• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE WATER QUALITY INDEX (WQI) DAN METODE STORET UNTUK MENENTUKAN STATUS MUTU AIR PADA RUAS SUNGAI BRANTAS HILIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE WATER QUALITY INDEX (WQI) DAN METODE STORET UNTUK MENENTUKAN STATUS MUTU AIR PADA RUAS SUNGAI BRANTAS HILIR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE WATER QUALITY INDEX (WQI) DAN METODE STORET UNTUK MENENTUKAN STATUS MUTU AIR PADA RUAS SUNGAI BRANTAS HILIR

Febian Trikusalya Wahyu Ramadhani1, Donny Harisuseno2, Emma Yuliani2

1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya, Malang

2Dosen Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang

1febiantrikusalya@gmail.com

ABSTRAK

Berkembangnya kegiatan penduduk di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hilir dapat berpengaruh terhadap kualitas air, karena limbah buangan dari hasil kegiatan tersebut langsung dibuang disungai. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air Sungai Brantas Hilir Jombang Mojokerto pada tahun 2010-2014. Data yang digunakan dari Balai Besar Sungai Brantas (BBWS) dengan periode pengambilan data 3 bulan sekali melalui 6 titik pemantauan selanjutnya dianalisa menggunakan Metode Water Quality Index (WQI) dan Metode STORET. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2003 parameter wajib yang digunakan meliputi Temperatur, TSS, DO, BOD, Ph, NO2, NO3, Total Coli. Parameter tersebut dianalisa dengan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 dan hasilnya menunjukkan sebagian besar parameter yang tidak memenuhi standar adalah TSS, BOD dan total coli. Hasil analisa kualitas air periode tahunan menurut Metode WQI sebesar 66,667% masuk kelas 3 tercemar ringan dan menurut Metode STORET mencapai 66,667% kategori kelas C tercemar sedang. Pada musim hujan menurut Metode WQI mencapai 76,667% dan musim kemarau sebanyak 66,667% masuk kelas 3 tercemar ringan. Menurut Metode STORET pada musim hujan mencapai 70%

dan musim kemarau sebanyak 73,333% masuk kelas C tercemar sedang. Hasil perhitungan status mutu air dengan Metode STORET sebagian besar tida memenuhi standar baku yang di terapkan oleh Keputusan Gubernur Jawa Timur No 61 tentang peruntukan sungai di JawaTimur.

Kata kunci: Kualitas Air, Baku Mutu, Metode Water Quality Indext (WQI), Metode STORET

ABSTRACT

The development activities of population around Brantas Watershed Downstream can affect the water quality, because the wastes of these activities directly discharged into the river. This analysis aims to determine the Brantas River downstream water quality at Jombang Mojokerto since 2010-2014. the Data were taken from BBWS that collected every 3 months through 6 points monitoring then be analyzed with Water Quality Index (WQI) method and STORET Method.

Ministry of Health regulation No. 907 of 2003 required that parameters are used for determining water status are temperature, TSS, DO, BOD, pH, NO2, NO3, Total Coli. These parameters were analyzed by Government Regulation No. 82 of 2001 and show the majority parameters that didn’t equivalent with standard regulation are TSS, BOD and total coli. The results shows that for annually period, WQI methode reached water status up to 66.667% (3rd lightly polluted) and STORET method reached water status up to 66.667% (class C, being polluted). Based on WQI method, in rainy season, status water is 76.667% and in dry season, water status is 66.667%. Its category 3rd class lightly polluted.

According to the STORET method, during the rainy season status water reaches 70% and at dry season water status is 73.333% and its categoried into class C, being polluted. The analyzed with STORET method almost didn’t meet with the basic standards application that assigned by East Java Government No. 61 about the river in East Java.

