak ditentukan oleh faktor guru dan para muridnya. Efek seutuhnya yang diharapkan untuk menimbulkan berbagai perubahan. Perubahan- perubahan yang diharapkan ini bertumpu pada tiga dominan yaitu pengetahuan,

(10)

15 sikap, dan keterampilan (kognitif, afektif, dan psikomotor). Perubahan prilaku yang demikian inilah yang dalam dunia pendidikan disebut belajar. Perubahah ini terjadi pada seseorang atau individu akibat pengaruh dari pengalaman- perngalaman selama hidupnya. Perubahan ini juga bersifat permanen dan berkelanjutan sepanjang hayatnya, tetapi bukan perubahan akibat kedewasaan (Hilgar dan Bower,1981, dalam yusuf, 1990:22-23).

Didalam dunia pendidikan komunikasi instruksional mempunyai pengertian sebagai komunikasi yang lebih ditunjukan kepada aspek-aspek operasionalisasi pendidikan, terutama aspek pembelajaran sasaran, kredibilitas komunikator, situasi dan kondisi lingkungan, metode, dan termasuk bahasa yang digunakan komunikator sengaja dipersiapkan secara khusus untuk mencapai efek perubahan perilaku pada diri sasaran (Yusuf,1990:17).

2.5.2. Metode Komunikasi Intruksional

Metode yang digunakan oleh guru dalam komunikasi instruksional sangat penting sekali dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Adapun menurut mukthar dan yamin, (2007:96-105)”, metode komunikasi instruksional yang bisa digunakan oleh guru baik didalam kelas maupun diluar kelas diantaranya adalah:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah ini biasa digunakan oleh kalangan guru yang memberikan pembelajaran kepada murid yang berjumblah banyak.

Dengan metode ini seorang guru mengharapakan kepada para murid untuk tetap fokus mendengarkan apa yang disampaikan. Metode

(11)

16 ceramah berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa dan diakhiri dengan tanya jawab tentang isi pelajaran yang kurang jelas.

(yusuf,2010).

2) Metode Demonstrasi

Metode ini mempersyaratkan adanya keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Metode ini lebih mengedepankan suatu penggunaan alat yang benar, seperti penggunaan alat untuk adzan, untuk sholat dan mengajai maupun penggunaan alat lainnya. Keahlian mendemostrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru, kerena setelah mendemonstrasikan suatu instruksional, siswa diberi kesempatan melakukan latihan keterampilan dibawah bimbingan guru (yususf,2010).

3) Metode Bermain Peran

Metode ini berbentuk interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Dalam interaksi itu setiap siswa melakukan peran terbuka. Metode ini sering digunakan untuk memberikan kepada siswa untuk mempraktikan isi pelajaran yang baru saja dipelajarinya dalam rangka menentukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi pada pelaksanaan sesungguhnya nanti. Dengan demekian metode bermain peran ini lebih mengutamakan suatu tindakan, seperti mempraktikan tata cara sholat yang benar ataupun suatu tindakan yang lainnya Metode ini memerlukan observasi yang cermat dari guru untuk

(12)

17 menunjukan kekurangan setiap peran yang dilakukan siswa (yususf,2010).

Metode komunikasi instruksional di atas digunakan berdasarkan tahapan- tahapan kemampuan para siswa di MAN Bangil. Kelemahan komunikasinya menjadikan guru harus pandai memilih metode yang cocok untuk memberikan informasi kepada para siswa. karena dalam proses pembelajaran kemungkinan tidak semua siswa bisa fokus atau mengerti apa yang disampaikan itu disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi dan sosial.

Apabila proses komunikasi tersebut menimbulkan prubahan prilaku pada pihak sasaran, terutama perubahan dalam dominan kognitif, afektif dan psikomotor, maka prosesnya sudah berada pada suasana pendidikan, suasana belajar. Dalam hal ini, belajar dan atau lebih luasnya pendidikan juga membutuhkan komunikasi karena sebenarnyalah proses belajar merupakan suatu proses komunikasi. Gambar berikut menunjukan proses komunikasi dalam model dari Berlo tadi.

