• Tidak ada hasil yang ditemukan

AEK RANGAT. (Studi Deskriptif Pemandian Air Panas Di Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan. Sipoholon Kabupaten Tapanauli Utara) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AEK RANGAT. (Studi Deskriptif Pemandian Air Panas Di Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan. Sipoholon Kabupaten Tapanauli Utara) SKRIPSI"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

AEK RANGAT

(Studi Deskriptif Pemandian Air Panas Di Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanauli Utara)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Sosial

dalam bidang Antropologi

Oleh Yosua Marpaung

140905119

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah di setujui untuk di pertahankan leh:

Nama : Yosua Marpaung

Nim : 140905119

Departemen : AntropologiSosial

Judul : Aek Rangat (Studi Deskriptif Pemandian Air Panas Di Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanauli Utara)

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

Dra.SabariahBangun, M.Soc. Sc Dr. Fikarwin, M.Ant

NIP. 1957010519870322001 NIP. 196212201989031005

WakilDekan I

FakultasIlmuSosialIlmuPolitik Universitas Sumatera Utara

HusniThamrin, S.Sos. M.SP NIP. 197203082005011001

(3)

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Aek Rangat (Studi Deskriptif Pemandian Air Panas di Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanauli Utara)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Juli 2019

Yosua Marpaung

(4)

ii ABSTRAK

Yosua Marpaung, 2019, judul skripsi: “AEK RANGAT” Studi Deskriptif Pemandian Air Panas Di Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanauli Utara. Skripsi ini terdiri dari 5 BAB, 91 halaman, 4 tabel, dan 8 gambar.

Tulisan ini berjudul “Aek Rangat” Studi Deskriptif Pemandian Air Panas Di Kelurahan Situmeang Habinsaran, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanauli Utara. Kabupaten Tapanauli Utara memiliki banyak objek pariwisata yang diantaranya ialah pemandian air panas. Pemandian air panas yang ada di Kabupaten Tapanauli Utara ada dua. Pemandian air panas tersebut terdapat di Kelurahan Situmeang Habinsaran dan di Desa Hutabarat.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dengan penelitian lapangan secara langsung dan melakukan observasi, wawancara.

Sumber air panas yang terletak di Situmeang Habinsaran, Kecamatan Sipoholon, Tapanuli Utara menjadi inspirasi bagi pemilik pemandian air panas untuk membuka wisata pemandian air panas, aliran air panas dengan suhu 40 hingga 70 derajat celsius menjadikan tempat ini serasa surga lain di tanah Indonesia.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah mengetahui profil pemilik objek parawisata air panas dan interaksi antar pemilik dan pengunjung di Kelurahan Situmeang Habinsaran dan bagaimana cara pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pemilik pemandian objek wisata pemandian air panas di Kelurahan Situmeang Habinsaran. Pihak pemilik pemandian selalu mengutamakan menjaga kebersihan dan kenyamanan lokasi pemandian air panas. Pemandian air panas ini masih alami dari alam, pemilik pemandian air panas hanya perlu menjaga keasrian dan kebersihan agar pengunjung tetap merasa nyaman selama berada di lokasi wisata.

Kata kunci : Aek Rangkat, Pemandian Air Panas, Pariwisata

(5)

ii ABSTRACT

Yosua marpaung, 2019, thesis title : “Hot Water” Descriptive Study of Hot Springs in Situmeang Habinsaran Sub-District Sipoholon Subdistrict of North Tapanauli. This thesis consists of 5 chapters, 91 pages, 4 tables, and 8 pictures.

This paper is titled “Hot Water” Descriptive Study of Hot Springs in Situmeang Habinsaran, Sub-District Sipoholon, Subdistrict of North Tapanauli.

North Tapanauli Regency has many tourism objects including hot springs. There are two hot springs in the North Tapanauli Regency. The hot water baths are located in Situmeang Habinsaran Village and in Hutabarat Village.

This study uses qualitative research methods, namely direct field research and observation, interviews. The hot springs are located in Situmeang Habinsaran, Sipoholon District, North Tapanuli became an inspiration for hot spring owners to open hot spring tours, hot water flow with temperatures of 40 to 70 degrees celsius makes this place feel like another paradise on Indonesian soil.

The results of this study are to find out the profile of the owners of hot spring tourism objects and interactions between owners and visitors in the Situmeang Habinsaran Kelurahan and how the management is carried out by the owners of the hot spring baths in the Situmeang Habinsaran Kelurahan. The bath owners always prioritize maintaining the cleanliness and comfort of the hot spring locations. This hot spring is still natural from nature, the owner of the hot spring just needs to maintain the beauty and cleanliness so that visitors still feel comfortable while in the tourist location.

Keywords : Hot Water, Hot spring, tourism

(6)

iii UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat, kasih dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Aek Rangat”(Studi Deskriptif Pemandian Air Panas di Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanauli Utara). Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapi Sarjana S1 Antropologi Sosial di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga saya yang senantiasa mengasihi, mendidik, dan memotivasi saya. Terutama kepada kedua orang tua saya, yaitu: Berlin Marpaung dan Veranike Hutauruk. Kakak saya Yohana Marpaung dan abang saya Inra Samuel Fernando Marpaung, serta adik-adik sepupu saya Matthew Hutauruk, Thesa Hutauruk, dan David Hutauruk.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos. M.Si Kepada Ketua Departemen Antropologi yang dengan bijaksana memberikan arahan bagi saya, Bapak Dr. Drs. Fikarwin Zuska M.Ant dan Bapak Drs. Agustrisno, M.SP selaku Sekretaris Departemen Antropolog dan dosen penguji skripsi saya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama perkuliahan.

Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Penasehat Akademik Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc. Sc selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah banyak memberikan ilmu, waktu, dan perhatian serta bimbingannya kepada saya mulai dari awal penyusunan proposal sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada seluruh staf pengajar Departemen Antropologi FISIP USU yang telah memberikan begitu banyak ilmu,

(7)

iv wawasan serta pengetahuan baru bagi saya selama masa perkuliahan. Demikian juga saya mengucapkan terima kasih kepada staf administrasi Departemen Antropologi Kak Nurhayati dan Kak Sri yang baik hati.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Binhot Aritonang selaku Ketua Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya di Kabupaten Tapanuli Utara yang telah membantu kelancaran saya dalam melakukan penelitian lapangan. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada seluruh masyarakat Kelurahan Sirumeang Habinsaran, khususnya kepada Bapak J. Situmeang, Bapak Ebenhezer Situmeang, dan Bapak Daniel Situmeang, karena mereka adalah informan sekaligus keluarga baru bagi saya karena keramahan dan kebaikan mereka dalam membantu penyelesaian skripsi saya.

Pada kesempatan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa/i Antropologi FISIP USU angkatan 2014 atas pengalaman-pengalaman tak terlupakan selama masa perkuliahan, terutama kepada Feliks Sihombing, Eunike Nanulaita, David Gajah, Amos Silaban, Naufal, Widiyanto, dan juga Adi Nainggolan.Begitu juga kepada Abang Hariman, Charles Gultom, Sakti, Maryo, Gorat, Jonathan, Fritz, dan Boyterima kasih banyak buat motivasi dan bantuannya.

Terima kasih kepada orang tua dari teman saya Feliks Sihombing yang senantiasa membantu saya selama penelitian lapangan di Kabupaten Tapanuli Utara. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu, yang telah membantu saya dalam pembelajaran selama studi hingga penyelesaian skripsi, saya ucapkan terima kasih. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa membalas seluruh kebaikan yang telah saya terima selama ini.