Keywords: Water Quality, Standard Quality, Water Quality Indext (WQI) Method, STORET Method

1. PENDAHULUAN

Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting karena tanpa air tidak akan ada kehidupan, sehingga bukan masalah kuantitas saja yang harus di perhatikan tetapi masalah kualitas juga perlu diperhatikan. Sumber air yang digunakan manusia salah satu contohnya adalah sungai. Sungai merupakan perairan terbuka yang dapat dimanfaatkan serta menampung semua

buangan dari kegiatan manusia di daerah

pemukiman, pertanian dan industri di daerah

sekitarnya. Sungai Brantas merupakan sungai

terpanjang di Jawa Timur, dimana sebagian besar

penduduk sekitar memanfaatkan sebagai sumber

utama bagi kebutuhan air baku untuk konsumsi

domestik, irigasi, industri, rekreasi dan

pembangkitan tenaga listrik. Berkembangnya

penduduk di sepanjang aliran Sungai Brantas

(2)

dapat berpengaruh terhadap kualitas airnya karena limbah yang dihasilkan dari kegiatan penduduk tersebut dibuang langsung ke sungai.

Tafangenyasha and Dzinomwa (2005) menyatakan perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan dampak buangan yang berasal dari penggunaan lahan yang ada.

Salah satu permasalahan yang ada saat ini adalah semakin menurunnya kualitas air sungai Brantas Hilir di Jombang dan Mojokerto sejalan dengan meningkatnya berbagai kegiatan penduduk di Daerah Aliran Sungai (DAS).

Penurunan kualitas air sungai ini selain disebabkan oleh pencemaran alami seperti terjadinya erosi dan limbah pertanian juga dikarenakan adanya bahan-bahan organik berupa limbah dari penduduk dan industri di sepanjang DAS serta aliran masuk lainnya yang turut mempengaruhi perubahan kualitas air sungai.

Penambahan bahan organik maupun anorganik berupa limbah kedalam perairan selain akan merubah susunan kimia air, juga akan mempengaruhi sifat-sifat biologi dari perairan tersebut. Banyaknya bahan organik di dalam perairan dapat menurunkan kandungan oksigen terlarut yang ada dan menurunkan kualitas air sungai tersebut. Perubahan kondisi kualitas air di Sungai Brantas bagian hilir khususnya daerah Jombang sampai Mojokerto maka dilakukan analisa dengan menggunakan Metode Water Quality Index (WQI) dan Metode STORET dengan menggunakan pemilihan parameter seperti temperatur, TSS, DO, BOD, Ph, NO

2

, NO

3

, dan total Coli.

Tujuan dari analisis ini adalah:

1. Mengetahui kondisis detiap parameter yang dianalisis apakah sesuai dengan standar baku atau tidak.

2. Mengetahui Kualitas air sungai Brantas Hilir Jombang Mojokerto dengan menggunakan Metode Water Quality Indext (WQI) dan Metode STORET periode tahunan.

3. Mengetahui Kualitas air sungai Brantas Hilir Jombang Mojokerto dengan menggunakan Metode Water Quality Indext (WQI) dan Metode STORET periode perbedaan musim.

Analisa ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mempermudah instansi tertentu

dalam mengetahui kondisi kualitas air Sungai Brantas Hilir di Jombang dan Mojokerto.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi titik pemantauan kualitas air dilakukan di daerah Sungai Brantas Hilir di Jombang dan Mojokerto dengan menggunakan 6 titik pemantauan, dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas Hilir

Gambar 2. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas Hilir

Penelitian dilakukan dengan mengambil titik sampel di setiap lokasi yang di tentukan. Dapat dilihat pada Tabel 1 tentang lokasi pemantauan kualitas air di Sungai Brantas Hilir.

Tabel 1. Lokasi Pemantauan Kualitas Air DAS Brantas Bagian Hilir

No Nama Tempat Lokasi

1. Jembatan Ploso Jombang Sungai Brantas Hilir

Ploso, Jombang

2. Tambangan Cheil Jedang Sungai Brantas Hilir

Jatimlerek, Jombang

(3)

No Nama Tempat Lokasi

3. Tambangan Betro Mojokerto

Sungai Brantas Hilir

Ds.Kesamben, Kec.Kemlagi Mojokerto 4. Jembatan Les Pandangan

Sungai Brantas Hilir

Pandangan Mojokerto

5. Jembatan Pulorejo Kali Brangkal Muara, Anak Sungai Brantas Hilir

Pulorejo, Mojokerto

6. Jembatan Tol Mojokerto Sungai Brantas Hilir

Mojokerto

2.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS) dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah temperatur, TSS, DO, BOD, Ph, NO

2

, NO

3

dan total Coli. Pemilihan parameter tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2003 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

Selanjutnya dihitung dengan menggunakan Metode Water Quality Index (WQI) dan Metode STORET dengan menggunakan periode tahunan dan periode variasi perbedaan musim. Dimana dianalisis sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dan disesuaikan dengan Keputusan Gubernur Jawa Timur No 61 tentang peruntukan sungai di Jawa Timur.

