• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Atas Ketentuan Baru Mengenai Barang Penumpang:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tinjauan Atas Ketentuan Baru Mengenai Barang Penumpang:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Tinjauan Atas Ketentuan Baru Mengenai Barang Penumpang:

Mempersulit atau mempermudah penumpang?

Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

Pada umumnya orang yang bepergian ke luar negeri membawa barang bersamanya, baik untuk keperluan sendiri maupun sebagai buah tangan dan oleh-oleh bagi orang yang didatanginya. Namun adakalanya kepergiannya atau kedatangannya dari luar negeri juga membawa barang dagangan untuk keperluan bisnisnya.

Ketentuan pembawaan barang penumpang yang datang dari luar negeri dengan mendapatkan pembebasan bea masuk dan pajak berlaku secara universal dan berlaku di semua negara. Di Indonesia ketentuan pembawaan barang penumpang sudah lama di terapkan dan berjalan tanpa komplain yang menonjol.

Pada akhir bulan Oktober 2010 Kementerian Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 188/PMK.04/2010 tentang impor barang yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman. Munculnya peraturan tersebut sempat menjadi bahan diskusi di masyarakat terutama orang-orang yang sering bepergian ke luar negeri, bahwa dengan munculnya peraturan tersebut sekarang ini semua penumpang yang datang dari luar negeri dikenakan pungutan bea masuk, PPN, PPn.BM, dan PPh pasal 21 impor. Kita mendengar orang berkata: “Wah sekarang kalau pulang dari luar negeri bawa sedikit barang saja harus bayar bea masuk”. Apakah benar

(2)

peraturan pembawaan barang penumpang yang baru lebih membebani penumpang? Padahal dalam era transparansi sekarang ini ada kecenderungan peraturan baru lebih memfasilitasi kepentingan masyarakat.

Landasan teoritis

Sebagaimana kelaziman dalam pergaulan internasional yang telah dituangkan dalam convensi internasional (sesuai dengan konvensi internasional tentang penyederhanaan dan harmonisasi prosedur pabean – Kyoto Convention), atas barang bawaan penumpang diberikan fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak.

Pembebasan bea masuk atas barang bawaan penumpang ditetapkan berdasarkan pasal 25 ayat (1) huruf m Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Selanjutnya pelaksanaannya diatur melalui peraturan Menteri Keuangan, terakhir ditetapkan lebih rinci dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 188/PMK.04/2010.

Dalam peraturan Menteri Keuangan tersebut ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan barang pribadi penumpang adalah semua barang yang dibawa oleh penumpang, tetapi tidak termasuk barang dagangan. Penumpang memberitahukan barang impor yang dibawanya kepada pejabat Bea dan Cukai dengan mengisi form Customs Declaration (CD/Form BC 2.2). Dalam peraturan ini penumpang yang membawa barang impor dalam jumlah tertentu yang bukan merupakan barang dagangan diberikan pembebasan bea masuk. Hal ini berbeda dengan peraturan sebelumnya yang menyebutkan pembebasan bea

(3)

pembebasan pajak dalam rangka impor karena pemberian pembebasan pungutan pajak dalam rangka impor diatur dalam ketentuan bidang perpajakan.

Fasilitas pajak dalam rangka impor atas barang bawaan penumpang diberikan berdasarkan Undang-undang nomor 17 tahun 2000 jo. Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yang telah diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008; dan Undang-undang nomor 42 tahun 2009 jo.

Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 616/PMK.03/2004 tentang Perubahan atas KMK No.

231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan PPN dan PPn.BM atas impor barang kena pajak yang dibebaskan dari pungutan bea masuk; dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Ketentuan pembebasan pajak-pajak impor atas barang penumpang masing-masing ditetapkan dalam pasal 2 ayat (3) huruf i; dan pasal 3 ayat (1) angka 9.

Fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor (PPN, PPn.BM, PPh pasal 22 impor) yang diberikan terhadap barang pribadi penumpang adalah barang-barang dengan nilai paling banyak FOB USD 250,00 per orang; atau paling banyak FOB 1000,00 per keluarga. Contoh: Satu keluarga yang terdiri dari 5 orang diberikan fasilitas pembebasan pungutan impor hingga FOB USD 1000,00; sedangkan 1 keluarga yang terdiri dari 3 orang diberikan fasilitas pembebasan pungutan impor hingga FOB USD 750,00.

(4)

Selain fasilitas pungutan impor tersebut terhadap barang pribadi penumpang yang berupa barang kena cukai, diberikan pembebasan bea masuk, pajak dalam rangka impor, dan cukai untuk setiap orang dewasa dengan jumlah paling banyak 200 batang sigaret, atau 25 batang cerutu, atau 100 gram tembakau iris/hasil tembakau lainnya (dalam hal lebih dari satu jenis fasilitas pembebasan diberikan setara dengan perbandingan per jenis hasil tembakau tersebut; dan juga 1 liter minuman mengandung etil alkohol.

Ketentuan mengenai pembawaan barang kena cukai yang merupakan barang pribadi penumpang, tidak boleh melebihi jumlah dalam ketentuan tersebut diatas. Kelebihan barang kena cukai akan disita untuk dimusnahkan.

Hal ini sesuai ketentuan dalam undang-undang cukai, bahwa barang kena cukai hanya dapat diimpor oleh orang yang telah mendapat izin khusus.

Isi ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:

188/PMK.04/2010 tersebut nyaris sama materinya dengan ketentuan pembawaan barang impor sebelumnya yang sudah dicabut. Namun pada ketentuan yang baru ini diberikan penegasan mengenai barang dagangan.

Barang bawaan penumpang yang berupa barang dagangan tidak diberikan fasilitas pembebasan bea masuk dan pungutan impor lainnya, tanpa melihat jumlah maupun jenis barangnya. Hal ini untuk menjaga prinsip keadilan dalam suatu peraturan. Semua barang dagangan tanpa melihat cara importasinya diberlakukan ketentuan umum penyelesaian formalitas pabean dibidang impor.

Sedangkan kegiatan impor dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik melalui cargo, barang kiriman (melalui pos maupun perusahaan jasa titipan), barang penumpang, maupun barang yang dibawa oleh pelintas batas.

(5)

Kategori Barang Penumpang

Barang yang dibawa oleh penumpang dibagi menjadi 2 kategori, yaitu barang (baik baru maupun bekas) yang dibawa oleh penumpang dalam jumlah yang wajar diperlukan oleh orang yang bepergian; dan barang yang dibawa oleh penumpang yang berupa barang dagangan. Sedangkan barang yang dibawa oleh penumpang selain barang dagangan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

barang keperluan pribadinya selama dalam perjalanan/kepergiannya; dan barang-barang lainnya yang bukan merupakan keperluan dalam perjalanan.

Terhadap barang keperluan pribadi selama dalam perjalanan atau kepergiannya ke luar negeri, diberikan pembebasan bea masuk dan pajak-pajak dalam rangka impor; barang ini dapat berupa pakaian yang digunakan sehari- hari dan perlengkapannya, perhiasan pribadi, kamera foto, telepon sellular, laptop komputer, kalkulator dan barang-barang sejenis yang digunakan dalam perjalanan.

Barang Pribadi Penumpang

Barang keperluan  dalam perjalanan. 

 

Pembebasan BM  dan PDRI. 

Barang dagangan. 

  Bayar BM dan 

PDRI, tanpa  melihat jlh brg. 

Barang bawaan lainnya. 

 

Pembebasan BM dan PDRI s.d fob  USD 250,‐ /orang atau USD 1000,‐ /  keluarga, dan jumlah tertentu BKC. 

(6)

Apabila penumpang membawa barang keperluan pribadinya diluar kelaziman, baik dari sudut jumlah maupun nilainya, dan barang tersebut akan dibawa kembali keluar daerah pabean, maka penumpang tersebut dapat menggunakan fasilitas impor sementara yang dibawa oleh penumpang. Contoh:

seorang penumpang sebagai tenaga ahli dari Korea datang ke Indonesia dengan membawa peralatan untuk pengujian mesin yang baru dipasang. Peralatan tersebut akan dibawa kembali ke Korea setelah selesai digunakan di Indonesia.

Atas barang tersebut diberikan pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

Selanjutnya terhadap barang-barang yang bukan merupakan keperluan dalam perjalanan apabila nilai barang yang dibawanya melebihi jumlah FOB USD 250,00 per orang; atau FOB 1000,00 per keluarga, atas kelebihan tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Contoh barang yang termasuk dalam kategori ini adalah: perhiasan yang dibawa sebagai oleh-oleh, laptop dan telepon selular yang masih dalam kemasannya, dan sebagainya yang merupakan barang-barang bukan keperluan dalam perjalanannya.

Seorang penumpang dari luar negeri yang membawa sebuah tas wanita seharga FOB USD 300,00 sebagai oleh-oleh untuk keluarganya harus mengisi form pemberitahuan berupa Customs Declaration (Form BC 2.2) dan menyampaikannya kepada pejabat Bea dan Cukai. Pihak pabean akan menetapkan tarif dan nilai pabeannya berdasarkan data yang ada padanya, misalnya CIF USD 330,00 maka nilai barang yang dikenakan bea masuk adalah sebesar USD 330,00 – 250,00 = USD 80,00

(7)

Namun apabila barang penumpang tersebut merupakan barang dagangan, misalnya untuk dijual di tokonya, maka atas barang dagangan tersebut dikenakan bea masuk penuh, dalam hal ini nilai barang yang dikenakan bea masuk adalah sebesar USD 330,00. Konsekwensi pungutan impor selain bea masuk juga dipungut PPN, PPn.BM. dan PPh pasal 22 impor.

Kasus-kasus yang sering terjadi pada pembawaan barang dagangan oleh penumpang antara lain dengan menggunakan modus barang pribadi penumpang. Contoh: Perhiasan berupa kalung, cincin, dan gelang yang dipakai oleh penumpang merupakan barang pribadi keperluan penumpang. Dalam hal penumpang tersebut mempunyai toko perhiasan yang barangnya berupa barang impor, dan pembawaannya dilakukan dengan cara dibawa sendiri oleh penumpang, walaupun perhiasan tersebut dipakai tetap dikategorikan sebagai barang dagangan, dan dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

Lain halnya jika barang pribadinya karena suatu kebutuhan dijual. Karena orang boleh saja menjual barangnya sendiri.

Dengan demikian jelas bahwa ketentuan pembawaan barang penumpang yang baru memperjelas pemisahan kategori barang penumpang tersebut, dan tetap memfasilitasi penumpang sambil memberikan kepastian hukum.

Kewajiban mengisi Customs Declaration

Sudah menjadi hukum alam bahwa orang tidak suka diperiksa. Begitu juga yang terjadi pada penumpang yang baru tiba dari luar negeri. Penumpang cenderung tidak mau memberitahukan barang yang dibawanya dengan berbagai alasan. Namun tindakan menyembunyikan barang dari pengawasan pabean

(8)

dapat berakibat sanksi pidana. Disini sering terjadi salah persepsi antara penumpang dan aparat pabean. Perbuatan menyembunyikan berbeda dengan perbuatan tidak menyampaikan pemberitahuan pabean. Penumpang mungkin tidak mengerti cara mengisi Customs Declaration (CD/Form BC 2.2), atau bahkan tidak bisa menulis huruf latin. Dengan persyaratan tertentu pemberitahuan dapat dilakukan secara lisan. Adakalanya penumpang juga tidak mengerti mana jalur merah dan mana jalur hijau. Ada kecenderungan mereka mengikutim penumpang lainnya yang keluar lebih dulu.

Lain halnya jika penumpang berusaha menyimpan barang agar tidak ketahuan, seperti menyimpan barang dalam dinding koper yang dijahit, mencampur perhiasan dalam permen, menyembunyikan barang dalam tongkat yang berrongga, dan sebagainya. Perbuatan menyembunyikan barang dari pengawasan pabean dapat berakibat pengenaan sanksi pidana.