(8)

v Saya yakin bahwa masih banyak hal-hal yang kurang dalam penulisan skripsi ini.

Kiranya saya berharap akan adanya saran, masukan, kritik bagi skripsi ini, sehingga tercapainya suatu tulisan yang baik dan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Juli 2019 Penulis

Yosua Marpaung

(9)

iii RIWAYAT HIDUP

Yosua Marpaung, lahir pada tanggal 20 Agustus 1996 di Sei Meranti, Sumatera Utara. Anak ketiga dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan Bapak Berlin Marpaung dan Ibu Veranike Hutauruk, beragama Kristen Protestan.

Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Methodist 1 Medan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama di SMP Methodist 1 Medan pada tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Methodist 1 Medan pada tahun 2014.

Kemudian pada tahun 2014 melanjutkan

pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Sumatera Utara dengan spesifikasi Ilmu Antropologi Sosial.

Berbagai kegiatan yang dilakukan selama masa studi, antara lain:

 Peserta Inisiasi Antropologi Sosial FISIP USU pada tahun 2014.

 Anggota Inisiasi Antropologi Sosial FISIP USU pada tahun 2014.

 Panitia Bayangan Inisiasi Antropologi Sosial FISIP USU pada tahun 2015.

 Koordinator Keamanan pada saat Inisiasi Antopologi FISIP USU pada tahun 2016.

 Mengikuti Pelatihan “Training of Facilitator” pada tahun 2017.

 Mengikuti penelitian yang di selenggarakan oleh lembaga survey MRC (Media Research Center) pada bulan Mei tahun 2016.

 Mengikuti penelitian yang di selenggarakan oleh lembaga survey MRC (Media Research Center) pada bulan Agustus tahun 2016.

 Mengikuti penelitian yang di selenggarakan oleh lembaga survey MRC (Media Research Center) pada bulan April tahun 2017.

 Mengikuti penelitian yang di selenggarakan oleh lembaga survey MRC (Media Research Center) pada bulan Juli tahun 2017.

 Mengikuti Praktik Kerja Lapangan di Dinas Balai Arkeologi Sumatera Utara.

(10)

iv Prestasi yang diperoleh selama masa perkuliahan, antara lain :

1. Juara III Turnament Futsal HMI CUP FISIP USU pada tahun 2015.

2. Juara III Turnament Sepak Bola FISIP CUP USU pada tahun 2015.

3. Juara III Turnament Sepak Bola FISIP CUP USU pada tahun 2017.

4. Juara II Turnament Sepak Bola FISIP CUP USU pada tahun 2018.

(11)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Aek Rangat” Studi Deskriptif Pemandian Air Panas di Kelurahan Situmeang Habinsaran, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanauli Utara. Penelitian ini dimaksud untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini disusun oleh penulis berdasarkan hasil observasi, dan wawancara mendalam dilapangan dengan informan yang menjadi sumber informasi pada skripsi ini. Skripsi ini berisikan mengenai profil pemilik pemandian air panas dan interaksi antara pemilik dengan pemilik, pemilik dengan wisatawan, dan wisatawan denga wisatawan. Selain itu yang menjadi fokus pembahasan adalah tentang bagaimana cara pemilik pemandian air panas mengelola pemandian air panas .

Pembahasan skripsi ini telah diuraikan kedalam 5 (lima) bab. Adapun penguraian pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut :

 Bab I skripsi ini merupakan konsep penelitian yang diterapkan dalam pengumpulan data skripsi ini.

 Bab II menjelaskan gambaran umum mengenai lokasi penelitian yang akan diteliti oleh penulis.

(12)

iv

 Bab III disesuaikan dengan rumusan masalah yang diangkat oleh penulis, salah satunya adalah interaksi dan profil pemilik pemandian air panas di Kelurahan Situmeang Habinsaran, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanauli Utara.

 Bab IV pembahasan dari rumusan masalah yang kedua, penulis membahas mengenai bagaimana sistem pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pengelola pemandian air panas.

 Bab V merupakan kesimpulan yang ditarik oleh peneliti mengenai keseluruhan penelitian yang dilakukan.

Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai pemandian air panas yang berada di Kelurahan Situmeang Habinsaran, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanauli Utara. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat mengembangkan skripsi ini dari para pembacanya.

Medan, Juli 2019 Penulis

Yosua Marpaung

(13)

x DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

RIWAYAT HIDUP...vi

KATA PENGANTAR……….viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL………..xi

DAFTAR FOTO………..….xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tinjauan Pustaka ... 5

1.2.1 Pengertian Pariwisata ... 5

1.2.2 Antropologi Pariwisata... 13

1.2.3 Konsep Pariwisata ... 14

1.2.4 Industri Pariwisata ... 15

1.2.5 Keparisataan Berwawasan Lingkungan ... 19

1.2.6 Eko Wisata (Nature Tourism) ... 21

1.3 Rumusan Masalah ... 22

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 22

1.5 Metode Penelitian... 22

1.5.1 Jenis dan Pendekatan... 24

1.5.2 Instrumen Penelitian... 24

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data ... 26

1.6 Lokasi Penelitian ... 28

1.7 Studi Dokumentasi ... 28

1.8 Jenis dan Sumber Data ... 29

1.9 Teknik Pengumpulan Data ... 29

1.10 Pengalaman Penelitian ... 30

BAB II GAMBARAN UMUM ... 33

2.1 Letak Geografis ... 33

2.2 Keadaan Iklim ... 34

2.3 Kondisi Penduduk ... 35

2.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 35

2.3.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 35

2.3.3 Komposisi Penduduk /berdasarkan Agama ... 36

2.4 Sistem Mata Pencaharian ... 37

2.5 Potensi Objek Wisata ... 39

2.5.1 Potensi Internal Objek Wisata ... 43

2.5.2 Potensi Eksternal Objek Wisata ... 45

(14)

xi

2.6 Kondisi Objek Wisata Pemandian Aek Rangat Sipoholon ... 47

2.7 Waktu Tempuh dan Akses ... 49

2.8 Animo Pengunjung... 50

2.9 Upaya Pengembangan ... 51

BAB III INTERAKSI & PROFIL PEMILIK PEMANDIAN ... 53

3.1 Profil ... 53

3.1.1 Pemandian Air Panas Segar ... 53

3.1.2 Pemandian Air Panas Lehu ... 57

3.1.3 Pemandian Air Panas Edelweis ... 57

3.2 Menuju Pemandian Air Panas Sipaholon……….. 58

3.3 Interaksi ... 59

3.3.1 Antar Pemilik dan Pemilik ... 59

3.3.2 Antar Pemilik dan Pengunjung ... 59

3.3.3 Antar Pengunjung dan Pengunjung ... 60

BAB IV PENGELOLAAN PEMANDIAN AEK RANGAT ... 62

4.1 Sistem Kepemilikan ... 62

4.1.1 Turun Temurun ... 62

4.1.2 Kontrak ... 64

4.2 Perekrutan Tenaga Kerja ... 65

4.3 Sarana dan Alat ... 67

4.3.1 Kolam Pemandian ... 68

4.3.2 Kamar Ganti Pakaian ... 72

4.3.3 Kantin ... 76

4.3.4 Parkir ... 78

4.4 Proses Pengambilan Air Panas ... 79

4.5 Periklanan ... 80

4.6 Animo Pengunjung... 82

4.7 Peran Pemerintah ... 84

4.7.1 Sudut Pandang Pemilik Pemandian Air Panas ... 86

4.7.2 Sudut Pandang Dinas Pariwisata ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……….………..…….. 35 Tabel II. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur………... 36 Tabel III. Distribusi Penduduk Menurut Agama yang Dianut……….. 37 Tabel IV. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian……….………...…... 38