2.2 Mutu Air

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pasal 1 mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Sedangkan baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu.

2.3 Klasifikasi Mutu Air

Klasifikasi mutu air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 pasal 8 ayat 1 diterapkan menjadi 4

(empat) kelas yaitu sebagai berikut :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana atau prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakana untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.4 Metode Water Quality Indext (WQI) Metode Water Quality Index (WQI) adalah sebuah metode yang digunakan untuk menilai parameter wajib dalam penentuan kualitas air untuk memenuhi kebutuhan air baku minum (Lathamani,2014). Dari hasil studi penilaian yang telah dilakukan menunjukan Metode WQI lebih realistis dan lebih sesuai dengan kondisi riil di lapangan. persamaan untuk metode ini adalah sebagai berikut:

WQI =

∑[

𝐶𝑖 𝑃𝑙𝑖]

𝑛

Keterangan :

WQI = Water Quality Index C

i

= konsentrasi variabel i

Pl

i

= standar baku yang diijinkan untuk variabel i

n = jumlah variabel

Adapun pembagian kelas menurut metode ini

adalah terdiri dari 6 kelas yaitu kelas 1: sangat

bersih, kelas 2: bersih, kelas 3: sedikit tercemar,

kelas 4: cukup tercemar, kelas 5: sangat tercemar

dan kelas 6: air kotor seperti pada Tabel 2.

(4)

Tabel 2 Klasifikasi Kualitas Air

Niai WQI

Kualitas air

Rekomendasi Kelas Tingkat

WQI ≤ 0,30 1 Sangat bersih

Tidak diperlukan pengelolahan. Sesuai untuk berbagai macam kebutuhan sepeti air minum, irigasi, perikanan dan lain-lain

0,31 ≤ WQI ≤

0,89 2 Bersih

Untuk minum dan pertanian perlu pengolahan, jika untuk perikanan tidak diperlukan pengelolahan karena sudah sesuai dengan peruntukannya.

0,90 ≤ WQI ≤

2,49 3 Tercemar

ringan

Tidak sesuai untuk minum dan pertanian, jika tidak ada pilihan maka perlu dilakukan pengolahan untuk kedua kebutuhan tersebut.

Tidak memerlukan pengolahan jika digunakan untuk peternakan, rekreasi, dan tujuan olahraga.

2,50 ≤ WQI ≤

3,99 4 Tercemar

sedang

Dapat digunakan untuk irigasi dan keperluan industri dengan pengolahan terlebih dahulu.

4,00 ≤ WQI ≤

5,99 5 Tercemar

berat

Hanya dapat digunakan untuk kepentingan industri berat yang tanpa kontak badan setelah dilakukan pengolahan tersebut.

WQI ≥ 6,00 6 Kotor

Tidak sesuai untuk berbagai kebutuhan dan biaya pengelolahan sangat ekstensif (mahal)

Sumber: Altansukh Dan Davaa.2011.Aplication Of Index Analisys To Evaliate The Water Quality Of The Tuul River In Mongolia. Jurnal Of Water Resources And Production, 3, 198-414.

2.5 Metode STORET

Metode STORET merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk menentukan status mutu air. Penentuan status mutu air dilakukan dengan cara membandingkan data kualitas air dengan baku mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan peruntukannya.

Dengan metode ini dapat diketahui parameter- parameter yang telah memenuhi atau melampai baku mutu air.

Cara meentukan status mutu air digunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan

mutu air dalam empat kelas seperti pada tabel 3.

(Kepmen LH No. 115, 2003).

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode STORET dilakukan dengan langkah-langkah sebagi berikut :

1. Melakukan pengumpulan data mutu air secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).

2. Mencari nilai maksimum, minimum dan rata-rata dari data mutu ait tersebut.

3. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.

4. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu) maka diberi skor 0.

5. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran >

baku mutu), maka di beri skor sesuai dengan Tabel 3.

