• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Rambut

Landak Hystrix javanica memiliki tiga macam bentuk rambut: rambut halus (seperti rambut pada mamalia lain), rambut peraba, dan duri. Rambut halus dan duri terdapat di seluruh bagian tubuh landak, kecuali pada bagian hidung, mulut, daun telinga, dan telapak kaki (Barthelmess 2006). Rambut halus dan duri tumbuh membentuk kelompok yang menyerupai suatu pola tertentu (Gambar 6).

Fungsi dari rambut halus adalah sebagai pelindung dari cuaca panas maupun dingin, membantu mengatur proses homeostasis tubuh, dan sebagai reseptor sensoris (Akers dan Denbow 2008). Rambut peraba berwarna hitam dan putih terdapat di bawah hidung dan di sekitar pipi landak (Gambar 7). Rambut peraba merupakan rambut khusus yang tumbuh dari folikel hipodermis. Folikel-folikel tersebut dikelilingi oleh saraf yang responsif terhadap rangsangan mekanik seperti sentuhan atau gerakan (Aspinall dan O‟Reilly 2004).

Gambar 6 Rambut halus pada regio lumbal (a dan b).

Tanda panah hitam menunjukkan rambut-rambut halus yang berwarna putih dan tumbuh di sela-sela duri. Bar 2 cm.

Duri-duri yang terdapat pada tubuh landak dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu duri pipih, duri sejati, duri transisi, dan duri berderak (Gambar 8).

Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Barthelmess (2006) pada landak Afrika (Hystrix africaeaustralis). Duri-duri ini tersebar dengan pola penyebaran yang bervariasi sesuai regio tubuh dan jenis duri. Beberapa regio hanya terdiri dari satu jenis duri dan regio lainnya dapat terdiri dari dua jenis duri. Distribusi duri pada 11 regio dapat dilihat pada Tabel 2.

(2)

Gambar 7 Rambut peraba.

Tanda panah hitam menunjukkan rambut peraba yang hanya terdapat di regio capitis (CA). Bar 10 cm.

Tabel 2 Distribusi rambut dan duri pada 11 regio tubuh Jenis Rambut dan

Duri

Regio

CA CE DS DT1 LT1 T2 LL DF PC MC AC

Rambut halus + + + + + + + + + + -

Rambut peraba + - - - - - - - - - -

Duri pipih + + + + + - - - - - -

Duri sejati - - - - - + + + + + -

Duri transisi - - - - - - + - + + -

Duri berderak - - - - - - - - - - +

Keterangan: + Jenis duri tersebut terdapat pada suatu regio - Jenis duri tersebut tidak terdapat pada suatu regio

CA: capitis, CE: cervical, DS: dorsal scapula, DT1: dorsal thorakal 1, LT1: lateral thorakal 1, T2: thorakal 2, LL: lumbal, DF: dorsal femur, PC: pangkal coccygeal, MC: median coccygeal, AE: apikal coccygeal.

Duri pipih berbentuk gepeng dan tipis. Duri pipih memiliki ujung yang tidak terlalu tajam, dan agak fleksibel. Duri pipih dapat mempunyai empat pola warna, yaitu putih, hitam, putih belang hitam, dan putih belang hitam belang putih. Duri pipih merupakan duri-duri yang terdapat pada regio CA, CE, DS, DT1, LT1, dan ventral abdomen. Duri-duri ini diduga berfungsi seperti rambut penutup. Keberadaan duri-duri pipih pada regio LT1 landak betina tampaknya agar anak landak tidak terlukai oleh duri induknya pada saat menyusui. Landak memiliki tiga pasang mamae yang terletak pada bagian lateral thorakal (Norsuhana et al. 2008)

(3)

Duri sejati memiliki diameter yang cukup besar, sehingga bentuknya tebal.

Selain itu, duri sejati memiliki ujung yang sangat tajam, relatif tidak fleksibel, dan memiliki penampang berbentuk bulat seperti yang digambarkan oleh Barthelmess (2006) pada landak Afrika. Duri sejati memiliki pola warna hitam belang putih dan putih belang hitam belang putih. Duri-duri sejati merupakan duri-duri yang terdapat pada regio T2, LL, DF, PC, dan MC. Duri-duri tersebut dapat menancap ke tubuh predator landak, sehingga dianggap sebagai alat pertahanan primer (Goodwin 1865).