(16)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kuadrat Hubungan Pariwisata dan Lingkungan……….. 20

Gambar 2. Pemandangan Sekitar Sumber Mata Air Panas……...55

Gambar 3. Kolam Pemandian Air Panas Lehu……….69

Gambar 4. Kolam Pemandian Air Panas Edelweis………... 70

Gambar 5. Sumber Mata Air Panas………...………... 71

Gambar 6. Kamar Ganti Pakaian Pemandian Lehu……… 73

Gambar 7. Kamar Ganti Pakaian Pemandian Edelweis……….. 74

Gambar 8. Kamar Ganti Pakaian Pemandian Segar………... 76

(17)

1 BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan bentang alam yang dimiliki sangat beragam dan terdapat diseluruh bagian di Indonesia. Sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dapat dijadikan sebagai objek dan daya tarik wisata yang meliputi flora, fauna, hasil karya manusia, serta peninggalan sejarah, dan budaya. Semua itu merupakan modal awal untuk mengembangkan dan meningkatkan pembangunan kepariwisataan di Indonesia. Sebagaimana kedudukan sektor pariwisata sekarang ini merupakan salah satu sektor unggulan dalam perekonomian nasional yang senantiasa perlu dikembangkan dan ditingkatkan.

Kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Pengembangan objek wisata yang terpenting adalah menciptakan manfaat yang lebih besar dengan menggunakan sumber daya sedikit, serta mengurangi dampak yang tidak diinginkan. Sehingga diharapkan bisa mempengaruhi kebijakan pengembangan wilayah yang lebih mementingkan kelestarian alam dengan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan termasuk kegiatan pariwisata wilayah.

Usaha menumbuh kembangkan industri pariwisata di Indonesia didukung dengan UU No.9 Tahun 1990 yang menyebutkan bahwa “Keberadaan objek

(18)

2 wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan rasa cinta lingkungan, serta melestarikan alam dan budaya setempat”. Perkembangan suatu daerah pada dasarnya selaras dengan tingkat perkembangan penduduk dan kegiatannya yang merupakan elemen-elemen penunjang dalam perkembangannya.

Pariwisata merupakan sumber pendapatan yang dapat terus diperbaharui dan diremajakan. Bentuk peremajaan ini dapat berupa renovasi, pemeliharaan, dan perawatan. Keberhasilan sektor pariwisata tidak lepas dari pemeliharaan, perawatan, kebersihan, dan tata kelola swasta yang baik. Industri pariwisata terus berkembang dan menjadi sebuah fenomena global pada abad 21 ini. Kegiatan pariwisata umumnya lebih mengutamakan pada upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung secara optimal yang berorientasi pada peningkatan pendapatan pembangunan. Apabila hal ini dibiarkan, pengembangan wisata alam cenderung kurang memperhatikan aspek ekologi bahkan dapat mengakibatkan eksploitatif terhadap sumberdaya alam.

Kelurahan Situmeang Habinsaran merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.Kelurahan Situmeang Habinsaran sebelumnya terdiri dari kelurahan Pansinaran dan Kelurahan Habinsaran. Kemudian pada tahun 1981 digabung menjadi sebuah kelurahan yaitu Kelurahan Situeang Habinsaran. Kemudian menjadi Ibukota kecamatan Sipoholon. Alasan dijadikan Ibukota Kecamatan karena lebih dekat ke kecamatan.

Kelurahan Situmeang Habinsaran ini cukup dikenal karena terdapat sumber Air panas.Air panas itu tepatnya berada di Kelurahan Situmeang Habinsaran di

(19)

3 Kecamatan Sipoholon dan dikenal masyarakat namanya Air panas Sipoholon, karena berada di Kecamatan Sipoholon. Air panas ini berasal dari perut bumi yang merupakan air panas alam yang telah ada sejak ratusan tahun. Air panas ini dijadikan sebagai tempat wisata dan juga merupakan tambang belerang dan berbau kapur. Sebelum objek wisata pemandian air panas Sipoholon ini dikenal oleh banyak orang, masyarakat Kelurahan Situmeang Habinsaran identik bertani tanaman muda seperti sayur-sayuran, buah pisang dan lain sebagainya. Selain dari pada itu juga sebagai tambang belerang dan batu kapur. Kehidupan mayoritas penduduk disana berekonomi rendah dan masyarakat mayoritas sederhana, juga pendidikan masih rendah dan bangunan rumah masyarakat masih sangat sedikit yang permanen.

Pada awalnya masyarakat Kelurahan Situmeang Habinsaran hanya sebagai penghasil batu kapur dan belerang dari sumber air panas tersebut. Sebelum tahun 1980-an hanya penduduk setempat yang mandi di pemandian air panas. Belum ada kunjungan dari wisatawan dari daerah lain, namun setelah tahun 1980-an tempat ini telah dikenal oleh banyak orang. Penduduk setempat yang dekat dengan sumber air panas membuat kolam tempat mandi bagi pengunjung. Hampir seluruh masyarakat Tapanuli Utara mengenal objek wisata pemandian air panas ini dan sudah mulai ramai, sehingga pada tahun 1985 sudah ada beberapa penginapan.

Mulai berkembangnya objek wisata pemandian air panas Sipoholon telah mengubah perekonomian masyarakat Kelurahan Situmeang Habinsaran. Alasan Penulis melakukan penelitian air panas Sipoholon ingin mengetahui pengaruh objek wisata pemandian air panas Sipoholon terhadap perekonomian masyarakat

(20)

4 Kelurahan Situmeang Habinsaran. Objek wisata pemandian air panas Sipoholon ini berdiri atas ide dan pemikiran dari masyarakat itu sendiri tanpa adanya perhatian dari pemerintah. Setelah berdiri objek wisata pemandian air panas Sipoholon pemerintah berperan dalam pembangunan jalan. Berdirinya objek wisata pemandian air panas Sipoholon telah mengubah Kelurahan Situmeang Habinsaran menjadi lebih baik lagi, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Penulis tertarik dengan penelitian ini karena objek wisata pemandian air panas Sipoholon tersebut sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon.

Penulis mengambil awal tahun 1980 karena pada tahun tersebut objek wisata pemandian air panas Sipoholon telah di kenal banyak orang, dan beberapa masyarakat Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon membuka usaha kolam pemandian air panas disekitar sumber air panas. Akan tetapi fasilitas belum cukup tersedia seperti perhotelan. Untuk menunjang pariwisata tentu diperlukan ketersediaan hotel atau penginapan yang memadai, baik jumlah maupun kualitasnya, di Kabupaten Tapanuli Utara fasilitas ini tampaknya belum cukup memadai, khususnya objek wisata pemandian Air panas Sipoholon.

Pemandian air panas di Kabupaten Tapanuli Utara ada dua tempat salah satunya di Kelurahan Hutabarat dan Kelurahan Situmeang Habinsaran.

Pemandian air panas yang terletak di Kelurahan Hutabarat lebih jarang dikunjungi oleh wisatawan karena jauh dari jalan protokol dan juga jalan menuju pemandian tersebut rusak dan kecil. Fasilitas dan kolam pemandian juga kurang dirawat oleh pihak pengelola. Lingkungan disekitar pemandian juga terlihat sedikit kumuh dan jorok.