Tabel 3 Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air

Sumber : Canter (1977)

Catatan* : jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air.

6. Menghitung total jumlah negatif dari seluruh parameter dengan menggunakan status mutu airnya dengan melihat Tabel 4.

Tabel 4 Klasifikasi Status Mutu Air Menurut

“US-EPA”

Sumber : Kepmen LH No. 115

Fisika Kimia Biologi

Maks -1 -2 -3

Min -1 -2 -3

Rerata -3 -6 -9

Maks -2 -4 -6

Min -2 -4 -6

Rerata -6 -12 -18

Jumlah

Contoh* Nilai Parameter

< 10

≥ 10

No Kelas Kategori Skor Keterangan

1 Kelas A Baik Sekali 0 Memenuhi

baku mutu

2 Kelas B Baik -1 s/d -10 Tercemar

ringan 3 Kelas C Sedang -11 s/d -30 Tercemar

sedang

4 Kelas D Buruk ≥-30 Tercemar

berat

(5)

3 ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Setiap Parameter

Setelah dianalis dapat simpulkan pemberi pencemar terbesar pada sungai Brantas bagian hilir di Jombang dan Mojokerto adalah parameter TSS, BOD dan total coli. Parameter tersebut yang sebagian besar tidak memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 dikarenakan pada setiap titik pemantauan untuk parameter TSS disebabkan erosi tinggi dan mengakibatkan kekeruhan, parameter BOD disebabkan oleh limbah industri yang langsung dibuang di sungai tanpa harus diolah terlebih dahulu, limbah domestik dan home industry yang bergerak di bidang pangan dan limbah pertanian dikarenakan meningkatnya penggunaan pupuk buatan. Parameter total coli disebabkan karena pembuangan tinja disetiap titik pemantauan kualitas air. Parameter temperatur, DO, Ph, NO

2

dan NO

3

sebagian besar masih memenuhi baku mutu.

3.2 Analisis Metode Water Quality Index (WQI)

Hasil perhitungan setiap titik pemantauan pada tahun 2010-2014 dengan menggunakan Metode Water Quality Index (WQI) untuk periode tahunan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil perhitungan kualitas air Sungai Brantas Hilir dengan metode WQI periode

tahunan

Pada Gambar 3 Hasil perhitungan di atas dilihat pada titik pemantauan nomer 5 di Jembatan Pulorejo terjadi penurunan nilai WQI pada tahun 2010 dan 2011, hasil ini dikarenakan hasil parameter total coli mengalami penurunan maka dari itu nilai WQI semakin baik.

Pada titik selanjutnya tahun 2011 terjadi peningkatan nilai WQI di sebabkan karena meningkatnya jumlah parameter total coli.

Tabel 5 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air Sungai Brantas Hilir dengan Metode WQI

Berdasarkan Tabel 5 tahun 2011 mengalami kenaikan kelas 5 pada titik pemantauan di Tambangan Cheil Jedang selanjutnya penurunan kelas di Jembatan Pulorejo di titik selanjutnya mengalami kenaikan kelas menjadi kelas 4, hal tersebut diakibatkan pada tahun 2010 dan 2011 pembuangan limbah tinja di Sungai Brantas Hilir Jombang Mojokerto yang tinggi mengakibatkan parameter total coli tinggi selain itu kekeruhan yang di sebabkan erosi pada aliran sungai juga menyebabkan parameter TSS tinggi dan menyebabkan kondisi kualitas air menurun.

Hasil presentasi kelas mutu air menurut Metode Water Quality Index (WQI) periode tahunan mendapatkan hasil 66,67% adalah tercemar ringan masuk kelas 3, 20% tercemar sedang masuk kelas 4 dan 13,33% tercemar berat masuk kelas 5.

Gambar 4. Hasil Perhitungan Kualitas Air Sungai Brantas Hilir dengan Metode WQI

periode Musim Hujan

Pada Gambar 4 Hasil perhitungan nilai WQI tertinggi terjadi pada tahun 2011 di Jembatan Ploso Jombang disebabkan nilai parameter total coli tinggi karena limbah tinja meningkat.