Keterangan : Su = Sumber M = Media Sa = Sasaran Gambar 3.1. Model komunikasi dari Berlo

Su m m

M Sa

Balikan

(13)

18 Menurut Hurt, Scott dan Croscey (1978), proses instruksional sebenarnya bisa dibagi kedalam seperangkat langkah berangkaian yang terdidir dari spesifikasi isi dan tujuan atau sasaran, penaksiran prilaku mula, penetapan strategi, organisasi satuan-satuan instruksional dan umpan balik.

Gambar 3.3 Sebuah rangkaian instruksional yang khas ( Hurt, Scott, dan McCroscey)

Menurut Hurt, Scott, dan Croscey (1978), proses instruksional sebenarnya bisa dibagi kedala seperangkat langkah berangkaian yang terdiri dari spesifikasi isi dan tujuan sasaran, penaksiran prilaku mula, penetapan startegi, organisasi satuan- satuan instruksional, dan umpan balik.

1. Spesifikasi isi dan tujuan instruksional

Variabel-variabel komunikasi ialah penambahan informasi, penyadian, dan penafsiran atau pembacaan sandi. Informasi yang disampaikan secara oral oleh pengajar atau instruktur selalu ditafsirkan persis sama oleh sasaran (komunikasi) seperti apa yang dimaksudkannya. Akibatnya, sasaran bisa

Pengukuran prilaku mula

Spesifikasi tujuan

Umpan balik Organisasi satuan-satuan

Spesifikasi isi Penetapan

strategi

(14)

19 gagal memola prilakunya sesuai dengan harapan komunikator atau pengajar. Untuk meghindari hal tersebut, caranya antara lain ialah dengan mengkhususkan isi dan tujuan-tujuan instruksionalnya.

1. Penaksiran perilaku mula

Variabel komunikasinya ialah faktor manusia, umpan balik, dan penyadian pertama, sebelum mulai melaksanakan kegiatan instruksional, perkiraan mula yang diperhatikan ialah mencoba memahami situasi dan kondisi sasaran, termasuk kemampuan awal yang dimilikinya. Hal ini juga berkaitan dengan”...perilaku komunikasi kita sebagai komunikator kepada orang lain sering dipengaruhi oleh apa yang kita ketahui tentang mereka (Hurt, Scot dan McCrokey, 1978).

2. Penetapan strategi instruksional

Variabel komunikasinya ialah penggunaan saluran. Strategi apa yang akan digunakan oleh komunikator dalam suatu kegiatan instruksional banyak ditentukan situasi dan kondisi. Istilah strategi berarti rencana yang menyeluruh untuk mencapai target, meskipun tidak ada jaminan akan keberhasilannya. (Yusuf, 1990:91)” istilah strategi sering dikaitkan dengan istilah metode. Namun dalam kaitan dunia instruksional strategi mempunyai arti yang lebih luas daripada metode. Strategi instruksional adalah pendekatan menyeluruh atas proses belajar dan mengajar dalam sistem instrulsiona;. Ia merupakan perencanaan penuh perhitungan yang kemungkinan kegiatannya yang bakal ditempuh dalam pelaksanaan nanti dirinci dengan sadar.

(15)

20 3. Organisasi satuan-satuan instruksinal

Variabel komunikasinya ialah pesan, penyadian, dan pengartian sandi.

Pengelolaan satuan-satuan acara instruksional banyak bergantuk pada isi yang akan disampaikan. Satuan acara instruksional (SAI) merupakan pola persiapan untuk kegiatan instruksional, bergantung pada konteks mana pola itu diperuntukan. Manfaat SAI yang terpenting adalah sebagai bahan pedoman bagi seorang komunikator dalam melakukan kegiatannya mengomunikasikan ide atau gagasannya kepada sasaran. Secara ringkas, pembuatan SAI dapat menganut berbagai cara, baik berupa topik-topik yang diuraikan maupun berupa kolom-kolom yang perlu diiisi sesuai dengan item yang disediakan. Umumnya, butir-butir yang termuat dalam SAI tediri dari bidang ilmu, subbidang ilmu, topik atau pokok bahasan, sasaran, TIU, TIK, pokok-pokok materi, media yang digunakan, waktu yang disediakan, evaluasi, dan buku sumber referensi.