(21)

5 Pemandian air panas di Kelurahan Situmeang Habinsaran lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan dikarenakan pemandian tersebut berada dipinggir jalan protokol. Pemandian air panas di Kelurahan Situmeang Habinsaran dahulunya dikelola oleh sekelompok masyarakat Batak Toba yang bermarga Situmeang. Para pengunjung lebih tertarik berkunjung ke pemandian air panas di Kelurahan Situmeang Habinsaran. Di pemandian air panas ini lebih bersih dan fasilitas dan kolam pemandian lebih baik dan dirawat pihak pengelola pemandian.

Pada masyarakat di Kelurahan Situmeang Habinsaran pertumbuhan ekonomi sudah terlihat meningkat dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu.

Sekarang ini sudah terdapat hotel, kantor pos, mini market, dan sudah semangkin banyak transportasi umum yang melintasi kelurahan tersebut. Cuaca didaerah pemandian ini sejuk dikarenakan terletak didataran tinggi. Masyarakat yang tinggal di sekitar pemandian air hangat pada umumnya etnis Batak Toba dan kebanyakan bermarga Situmeang.

1.2. Tinjauan Pustaka 1.2.1. Pengertian Parawisata

Kata pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, bekali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau berpergian. World tourism organizations (WTO) mendefenisaikan pariwisata adalah berbagai aktifitas yang dilakukan orang-orang yang mengadakan perjalanan dan tinggal diluar kebiasaan lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis dan keperluan lain (Muljadi A.J 2009).

(22)

6 Definisi Pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas (kolam renang, kantin, kamar mandi, tempat parkir, dan menjual peralatan mandi) yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Sedangkan Oka A. Yoeti (2008) mengemukakan Pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat dan cita rasa yang beraneka ragam pula.

Dalam kegiatannya, pariwisata melibatkan banyak komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainya, seperti; jasa pelayanan pariwisata, sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan, dan lingkungan. Aktivitas pariwisata secara tidak langsung melibatkan kehidupan sosial baik itu masyarakat sebagai pengunjung (visitor) dan wisatawan (tourist) maupun penyedia objek pariwisata dan penerima wiatawan. Hubungan sosial masyarakat di Aek Rangat sangat berpengaruh pada perkembangan kepariwisataan.

Dengan kegiatan ini masyarakat bisa berinteraksi dan bertransaksi dalam berbagai hal antara satu dengan yang lainnya sehingga terjalin hubungan yang sinergis dan saling menguntungkan antara wisatawan dan penerima wisatawan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat. Masyarakat penerima wisatawan dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam dunia pariwisata misalnya sebagai karyawan sementara atau tetap di industri penyedia jasa pelayanan pariwisata seperti; biro perjalanan wisata (travel agency), hotel, villa, bungalow, restoran, transportasi dan lain sebagainya (Ismayanti, 2009:1).

(23)

7 Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan menarik sektor lain untuk berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat, peningkatan kesempatan kerja dan sebagainya. Di Indonesia, pariwisata merupakan penghasil devisa negara nomor tiga setelah minyak dan tekstil. Hal ini membuktikan bahwa industri jasa bidang pariwisata memiliki potensi cukup besar untuk menjadi tulang punggung perekonomian di masa mendatang (Admesia,2014:2).

Pariwisata telah dikenal di dunia sejak zaman prasejarah namun tentu saja pengertian pariwisata pada zaman itu tidak seperti saat ini (modern). Sejak dahulu kala bangsa-bangsa di dunia seperti Sumeria, Phoenisia, sampai dengan Romawi sudah melakukan perjalanan, namun tujuannya masih untuk berdagang, menambah pengetahuan ilmu hidup, ataupun ilmu politik. Selanjutnya setelah modernisasi meluas di segala penjuru dunia, khususnya setelah terjadinya revolusi industri di Inggris, maka muncul traveller – traveller yang secara bergantian melakukan perjalanan pariwisata seperti yang kita kenal saat ini.

Sedangkan di Indonesia sendiri, pariwisata telah dikenal sejak zaman kerajaan – kerajaan yang menguasai wilayah nusantara, walaupun masih berkepentingan untuk saling menguasai, namun tidak dapat dipungkiri akan adanya pertukaran kebudayaan antar wilayah. Pariwisata modern Indonesia mulai dikenal sejak zaman pendudukan Belanda di Indonesia. Melalui Vereeneging Toesristen Verker (VTV) yang merupakan suatu badan atau official tourist bureau. Kedudukan VTV selain sebagai lembaga pariwisata juga bertindak sebagai tour operator atau travel agent. pariwisata Pada masa ini, badan

(24)

8 pariwisata yang dibentuk oleh Belanda hanya memprioritaskan pada wisatawan kulit putih saja, sedangkan bagi pribumi sendiri diberikan pembatasan seperti dilakukan di sektor-sektor lainnya. Setelah kemerdekaan, Pariwisata Indonesia berangsur-angsur menunjukkan kenaikan. Selama periode Repelita I sampai dengan Repelita IV wisatawan di Indonesia meningkat secara drastis, bahkan melebihi target yaitu 11.626.000 wisatawan dari yang semula ditargetkan hanya 3.000.000 orang saja.

Pendit (2003), menjelaskan bahwa istilah pariwisata pertama kali diperkenalkan oleh dua budayawan pada sekitar tahun 1960, yaitu Moh. Yamin dan Prijono. Kedua budayawan ini memberikan masukan kepada pemerintah saat itu untuk mengganti istilah tour agar sesuai dengan bahasa khas Nusantara. Istilah Pariwisata sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu sebagai berikut :

Pari = Penuh, Lengkap, Keliling

Wis (man) = Rumah, properti, Kampung, Komunitas Ata = Pergi, Terus Menerus, Mengembara

Yang bila diartikan secara keseluruhan, pariwisata adalah Pergi Secara Lengkap, Meninggalkan Rumah (Kampung) untuk berkeliling secara terus menerus. Suwantoro (2004 : 23 ) menjelaskan obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah. Selanjutnya obyek wisata ini dikelompokkan menjadi tiga golongan :

a. Obyek wisata dan daya tarik wisata alam

Obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan dan kekayaan alam.

b. Obyek wisata dan daya tarik budaya

(25)

9 Obyek dan daya tarik bersumber pada kebudayaan, seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan obyek lain yang berkaitan dengan budaya.

c. Obyek wisata dan daya tarik pada minat khusus

Obyek wisata daya tariknya bersumber pada minat khusus wisatawan itu sendiri, misalnya olah raga, memancing dan lain-lain.

Pariwisata menurut Spillane (1987 : 20) adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan / keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi social, budaya, alam dan ilmu.

Sedangkan Pendit (2003 : 20), mendefinisikan Pariwisata sebagai suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

Salah Wahab dalam Oka A Yoeti (2008 : 111), menjelaskan Pariwisata sebagai suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

(26)

10 Dalam Undang-Undang Nomor 90 Tahun 1990 tentang Keparwisataan dijelaskan bahwa Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Sedangkan Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Menurut Konferensi PBB dalam Spillane (1987 : 20) tentang perjalanan dan pariwisata Internasional di Roma pada tahun 1963 turis atau wisatawan adalah mereka yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam dengan tujuan :

1) Leisure (recreation, holiday, health, study, religion and sport) 2) Bussiness, family, mission, meeting

Menurut The International Union of Official Travel Organization (IUOTO) dalam Suwantoro (2004 : 32), wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata dengan waktu tinggalnya sekurang kurangnya 24 jam di daerah atau negara lain, jika waktu wisata kurang dari 24 jam maka dapat disebut dengan Pelancong. Selanjutnya, seseorang dapat dikatakan melakukan perjalanan wisata apabila perjalanan tersebut bersifat sementara, sukarela dan tidak untuk bekerja.

Spillane (1987 : 28), membedakan jenis jenis menjadi sebagai berikut : a. Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam,

(27)

11 atau bahkan untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota.

b. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

c. Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat daerah lain,selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat- pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival- festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain.

d. Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism) Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori :

1) Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya peristiwa- peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, World Cup, dan lain-lain.

2) Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, dan lain-lain.

(28)

12 e. Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)

Perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan.

f. Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism)

Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara.

Dalam upaya memuaskan kebutuhan dan selera wisatawan, lahirlah unsur- unsur atau faktor pendukung yang harus diperhatikan, seperti yang dijelaskan oleh Suwantoro (2004 : 15) beberapa komponen dalam kepariwisataan yang diperlukan yaitu sebagai berikut :

a. Sarana Pokok Pariwisata 1) Biro Perjalanan dan Agen

2) Transportasi (Darat, Laut dan Udara) 3) Restoran

4) Objek Wisata

5) Atraksi Wisata (Tradisi atau Budaya Lokal) b. Sarana Pelengkap Pariwisata

1) Fasilitas rekreasi dan olahraga 2) Prasarana umum

c. Sarana Penunjang kepariwisataan 1) Night Club dan Steambath

2) Casino dan Entertainment 3) Souvenir Shop, mailing service

(29)

13 1.2.2. Antropologi Parawisata

Seperti yang diketahui, bahwa antropologi sangat erat hubungannya dengan kebudayaan.dimana antropologi memiliki beberapa sub bidang ilmu didalamnya. Salah satu bidang ilmu dalam antropologi adalah antropologi pariwisata. Hubungan antropologi dengan pariwisata adalah membahas dua hal utama yaitu relevansi teori-teori antropologi dalam melihat berbagai masalah dalam pariwisata. Pokok pembahasan mencakup masalah-masalah pembentukan tradisi, identitas dan hubungan antar suku bangsa, politik, pariwisata, dan pengalaman, serta masalah penulisan dan otoritas etnografi.

Relevansi teori-teori antropologi dalam menjelaskan gejala pariwisata dan relevansi kajian pariwisata bagi perkembangan teori-teori antropologi akan diperlihatkan memlalui pembahasan yang mencakup perasalahan-permasalahan yang muncul dikalangan wisatawan, dalam industri pariwisata, maupun dimasyarakat daerah tujuan wisata itu sendiri. Konsep-konsep dan teori-teori mengenai perjalanan (the journey), the other, identitas, rakacipta budaya, dan asimilasi yang akan digunakan untuk dikaji.

Hubungan antropologi dan dunia pariwisata adalah untuk membahas aspek-aspek budaya masyarakat sebagai aset dalam dunia pariwisata. Kajian teori dan konsep-konsep antropologi terutama dalam melestarikan aspek budaya masyarakat dan sekaligus mengkaji aspek budaya masyarakat sebagai aset pariwisata dalam upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak makna dan nilai dari aspek budayanya.

Antropologi pariwisata memiliki fokus pada masalah pariwisata dari segi sosial budaya. Adapun sosial budaya disini adalah sistem sosial, dan sistem

(30)

14 budaya yang berkembang antara pariwisata. Pariwisata merupakan perjumpaan antara berbagai sistem sosial dan sistem budaya yang saling mempengaruhi.

Dimana sistem sosial dan sistem budaya setempat sebagai variable yang dipengaruhi (MH. Graburn, 1975).

1.2.3. Konsep Parawisata

Pada umumnya, pandangan masyarakat mengenai kepariwisataanberkaitan dengan orang-orang yang sedang mengunjungi tempat-tempat tertentu untuk keperluan hiburan dan rekreasi. Padahal, pariwisata tidak hanya berkaitan dengan hal tersebut. Namun, lebih dari itu, pariwisata merupakan suatu fenomena kompleks yang memerlukan penetapan pemahaman yang jelas.

Kata „wisatawan‟ merujuk pada orang. Perbedaannya dengan yang bukan wisatawan adalah pada perilakunya, sehingga penetapan wisatawan didasarkanpada prasangka perilakunya yang dapat diamati. Pitana (2009) menyebutkanterdapat empat atribut yang esensial dalam konteks perilaku wisatawan yang bisaditerima secara luas, yaitu: (1) wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya untuk mengunjungi tempat ataunegara lain. (2) setiap perjalanan wisata memiliki durasi minimum tetapi bersifat sementara dan bukan untuk menetap di tempat baru yang dituju, (3) perilaku wisata muncul dalam waktu luang, dan (4) perjalanan wisata melibatkan hubungan emosional antara wisatawan dengan beberapa karakteristik tempat yang dikunjungi. Definisi mengenai wisatawan secara teknikal biasanya digunakan dalam perspektif kepentingan tujuan bisnis, organisasi, statistik, hukum dan sebagainya dalam suatu wilayah atau negara.

(31)

15 1.2.4. Industri Pariwisata

A. Atraksi

Merupakan pusat dari industri pariwisata. Menurut pengertiannya attractions mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri-ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan adalah:

keindahan alam, iklim dan cuaca, kebudayaan, sejarah, ethinicity-sifat kesukuan dan accessibility-kemampuan atau kemudahan berjalan atau ke tempat tertentu.

B. Fasilitas

Fasilitas cenderung berorientasi pada attractions di suatu lokasi karena fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attractions berkembang. Suatu attractions juga dapat merupakan fasilitas.

Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan. Seperti fasilitas harus cocok dengan kualitas dan harga penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut.

C. Infrastruktur

Attractions dan fasilitas tidak tercapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan suatu wilayah atau daerah. Infrastruktur penting dalam

(32)

16 pariwisata adalah:

(1) Sistem pengairan/air Kualitas air yang cukup sangat esensial atau sangat diperlukan. Seperti penginapan membutuhkan 350 sampai 400 galon air per kamar per hari.

(2) Sumber listrik dan energi Suatu pertimbangan yang penting adalah penawar tenaga energi yang tersedia pada jam pemakaian yang paling tinggi atau jam puncak (peak hours). Ini diperlukan supaya pelayanan yang ditawarkan terus menerus.

(3) Jaringan komunikasi Walaupun banyak wisatawan ingin melarikan diri dari situasi biasa yang penuh dengan ketegangan, sebagian masih membutuhkan jasa-jasa telepon atau telegram yang tersedia.

(4) Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air Kebutuhan air untuk pembuangan kotoran memerlukan kira-kira 90% dari permintaan akan air.

Jaringan saluran harus dikelurahanin berdasarkan permintaan puncak atau permintaan maksimal.

(5) Jasa-jasa kesehatan Jasa kesehatan yang tersedia akan tergantung pada jumlah tamu yang diharapkan, umumnya jenis kegiatan yang dilakukan atau faktor-faktor geografis lokal.

(6) Jalan-jalan/Jalan raya Ada beberapa cara membuat jalan raya lebih menarik bagi wisatawan adalah menyediakan pemandangan yang luas dari alam semesta, membuat jalan yang naik turun untuk variasi pemandangan, mengembangkan tempat dengan pemandangan yang indah, membuat jalan raya dengan dua arah yang terpisah tetapi sesuai dengan keadaan tanah, dan memilih pohon yang tidak terlalu lebat supaya masih ada pemandangan yang indah.

(33)

17 D. Transportasi

Ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang dapat menjadi semacam pedoman termasuk:

(1) Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan pengangkutan lokal di tempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari daerah asal.

(2) Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah kriminalitas.

(3) Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan simbol simbol harus dikembangkan dan dipasang di semua bandara udara.

(4) Sistem informasi harus menyediakan data tentang informasi pelayanan pengangkutan lain yang dapat dihubungi di terminal termasuk jadwal dan tarif.

(5) Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal keberangkatan atau kedatangan harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau telepon.

(6) Tenaga kerja untuk membantu para penumpang.

(7) Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan pengangkutan lokal.

(8) Peta kota harus tersedia bagi penumpang.

Penulis juga menemukan 8 hal diatas dilokasi penelitian, hanyak saja ada beberapa yang harus diperbaiki dan ditingkatkan lagi kelayakannya untuk umum, seperti: sistem informasi yang di khususkan untuk memberitahu transportasi apa saja yang bisa digunakan untuk menuju lokasi wisata, atau semacamnya. Namun para pemilik wisata pemandian air panas cukup cekatan dalam menanggapi setiap pengunjung yang ingin mendapatkan perjalanan mulus dalam kepulangannya

(34)

18 menuju rumah, pemilik wisata pemandian air panas memberi saran yang berguna bagi setiap pengunjung yang datang.

E. Keramahtamahan

Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya wisatawan asing. Batasan pariwisata menurut Wahab (1994:9) adalah salah satu jenis industri baru rnampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam 18 penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, yang meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan tangan dan cindramata, penginapan dan transportasi secara ekonomis juga sebagai industri.

Robert McIntosh dan Shashikant Gupta mengatakan bahwa pariwisata merupakan gabungan gejala dan gabungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintahan, tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan. Kodyat menyatakan bahwa pariwisata adalah suatu fenomena yang timbul oleh salah satu bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disebut perjalanan (travel). Dalam hal ini, perjalanan yang dimaksud adalah untuk memenuhi rasa ingin tau, keperluan yang bersifat rekreatif dan edukatif, dikategorikan sebagai kegiatan wisata (Kodyat, 1996:1). Menurut Damardjati (dalam Karyono,1997:24) disebutkan bahwa industri pariwisata merupakan rangkaian dari berbagai macam bidang usaha,yang secara bersama- sama menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa layanan atau services, yang

(35)

19 nantinya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya. Selain itu Yoeti mendefinisikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam 19 (Yoeti,1990:109).

Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat dirumuskan pengertian pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari satu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai obyek dan daya tarik wisata untuk dapat dinikmati sebagai suatu rekreasi atau hiburan untuk mendapatkan kepuasan lahir dan batin.

1.2.5 Kepariwisataan Berwawasan Lingkungan

Secara teoristik, pola interaksi atara aktivitas kepariwisataan dan lingkungan sekitar yang ada di suatu destinasi akan dapat menimbulkan berbagai kemungkinan dampak. Faktor lingkungan dimungkinkan akan mendapatkan dampak positif maupun dampak negatif dari aktivitas kepariwisataan yang ada dan sebaliknya faktor kepariwisataan juga akan dimungkinkan mendapatkan dampak positif maupun dampak negatif dari lingkungan sekitar. Secara hipotetik, variasi kemungkinan dampak yang akan dihasilkan dari hubungan antara kepariwisataan dan lingkungan tadi dapat digambarkan didalam model empat kuadrat sebagai berikut:

(36)

20 Gambar 1 : Kuadrat Hubungan Pariwisata dan Lingkungan

PARIWISATA

IV Integrasi

(SYMBIOSIS MUTUALISTC)

Konflik III II LINGKUNGAN

(DISPOLATION)

Mendasarkan pada analisis teoritik seperti dalam model empat kuadran kemungkinan terjadinya berbagai kondisi dampak dari hasil interaksi antara kegiatan kepariwisataan dengan lingkungan sekitarnya seperti digambarkan diatas, paling tidak ada 4 (empat) kemungkinan yang bisa terjadi di destinasi.

Kondisi ideal yang paling diharapkan bisa terjadi adalah terjadinya keadaan atau kondisi sebagaimana digambarkan pada kuadran 1, yaitu:

“kepariwisataan mendapatkan dukungan positif dari lingkungan dan kondisi lingkungan mendapatkan dampak positif dari kepariwisataan”. Kondisi ini disebut sebagai kondisi yang symbolisis mutalistic atau terjadi integrasi antara lingkungan dan kepariwistaan.

Kondisi ekstrim negatif yang sangat tidak diinginkan terjadi, adalah terjadinya kondisi konflik atau dispolation sebagaimana diilistrasikan yang terjadi di kuadran III; Yaitu terjadinya suatu keadaan disuatu destinasi wisata yang menggambarkan fenomena: “kepariwisataan mendapatkan dukungan positif dari lingkungan dan kondisi lingkungan mendapatkan dampak positif dari

(37)

21 kepariwisataan”. Kondisi ini disebut sebagai kondisi yang symbolisis mutalistic atau terjadi integrasi antara lingkungan dan kepariwisataan.

Kondisi ekstrim negatif yang sangat tidak diinginkan terjadi, adalah terjadinya kondisi konflik atau dispolation sebagaimana dilustrasikan yan terjadi di kuadran III; yaitu terjadinya suatu keadaan disuatu destinasi wisata yang menggambarkan fenomena : “kepariwisataan tidak dikehendaki keberadaannya oleh lingkungan setempat dan aktivitas kepariwisataan yang ada juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan setempat”.

1.2.6 Eko Wisata (Nature Tourism)

Salah satu varian implementasi dari model pembangunan kepariwisataan berlanjut dan berwawasan lingkungan adalah pengembangan program ekowisata atau sering juga disebut dengan Nature Tourism yang pada hakekatnya merupakan konsep perpaduan antara pendekatan konservasi lingkungan dan pengembangan kepariwisataan

Salah satu prinsis penting yang dituntut untuk selalu konsisten dilaksanakan oleh model pengembangan ekowisata ini adalah adanya kebijakan untuk memungut sejumlah presentase dari pendapatan yang diperoleh dari industri pariwisata yang harus dikembalikan lagi kepada lingkungan yang perlu untuk dilestarikan (dilindungi-dilestarikan-dimanfaatkan) termasuk untuk peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat di sekitarnya. (Tensie Whelan, 1991)

(38)

22 1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah akar permasalahan dari penelitian. Berdasarkan latarbelakang masalah diatas maka penulis yang menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana tehnik daya tarik yang dilakukan pemilik pemandian mengelola pemandian air panas di Kelurahan Sipoholon.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tehnik daya tarik yang dilakukan oleh pihak pengelola pemandian objek parawisata air panas di Kelurahan Situmeang Habinsaran dan apa saja yang harus dan tidak harus dilakukan dalam pengembangan objek wisata pemandian air panas di Kelurahan Situmeang Habinsaran.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis sendiri juga pembaca bahwa manfaat yang bisa diperoleh dari data - data yang diperoleh dari data pihak pemerintah setempat, wawancara, dan observasi.

Pembaca juga dapat mengetahui bagaimana tehnik daya tarik dan cara mengelola pemandian yang dilakukan oleh pemilik pemandian air panas.

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian kualitatif adalah sebuah metode riset yang sifatnya deskriptif, menggunakan analisis, mengacu pada data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan pendukung. Pendapat lain mengatakan, pengertian penelitian kualitatif adalah jenis penelitian ilmu sosial yang mengumpulkan dan bekerja dengan data non-numerik dan yang berupaya menafsirkan makna dari data ini

(39)

23 sehingga dapat membantu kita memahami kehidupan sosial melalui studi populasi atau tempat yang ditargetkan. Metode penelitian kualitatif bersifat subjektif dari sudut pandang partisipan secara deskriptif sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan. Dengan kata lain, metode riset ini lebih bersifat memberikan gambaran secara jelas suatu permasalahan sesuai dengan fakta di lapangan.

Menurut Lexy J. Moleong (2005:6) metode penelitian kualitatif adalah suatu riset yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Sugiyono (2009:15), pengertian penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri- anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Maka dari itu penulis memilih tipe penelitian kualitatif agar bisa mengembangkan hasil dari apa saja yang telah penulis teliti selama ada di Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara

(40)

24 1.5.1. Jenis dan Pendekatan

Penelitian ini salah satunya menggunakan pendekatan kualitatif dimana menggunakan pendekatan deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala lainnya.

Kemudian melakukan observasi terlibat dimana sipeneliti mengamati dan ber- partisipasi dengan keluarganya dan pengusaha pemandian air panas sekaligus mengamati supaya mendapatkan sudut pandang dari si informan.

Mendeskripsikan hasil-hasil wawancara mendalam dan studi kasus.

1.5.2. Instrumen Penelitian A. Alat Penelitian

Instrument penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, selanjutnya setelah focus penelitian menjadi jelas, diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan melalui wawancara dan alat bantu yang digunakan dalam proses wawancara adalah smartphone sebagai alat perekam suara dan gambar serta pedoman wawancara.

B. Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang objek penelitian, Dalam penelitian Antropologi terdapat beberama jenis informan, yaitu informan kunci dan informan pangkal dan informan biasa.

Informan kunci merupakan seseorang yang secara lengkap dan mendalam mengetahui informasi yang menjadi permasalahan dalam penelitian. Untuk itu kita perlu menetapkan informan-informan yang akan diwawancarai atau informan yang akan dijadikan informan kunci. Spradley (1997) mengatakan bahwa ada

(41)

25 lima syarat dalam menentukan informan yaitu: (1) enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik, (2) keterlibatan langsung, (3) suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya sebagaimana adanya, dia tidak akan basa-basi, (4) memiliki waktu yang cukup, (5) non analitis.Dalam hal ini yang menjadi informan kunci adalah koordinator dari komunitas Turun tangan Binjai yang mengetahui bagaimana sejarah komunitas ini terbentuk dan informasi lain mengenai komunitas tersebut.Informan pangkal merupakan tokoh masyarakat yang memberikan informasi sebagian besar interaksi sosial dan memberitahukan informan kunci yang akan membantu peneliti dalam mendapatkan informasi yang lebih mendalam.

Dalam hal ini informan yang dipilih adalah pemilik pemandian air panas yang pertama ada di Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara. Pemilihan informan ini dipilih secara acak sesuai dengan kebutuhan data. Peneliti juga harus bersikap ramah dan membaur terhadap warga setempat agar bisa mengembangkan rapport terhadap masyarakat dan mendapatkan data-data yang sesuai fakta dilapangan.

Dalam hal ini informan yang dipilih adalah:

1. J situmeang, pemilik pemandian air panas SEGAR, usia 43 Tahun.

2. J. Simorangkir, istri pemilik pemandian SEGAR, usia 39 Tahun.

3. Ekenazer Situmeang, Pemilik pemandian air panas LEHU, usia 32 Tahun.

4. Kristina Aritonang, istri pemilik pemandian air panas LEHU, usia 32 Tahun.

5. Daniel Situmeang, Pemilik pemandian air panas EDELWEIS, usia 40 Tahun.

6. Royansi Situmorang, istri pemilik pemandian air panas EDELWEIS, usia 32 Tahun

(42)

26 Informan dipilih berdasarkan kriteria yang memiliki kecocokan dengan latar belakang yang penulis ingin sampaikan, yaitu mengenai tehnik daya tarik yang dilakukan pemilik pemandian mengelola pemandian air panas.

1.5.3. Teknik Pengumpulan Data A. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Peneliti menggunakan teknik observasi guna memperoleh gambaran penuh tentang segala tindakan, percakapan, tngkah laku dan semua hal yang akan ditangkap oleh panca indera terhadap apa yang dilakukan masyarakat yang diteliti di lapangan. Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun dapat diulang. Dalam observasi melibatkan dua komponen yaitu si pelaku observasi yang lebih dikenal sebagai observer dan obyek yang diobservasi yang dikenal sebagai observee (Sukandarrumidi 2002 : 69).

Melalui teknik observasi peneliti mampu memahami permasalahan yang akan diteliti secara lebih mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik observasi partisipan. Teknik observasi pertisipan, dimana peneliti terlibat langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diamati, seperti saat mewawancarai informan dan pengamatan lokasi penelitian. Pelaku peneliti seolah-olah merupakan bagian dari mereka.

Dimana peneliti akan mengamati kegiatan-kegiatan selama meneliti lokasi, daerah, kebiasaan dan tradisi yang akan dilakukan oleh pihak pengelola pemandian air panas.

(43)

27 B. Wawancara

Teknik lain yang digunakan peneliti selain observasi adalah wawancara.

Wawancara adalah proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya (Sukandarrumidi 2002 : 88). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam dari para informan.

Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam (indepth interview), dimana peneliti akan melakukan tanya jawab dan menggali informasi lebih mendalam, terbuka, tegas, dan terbuka yang menyangkut fokus penelitian.

Dalam melakukan wawancara, peneliti akan mengali informasi mengenai strategi pengembangan yang dilakukan pihak pengelola pemandian air panas.

Informan adalah orang yang akan memberikan informasi mengenai informasi yang akan ditanyakan. Pemilihan dan penetapan informan sangatlah penting dalam melakukan penelitian. Semua orang bisa dijadikan sebagai informan tetapi harus ada yang menjadi informan kunci yaitu informan yang memiliki jawaban-jawaban yang terbaik dan terpercaya. Informan yang baik adalah informan yang mengetahui informasi atau jawaban atas pertanyaan yang diutarakan oleh peneliti.

Pemilik pemandian air panas sipoholon memberikan gagasan gagasan mengenai bagaimana beliau mengelola pemandian air panas ini sejak dulu hingga sekarang, tentang bagaimana beliau bisa menambah jumlah pengunjung dan apa saja gegagalan yang telah diambilnya menjadi pelajaran dalam setiap pengembangan pemandian air panas sipoholon.

(44)

28 1.6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanauli Utara Provinsi Sumatera Utara.

Pemandian air panas ini berjarak 283km dari Kota Medan dan dapat ditempuh menggunakan kendaraaan umum maupun pribadi dengan waktu 7 jam. Pemandian air panas ini berjarak 15km dari Kota Tarutung dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum maupun pribadi dengan waktu 30 menit. Pemandian ini berada di dataran tinggi sehingga memiliki suhu yang dingin. Sumber air panas ini berada dibawah kaki Gunung Martimbang yang berjarak ±3 km dari tempat pemandian air panas.

1.7. Studi Dokumentasi

Analisis data dilakukan dengan mengklasifikasikan data-data yang diperoleh dari lapangan kedalam tema-tema dan kategori-kategori tertentu.

Penelitian melakukan pengecekan ualangan atau check and rehchek terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan kemudian diolah secara sistematis, kemudian diuraikan kedalam bagian-bagian sub judul pada bab sesuai dengan temanya masing- masing, sehingga ditemukan sebuah kesimpulan.

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif.

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menginterpretasikan data melalui paparan, uraian dan gambaran yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan makna terhadap sebuah prestasi subjek penelitian (Mukhtar, 2000:123).

(45)

29 1.8 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data yang terkait dengan pemilik pemandian air panas, wawancara dengan pemilik pemandian air panas dan masyarakat sekitar pemandian air panas.

Data sekunder lebih difokuskan pada buku-buku yang berkaitan dengan wisata dan pariwisata, serta dokumen-dokemen hukum yang terkait dengan pengembangan pariwisata. adapun sumber data penelitian ini mengacu pada hasil penelitian lapang (emperik) dan hasil penelusuran pustaka (literatur). Penelitian lapangan lebih difokuskan pada pemilik pemandian air panas, sedangkan penelitian kepustakaan lebih banyak diarahkan untuk membangun kerangka konseptual dan menganalisis hasil-hasil sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi partisipatif. Observasi partisipatif merupakan pengamatan yang dilakukan melibatkan peneliti dalam kegiatan yang diamati. Dalam teknik observasi partisipatif, peneliti mengamati secara langsung kegiatan tehnik daya tarik yang dilakukan pemilik pemandian mengelola pemandian air panas.

Dalam mengumpulkan data peneliti juga menggunakan teknik wawancara.

Wawancara merupakan percakapan antara dua individu dengan maksud tertentu.

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam, ini dilakukan untuk mendapatkan persepsi, opini, dan prediksi dari seseorang individu serta fakta dalam konteks permasalahan tertentu. Wawancara mendalam ini juga untuk

(46)

30 memunculkan reaksi perorangan terhadap suatu hal dalam mencari-cari pemecahan masalah tertentu. Untuk itu kita perlu menetapkan informan-informan yang akan diwawancarai atau informan yang akan dijadikan informan kunci.

Spradley (1977) mengatakan bahwa ada lima syarat dalam menentukan informan yaitu: (1) enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik, (2) keterlibatan langsung, (3) suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya sebagaimana adanya, dia tidak akan basa-basi, (4) memiliki waktu yang cukup, (5) non analitis.

1.10 Pengalaman Penelitian

Penelitian ini saya lakukan sendiri pada hari senin 5 November 2018 sampai hari jumat 30 November. Selama saya penelitian saya tinggal dirumah teman saya Feliks Sihoming yang beralamat di PERUMNAS Kelurahan Silakitang, Tapanuli Utara. Saya memakai sepeda motor teman saya sebagai transportasi ke tempat penelitian saya yang berjarak ±4 km dari rumah teman saya. Saya juga disambut dengan baik oleh orangtua teman saya pada saat saya mau tinggal dirumah mereka selama saya penelitian sekripsi ini.

Sebelum saya berangkat menuju lokasi penelitian, saya sudah mempersiapkan pedoman wawancara dan juga perlengkapan yang dibutuhkan.

Saya membawa baju hangat dan jeket karena lokasi penelitan saya jauh lebih dingin dibandingkan Kota Medan. Pada saat saya penelitian saya mengalami kendala dari alam seperti hujan dan cuaca yang dingin. Saya tidak kehabisan akal untuk menghadapi masalah yang ada pada saat dilapangan karena saya sudah membawa perlengkapan berkendara lengkap.

(47)

31 Hal yang membuat saya susah pada saat melakukan penetian ini adalah ketika surat lampiran penelitian saya buat Kepala Desa Situmeang Habinsaran.

Sesampainya saya di lapangan ternyata Situmeang Habinsaran bukanlah sebuah Desa melainkan sebuah Kelurahan. Saya mengatasi kendala ini dengan menghubungi abang Hariman alumni Antropologi USU tahun 2004. Ketepatan abang Hariman tinggal di Kota Tarutung, saya menghubungi abang Hariman untuk meminta bantuan bagaimana caranya supaya saya mendapatkan data dan informasi yang saya perlukan. Setelah saya menghubungi abang Hariman ternyata abang ini memiliki tingkat emosi kedekatan kepada pihak pemerintah Kabupaten Tapanauli Utara. Tidak lama setelah saya menghubungi abang Hariman, abang ini langsung datang menjumpain saya disalah satu warung yang ada di Kota Tarutung. Saya diberikan masukan maupun arahan dari abang Hariman mengenai bagaimana supaya skripsi yang saya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca. Pengalaman yang paling berkesan adalah pada saat saya melakukan wawancara saya harus melakukan pendekatan emosional agar saya mendapatkan informasi.

Pada saat saya mau menjumpain Ibu Lurah di kantor Kelurahan untuk mengantarkan surat izin penelitian ternyata sedang diadakan musyawarah kelurahan yang membahas tentang kesehatan. Pihak Kelurahan membuat suatu program olahraga (senam) bagi ibu rumah tangga dan juga wanita lanjut usia.

Setelah selesai rapat saya langsung menjumpain Ibu Lurah yang bernama Ariska.

Saya memperkenalkan diri saya dan memberitahukan tujuan saya datang di Kecamatan Situmeang Habinsaran ini untuk melakukan penelitian sebagai data skripsi saya. Ibu lurah langsung dengan ramah menanyakan “apa saja yang bisa

(48)

32 saya bantu untuk data penelitian kamu”. Sayapun menanyakan data-data apa saja yang saya perlukan buat penelitian saya.

Hubungan emosional sangat mempengaruhi untuk mendapatkan informasi yang ingin kita ketahui dari pemilik usaha pemandian air panas. Saya juga sering di temani oleh teman saya Feliks ke lokasi penelitian karena dia lebih lancar berbahasa Batak Toba dan kebanyakan pemilik pemandian air panas mengenal orangtuanya. Saya juga memberitahu kalau kampung halaman orangtua saya berada di Kelurahan Si Walu Opu yang berada ±6 km dari lokasi penelitian saya.

Adapun kendala yang saya alami selama penelitian ini adalah hujan, karena hampir setiap hari hujan pada saat akhir tahun.Hampir setiap hari saya mandi air panas pada saat melakukan penelitian karena membantu menyegarkan badan dan pikiran saya saat melakukan penelitian ini.

Gambar

Tabel II
Tabel III
Gambar 3. Kolam pemandian air panas Lehu
Gambar 4. Kolam pemandian di Edelweis
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jika terdapat bukti objektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo yang

Its interoperabil- ity in cross-platform geospatial applications, efficiency in storing multiple vectors and tile matrix in a single file, ability to directly access and update

Gaung adalah bunyi pantul yang terdengar hampir bersamaan dengan bunyi

It is a spatial multi-criteria decision making (MCDM) method for producing a risk map based on the index values (Chang, 2011; Malczewski, 2000) and environmental risk factors

Perusahaan tidak mereklasifikasi derivatif dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi selama derivatif tersebut dimiliki atau diterbitkan dan tidak mereklasifikasi setiap

To avoid this issue, we proposed a combination of market segmentation based on geographic criteria and clustering algorithm for 3D geomarketing data management.. The proposed

[r]

Dalam rangka membantu program pemerintah serta memberi kesempatan kepada Wajib Pajak untuk turut berperan serta dalam penanggulangan bencana nasional, pengembangan