Jembatan Ploso Jombang

Tambangan cheil Jedang

Tambangan Betro Mojokerto

Jembatan Les Pandangan

Jembatan Pulorejo

Jembatan Tol Mojokerto

2010 4 4 4 4 3 4

2011 4 5 5 5 3 5

2012 3 3 3 3 3 3

2013 3 3 3 3 3 3

2014 3 3 3 3 3 3

Tahun

Jembatan

(6)

Tabel 6 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air Musim Hujan Sungai Brantas Hilir dengan

Metode WQI

Pada Tabel 6 hasil perhitungan WQI pada tahun 2010 mengalami kenaikan kelas mutu air pada titik pemantaun Tambangan Betro Mojokerto dan mengalami penurunan kelas mutu air pada titik pemantauan berikutnya. Presentasi hasil kelas mutu air menurut Metode Water Quality Indexs (WQI) mendapatkan hasil 6,67 % tingkat kualitas air bersih masuk kategori kelas 2, 76,67% kategori tercemar ringan masuk kelas 3, 13,33% tercemar sedang masuk kelas 4, 3,33%

tercemar berat masuk kelas 5.

Gambar 5. Hasil Perhitungan Kualitas Air Sungai Brantas Hilir dengan Metode WQI

periode Musim Kemarau

Pada Gambar 5 hasil perhitungan di atas dengan Metode Water Quality Index (WQI) pada musim kemarau dapat dilihat pada titik pemantauan nomer 5 di Jembatan Pulorejo terjadi penurunan nilai WQI pada tahun 2010 dan 2011, hasil ini dikarenakan hasil parameter total coli mengalami penurunan maka dari itu nilai WQI semakin baik. Pada titik selanjutnya terjadi peningkatan nilai WQI di sebabkan karena meningkatnya total coli. Setelah mendapat nilai WQI selanjutnya pengklasifikasian kelas dengan Metode WQI pada musim kemarau dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air Musim Kemarau Sungai Brantas Hilir dengan

Metode WQI

Hasil perhitungan WQI pada Tabel 7 tahun 2010 mengalami penurunan kalas pada titik pemantauan Jembatan Pulorejo yang sebelumnya kelas 4 menjadi kelas 3 dan pada titik pemantauan Jembatan Tol Mojokerto mengalami kenaikan kelas menjadi kelas 6 dikarenakan sebagian parameter t total coli idak memenuhi standar baku, hal ini bisa disebabkan meningkatnya pembuangan limbah tinja. Hasil penentuan status mutu air pada Tabel 7 hasil kelas mutu air menurut Metode Water Quality Indexs (WQI) mendapatkan hasil 66,67 % tingkat kualitas air tercemar ringan masuk kategori kelas 3, tercemar sedang masuk kategori kelas 4 mencapai 16,67% , tercemar berat masuk kelas 5 mencapai 6,67% dan 10% masuk kelas 6 yaitu kotor.

3.3 Analisa Metode STORET

Hasil analisis dengan menggunakan Metode STORET di 6 titik pemantauan Sungai Brantas Hilir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Gambar 6 Hasil Perhitungan Kualitas Air Sungai Brantas Hilir dengan Metode STORET

periode Tahunan

Pada Gambar 6 hasil perhitungan dengan Metode STORET di titik pemantauan nomer 3 tahun 2011-2014 di Tambangan Betro Mojokerto terjadi peningkatan nilai STORET pada tiap tahunnya dibandingkan titik sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan terjadi peningkatan

Jembatan Ploso Jombang

Tambangan cheil Jedang

Tambangan Betro Mojokerto

Jembatan Les Pandangan

Jembatan Pulorejo

Jembatan Tol Mojokerto

2010 3 3 4 3 3 2

2011 5 4 4 4 3 3

2012 2 3 3 3 3 3

2013 3 3 3 3 3 3

2014 3 3 3 3 3 3

Tahun

Jembatan

Jembatan Ploso Jombang

Tambangan cheil Jedang

Tambangan Betro Mojokerto

Jembatan Les Pandangan

Jembatan Pulorejo

Jembatan Tol Mojokerto

2010 4 4 4 4 3 6

2011 4 5 6 5 3 6

2012 3 3 3 3 3 3

2013 3 3 3 3 3 3

2014 3 3 3 3 3 3

Tahun

Jembatan

(7)

parameter temperatur, BOD, NO

2

dan total coli yang tidak memenuhi standar baku mutu.