Secara umum kewajiban seorang penumpang yang datang dari luar daerah pabean (luar negeri) meliputi hal-hal: menyampaikan pemberitahuan (CD), membayar bea masuk dan PDRI (jika timbul kewajiban membayar), mengisi form BC 3.2 (dalam hal membawa uang dalam bentuk cash dengan jumlah nominal setara dengan IDR 100.000.000,00 -(seratus juta rupiah) atau lebih.

Penggunaan dokumen Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK/Form BC 2.1) diberlakukan atas barang bawaan penumpang yang dikategorikan sebagai barang dagangan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:

188/PMK.04/2010 yang dimaksud dengan barang dagangan adalah barang yang menurut jenis, sifat dan jumlahnya tidak wajar untuk keperluan pribadi, diimpor untuk diperjualbelikan, barang contoh, barang yang akan digunakan sebagai

(9)

bahan baku atau bahan penolong untuk industri, dan/atau barang yang akan digunakan untuk tujuan selain pemakaian pribadi.

Barang yang tiba tidak bersama penumpang

Barang pribadi penumpang lazimnya tiba bersama penumpang yang bersangkutan. Namun adakalanya barang pribadi penumpang tersebut karena sesuatu hal tiba sebelum maupun sesudah kedatangan penumpang. Contoh:

Turis asing yang barangnya terbawa ke pelabuhan lain sehingga barang tersebut baru diambil beberapa hari kemudian; atau barangnya dikirim terlebih dahulu sebelum kedatangannya.

Peraturan yang berlaku menetapkan bahwa barang pribadi penumpang yang tiba sebelum atau setelah kedatangan penumpang diperlakukan sebagai barang yang tiba bersama penumpang, rambu-rambunya adalah sebagai berikut:

- Untuk penumpang yang menggunakan sarana pengangkut laut paling lama 30 hari sebelum kedatangan penumpang, atau 60 hari setelah kedatangan penumpang.

- Untuk penumpang yang menggunakan sarana pengangkut udara paling lama 30 hari sebelum kedatangan penumpang, atau 15 hari setelah kedatangan penumpang.

Penyelesaian atas barang penumpang yang tiba sebelum atau sesudah kedatangan penumpang diselesaikan dengan mengisi CD, disertai bukti kepemilikan berupa baggage tag, tiket pesawat/boarding pass dan passport.

Biasanya barang-barang tersebut terdaftar sebagai barang “Lost and Found”.

Namun apabila barang dimaksud terdaftar didalam manifest kapal/sarana

(10)

pengangkut, penyelesaiannya dilakukan dengan mengajukan Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK/Form BC 2.1). Begitu juga terhadap barang penumpang yang dikategorikan sebagai barang dagangan, penyelesaiannya dilakukan dengan menggunakan PIBK.

Ekspor barang penumpang

Peraturan mengenai pembawaan barang penumpang tidak mengatur mengenai pembawaan barang ke luar negeri. Terhadap penumpang yang akan berangkat ke luar negeri tidak wajib menyampaikan pemberitahuan pabean, kecuali jika penumpang membawa uang dalam jumlah lebih dari seratus juta rupiah (wajib mengisi Form BC 3.2); dan jika penumpang membawa barang yang terkena pungutan bea keluar melebihi nilai IDR 2.500.000,00 (wajib mengisi form pembayaran bea keluar). Kadang-kadang ada penumpang yang membawa barang bawaan pada kepergiannya ke luar negeri di luar kelaziman yang perlu diberitahukan kepada pihak pabean. Walaupun pemberitahuan ekspor barang penumpang bukan merupakan kewajiban, namun perlu adanya dokumen pemberitahuan ekspor barang penumpang yang bersifat optional, artinya dapat digunakan jika diperlukan. Hal ini perlu untuk memfasilitasi kebutuhan penumpang sehingga dapat terhindar dari pengenaan sanksi. Contoh:

penumpang yang membawa barang yang termasuk dalam kategori larangan dan pembatasan; barang yang akan diimpor kembali pada saat kepulangannya;

barang yang terkena pungutan bea keluar.

(11)

Penutup

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 188/PMK.04/2010 pada prinsipnya merupakan penegasan dari peraturan sebelumnya yang mengatur mengenai barang penumpang. Penekanan pada peraturan yang baru ini adalah pada kategori barang dagangan. Tidak ada penambahan beban bagi penumpang, sebaliknya lebih pada kepastian hukum dan mengkondisikan perdagangan yang fair. Untuk mempermudah pelaksanaannya peraturan menteri tersebut

mengamanatkan adanya suatu peraturan pelaksanaan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Peraturan pelaksanaannya hendaknya memberikan penjelasan lebih lanjut hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan menteri. Antara lain penjelasan mengenai pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor (peraturan Menteri Keuangan yang baru tidak secara spesifik menyebutkan pembebasan pajak dalam rangka impor), barang keperluan dalam perjalanan dan barang lainnya, serta barang dagangan; penyampaian pemberitahuan secara lisan; cara perhitungan bea masuk dan pajak dalam rangka impor;

pemusnahan barang kena cukai; dan petunjuk pelaksanaan lain yang berkaitan dengan pelayanan dan pengawasan. Perlu juga diatur berkaitan dengan barang penumpang yang dikategorikan sebagai barang dagangan, sebaiknya ditetapkan sampai jumlah berapa pemberitahuan harus menggunakan PIBK (Pemberitahuan Impor Barang Khusus/BC 2.1). Selanjutnya terhadap pembawaan barang ke luar negeri oleh penumpang hendaknya diakomodasikan dengan menyediakan form pemberitahuan pabean yang bersifat optional, sebaiknya menggunakan form CD yang dimodifikasi.

(12)

Referensi

Republik Indonesia (2006). Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Jakarta. DJBC.

Republik Indonesia (2009). Undang-undang RI Nomor 42 tahun 2009 jo. Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Republik Indonesia (2008). Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2008 jo.Nomor 17 tahun 2000 jo. Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan .

Departemen Keuangan RI (2006), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 616/PMK.03/2004 tentang Perubahan atas KMK No. 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan PPN dan PPn.BM atas impor barang kena pajak yang dibebaskan dari pungutan bea masuk.

Departemen Keuangan RI (2006), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

Departemen Keuangan RI (2006), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.04/2010 tentang Impor Barang Yang Dibawa Oleh Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, dan Barang Kiriman.

World Customs Organization, WCO, 1999; Kyoto Convention, Konvensi Internasional tentang Penyederhanaan dan Harmonisasi Prosedur Pabean.

Kartadjoemena, H.S.; GATT & WTO, Sistem dan Lembaga Internasional dibidang Perdagangan, UI-Press,1995.

Referensi

Dokumen terkait

P.O Bluestar adalah salah satu perusahaan penyedia bus pariwisata di Kota Salatiga, Jawa Tengah Indoensia. P.O Bluestar merupakan perusahaan jasa yang bergerak pada

Coarse Mode 0.7sec (Initial 3sec) Tracking Mode 0.4sec (Initial 3sec). ELECTRONIC ANGLE

Dari hasil analisis dimensi promosi yang dilakukan perusahaan dalam melakukan strategi pemasaran tahu pada usahaan desa Sindang Panjang Panjung Sakti Pumi Kabupaten

After controlling for other indi- vidual, household, school, and community characteristics he finds that raising annual spending on private tutoring from 0 to 20,000 dong

The result of the research show that LDR, IPR, NPL,APB, IRR, PDN, BOPO, FBIR, FACR and PR have significant influence simultaneously to ROA on Foreign Exchange

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan makin terarah karena digenjot pada 8 program utama berbasis potensi nasional (yang terdiri dari 22 kegiatan ekonomi) dan

lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan melingkar. Karang ini berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak it beralur dari

Dalam kegiatan praktik mengajar, mahasiswa dibimbing oleh guru pembimbing. sesuai dengan jurusan