Jenis duri yang ketiga adalah duri transisi. Duri transisi memiliki penampang bulat kecil dan sangat panjang. Duri transisi merupakan duri yang memiliki diameter tengah duri terkecil, lebih fleksibel atau lentur, dan memiliki ukuran paling panjang dari ketiga jenis duri lainnya. Duri transisi hanya memiliki satu macam pola warna, yaitu putih belang hitam belang putih. Duri jenis ini terdapat di sebelah kanan atau kiri dari duri terbesar di beberapa kelompok duri pada regio LL, PC, dan MC. Duri ini hanya berjumlah satu buah pada satu kelompok duri. Barthelmess (2006) menyatakan bahwa duri transisi merupakan transisi dari duri sejati dan rambut peraba dalam hal panjang, diameter, dan fleksibilitas. Duri ini diduga memiliki fungsi sebagai alat sensoris. Selain itu, duri transisi diduga berfungsi untuk menambah volume penegangan duri-duri sejati ketika duri menegang pada regio LL, PC, dan MC. Hal ini bertujuan agar duri-duri sejati terlihat lebih banyak dan mengembang, sehingga predator menjadi takut dengan landak.

Jenis duri terakhir adalah duri berderak yang terdapat pada regio AC. Duri berderak memiliki bentuk yang paling berbeda dari duri-duri lainnya. Pada landak Jawa, duri pada regio AC berbentuk seperti gelas piala kecil berwarna putih yang dapat mengeluarkan bunyi gemerincing seperti suara ular derik ketika landak merasa terancam oleh predator (Grzimek 1975). Hal ini serupa dengan landak Afrika (Barthelmess 2006). Duri pada AC akan menghasilkan bunyi karena saling tertekan atau terguncang antara duri yang satu dengan duri yang lain.

(4)

b

Gambar 8 Empat jenis duri landak.

Duri pipih terdapat pada regio capitis, cervical, dorsal scapula, dorsal thorakal 1, dan lateral thorakal 1 (a). Duri sejati terdapat pada regio thorakal 2, lumbal, dorsal femur, pangkal coccygeal, dan median coccygeal (b). Duri transisi terdapat di beberapa kelompok pada regio lumbal, pangkal coccygeal, dan median coccygeal (c). Duri berderak hanya terdapat pada apikal coccygeal (d). Bar 1 cm.

Duri-duri sejati merupakan duri yang paling sering rontok, baik rontok karena menancap pada musuh atau karena waktu pergantian duri (moulting). Pada mamalia, rambut akan tumbuh terus menerus selama fase anagen. Fase anagen adalah fase ketika folikel rambut mengalami proliferasi. Setelah fase anagen, rambut akan mengalami fase katagen atau fase peralihan dari fase anagen menjadi fase telogen. Proliferasi folikel rambut akan berhenti sementara ketika rambut berada pada fase telogen atau fase istirahat (Akers dan Denbow 2008). Duri sejati pada regio T2, LL, DF, PC, dan MC diduga memiliki fase anagen yang lebih dominan, sehingga laju pertumbuhan duri berlangsung cepat. Duri-duri yang terdapat pada regio CA sampai dengan LT1 dan AC diduga memiliki fase katagen dan telogen yang lebih lama dari pada regio T2 sampai dengan MC. Oleh sebab itu, duri-duri pada regio CA sampai dengan LT1 dan AC lebih jarang mengalami moulting.

a

c

d

(5)

Panjang dan Diameter Duri

Pola khas yang terbentuk pada kelompok duri dapat diamati dari perubahan warna dan ukuran duri. Kesebelas regio tersebut memiliki pola yang berbeda satu sama lain, baik dilihat dari warna dan atau ukuran durinya. Hasil pengukuran diameter dan panjang duri dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil rataan pengukuran diameter dan panjang seluruh duri di tiap regio

Regio Diameter (mm)

a b c x y z

CA 0.14±0.04 0.57±0.26 0.16±0.11 0.15±0.15 3.34±0.7 0.18±0.18 CE 0.24±0.02 1±0.04 0.39±0.02 0 4.18±0.45 0.57±0.47 DS 0.28±0.01 1.2±30.03 0.42±0.05 0.38±0.38 4.41±0.12 0.65±0.35 DT1 0.41±0.02 1.67±0.07 0.51±0.08 0.77±0.22 3.65±0.19 0.47±0.11 LT1 0.34±0 1.61±0 0.48±0.04 0.87±0.3 2.48±0.1 0.56±0.18 T2 1.02±0.03 2.64±0.02 0.82±0.03 1.9±0.01 3.93±0.39 1.19±0.16 LL 1.59±0.13 3.65±0.06 0.95±0.04 4.08±0.1 4.62±0.41 3.45±1.23 DF 0.82±0.05 2.61±0 0.71±0.03 2.15±0.19 2.54±0.08 1.24±0.06 PC 0.72±0.06 2.34±0 0.67±0 0.97±0 2.32±0.21 1.12±0.17 MC 1.07±0.03 2.70±0.07 0.79±0.02 1.35±0.04 2.42±0.09 1.44±0.03

AC 0.4±0.04 4.45±0 3.98±0.06 3.78±0.13 0 0

Dari Tabel 3 didapat bahwa rata-rata diameter duri terkecil 0.14 mm, 0.57 mm, 0.17 mm (a,b,c) terdapat pada regio CA. Duri-duri pada regio CA banyak didominasi oleh warna hitam. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran panjang y 3.34±0.7 cm, sedangkan x dan z hanya 0.15±0.15 cm dan 0.18±0.18 cm. Secara makroskopis, duri pada regio CA tampak seperti rambut halus (Gambar 9).

Duri-duri pada regio CE dan DS memiliki ukuran diameter dan panjang yang tidak terlalu jauh berbeda satu sama lain. Pola warna duri pada regio CE dan DS juga banyak didominasi oleh warna hitam (Gambar 9). Panjang y pada regio CE dan DS adalah 4.18±0.45 cm dan 4.41±0.12 cm. Perbedaan antara duri pada regio CE dan DS terletak di panjang x. Regio CE tidak memiliki duri dengan pangkal duri yang berwarna putih (x= 0 cm), sedangkan pada regio DS terdapat beberapa kelompok duri yang memiliki pangkal duri berwarna putih (x=

0.38±0.38 cm). Duri-duri pada regio CA, CE, dan DS ini cenderung berbentuk kecil dan pipih dengan kedua ujung yang meruncing. Hal ini sesuai dengan deskripsi yang dilaporkan oleh Barthelmess (2006) pada landak Afrika.

Panjang (cm)

(6)

Duri-duri pada regio thorakal memiliki pola warna putih belang hitam belang putih. Pada DT1 dan LT1 warna putih di kedua sisi duri relatif sedikit. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata panjang x pada DT1 hanya 0.77 cm dan pada LT1 hanya 0.87 cm. Rata-rata panjang z pada DT1 adalah 0.47 cm dan pada LT1 0.56 cm. Duri pada DT1 dan LT1 berbentuk pipih dan meruncing di kedua ujungnya (Gambar 9).

Duri pada regio T2 mengalami peningkatan ukuran secara progresif (Gambar 9). T2 memiliki rata-rata diameter yang cukup lebar, yaitu a=1.02 mm, b= 2.64 mm, c=0.82 mm, sehingga berbentuk agak oval dengan kedua ujung yang meruncing. Pola warna duri putih belang hitam belang putih mulai terlihat jelas pada regio T2. Hal ini terlihat dari rata-rata panjang x= 1.9 cm, y= 3.93 cm, dan z= 1.19 cm.

Duri-duri pada regio LL memiliki ukuran diameter dan panjang duri yang terbesar dari seluruh regio (Gambar 9). Rata-rata diameter duri regio LL adalah a= 1.59 mm, b= 3.65 mm, c= 0.95 mm. Di sisi lain, rata-rata panjang duri regio LL adalah x= 4,08 cm, y= 4.62 cm, z= 3.45 cm (gambar 9). Regio T2 memiliki rata-rata diameter dan panjang duri kedua terbesar setelah regio LL. Diameter duri mempunyai korelasi yang sebanding dengan panjang duri. Semakin besar ukuran diameter duri maka duri juga akan semakin panjang. Duri pada regio LL, DF, PC, dan MC memiliki pola warna yang mirip dengan regio T2. Selain itu, bentuk duri pada regio LL, DF, PC, dan MC juga memiliki bentuk yang mirip dengan T2, yaitu bentuk duri oval (Gambar 9).

(7)

Gambar 9 Macam-macam ukuran dan pola warna duri di sepuluh regio.

Regio capitis (CA) memiliki duri yang secara makroskopis terlihat seperti rambut biasa. Regio capitis (CA), cervical (CE), dorsal scapula (DS), dan lateral thorakal 1 (LT1) didominasi oleh pola warna hitam. Pada regio thorakal 2 (T2) sampai dengan regio median coccygeal (MC) memiliki duri berpenampang bulat. Ukuran duri bertambah secara signifikan dimulai dari regio thorakal 2 (T2). Regio lumbal (LL) memiliki ukuran diameter dan panjang duri yang terbesar. Bar 1 cm.

CA

DF LL T2

CE DS LT1

PC MC

(8)

Duri-duri pada regio CA merupakan duri terkecil. Semakin ke kaudal secara berturut-turut dari regio CE, DS, DT1, LT1, T2, dan LL, ukuran duri akan membesar. Duri akan kembali mengecil pada regio DF, PC, dan MC. Panjang duri dari seluruh regio telah diuji dengan uji keragaman rancangan acak lengkap dan uji Duncan. Hasil dari uji keragaman adalah P= 0,000 atau sangat berbeda nyata. Hasil dari uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji Duncan dari panjang duri di seluruh regio

LL T2 DF MC DS CE PC DT1 LT1 CA

CA 6.56n 2.74 n 2.26 n 1.73 n 1.46 n 0.94n 0.90n 0.86n 0.18tn - LT1 6.38n 2.57n 2.09n 1.55n 1.28n 0.77 tn 0.73 tn 0.68 tn - DT1 5.70n 1.88n 1.41n 0.87n 0.6 tn 0.09 tn 0.05 tn -

PC 5.65n 1.84n 1.36n 0.83 tn 0.55 tn 0.04 tn - CE 5.61n 1.80n 1.32n 0.79 tn 0.51 tn -

DS 5.10n 1.28n 0.81 tn 0.27 tn - MC 4.83n 1.01n 0.53 tn -

DF 4.29n 0.48 tn - T2 3.81n -

LL -

Keterangan n : berbeda nyata tn : tidak berbeda nyata

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa duri dari regio CA ke regio T2 rata-rata mengalami pertambahan ukuran diameter dan panjang. Regio LL memiliki hasil berbeda nyata dengan kesembilan regio lainnya karena regio LL memiliki duri terpanjang dari regio lainnya. Hal ini diduga karena duri-duri pada regio LL merupakan duri-duri pertahanan paling utama pada landak. Ukuran duri pada regio DF tidak berbeda nyata dengan T2. Demikian juga dengan duri di regio MC tidak berbeda nyata dengan duri di regio DS. Selain itu, duri-duri pada regio PC juga tidak berbeda nyata dengan duri-duri pada regio DS dan CE. Hal ini menunjukkan bahwa dari regio CA ke arah kaudal, duri terus membesar sampai dengan regio LL dan kembali mengecil pada regio DF.

(9)

Pola Warna Duri

Pola warna duri berbeda antar spesies landak. Landak Afrika memiliki pola warna duri sejati yang hampir mirip pada beberapa regio kaudal. Pola warna putih belang hitam belang putih pada duri-duri sejati pada landak Afrika berbentuk sejajar antara duri yang satu dengan duri yang lain (Barthelmess 2006).

Pada landak Jawa, pola warna duri tiap regio berbeda-beda. Persentase pola warna duri landak berkorelasi dengan pembagian daerah penghitungan panjang (x,y,z) duri landak. Persentase pola warna duri landak didapatkan dari banyaknya frekuensi ditemukannya x,y,z di tiap regio. Hasil persentase frekuensi munculnya pola warna dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 5.

Tabel 5 Persentase frekuensi munculnya pola warna duri landak pada tiap regio

Regio Warna

Putih I (x) Hitam (y) Putih II(z)

CA 10 100 17.5

CE - 100 21.97±0.76

DS 25 100 14.55±2.90

DT1 61.16±12.63 100 35.81±2.21

LT1 80.26±6.45 100 66.18±21.57

T2 86.75±6.01 100 50.71±0.24

LL 100 100 46.43±6.6

DF 88.09±16.84 100 80.64±0.59

PC 75.7±22.71 98.88±1.58 90.14±10.79

MC 87.38±11.85 98 96.75±1.77

AC 100 - -

Keterangan: Frekuensi putih I (x) dan putih II (z) meningkat ke arah kaudal Warna hitam (y) terdapat di setiap regio kecuali pada regio apikal coccygeal.

Duri memiliki berbagai macam variasi warna mulai dari hitam, putih, putih belang hitam, hitam belang putih, dan putih belang hitam belang putih.

Standar deviasi yang terdapat pada Tabel 5 memiliki nilai yang sangat bervariasi.

Hal ini dikarenakan warna duri landak yang sangat bervariasi pula. Tiap kelompok duri pada satu regio belum tentu memiliki persentase putih I (x), hitam (y), dan putih II (z) yang sama. Namun, secara umum, duri memiliki pangkal berwarna putih. Berdasarkan Tabel 5 dapat terlihat bahwa semua regio pasti

(10)

memiliki warna hitam di bagian durinya, kecuali pada regio AC, axila, dan ventral cervical. Di sisi lain, tiap regio juga terdapat ujung duri yang berwarna putih.

Persentase duri dengan ujung duri yang berwarna putih II (z) terbanyak terdapat pada regio MC, yaitu sebesar 96.75%, sedangkan persentase terkecil terdapat di regio CA, yaitu sebesar 17.5%. Persentase duri dengan pangkal duri yang berwarna putih I (x) paling banyak terjadi pada regio LL, yaitu sebesar 100%.

Duri yang terdapat pada regio CE tidak memiliki pangkal duri yang berwarna putih. Pola warna duri pada regio CE adalah hitam belang putih. Duri pada regio CA, CE, DS, dan DT1 didominasi oleh warna hitam. Pada ventral cervical dan sternum terdapat duri berbentuk pipih yang berwarna putih.

Warna duri landak berpola warna putih belang hitam, diduga terkait dengan adanya aktivitas pigmentasi kulit yang berbeda dengan siklus pigmentasi rambut. Duri memiliki periode osilasi pigmentasi kulit yang lebih pendek daripada rambut. Pigmen duri berasal dari melanosit yang didistribusikan di sekitar folikel duri. Masing-masing pola warna yang terbentuk pada duri landak mewakili pola sementara dari aktivitas melanosit lokal saat itu. Aktivitas melanosit akan selalu berubah seiring pertumbuhan duri. Kebanyakan regio memiliki warna putih di ujung duri. Hal ini berarti bahwa sinkronisasi osilasi dari aktivitas melanosit telah terjadi sejak muda. Namun, pigmentasi pada duri bagian dasar tidak memiliki fase yang sama. Misalnya, pada regio CE panjang x= 0 cm atau persentase putih I = 0%. Meskipun aktivitas pigmentasi pada bagian dasar duri tidak disinkronkan, tetapi pola warna terlihat sinkron di berbagai regio. Pola warna duri terlihat sinkron pada semua duri karena sebagian besar duri memiliki kecepatan tumbuh yang sama dengan kecepatan gelombang pigmentasi (Suzuki et al. 2003). Menurut Suzuki et al. (2003) pola warna landak Afrika memiliki kecepatan tumbuh duri yang sama dalam satu kelompok, sehingga menghasilkan belang warna hitam putih yang sama di tiap duri dalam satu kelompok. Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada landak Jawa. Pada landak Jawa, kecepatan pertumbuhan duri dalam satu kelompok tidak sama. Duri yang berada di tengah dalam satu kelompok duri diduga memiliki kecepatan tumbuh duri yang paling cepat disusul oleh duri yang ada di sebelah kanan dan kirinya, sehingga landak Jawa tidak memiliki belang warna hitam putih yang seragam pada setiap kelompok duri. Hubungan antara pola pigmentasi kulit dan kecepatan tumbuh duri dapat dilihat pada gambar 10.

(11)

Gambar 10 Hubungan pola pigmentasi kulit dan siklus pertumbuhan duri (Suzuki et al. 2003).

Pola pigmentasi duri ditentukan oleh periode osilasi pigmen. Landak memiliki periode osilasi pigmen yang pendek, sehingga duri dapat memiliki beberapa macam variasi warna.

Pola Distribusi Kelompok Duri

Duri landak tumbuh membentuk kelompok-kelompok atau grup-grup.

Distribusi kelompok duri landak juga membentuk suatu pola. Distribusi kelompok duri landak menyerupai pola sisik pada ikan (Gambar 11). Penyebaran kelompok duri landak yang berpola seperti pola sisik pada ikan memiliki satu keuntungan. Dengan berpola seperti pola sisik pada ikan, duri terpanjang di satu kelompok pada suatu regio tidak akan menumpuk dengan duri terpanjang kelompok di bawahnya, sehingga ketika duri menegang, duri tersebut tidak akan menusuk tubuh landak.

Gambar 11 Pola distribusi kelompok duri di bagian dorsal tubuh landak.

Pola distribusi kelompok duri menyerupai pola sisik pada ikan. Semakin besar ukuran suatu kelompok duri maka jumlah kelompok tersebut dalam suatu regio akan semakin sedikit dan berjarak renggang. Lingkaran hitam merupakan regio lateral thorakal 1 (LT1).

CA CE DS DT1 T2 LL DF PC MC AC

(12)

Masing-masing kelompok duri dari tiap regio memiliki jumlah duri yang berbeda-beda. Panjang kelompok di berbagai daerah akan berbeda karena panjang kelompok akan mengikuti jumlah dan diameter duri yang ada pada kelompok duri regio tersebut. Semakin banyak jumlah dan besar diameter duri, ukuran kelompok duri akan semakin panjang. Kelompok duri pipih yang terdapat pada regio CA sampai dengan LT1 memiliki jarak yang sempit antar kelompok duri. Duri sejati yang terdapat pada regio T2 sampai dengan MC memiliki jarak antar kelompok yang lebih renggang bila dibandingkan dengan kelompok duri pipih. Semakin panjang ukuran kelompok duri maka jarak antar kelompok duri semakin renggang dan jumlah kelompok duri akan semakin sedikit. AC memiliki ukuran kelompok paling kecil karena hanya memiliki satu duri tiap kelompoknya.

Ukuran kelompok duri terpanjang terdapat pada regio LL. Regio LL memiliki diameter duri terbesar dan jumlah duri yang banyak. Jumlah duri tiap kelompok akan terus meningkat dari regio CA sampai dengan regio T2. Hal tersebut sebanding dengan ukuran kelompok duri. Ukuran kelompok duri terus memanjang dari regio CA sampai dengan regio LL dan kembali mengecil dari regio DF sampai dengan AC. Jumlah duri pada setiap kelompok pada 11 regio yang diamati dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah duri pada tiap kelompok duri di masing-masing regio

Regio Jumlah Duri

CA 3.56 ± 0.33

CE 6.1 ± 0.71

DS 6.9 ± 0.14

DT1 6.8 ± 0.85

LT1 7.2 ± 0.85

T2 10 ± 0.28

LL 9.2 ± 0.28

DF 7.5 ± 0.42

PC 7.5 ± 0.71

MC 7.5 ± 0.42

AC 1 ± 0

Pola pertumbuhan duri pada kelompok duri di setiap regio membentuk pola seperti kipas (Gambar 12). Secara umum, duri paling pendek akan selalu berada di sisi paling kanan dan kiri dari tiap kelompok. Duri memanjang dan membesar ke arah bagian tengah kelompok duri. Duri yang terbesar dan terpanjang selalu berada di tengah kelompok duri, setelah itu duri akan mengecil dan memendek ke arah lateral.

(13)

Gambar 12 Pola seperti kipas pada kelompok duri di regio lumbal.

Duri terpendek ditunjukkan oleh nomor 1 dan 5. Duri terpendek selalu berada di sisi lateral kanan dan kiri. Duri dalam satu kelompok akan terus memanjang dan membesar hingga mencapai duri terpanjang dan terbesar yang terdapat di tengah-tengah kelompok (3). Setelah itu, ukuran duri mengecil dan memendek kembali ke arah lateral. Bar 1 cm.

Kelompok duri pada regio CA, CE, dan DS memiliki bentuk seperti kipas berukuran kecil. Contoh bentuk kelompok duri yang berpola seperti kipas berukuran kecil pada regio CE dapat dilihat pada Gambar 13. Perbedaan ukuran (tinggi dan diameter) antar tiap duri dalam satu kelompok pada ketiga regio tersebut tidak nyata. Kelompok duri yang berpola seperti kipas berukuran kecil memiliki komposisi jenis duri yang homogen. Jenis duri yang terdapat pada kelompok duri berpola seperti kipas berukuran kecil adalah duri pipih. Pola duri berbentuk seperti kipas berukuran kecil yang terdapat pada ketiga regio ini telah diuji dengan uji keragaman dan hasilnya adalah P= 0.131 atau tidak berbeda nyata.

Gambar 13 Contoh bentuk kipas berukuran kecil pada regio cervical.

Perbedaan tinggi antar duri dalam kelompok tidak nyata. Pola kipas kecil ini dapat ditemukan pula pada regio CA dan DS. Komposisi kelompok yang berpola kipas kecil adalah duri pipih yang homogen. Bar 1 cm.

(14)

Dilihat dari ukuran duri, regio DT1, LT1, dan MC memiliki ukuran panjang serta diameter duri yang tidak jauh berbeda. Bentuk kipas yang terbentuk dari ketiga regio ini juga mempunyai kesamaan, yaitu berbentuk seperti kipas berukuran sedang. Setelah diuji melalui uji keragaman didapat bahwa ketiga regio ini memiliki panjang dan diameter duri yang berbeda tidak terlalu nyata.

Hasil uji keragaman adalah P= 0.048. Perbedaan ini diuji kembali dengan menggunakan uji Duncan. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 7. Panjang duri sebelah lateral kanan dan kiri dalam satu kelompok memiliki ukuran panjang dan diameter duri yang tidak berbeda. Ukuran duri paling lateral dan duri yang terletak di antara duri paling lateral dengan duri terbesar memiliki ukuran yang tidak terlalu berbeda nyata dengan duri terbesar. Hasil dari uji Duncan dapat menunjukkan bahwa ketiga regio tersebut memiliki bentuk kelompok duri yang berpola seperti kipas berukuran sedang (Gambar 14).

Gambar 14 Contoh bentuk kipas berukuran sedang pada regio thorakal 1.

Terdapat perbedaan yang tidak terlalu nyata antara tinggi duri yang satu dengan duri yang lain dalam satu kelompok. Panjang duri nomor 1 dan 5 tidak berbeda nyata dengan panjang duri nomor 2 dan 4. Namun, panjang duri nomor 1 dan 5 berbeda nyata dengan panjang duri nomor 3. Panjang duri nomor 2 dan 4 tidak berbeda nyata dengan panjang duri nomor 3.

Bar 1cm

Tabel 7 Hasil uji Duncan pada perbedaan ukuran duri di regio dorsal thorakal 1, lateral thorakal 1, dan median coccygeal

3 4 2 5 1

1 2.17n 1.1tn 0.89tn 0.15 tn - 5 2.02n 0.95tn 0.73tn - 2 1.29tn 0.22tn -

4 1.07tn -

3 -

Keterangan: 1,2,3,4, dan 5 merupakan urutan duri yang diukur pada satu kelompok untuk menentukan pola kipas

n berbeda nyata tn berbeda tidak nyata

1

2 3 4

5

(15)

Pola bentuk seperti kipas berukuran besar dari duri-duri sejati terdapat pada regio T2, LL, DF, dan PC. Uji keragaman telah dilakukan pada masing- masing regio tersebut. Hasil yang didapat dari keempat uji keragaman pada masing-masing regio adalah P= 0.000 atau berbeda sangat nyata. Selanjutnya, uji Duncan dilakukan pada keempat regio tersebut. Keempat regio tersebut memiliki hasil kesimpulan uji Duncan yang sama. Hasil uji Duncan pada T2 dapat dilihat pada Tabel 8 dan uji Duncan pada ketiga regio lainnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 8 Hasil uji Duncan dari perbedaan ukuran di regio thorakal 2

3 4 2 5 1

1 5.2n 1.94n 1.94n 0.52 tn - 5 4.68n 1.42n 1.42n - 2 3.26n 0tn -

4 3.26n -

3 -

Keterangan: 1,2,3,4, dan 5 merupakan urutan duri yang diukur pada satu kelompok untuk menentukan pola kipas

n berbeda nyata tn berbeda tidak nyata

Pada kelompok duri yang berpola seperti kipas berukuran besar terdapat perbedaan panjang yang sangat berbeda nyata antar tiap duri dalam satu kelompok (Gambar 15). Hasil yang didapat dari uji Duncan pada keempat regio ini adalah tinggi duri di kedua sisi lateral kanan dan kiri tidak berbeda nyata. Panjang duri pada sisi-sisi lateral tersebut berbeda nyata dengan duri terbesar serta duri yang berada di antara sisi lateral dan duri terbesar. Duri yang terletak di antara sisi lateral kanan dan duri terbesar memiliki tinggi yang sama atau tidak berbeda nyata dengan duri yang terletak di antara sisi lateral kiri dan duri terbesar. Namun, duri- duri di antara sisi-sisi lateral dengan duri terbesar di kelompok duri tersebut memiliki panjang yang berbeda nyata. Duri terbesar pada regio T2, LL, DF, dan PC merupakan duri yang paling panjang dari antara duri-duri lainnya dalam satu kelompok dan diduga memiliki fungsi sebagai duri pertahanan paling utama dari satu kelompok duri pertahanan.

(16)

Gambar 15 Contoh bentuk kipas berukuran besar pada regio thorakal 2.

Terdapat perbedaan nyata antara tinggi duri yang satu dengan duri yang lain dalam satu kelompok. Duri yang terletak pada nomor 1 dan 5 memiliki panjang yang berbeda nyata dengan duri pada nomor 2, 3, dan 4. Duri yang terletak pada nomor 2 dan 4 memiliki panjang yang berbeda nyata dengan duri nomor 3. Bar 1cm.

Ketiga bentuk pola kipas (kecil, sedang, besar) menunjukkan adanya diferensiasi morfologi duri sesuai dengan regio dan fungsinya. Bentuk pola kipas kecil yang terdiri atas duri pipih memiliki ukuran yang homogen. Bentuk pola seperti kipas sedang yang terdapat pada regio DT1, LT1, dan MC menunjukkan bahwa duri mulai membesar dan memanjang. Selain itu, kesamaan pola antara T1 dan MC memperlihatkan bahwa ukuran duri akan kembali mengecil pada regio DF, PC, dan MC. Bentuk pola kipas yang terakhir adalah bentuk pola seperti kipas berukuran besar. Pola ini terdiri atas duri sejati yang diduga berfungsi sebagai alat pertahanan utama.

Komposisi Kelompok Duri

Regio LL, PC, dan MC memiliki dua komposisi kelompok duri yang berbeda. Komposisi pertama adalah komposisi kelompok duri yang hanya terdiri atas satu jenis duri yaitu kelompok duri sejati (Gambar 16). Komposisi kedua adalah komposisi kelompok duri yang terdiri atas dua jenis duri, yaitu memiliki duri sejati dan duri transisi. Ciri khas lain yang terlihat dari pola kelompok kedua ini adalah letak duri transisi selalu berada di sebelah kanan atau kiri dari duri terbesar di kelompok LL, PC, dan MC (Gambar 17).

1

4 3

2

5

(17)

Gambar 16 Contoh pola duri pertama dengan komposisi satu jenis duri pada regio thorakal 2.

Pola duri pertama bisa juga terdiri atas duri pipih saja pada regio CA, CE, DS, DT1, LT1, dan ventral abdomen. Bar 1 cm.

Gambar 17 Contoh pola duri kedua yang terdiri atas dua jenis duri pada regio lumbal.

Pola duri kedua terdiri atas duri sejati dan duri transisi. Pola duri kedua ini terdapat pada beberapa kelompok duri di regio LL, PC, dan MC. Duri transisi akan selalu berada di samping duri terbesar pada kelompok duri (tanda panah).

Penelitian ini telah memperlihatkan bahwa secara umum landak Jawa memiliki empat jenis duri yang dapat dibedakan berdasarkan morfologinya.

Kelompok duri pada landak Jawa memiliki pola dan komposisi duri yang berbeda di beberapa regio.

Gambar

Gambar 6  Rambut halus pada regio lumbal (a dan b).
Tabel 2 Distribusi rambut dan duri pada 11 regio tubuh  Jenis Rambut dan
Gambar 8   Empat jenis duri landak.
Tabel 3 Hasil rataan pengukuran diameter dan panjang seluruh duri di tiap regio
+7

Referensi

Dokumen terkait

learning). Tujuan yang ingin dicapai dalam peneliti ini adalah sebagai berikut : 1) Mengetahui aktivitas guru dalam pelajaran, 2) Mengetahui aktivitas siswa dalam belajar, 3)

Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

Pada tugas akhir ini akan dilakukan pembuatan sistem perhitungan sel darah berbasis pengolahan citra digital dengan menggunakan morfologi branchpoints.. Citra akan

Klien mengatakan tiga hari merasakan nyeri yang hebat di pinggang kiri sampai paha kiri, nyeri tersebut terkadang muncul dan hilang sendiri. Kemudian keluarga klien memutuskan

Hasil survei tim pelaksana pengabdian ini, menemukan bahwa guru-guru SMK bidang teknik kota Balikpapan membutuhkan keterampilan mekatronika dalam menggunakan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri

Setelah selesai praktikum mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam matakuliah Kalkulus seperti menentukan limit dan turunan fungsi satu peubah