Tabel 8 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air Sungai Brantas Hilir dengan Metode STORET

Menurut Tabel 8 Sungai Brantas Hilir pada tahun 2010 sampai 2013 mengalami kenaikan dan penurunan kelas air. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan kelas air di titik pemantauan Tambangan Betro Mojokerto menjadi kelas D tetapi pada titik selanjutnya masuk kategori kelas C. Hasil presentasi status mutu air menurut Metode STORET mendapatkan hasil 66,67%

tingkat kualitas air tercemar sedang masuk kategori kelas C dan untuk kategori tercemar berat masuk kelas D mencapai 33,33%.

Gambar 7 Hasil Perhitungan Kualitas Air Sungai Brantas Hilir dengan Metode STORET

periode Musim Hujan

Pada Gambar 7 hasil perhitungan dengan Metode STORET dapat dilihat pada enam titik pemantauan dari tahun 2010-2014 mengalami peningkatan dan penurunan nilai STORET pada tiap tahunnya, hal tersebut bisa terjadi karenan kondisi sekitar daerah aliran sungai dan limbah yang di buang ke sungai.

Tabel 9 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air Musim Hujan Sungai Brantas Hilir dengan

Metode STORET

Hasil perhitungan pada Tabel 9 tahun 2011dan 2014 kondisi kualitas air menepati kelas C secara konstan pada masing-masing titik pemantauan. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan status mutu air pada titik pemantauan Tambangan Cheil Jedang. Pada tahun 2013 pada titik pemantauan Jembatan Ploso Jombang masuk kelas C, pada titik selanjutnya terjadi peningkatan nilai STORET menjadi kelas D sampai pada titik pemantauan Jembatan Pulorejo dan pada titik selanjutnya mengalami penurunan menjadi kelas C. Hasil penentuan status mutu air pada tabel 9 presentasi kelas mutu air menurut Metode STORET mendapatkan hasil 70%

tercemar sedang masuk kategori kelas C dan untuk kategori tercemar berat masuk kelas D mencapai 30%.

Gambar 8 Hasil Perhitungan Kualitas Air Sungai Brantas Hilir dengan Metode STORET

periode Musim Kemarau

Hasil perhitungan pada Gambar 8 dapat dilihat enam titik pemantauan dari tahun 2010- 2014 mengalami peningkatan dan penurunan nilai STORET pada tiap tahunnya. Pada titik pemantauan nomor 2 (Tambangan Cheil Jedang) dan 3 (Tambangan Betro Mojokerto) tahun 2012 terjadi peningkatan skor STORET dikarenakan parameter temperatur, BOD, NO

2

dan TSS mengalami penambahan skor karena tidak sesuai dengan standar baku mutu.

Tabel 10 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air Sungai Brantas Hilir dengan Metode STORET

Jembatan Ploso Jombang

Tambangan cheil Jedang

Tambangan Betro Mojokerto

Jembatan Les Pandangan

Jembatan Pulorejo

Jembatan Tol Mojokerto

2010 C D D C C C

2011 C C C C C C

2012 C C D D D C

2013 C D D D D C

2014 C C D C C C

Tahun

Jembatan

Jembatan Ploso Jombang

Tambangan cheil Jedang

Tambangan Betro Mojokerto

Jembatan Les Pandangan

Jembatan Pulorejo

Jembatan Tol Mojokerto

2010 D D D D C C

2011 C C C C C C

2012 C D C C C C

2013 C D D D D C

2014 C C C C C C

Tahun

Jembatan

Jembatan Ploso Jombang

Tambangan cheil Jedang

Tambangan Betro Mojokerto

Jembatan Les Pandangan

Jembatan Pulorejo

Jembatan Tol Mojokerto

2010 D C C C C D

2011 C C C C C C

2012 C C D D C D

2013 B C C C C C

2014 B C C C B C

Tahun

Jembatan

(8)

Pada Tabel 10 dapat dilihat tahun 2012 mengalami kenaikan status mutu air dari kelas C menjadi kelas D pada titik pemantauan Tambangan Betro Cheil Jedang, Jembatan Les Pandangan dan Jembatan Tol Mojokerto. Tahun 2013 kondisi kualitas air di Jembatan Ploso Jombang masuk kelas B dan di titik pemantauan berikutnya menempati kelas C. Pada tahun 2014 kondisi kualitas air di Jembatan Ploso Jombang dan Jembatan Pulorejo masuk kelas B karena parameter TSS dan total coli memenuhi standar baku mutu.

