ASUHAN KEPERAWATAN Tn. A
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 25 Juni 2012.
Ruang : Alamanda.
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Mustokoweni Tengah
Agama : Islam
Status : Kawin
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa medis : Ischialgia, spondilosis lumbalis, LBP
Nomor RM : 20.65.02
Tanggal masuk : 25 Juni 2012
2. Identitas Penanggung Jawab
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Mustokoweni Tengah
Hub. Dengan klien : Istri
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pinggang kiri sampai dengan paha kiri.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan tiga hari merasakan nyeri yang hebat di pinggang kiri sampai paha kiri, nyeri tersebut terkadang muncul dan hilang sendiri. Saat nyeri muncul, klien mengatakan tidak bisa bergerak dan melakukan aktivitas apapun. Kemudian keluarga klien memutuskan untuk memeriksakan diri di Rumah Sakit. Saat diperiksa, diagnosa sementara klien yaitu ischialgia. Klien dianjurkan untuk rawat inap dan masuk di ruang Alamanda.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, jantung, dan lain-lain.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus, hipertensi, jantung, dan lain-lain.
7. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda Vital
Tanggal 25 Juni 2012
Tekanan darah : 130/90 mmHg Denyut nadi : 80 kali/menit Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5°C
b. Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, integritas kulit utuh, tidak ada lesi.
c. Kepala dan Leher
Bentuk kepala : mesochepal.
Rambut : rambut hitam sedikit beruban, lurus, penyebaran merata, tidak ada lesi.
Mata : simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, palpebra sedikit kehitaman, terlihat ada kantung mata, penglihatan baik.
Telinga : simetris, tidak ada keluaran yang abnormal. Hidung : tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada massa. Mulut : Tidak ada sariawan, mukosa bibir kering, tidak ada gusi berdarah.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe. d. Jantung
Inspeksi : IC tampak.
Palpasi : IC teraba di SIC V.
Perkusi : Pekak.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, tidak ada bising, tidak ada gallop.
e. Paru-paru
Inspeksi : simetris, pengembangan maksimal.
Palpasi : pengembangan paru kanan dan kiri simetris.
Perkusi : sonor.
Auskultasi : tidak ada suara whezzing dan ronkhi. f. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit sawo matang. Auskultasi : bising usus 10 kali/menit
Palpasi : tidak terdapat massa, tidak ada benjolan.
Perkusi : timpani
g. Ekstremitas
1) Look
a) Ekstremitas atas
Warna kulit sawo matang dan merata, turgor kulit baik, tidak ada edema di telapak tangan kanan dan kiri, tidak ada fraktur, deformitas.
Warna kulit sawo matang, tidak ada bengkak di kaki kanan dan kiri, tidak ada fraktur, deformitas.
2) Feel
a) Ekstremitas atas
Tidak terdapat nyeri tekan pada ekstremitas atas kanan dan kiri, tidak ada baal, tidak ada kesemutan.
b) Ekstremitas bawah
Terdapat nyeri tekan dan nyeri saat digerakkan pada bagian pinggang kiri sampai dengan paha kiri, nyeri terasa cekot-cekot dan terkadang tiba-tiba terasa nyeri seperti disetrum, skala nyeri 6, tidak kesemutan, frekuensinya tidak terlalu sering.
c) Move
a) Ekstremitas atas :
Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan. Klien mampu mengangkat tangan kanan dan kiri dan mampu menahannya. Tangan kanan dan kiri mampu menentang gravitasi dan tahanan, mampu melakukan fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi, dan rotasi. b) Ekstremitas bawah :
Kaki kanan dan kiri bisa digerakkan. Kaki kanan mampu menentang gravitasi dan tahanan, mampu melakukan fleksi-ekstensi, dorsofleksi-plantarfleksi. Kaki kiri mampu sedikit menentang gravitasi dan tahanan, mampu melakukan fleksi-ekstensi, dorsoflexi-plantarflexi kurang maksimal. Saat kaki kanan dan kiri diangkat (tes laseque), kanan >70° sedangkan kiri <70°.
d) Kekuatan otot
Siku 5 5
Lengan bawah 5 5
Pergelangan tangan 5 5
Jari 5 5
Ekstremitas bawah Kanan Kiri
Lutut 5 4 Betis 5 4 Pergelangan kaki 5 4 Jari 5 4 h. Genetalia Tidak terkaji. i. Sistem persarafan 1. Status mental
Tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4V5M6), gaya bicara pelan dan jelas.
2. Fungsi intelektual
Orientasi waktu, orang dan tempat baik. 3. Daya pikir
Daya pikir spontan, alamiah dan masuk akal, tidak ada kesulitan berpikir dan tidak ada halusinasi .
4. Status emosional
Status emosional pasien alamiah dan datar, tidak pemarah, cemas dan tidak apatis.
j. Sistem Imunitas
Klien mengatakan tidak alergi makanan ataupun obat-obatan.
8. Pengkajian Fungsional
a. Persepsi terhadap kesehatan-manajemen kesehatan
Klien mengatakan ketika sakit seringnya pergi ke dukun pijit, jika sudah agak parah menurut takaran beliau, baru memeriksakan diri ke dokter. Klien mengatakan sehat adalah kondisi tubuh yang bisa melakukan pekerjaan apapun, sedangkan sakit adalah kondisi tubuh yang lemah. Klien tidak minum minuman keras, tidak merokok, tidak memakai narkoba.
b. Kebutuhan Oksigenasi
Klien tidak mengalami sesak nafas, tidak ada cuping hidung, tidak mengalami sianosis, tidak batuk. Tidak terdengar bunyi ronki, whezzing.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Sebelum dirawat di Rumah Sakit klien mengatakan makan 3 kali dalam sehari dengan lauk bervariasi. Klien mengatakan kurang lebih minum 5-8 gelas perhari. Sebelum sakit tinggi badan klien adalah 173 cm, berat badan 70 kg.
Saat sakit klien mendapatkan diit makanan bubur tanpa sari. Saat masuk di Rumah Sakit BB klien masih tetap 70 kg.
IMT = BB/TB2 = 70/ (1,732) = 70/2,9929
= 23,38 (normal) Keterangan :
1) Tinggi badan dalam meter. 2) Klasifikasi nilai IMT.
IMT Status gizi Kategori
< 17,0 Gizi kurang Sangat kurus
17,0 – 18,5 Gizi kurang Kurus
18,5 – 25,0 Gizi baik Normal
25,0 – 27,0 Gizi lebih Gemuk
>27,0 Gizi lebih Sangat gemuk
d. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum masuk Rumah Sakit, klien mengatakan melakukan eliminasi urin sebanyak ± 3-4 kali dalam sehari, eliminasi fekal sebanyak ± 1 kali dalam sehari.
Saat sakit, frekuensi eliminasi urin masih tetap 3-4 kali dalam sehari, eliminasi fekal 1 kali dalam dua hari dengan konsistensi sedikit lembek. e. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Aktivitas Keterangan Skor
Makan 0 : tidak mampu, 5 : memerlukan bantuan seperti memotong makanan, mengoleskan mentega, atau memerlukan bentuk diet khusus, 10 : mandiri/tanpa bantuan
10
Mandi 0 : tergantung, 5 : mandiri 0
Kerapian/penampilan 0 : memerlukan bantuan untuk menata penampilan diri, 5 : mampu secara mandiri menyikat gigi, mengelap wajah, menata rambut dan
bercukur
Berpakaian 0 : tergantung/tidak mampu, 5 : perlu dibantu tetapi dapat melakukan sebagian, 10 : mandiri (mampu mengancingkan baju, menutup resleting, merapikan baju)
5
BAB 0 : inkontinensia/tergantung pada enema, 5 : kadang mengalami gangguan, 10 : normal
10
BAK 0 : inkontinensia, harus dipasang kateter atau tidak mampu mengontrol BAK secara mandiri, 5 : kadang mengalami kesulitan, 10 : normal
10
Penggunaan kamar mandi 0 : tergantung, 5 : perlu bantuan tetapi tidak tergantung penuh, 10 : mandiri
5
Berpindah tempat 0 : tidak mampu, mengalami gangguan keseimbangan, 5 : memerlukan banyak bantuan untuk bisa duduk, 10 : memerluka sedikit bantuan (diarahkan secara verbal), 15 : mandiri
10
Mobilitas 0 : tidak mampu atau berjalan kurang dari 50 yard, 5 : hanya bisa bergerak dengan kursi roda > 50 yard, 10 : berjalan dengan bantuan > 50 yard, 15 : mandiri (meski dengan alat bantu)
10
Naik/turun tangga 0 : tidak mampu, 5 : memerlukan bantuan , 10 : mandiri
5
Total = 70 (bantuan minimal dalam ADL) 80 – 100 : mandiri
60 – 79 : bantuan minimal dalam ADL 40 – 59 : sebagian tergantung
20 – 39 : sangat tergantung < 20 : tergantung total f. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum sakit, klien mengatakan frekuensi tidur klien ± 8 jam/hari, dengan kualitas tidur yang baik dan tidak mengalami gangguan tidur. Saat sakit, frekuensi tidur klien berkurang ± sekitar 6 jam/hari, karena nyeri yang dirasakan membuat klien susah untuk tidur.
g. Kebutuhan Personal Hygiene
Sebelum sakit, klien selalu mandi 2 kali dalam sehari, rajin menggosok gigi, dan toileting secara mandiri. Klien mencuci rambut 1 kali dalam 2 hari. Saat sakit, klien kurang bisa melakukan perawatan diri secara mandiri, seperti mandi (perlu bantuan orang lain dalam menuntun ke kamar mandi) dan toileting, dalam hal berpakaian klien melakukan secara mandiri.
h. Kebutuhan Persepsi Sensori Penglihatan : baik.
Pendengaran : tidak menggunakan alat bantu dengar. Penciuman : baik, mampu mencium aroma.
Pengecap : baik.
Perabaan : mengenali rangsang (benda tumpul, tajam, halus). i. Kebutuhan Komunikasi dan Mental
Klien berbicara jelas dengan volume yang sedikit pelan. Klien menggunakan bahasa jawa, klien adalah orang yang ekstrovert.
j. Kebutuhan Kenyamanan
Klien bedrest, ekstremitas bawah kiri terasa nyeri dari punggung kiri sampai dengan paha kiri, nyeri yang dirasakan seperti nyeri tertekan, terkadang seperti kesetrum, skla nyeri 6, nyeri tersebut timbul secara tiba-tiba, dan frekuensi merasakan nyeri kurang lebih 1 jam. Saat nyeri terasa, klien tidak bisa menggerakkan kakinya. Klien merasa lemas. k. Kebutuhan Seksualitas
Tidak terkaji.
l. Kebutuhan Mekanisme Koping
Klien mengatakan koping yang dilakukan klien saat menghadapi tekanan adalah menonton televisi, jalan-jalan melihat suasana sekeliling sambil bekerja.
m. Kebutuhan Konsep diri.
Harga diri : klien tidak malu dengan penyakit yang dialaminya. Ideal diri : klien ingin cepat sembuh dan melakukan pekerjaan seperti biasa, karena beliau sebagai kepala rumah tangga.
Identitas diri : klien mengakui sebagai laki-laki.
Peran : klien sebagai kepala rumah tangga dan orang tua dari anak-anaknya.
Gambaran diri : klien merasa ikhlas dengan penyakit yang dialami, klien belajar untuk bersyukur.
n. Kebutuhan Rekreasi dan Spiritual
Sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan suka jalan-jalan menonton televisi. Klien rajin sholat 5 waktu. Saat masuk rumah sakit, klien hanya bisa berdoa.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Foto Rontgen (26 Juni 2012) Foto lumbal AP lateral.
- Struktur tulang normal. - Alignment normal.
- Discus intervertebralis tidak menyempit. - Tak tampak reaksi litik.
- Sacro iliac joint normal. - Kesan : spondilosis lumbalis.
10. Therapy
Ringer Laktat 20 tetes per menit (infus) 500 cc Ketorolac 2 x 2 ml (intravena)
B12 1 x 1 mg (intravena)
Natrium diclofenak 2 x 50 mg (oral) Diazepam 2 x 2 mg (oral)
No. Terapi Cara
Pemberian
Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
1 Ringer Laktat Infus 500 ml Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan
dehidrasi dan syok
hipovolemik.
Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, dan asidosis laktat.
Dapat menyebabkan
hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
2 Ketorolac Intravena 2 x 2 ml Penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah.
- Pasien dengan hipersensitivitas urtikaria, angioudema, bronkospasme, rinitis yang parah.
- Saluran cerna : diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal, nausea. - Susunan Saraf Pusat :
- Pasien yang alergi terhadap golongan salisilat.
- Penderita polip, asma, hipotensi, penanganan kondisi nyeri yang minor atau kronik. - Pasien dengan penyakit tukak
lambung aktif.
- Pasien yangg sedang menggunakan obat golongan AINS.
- Pasien anak di bawah usia 2 tahun.
- Pasien hamil trimester ke-3. - Pasien menyusui (atau
hentikan menyusui).
sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat.
3 B 12 IM 2 x 50 mg Anemia pernisiosa yang tidak
terkomplikasi atau
malabsorbsi pada intestinum yang menyebabkandefisiensi
Hipersensitivitas, tidak boleh digunakan untuk anemia megaloblastik pada wanita hamil.
Sianokobalamin biasanya bisa ditoleransi dengan baik. Reaksi alergi setelah injeksi jarang terjadi.
vitamin B12 4 Natrium
Diklofenak
Per oral 3 x 50 mg Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing spondilitis.
- Penderita yang
hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita asma, urtikaria atau alergi pada pemberian aspirin atau NSAIA lain.
- Penderita tukak lambung.
Nyeri/keram perut, sakit kepala, retensi cairan, diare, nausea, konstipasi, flatulen, kelainan pada hasil uji hati, indigesti, tukak lambung, pusing, ruam, pruritus dan tinitus.
5 Diazepam Per oral 2 x 2 mg Diazepam digunakan untuk mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan, halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. Diazepam juga dapat digunakan untuk kejang otot, bisa juga sebagai obat penenang.
- Penderia hipersensitif - Bayi dibawah 6 bulan - Wanita hamil dan menyusui
- Depress pernapasan - Glaucoma sudut sempit - Gangguan pulmoner akut - Keadaan Phobia
- Efek samping yang sering terjadi, seperti : pusing, mengantuk.
- Efek samping yang jarang terjadi, seperti : Depresi, Impaired Cognition.
B. ANALISA DATA 1. DS :
- P : klien mengatakan nyeri tersebut datang tiba-tiba, yang paling dirasakan sakit sekali saat berjalan terlalu lama. - Q : klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti nyeri tertekan, terkadang seperti kesetrum.
- R : nyeri dirasakan mulai dari pinggang kiri sampai dengan paha kiri. - S : klien mengatakan skala nyeri 6. - T : lamanya nyeri kurang lebih 1 jam.
DO :
- Klien tampak merintih kesakitan.
Nyeri berhubungan dengan agens cedera (ischialgia).
2. DS :
- Klien mengatakan ingin beraktivitas tetapi keadaan fisik (nyeri di punggung kiri sampai kaki kiri) tidak mendukung.
- Klien mengatakan masuk di rumah sakit kebanyakan hanya berbaring saja.
DO :
- Kekuatan otot, tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kanan 5, kaki kiri 4. - Skor ADL 70 (bantuan minimal dalam ADL)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
- Tes laseque (kaki kanan >70° kaki kiri <70°).
3. DS :
- Klien mengatakn susah tidur karena merasakan nyeri.
- Klien mengatakan kurang puas terhadap tidurnya.
- Klien mengatakan dalam 24 jam hanya bisa tidur ± 7 jam dan sedikit-sedikit terbangun karena nyeri yang dirasakan.
DO :
- Palpebra klien terlihat sedikit kehitaman.
- Mata klien terlihat sayu.
- Kantong mata terlihat bengkak. - Klien tampak lemas.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan agens cedera (ischialgia).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx. Kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Nyeri berhubungan
dengan agens cedera (ischialgia).
Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam maka nyeri terkontrol dan berkurang, dengan kriteria hasil :
1. Tanda vital dalam rentang normal.
2.Tidak mengalami gangguan tidur.
3.Skala nyeri berkurang menjadi 4.
4.Wajah tampak tenang.
5. Klien tidak merintih kesakitan.
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi (PQRST).
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
6. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin.
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri.
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat.
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas.
2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
3. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan.
4. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik). 5. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
6. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.
8. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
9. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.
3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam maka klien dapat tidur/istirahat dengan normal, dengan kriteria hasil :
1. Klien mengatakan dapat tidur dengan rentang normal (6-8 jam/hari) dengan kualitas baik 2. Melaporkan peningkatan rasa
sehat dan merasa dapat beristirahat
3. Warna palpebra seperti warna kulit sekitarnya.
4. Kantung mata tidak membesar.
1. Identifikasi faktor-faktor penyebab gangguan pola tidur
2. Berikan tempat tidur yang nyaman 3. Kaji pola tidur
4. Pantau keadaan umum pasien dan TTV 5. Ciptakan suasana nyaman, kurangi distraksi lingkungan
6. Gunakan alat bantu tidur (misal : air hangat untuk kompres relaksasi otot, musik yang lembut, dll)
7. Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum tidur
E. IMPLEMENTASI
Tanggal Dx Implementasi Evaluasi Ttd
25 Juni 2012 14.15 WIB
14.25 WIB
14.45 WIB
15.00 WIB
1 - Mengkaji skala nyeri.
- Memberikan informasi tentang nyeri (penyebab nyeri) pada klien dan keluarga.
- Mengajarkan teknik relaksasi (napas dalam dan terapi musik).
- Mengobservasi keadaan umum dan mengukur TTV.
S : Klien mengatakan nyeri di daerah punggung kiri sampai dengan paha kiri seperti nyeri tertekan, terkadang seperti kesetrum dengan skala 6.
O : Klien tampak merintih kesakitan.
S : Klien mengatakan mengerti, klien dan keluarga banyak bertanya.
O : Klien kooperatif.
S : Klien melakukan napas dalam, klien mengatakan akan mencoba terapi musik.
O : Klien kooperatif, klien tampak rileks. S : Klien mengatakan kepalanya sedikit pusing.
19.30 WIB 25 Juni 2012 17.00 WIB 17.15 WIB 25 Juni 2012 2 3
- Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac.
- Mengkaji faktor penyebab kelelahan.
- Mengkaji kekuatan otot
- Mengajarkan teknik ROM
mmHg, HR 80 x/menit, RR 20 x/menit.
S : Klien mengatakan nyeri semakin berkurang.
O : Klien tampak tenang.
S : klien mengatakan nyeri masih dirasakan jika beraktivitas berat dan pusing.
O : klien kooperatif.
S :
-O : ekstremitas atas kanan dan kiri 5, ekstremitas bawah kanan 5 dan kiri 4.
S : klien mengatakan akan melakukan ROM. O : klien kooperatif.
17.30 WIB
17.45 WIB
18.00 WIB
- Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan pola tidur.
- Memberikan tempat tidur yang nyaman.
- Mengkaji pola tidur klien.
S : Klien mengatakan salah satu faktor adalah nyeri. O : Klien kooperatif.
S : Klien mengucapkan “terimakasih”.
O : Klien kooperatif.
S : Klien mengatakan frekuensi tidur sebelum sakit ± 8 jam/hari, saat sakit frekuensi menjadi ± 6 jam/hari dengan kualitas tidak baik.
O : Klien kooperatif. 26 Juni 2012
08.00 WIB
08.10 WIB
1 - Memberikan analgesik ketorolac.
- Merapikan dan memberikan tempat tidur yang nyaman
S : Klien mengatakan saat diberikan injeksi terasa sedikit nyeri.
O : Klien kooperatif.
S : Klien mengatakan “terimakasih”.
08.15 WIB 26 Juni 2012 08.30 WIB 09.00 WIB 09.20 WIB 26 Juni 2012 09.30 WIB 2 3
- Mengklarifikasi teknik relaksasi (napas dalam)
- Melakukan teknik ROM.
- Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas ringan yang bisa dikerjakan
- Memberikan penguatan positif untuk melakukan aktivitas ringan
-- Mengkaji pola tidur klien lagi.
S : klien mengatakan sedikit merasa nyaman. O : klien kooperatif.
S : klien bersedia untuk dilakukan ROM kembali. O : klien kooperatif.
S : Klien mengatakan bisa melakukan pekerjaan rumah yang ringan.
O : Klien kooperatif.
S : klien mengatakan akan melakukan aktivitas ringan, jika sudah terasa lelah akan beristirahat O : klien kooperatif
S : Klien mengatakan tadi malam bisa tidur tapi sedikit-sedikit terbangun.
- Menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum tidur.
S : Klien mengatakan akan melakukannya. O : Klien kooperatif. 27 Juni 2012 20.30 WIB 05.00 WIB 27 Juni 2012 06.00 WIB 1 2
- Mengkaji skala nyeri.
- Mengukur TTV.
- Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik).
- Mengajarkan teknik ROM pada
S : Klien mengatakan nyeri berkurang menjadi 4. O : Klien tampak senang.
S : Klien mengatakan nyeri berkurang.
O : TD 120/80 mmHg, suhu 36,8°C, pernafasan 20 kali/menit, nadi 86 kali/menit.
S : klien mengatakan tidak sesak napas.
O : pengembangan dada maksimal, tidak terlihat otot bantu pernapasan.
27 Juni 2012
06.30 WIB 06.40 WIB
3
keluarga untuk diaplikasikan ke klien.
- Mengkaji pola tidur klien.
- Menyarankan klien untuk
menggunakan alat bantu tidur seperti musik, guling, dll.
akan mempraktikkan ROM ke klien. O : keluarga klien dan klien kooperatif.
S : Klien mengatakan sudah bisa tidur lumayan baik. O : klien kooperatif.
S : Klien mengatakan akan mencoba melakukannya.
F. EVALUASI Tanggal Waktu No. Dx. Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD 16 Juni 2012 08.00 WIB
1 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup kurang gerak dan kelelahan.
S :
- klien mengatakan akan mencoba untuk melakukan aktivitas yang ringan terlebih dahulu, jika merasa lelah klien akan beristirahat, klien mengatakan akan menggunakan jadwal harian sebagai acuan untuk latihan beraktivitas.
- Klien mengatakan sudah mencoba melakukan aktivitas ringan seperti jalan-jalan sampai depan ruang Alamanda.
O :
- Klien tampak bersemangat.
- Klien membuat jadwal untuk beraktivitas. - Klien mengalami kemajuan dalam
beraktivitas (belajar untuk tidak bedrest) A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
- Lanjutkan jadwal aktivitas.
- Berikan penguatan positif terhadap klien. 2 Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan diabetes mellitus.
S : klien mengatakan nyeri di bagian yang bengkak sudah sedikit berkurang.
O :
- Kekuatan otot klien untuk ekstremitas atas 5, ekstremitas bawah 5.
- Bengkak sudah tidak ada. A : Masalah teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi
- Kompres air hangat jika terjadi bengkak kembali.
3 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan poliuri dan dehidrasi.
S : klien mengatakan rasa hausnya semakin berkurang.
O :
- Klien mendapatkan diit makanan bubur tanpa sari rendah gula.
- Mukosa bibir lembab. A : Masalah teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi.
ASUHAN KEPERAWATAN ISCHIALGIA PADA Tn. A DI BANGSAL ALAMANDA
RSUD TUGUREJO SEMARANG
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan Dewasa I (Keperawatan Medikal Bedah)
Pembimbing : Ns. Ali, S.Kep
Oleh : Septianingtyas
G2B009053
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012