4. Umpan Balik

Umpan balik mempunyai arti yang sangat penting dalam setiap proses instruksional, karema melalui umpan balik ini kegiatan instruksional bisa dinilai, apakah berhasil atau sebaliknya. Umpan balik ini juga bisa digunakan sebagai alat untuk mengetahui sberapa jauh strategi komunikasi yang dijalankan bisa mempunyai efek yang jelas. Hal ini yang terpenting ialah, dengan adanya umpan balik ini, penguasaan materi yang sudah direncanakan sesuai dengan tujuan-tujaun instruksional bisa diketahui.

2.5.3. Komunikasi Instruksional Guru

(16)

21 Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur Pendidikan formal. Guru pemegang utama otoritas dalam keseluruhan kegiatan ditingkat instruksional atau ajar mengajar. Untuk melaksanakan dan mencapai kegiatan instruksional guru diwajibkan aktif dalam melakukan berbagai inovasi perencanaan dan pelaksanaan (komunikasi instruksional). Komunikasi instruksional yang dilakukan oleh guru melalui sikap, perbuatan, dan ucapanna yang cenderung akan lebih banyak penjelasan, pengarahan secara spesifik (apa, mengapa, kapan, bagaimana, siapa dan dimana) tentang pesan-pesan yang disampaikannya. komunikasi ini bersifat satu arah instruksional yang artinya komunikator atau guru lebih banyak berperan aktif dalam menjelaskan pesan yang selanjutnya akan menjadi panutan dan ikutan bagi peserta didik. dalam pola pengawasan fungsional dan profosional seorang guru harus mengembangkan suasana demokratis dan komunikasi dua arah agar mengetahui sebagamana perkembangan peserta didik tersebut. Guru efektif membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif, dan agar lingkungan itu optimal, guru perlu senantiasa meninjau ulang strategi penataan dan prosedur pembelajaran, pengorganisasian kelompok, monitoring dan mengaktifkan kelas, serta menangani tindakan murid yang mengganggu kelas (Algozzine & Kay (2002), Emmer & Stough (2001), Limberg & Swick (2002).

2.5.4. Hambatan-Hambatan Komunikasi Instruksional

1) Hambatan Pada Sumber

(17)

22 Sumber disini maksudnya adalah pihak penggagas, komunikator, dan juga termasuk pengajar. Seorang komunikator adalah pemimpin, manager dan juga organisator, setidaknya pemimpin dalam pengelolaan informasi yang sedang disampaikan kepada orang lain. Tanpa dikelola dengan baik, sistematis dan terencana informasi yang dikemukakanya tidak bisa diterima dengan efektif oleh pihak sasaran (yusuf,2010:89).” Beberapa kesalahan yang bisa terjadi pada pihak sumber sehingga keefektifan komunikasi terganggu meliputi beberapa faktor, antara lain misalnya penggunaan bahasa, perbedaan pengalaman, keahlian, kondisi mental, sikap dan penampilan fisik. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan kondisi sasaran, misalnya terlalu tinggi, bertele-tele, tidak sistematis dan tekanan suara lemah bisa menghambat penerimaan informasi oleh sasaran.

2) Hambata Pada Saluran

Hambatan pada saluran terjadi karena adanya ketidakberesan pada saluran komunikasi. Hal ini juga dikatakan sebagai hambatan media karena media berarti alat untuk menyampaikan pesan. Gangguan-gangguan seperti ini disebut noise.

Kabel telepon terputus, suara radio tidak jelas, tulisan tidak jelas, suara gaduh diruang kelas, gambar pada layar televisi tidak jelas dan sejenisnya, itu semua menunjukan ketidakberesan saluran komunikasi arau media tadi (yusuf,2010:89).

Hambatan-hambantan teknis seperti tersebut biasanya diluar kemampuan komunikator. Tugas komunikator atau dalam hal ini guru atau instruktur dan sejenisnya, yang paling penting adalah persiapan dalam menentukan atau memilih media yang akan digunakanya. Disamping itu mutu peralatan dan media yang

(18)

23 akan digunakan harus baik, yang juga pemilihan media tersebut secara tepat dengan memperhatikan kesusuaiannya untuk kegiatan instruksional yang sedang dijalankanya. Suasana gaduh akibat audiens cukup banyak, setidaknya bisa dibatasi dengan menggunakan pengeras, atau serta bisa juga menggunakan media komunikasi yang menarik seperti multimedia instruksional secara efektif.

3. Hambatan pada Komunikan atau Sasaran

Maksud komunikan di sini adalah orang yang menerima pesan atau informasi dari komunikator, misalnya audiens, siswa, peserta penataran dan sekelompok orang tertentu lainya yang siap menerima sejumlah informasi dari komunikator. Di dalam sistem instruksional hambatan-hambatan yang mungkin terjadi sehingga mengganggu proses kelancarannya saluran, tetapi pihak sasaran pun bisa berpeluang untuk mengahmbat,bahkan kemungkinannya lebih besar dari lainya (yusuf,2010:89).

Sasaran adalah manusia dengan segala keunikan, baik dilihat dari kacamata disiologi maupun lebih-lebih lagi dari kacamata psikologi. Fisiologi banyak berkaitan dengan masalah-masalah fisik dengan segala jenis kebutuhan biologinya seperti kondisi indra, lapar, kurang istirahat, dan haus. Sedangkan yang kedua banyak berhubungan dengan masalah kejiwaan seperti kemampuan dan kecerdasan, minat dan bakat, motivasi dan perhatian, sensasi dan persepsi, ingatan, setensi dan lupa, kemampuan metransfer dan berpikir kognitif. Beberapa ciri khas tertentu, baik dari aspek fisiologi maupun dari aspek psikologis, memiliki potensi keunggulan dan kemampuan yang berbeda pada setiap manusia,

(19)

24 dan hal itu ada kaitanya dengan kemampuan belajarnya. Karena itu, setiap komunikator perlu memperhatikan hal-hal diatas sebelum dan sesudah melaksankan kegiatan instruksional.

2.5.5. Fungsi dan Manfaat Komunikasi Instruksional

Sebagai fungsi edukasi, komunikasi insruksional bertugas mengeola proses-proses komunikasi yang secara khusus dirancang untuk tujuan memberikan nilai tambah bagi pihak sasaran, atau setidaknyauntuk memberikan perubahan- perubahan dalam kognisi, afeksi, dan konasi atau psikomotor di kalangan masyarakat. Khususnya yang sudah dikelompokan ke dalam rana sasaran pada komunikasi instruksional.

Adapun manfaat adanya komunikasi instruksional antara lain efek perubahan prilaku, yang terjadi sebagai hasil tindakan komunikasi instruksional, bisa dikontrol atau dikendalikan dengan baik. berhasil tidaknya tujuantujuan instruksional yang telah ditetapkan paling tidak bisa dipantau melalui kegiatan evaluasi yang juga merupakan fungsi pengembangan tadi. Lebih-lebih apabila kegiatan instruksional ini sudah memanfaatkan jasa teknologi, seperti teknologi instruksional dan media instruksional, manfaatnya akan menjadi semakin nyata.

2.6. Instrumen Evaluasi Belajar dan Keberhasilan Mengajar

Dalam buku (Yusufhadi Miarso yang ditulis Arief Sukadi Sadiman, 1986.) Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar, sekaligus secara implisit

(20)

25 menunjukan pula keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya minimal ada 3 jenis pengukuran yang perlu dilakukan :

1. Pengukuran awal (initial assessment), untuk mengetahui keadaan siswa pada saat proses pelajaran dimulai. Seorang pengajar lebih baik memulai suatu kegiatan instruksional dengan menaikan suatu minat terhadap para murid terlebih dahulu

2. Pengukuran selama proses belajar-mengajar berlangsung (interim assessment) yaitu untuk memberi umpan balik pada siswa dan juga pada

guru sendiri. Seperti melakukan tanya jawab untuk melihat apakah para murid fokus danmengerti tentang pembelajaran yang dilaksanakan.

3. Pengukuran akhir (terminal assessment) untuk mengetahui pencapaian akhir dari siswa. pengajar biasa menguji para murid dengan memberi tes untuk menilai kegiatan mengajar yang telah dilaksanakan. Tes dan non- Tes yang diberikan biasa berupa tes uraian ( tes subjektif ), tes objektif seperti bentuk jawaban singkat, atau jawaban salah atau benar. Non tes ini biasa dilakukan dengan wawancara dan kuisioner,

Untuk melanjutkan melakukan penilaian keberhasilan, seorang guru harus memperhatikan instrument evaluasi keberhasilan yang digunakan. Instrument keberhasilan yang baik memiliki ciri-ciri yang harus memenuhi kaidah antara lain :

1. Validitas

Sebuah instrument evaluasi keberhasilan dikatakan baik jika memiliki validitas yang tinggi. Insrument validitas yang dimaksud ini kemampuan

(21)

26 mengukur apa yang seharusnya diukur, mefokuskan pada satu hal yang akan dinilai.

2. Praktikbilitas

Sebuah instrument evaluasi keberhasilan yang bersifat praktis mudah pengadministrasianya dan memiliki ciri seperti : mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan mampu memberi kebebasan kepada siswa. Instrument praktibilitas ini mudah pemeriksaanya artinya dilengkapi pedoman skorin.

3. Rehabilitas

Instrument ini dikatakan memiliki rehabilitas yang tinggi manakala instrument ini dapat menghasilkan pengukuran yang ketetapan. Ketetapan disini tidak selalu diartikan sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg.

4. Daya Pembeda

Instrument daya pembeda ini adalah kemampuan instrument membedakan antara murid yang berkemampuan tinggi dan murid yang berkemampuan rendah.

2.7. Functional Perspective Theory

Dikemukakan oleh Randy Hirokawa dan Dennis Gouran tahun 1983. Teori ini mengklaim ada empat fungsi bagi suatu pengambilan keputusan secara efektif

(22)

27 yang meliputi merumuskan tujuan, menganalisis masalah, mengidentifikasi alternatif-alternatif, dan mengevaluasi karakteristi positif dan negatif. Teori ini mengarahkan atau mempedomani kelompok melalui bentuk-bentuk komunikasi yang berbeda. Teori ini sangat berguna dalam management kelas dimana pengajar akan merumuskan tujuan terlebih dahulu, dalam mencapai suatu tujuan pengajar akan memilih metode komunikasi pembelajaran yang tepat agar mudah dimengerti siswa, menganalisis suatu masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran akan berdampak pada suatu tujuan tersebut, apabila suatu masalah atau hambatan yang terjadi tidak diatasi maka tujuan pembelajaran akan kurang bermakna. Mengevaluasi proses komunikasi instruksional wajib dilakukan guna bisa melihat hasil dari pembejaran yang dilakukan sesuai harapan tujuan atau kurang sesuai dengan harapan.

Gambar

Gambar  3.3  Sebuah  rangkaian  instruksional  yang  khas  (  Hurt,  Scott,  dan  McCroscey)

Referensi

Dokumen terkait

dari berbagai film animasi kartun yang kita lihat sekarang ini.. Mereka

yang luas itu, yang diatas nya berkaparan tubuh%tubuh yang gugur, prajurit%prajurit yang baik, nya berkaparan tubuh%tubuh yang gugur, prajurit%prajurit yang baik, yang

Beberapa indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya yaitu, media magic baca mudah digunakan, petunjuk penggunaan media magic baca jelas, merasa senang

salah satu surah yang ada dalam al-Qur’an al-Qur’an adalah salah satu kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad pada bab ini kamu mempelajari rukun iman supaya kamu

1) Melaksanakan, mengatur dan mengawasi rencana pekerjaan administrasi pabrik seperti perawatan bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan dan juga produksi yang disesuaikan

Jika diasumsikan kegiatan awal dimulai tahun 2007, maka ada kemungkinan lulusan STTN tahun 2007 sebanyak 38 lulusan be1um bisa langsung berkiprah pada pembangunan PLTN,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kondisi sosial ekonomi rumah tangga pedagang di Pasar Godean; 2) Persebaran daerah asal pedagang; 3) Kontribusi