Hasil penentuan status mutu air pada Tabel 10 presentasi hasil kelas mutu air menurut Metode STORET mendapatkan hasil 10%

tingkat kualitas air tercemar ringan masuk kategori kelas B, 73,33% tercemar sedang masuk kategori kelas C dan untuk kategori tercemar berat masuk kelas D mencapai 16,67%.

Dari hasil perhitungan menggunakan Metode STORET kondisi kualiats air Sungai Brantas Hilir Jombang dan Mojokerto tidak memenuhi standar karena sebagian besar masuk kelas C tercemar sedang. Menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur No 61 tentang peruntukan sungai di Jawa Timur bahwa Sungai Brantas masuk kelas 2 dengan kualitas tercemar ringan, maka dari itu menurut Metode STORET memerlukan pemantauan khusus guna meningkatkan kualitas air agar sesuai dengan standar kualitas air Sungai Brantas Hilir di Jombang dan Mojokerto.

Hasil perhitungan Metode Water Quality Index (WQI) dan Metode STORET periode tahunan dan variasi perbedaan musim mengalami hasil yang berbeda pada periode tahunan dan variasi musim, dikarenakan masing-masing metode mempunyai pengklasifikasian atau penilaian tersendiri dalam penentuan kelas mutu air. Metode STORET dalam penentuan skor tidak tergantung pada tinggi rendahnya hasil pengamatan tetapi tergantung pada kesesuaian standar baku mutu air dan Metode WQI dalam perhitungan kualitas air termasuk proporsional karena tinggi rendahnya data hasil pengamatan mempengaruhi hasil nilai WQI, oleh karena itu hasil perhitungan kualitas air Metode WQI dan Metode STORET berbeda.

4 KESIMPULAN

DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Debit pemberi pencemar terbesar pada Sungai Brantas Hilir daerah Jombang dan Mojokerto dengan 6 titik pemantauan, pengukuran dilakukan setiap 3 bulan sekali dari tahun 2010-2014 adalah parameter TSS, BOD dan total coli. Parameter tersebut yang sebagian besar tidak memenuhi baku mutu sesuai PP 82 tahun 2001. Parameter temperatur, DO, Ph, NO

2

dan NO

3

sebagian besar masih memenuhi baku mutu yang tetapkan.

2. Kualitas air sungai periode tahunan Sungai Brantas Hilir daerah Jombang dan Mojokerto dengan melalui enam titik pemantauan menurut Metode Water Quality Index (WQI) mendapatkan hasil 66,67%

adalah tercemar ringan masuk kelas 3, 20%

tercemar sedang masuk kelas 4 dan 13,33%

tercemar berat masuk kelas 5. Sedangkan status mutu air menurut Metode STORET sebanyak 66,67% tingkat kualitas air tercemar sedang masuk kategori kelas C dan untuk kategori tercemar berat masuk kelas D mencapai 33,33%.

3. Status mutu air Sungai Brantas Hilir daerah Jombang dan Mojokerto pada musim hujan menurut Metode Water Quality Index (WQI) mendapatkan hasil 6,67 % tingkat kualitas air bersih masuk kategori kelas 2, 76,67%

kategori tercemar ringan masuk kelas 3, 13,33% tercemar sedang masuk kelas 4, 3,33% tercemar berat masuk kelas 5.

Sedangkan pada musim kemarau hasil perhitungan Metode Water Quality Index (WQI) 66,67 % tingkat kualitas air tercemar ringan masuk kategori kelas 3, tercemar sedang masuk kategori kelas 4 mencapai 16,67% , tercemar berat masuk kelas 5 mencapai 6,67% dan 10% masuk kelas 6 yaitu kotor. Status mutu air di Sungai Brantas Hilir daerah Jombang dan Mojokerto pada musim hujan menurut Metode STORET mendapatkan hasil 70%

tercemar sedang masuk kategori kelas C dan

(9)

untuk katerori tercemar berat masuk kelas D mencapai 30%. Hasil perhitungan menggunakan Metode STORET pada musim kemarau menghasilkan 10% tingkat kualitas air tercemar ringan masuk kategori kelas B , 73,33% tercemar sedang masuk kategori kelas C dan untuk kategori tercemar berat masuk kelas D mencapai 16,67%. Hasil perhitungan status mutu air dengan Metode Water Quality Index (WQI) yaitu sebagian besar masuk kelas 3 dengan kualitas air tercemar ringan sebagian besar masih memenuhi standar sebaliknya untuk Metode STORET tidak memenuhi standar karena sebagian besar masuk kelas C tercemar sedang. Menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur No 61 tentang peruntukan sungai di Jawa Timur bahwa Sungai Brantas masuk kelas 2 dengan kualitas tercemar ringan, maka dari itu menurut Metode STORET Sungai Brantas bagian hilir memerlukan pemantauan khusus guna meningkatkan kualitas air agar sesuai dengan standar kualitas air Sungai Brantas.

4.2 Saran

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penyusun, maka disarankan beberapa hal:

1. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam analisis ini, kepada pihak lain di harapkan untuk mengadakan analisis sejenis lebih lanjut dan di periode yang lebih singkat.

2. Kepada pihak lain di harapkan dapat melanjutkan analisis dengan menggunakan metode, sampel dan parameter yang digunakan yang lebih banyak, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih optimal.

3. Mengontrol pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah pertanian yang ada di sekitar sungai Brantas Hilir Jombang Mojokerto.

4. Tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah tinja secara langsung dan dilakukan perencanaan sarana dan prasarana IPLT (Instalasi Pengelolahan Lumpur Tinja), diharapkan limbah tinja yang berasal dari pemukiman penduduk diolah ke tempat tersebut sehingga dapat menjaga kualitas air.

5. Diharapkan untuk pemerintah harus tegas dalam pemantauan pengelolaan terhadap kualitas air sungai dengan menerapkan sanksi hukum kepada semua pihak yang dengan sengaja melakukan pencemaran sungai.

DAFTAR PUSTAKA

Altansukh Dan Davaa. 2011. Aplication Of Index Analisys To Evaliate The Water Quality Of The Tuul River In Mongolia. Jurnal Of Water Resources And Production. 3. 198- 414.

Lathamani R, M.R Janardhana, S.Suresha. 2014.

Aplication of Water Quality Index Method to Asses Groundwater Quality in Mysore City. Karnataka. India. International Jurnal of Innovation Research in Science.

Engineering and Technology. (501-508).

Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta:

Sekretaris Negara.

Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002.

Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta: Menteri Kesehatan.

Republik Indonesia. 2003. KepMen LH Nomor 115 Tahun 2001. tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta:

Sekretaris Negara

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2010.

Tentang penetapan kelas air pada air sungai. Jawa Timur: Gubernur Jawa Timur.

Tafagenyasha,C and T. Dzinomwa. 2005. Land-

use Impacts on River Water Quality in

Lowveld Sand River System in South-East

Zimbabwe. Land Use and Water Resources

Research 5: 3.1-3.10.

Referensi

Dokumen terkait

Kepada Teman Penulis yaitu Hendra Sinaga, Bambang Hadi Pranowo, Fahrie Rezeki Pane, Kristian Sinaga, dan Alexander Sinaga yang telah memotivasi serta memberi dukungan serta

Menunjukkan bahwa variabel dependen Penjualan dikontribusi dan dipengaruhi oleh variabel independen Promosi, sedangkan sisanya 34.8% dijelaskan oleh variabel lain

Publik yang puas dengan kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla &#34;saat ini&#34; (saat survei dilaksanakan) adalah 68.9%

Sepanjang 2011 kita menyaksikan begitu banyaknya kasus-kasus kekerasan atas nama agama dan berbagai bentuk pelarangan beribadah yang dilakukan sekelompok masyarakat yang begitu

Adapun kegiatan-kegiatan yang hendaknya dilakukan di area yang ditentukan antara lain penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa dan tidak hentinya melimpahkan kasih karunia dan berkat-Nya sehingga penulis mampu

Hal tersebut sejalan dengan Akhmat Sudrajat (2011:140) tutor sebaya adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang siswa kepada siswa lainnya yang salah satu

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan