• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEARIFAN LOKAL SADRANAN DI BOYOLALI Abdul Rozaq Sholeh SD Negeri 1 Sumur Jambean, Sumur, Tamansari, Boyoali e-mail : rozaqabdul024@gmail.com

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEARIFAN LOKAL SADRANAN DI BOYOLALI Abdul Rozaq Sholeh SD Negeri 1 Sumur Jambean, Sumur, Tamansari, Boyoali e-mail : rozaqabdul024@gmail.com"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e

Vol. 1 – No. 1, year (2021), page 1-10

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEARIFAN LOKAL SADRANAN DI BOYOLALI

Abdul Rozaq Sholeh SD Negeri 1 Sumur

Jambean, Sumur, Tamansari, Boyoali e-mail : rozaqabdul024@gmail.com

Abstract :Boyolali is a city that has local cultural wisdom, one of which is Sadranan. Sadranan is a local culture that experienced assimilation from Hinduism and Buddhism by the Islamic which was used by the saints in spreading the teachings of Islam by cleaning up tombs and all public places in a village jointly because of gratitude to Allah SWT. Sadranan is an annual tradition in which there are noble values. Based on this, the researchers underlie the research carried out at Cepogo Boyolali. This study aims to describe the values contained in Sadranan. The method used in this study is literature study and field studies using descriptive qualitative. The results of this study reveal that in Sadranan culture there are noble values that make Sadranan still exist today. These values are derived and taught informally from generation to generation so that people are virtuous. The values contained in Sadranan include religion, gratitude, tolerance, love for the homeland, caring for the environment and mutual cooperation. Based on these data, this study proves that the Cepogo community is still carrying out Sadranan culture every year because it contains noble values.

Keywords :Values of Sadranan, local wisdom, Character education

Abstrak :Boyolali merupakan sebuah kota yang mempunyai kearifan lokal budaya salah satunya adalah Sadranan. Sadranan adalah sebuah kebudayaan lokal yang mengalami asimilasi dari agama Hindu dan Budha oleh agama Islam yang digunakan oleh wali sanga dalam menyebarkan agama Islam dengan kegiatan membersihkan makam dan seluruh tempat umum di suatu desa secara gotong royong karena rasa syukur kepada Allah SWT. Sadranan merupakan tradisi tahunan yang didalam pelaksanaannya terdapat nilai-nilai luhur. Berdasarkan hal tersebut peneliti mendasari dilaksankan penelitian di Cepogo Boyolali. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam Sadranan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan studi lapangan dengan menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa didalam budaya Sadranan terdapat nilai-nilai luhur yang menjadikan Sadranan masih tetap eksis sampai sekarang. Nilai- nilai tersebut diturunkan dan diajarkan secara informal dari generasi ke generasi sehingga terciptalah manusia yang berbudi luhur. Nilai-nilai yang terkandung dalam Sadranan antara lain religius, syukur, toleransi, cinta tanah air, peduli lingkungan dan gotong royong. Berdasarkan data-data tersebut, penelitian ini membuktikan bahwa masyarakat Cepogo masih melaksanakan kebudayaan Sadranan setiap tahun karena didalamnya terkandung nilai-nilai mulia dan luhur.

Kata Kunci :Nilai-nilai Sadranan, Kearifan Lokal, Pendidikan karakter

(2)

2 | P a g e

I PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai kekayaan yang beragam berupa suku, agama, adat, ras dan budaya. Hal ini didukung dengan pendapat dari Hamid (2016:137) yang menyatakan bahwa Indonesia is very rich with local wisdom in managing nature.

Letak Indonesia berbeda dengan negara- negara lain. Indonesia mempunyai letak yang terpisah-pisah antara pulau satu kepulau yang lain. Hal ini mengakibatkan beragam kebudayaan di Indonesia.

Menurut Pujileksono (2006:14) menyatakan bahwa Budaya berasal dari bahasa Latin yaitu colere yang berarti bercocok tanam (cultivation). Arti cultivation adalah pemeliharaan ternak, hasil bumi, dan upacara-upacara religius.

Budaya tersebut berkembang tidak hanya berkaitan dengan hasil bumi, ternak namun mencakup kebiasaan dari dahulu yang masih di lestarikan hingga sekarang.Perspektif budaya yang berkembang di Indonesia lebih menekankan kepada upacara-upacara adat dan religius.

Kebudayaan terbagi menjadi dua, yaitu kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah. Kebudayaan nasional menurut Nuraeni dan Alfan (2013:26) menyatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang bersumber dari kebudayaan lokal atau kebudayaan daerah di seluruh Indonesia, yang sesuai dan selaras dengan norma dan nilai sebagai pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.Kebudayaan nasional muncul karena adanya kebudayaan lokal yang terhimpun menjadi satu dan dilindungi oleh bangsa Indonesia.

Semua kebudayaan lokal yang ada di Indonesia terkelompokkan sehingga menjadi kebudayaan nasional. Sedangkan kebudayaan lokal atau kebudayaan daerah menurut Toharudin dan Kurniawan

(2017:31) menyatakan bahwa local wisdom is the hallmark of a particular area or region that has cultural value, locally grown in scope from one generation to the next that is wise, fully of wisdom, good value, embedded and followed by members.

Kebudayaan lokal merupakan sebuah ciri khas dari suatu daerah yang mana ciri khas tersebut tumbuh dan turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya.

Tidak hanya itu, kebudayaan yang ada dan tumbuh tersebut diyakini mempunyai nilai-nilai baik yang di ikuti oleh sebuah komunitas.

Kearifan lokal atau kebudayaan lokal yang berkembang di Jawa Tengah. Di Jawa Tengah Terdapat sebuah kebudayaan lokal yaitu Sadranan. Di Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Boyolali, Kecamatan Cepogo. Di sana terdapat kebudayaan Sadranan yang berbeda pelaksanaanya dan menjadikan lokasi ini unik untuk diamati.Menurut Toharudin dan Kurniawan (2017:31) yang menyatakan bahwa “Local wisdom is the hallmark of a particular area or region that has cultural value, locally grown in scope from one generation to the next that is wise, full of wisdom, good value, embedded and followed by members”. Sebuah kearifan lokal disuatu daerah mempunyai kandungan nilai-nilai yang baik. Nilai-nilai tersebut diturunkan oleh leluhur mereka dari generasi ke generasi. Sehingga kearifan lokal budaya tersebut tidak terkikis oleh waktu. Kearifan lokal disuatu daerah merupakan ciri khas sehingga walaupun sama dalam pemberian nama, dalam pelaksanaanya ada beberapa perbedaan. Karena nilai-nilai dari Sadranan mempunyai peranan penting dalam kehidupan, maka masyarakat di Cepogo terus menerus mengikuti pelaksanaan kebudayaan tersebut.

(3)

3 | P a g e

Cepogo adalah sebuah kecamatan yang merupakan bagian wilayah di Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa tengah. Di Cepogo terdapat kearifan lokal budaya yang masih terjaga dan eksis hingga sekarang. Kearifan lokal berupa budaya tersebut adalah Sadranan. DI Kabupaten Boyolali dalam pelaksanaan Sadranan di setiap Kecamatan berbeda- beda. Pada saat melakukan observasi, terdapat perbedaan pelaksanaan dari Sadranan contohnya di daerah Cepogo, Boyolali. Di daerah ini masih kental sekali akan budaya sadranan. Berbeda dengan di daerah lain, tradisi Sadranan sudah mulai terkikis dalam pelaksanaannya meskipun tujuanya sama. Budaya Sadranan sampai saat ini masih mempunyai peranan penting di daerah tersebut, karena Sadranan mengandung nilai-nilai yang harus mereka lestarikan untuk generasi mendatang. Berikut ini adalah peta wilayah dari Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

(sumber :google) Gambar 1 Lokasi Kecamatan Cepogo

Indonesia mempunyai sekitar 34 provinsi dimana setiap provinsi pasti mempunyai kebudayaan. Contohnya salah satu provinsi di Indonesia adalah

Jawa Tengah. Di Jawa Tengah terdapat kearifan lokal yang beragam misalnya ada Ruwatan, Nglarung, Sadranan dan masih banyak lagi. Peneliti memilih Jawa Tengah karena lokasi peneliti berada di Jawa tengah, disamping itu Jawa Tengah mempunyai beragam kearifan lokal. Dari macam-macam kearifan lokal budaya tersebut di wilayah Cepogo, peran Sadranan menjadi lebih menarik dikarenakan banyak orang-orang yang dari luar wilayah untuk ikut serta dalam pelaksanaannya.

Menurut Menurut Yahya (2009:68) mengartikan bahwa Sadranan adalah upaya dari dakwah Walisanga, tradisi ini merupakan kegiatan keagama yang telah menjadi tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan setiap tahunnya pada tanggal 17 sampai 24 bulan Ruwah (Sya’ban). Pelaksanaan Sadranan biasanya akan diadakan menjelang bulan Ramadhan. Semua warga di Cepogo ikut andil sehingga menambah nilai-nilai kebersamaan dan terlihat harmonis.

Penelitian ini fokus pada kearifan lokal budaya Sadranan yang sampai sekarang masih eksis dan bahkan menarik orang luar dari wilayah untuk ikut berperan dalam pelaksanaan. Dalam Sadranan terdapat nilai-nilai yang bermakna bagi masyarakat sekitar yaitu di wilayah Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Kearifan lokal budaya Sadranan terdapat proses-proses dalam pelaksanaanya. Berdasarkan argumentasi diatas, ada rumusan masalah dalam artikel ini. Argumentasi tersebut adalah bagaimana pelaksanaan dari kearifan lokal Sadranan? Dan nilai-nilai apa yang terkandung dalam kearifan lokal budaya Sadranan.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.

Menurut Sugiyono (2013: 298) menyatakan bahwa penelitian kualitatif

digunakan karena masalah yang dibahas menyangkut pada situasi sosial dan tidak untuk di generalisasikan pada populasi.

Sedangkan menurut Sardjijo dan Ali

(4)

4 | P a g e

menyatakanbahwaThe research uses descriptive-qualitative approach, a research procedure which produces descriptive data in the form of written and spoken words from people and behaviour that is able to be observed. Dalam penelitian kualitatif deskriptif peneliti mentranskrip dan mendeskripsikan data yang berupa rekaman dan pembicaraan serta lingkungan yang di observasi sehingga menjadi sebuah narasi.

Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.

Penelitian ini dilaksanakan di daerah Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melaksanakan di Cepogo karena di

daerah tersebut masih sangat kuat dalam menjunjung tinggi budaya. Ditempat inilah budaya Sadranan tampak berbeda dengan kebudayaan lain walaupun sama Sadranan.

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data No Teknik Data Sumber 1

2

Kuosioner, Interview

Catatan Lapangan

Pendapat masyarakat, Nilai-nilai sadranan,

Kegiatan masyarakat di lapangan

Masyarakat Setempat, Warga yang di anggap paham tentang Sadranan,

Subjek penelitian ini adalah warga setempat yang masih melaksanakan upacara Sadranan. Peneliti mengumpulkan data dan mencari informasi dari seorang yang paham dengan seluk-beluk Sadranan. Peneliti bertanya mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam upacara Sadranan.

Peneliti tidak hanya mewawancarai satu sumber saja. Untuk itu peneliti mencari informan lain untuk menambah data dan membuat data lebih kuat. wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara tidak tersetruktur. Menurut Sugiyono (2015:197) menyatakan bahwa

“wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun seacara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya”. Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur atau wawancara terbuka karena peneliti belum mengetahui secara

pasti data apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih mendengarkan apa yang diceritakan responden, dengan mendengarkan beberapa informasi maka peneliti dapat mengajukan pertanyaan berikutnya lebih terarah dengan menggunakan lembar wawancara yang sudah tersusun namun sederhana dengan ditujukan kepada warga yang mengetahui tentang seluk-beluk Sadranan.

Tabel 2. Kuosioner dan interview.

No Subjek Data

1 Lingkungan

sekitar Warga Cepogo yang paham akan

budaya Sadranan 2 Sadranan a. Kepercayaan

b. Budaya

c. Nilai-nilai karakter dalam Sadranan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indonesia dikenal dengan negara multikultural, dimana disetiap daerah mempunyaki keunikan dan kekhasan

budaya kearifan lokal. Purna (2012:1) mengemukakan bahwa “kearifan lokal sering disebut dengan local wisdom,

(5)

5 | P a g e

local genius atau yang lebih tepat local knowledge.” Kearifan lokal biasanya terwujud sebagai sistem filosofi, nilai, norma, hukum, adat, etika, lembaga sosial, sistem kepercayaan melalui upacara. Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Laksono (2018:1322) menyatakan bahwa local wisdom is the result of certain communities through their experience and it is not certainly experienced by other communities”.

Sebuah kearifan lokal berasal dari hasil pemikiran sebuah komunitas tertentu yang melalui proses dan pengalaman dan disetiap daerah mempunyai ciri khas yang membedakan kebudayaan satu dengan yang lain berbeda.

Kearifan lokal budaya Sadranan masih eksis hingga sekarang dikarenakan masyarkat percaya bahwa didalam Sadranan terdapat nilai-nilai karakter yang dapat memandu dan menjadikan pedoman hidup bagi masyarkat sehingga mereka terus melestarikan dari generasi ke generasi. Peryataan tersebut didukung oleh pendapat dari Sinurat (2014:24) menyatakan bahwa fungsi kearifan lokal tidak hanya sebagai pedoman hidup masyarakat, namun juga dapat digunakan sebagai acuan dalam setiap sisi kehidupan manusia dalam bermasyarakat untuk menciptakan kehidupan yang dinamis dan harmonis. Koesoema (2010:3) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat tindakan edukatif dan didaktis yang diperuntukkan bagi generasi yang sedang bertumbuh. Pendidikan karakter merupakan cara sadar yang dilakukan oleh seseorang yang bersifat mendidik peserta didik agar kelak menjadi generasi yang berkarakter kuat.

Menurut dalam Riyadi (2017:141) dalam jurnal yang berkaitan dengan sadranan menyatakan bahwa tradisi Sadranan dapat menjadi akomodasi bagi masyarakat yang memiliki perbedaan latar belakang sosial, budaya, dan agama.

Dengan adanya Sadranan dapat dijadikan sarana bagi masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berbeda berkumpul menjadi satu dan membaur sehingga tidak adanya strata atau tingkatan mana yang kaya dan mana yang miskin. Isu yang berkembang akhir-akhir ini adalah kesenjangan antar suku yang menjadikan perpecahan. Dengan adanya budaya lokal, diharapkan mampu menjembatani sehingga meminimalisir perpecahan.

Pelaksanaan Sadranan Purwanti (2014:53) menyatakan bahwa pelaksanaan upacara tradisi ini dilakukan dengan cara berkesinambungan yakni setiap bulan ruwah, secara sosiologis tradisi Ruwahan Nyadran berpengaruh terhadap kebersamaan para warga dua dusun mulai dari persiapan hingga pelaksanaan dan berakhirnya acara tradisi tersebut penuh dengan lantunan tembang singiran dari para Sholawat di sekitar makam para leluhur. Sedangkan menurut sadranan menurut Herawati (2010:25) menyatakan pelaksanaan Sadranana diwali dengan besik. Besik adalah kegiatan membersihkan desa tidak hanya makam, namun seluruh tempat-tempat yang ada didesa. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara serempak dan bergotong royong.

Setiap keluarga melaksanakan ziarah kubur dan berdoa. Tidak hanya berdoa namun juga menaburkan bunga. Bunga yang ditaburkan terdiri dari melati, mawar, kantil dan lain-lain. Dengan tabur bunga mempunyai makna sebagai tanda penghormatan kepada arwah leluhur, karena masyarakat percaya bahwa arwah menyukai wewangian. Acara selanjutnya adalah keduri. Biasanya kenduri dilaksanakan esok hari setelah dilaksanakan besik. Setiap daerah bereda- beda pelaksanaanya, ada yang kenduri di rumah, di area pemakaman, ataupun keduanya. Makanan yang disajikanpun beraneka ragam seperti buah-buahan, jajanan, sayuran yang sudah dimasak, daging-dagingan dan sebagainya. Dengan adanya kenduri merupakan suatu nikmat

(6)

6 | P a g e

yang mereka telah capai selama setahun ini. Setelah masyarakat berkumpul dan membawa makanannya, kemudian dilaksanakan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa. Dimaksudkan agar orang yang telah meninggal diterima oleh Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberi rahmad dan kerukunan. Acara puncak dari sadranan adalah, acara silaturahmi seperti halnya dengan lebaran.

Warga datang dan berjabat tangan dan mengucapkan permohonan maaf jika mereka mempunyai kesalahan selama ini.

Pelaksanaan Sadranan terus berlangsung dan eksis hingga sekarang karena di dalam Sadranan mempunyai nilai-nilai karakter yang dianggap baik.

Nilai-nilai karakter tersebut dapat dijadikan pendidikan informal bagi masyarakat setempat. Menurut Pala (2011:23) dalam jurnalnya mengemukakan tentang pendidikan karakter bahwa Character education is a national movement creating schools that foster ethical, responsible and caring young people by modelling and teaching good character through emphasis on universal values that we all share. It is the intentional, proactive effort by schools, districts and states to instil in their students important core ethical values such as caring, honesty, fairness, responsibility and respect for self and others. Pendidikan mempunyai tujuan yang di landasi oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3).

Menurut Furkan (2014:15) menyatakan bahwa The cause of the crisis these characters include the following: 1) changes in Indonesian society thinking that posting material or worldly elements on top of everything, 2) the perspective of the advancement of science and technology are mistaken; 3) of character education in the schools is a critical need; 4) strengthening attitudes and way of life and individualistic hedonism; 5) the emergence of nature to get something easily and quickly; 6) orientation learners thinking has changed and pragmatic; 7) a measure of academic success of students, and 8) the inclusion of values and how foreign view not quickly anticipated. Di indonesia sedang terjadi krisis dalam pendidikan karakter sesuai dengan pendapat Furkan diatas bahwa terdapat 8 penyebab terjadinya krisis karakter di Indonesia. 1) perubahan pola pikir masyarakat, 2) persepsi tentang IPTEK, 3) kurang di tekankan tentang pendidikan karakter pada saat di sekolah, 4) sifat individualsistis dan hedonisme, 5) keinginan untuk medapatkan sesuatu dengan cepat dan mudah, 7) ukuran keberhasilan peserta didik dilihat dari aspek akademiknya, 8) nilai-nilai asing yang tidak dapat di antisipasi.

Pendidikan karakter sedang dijadikan program pemerintah untuk menanggulangi generasi-generasi yang tidak berkarakter di abad 21. Setidaknya terdapat 18 karakter yang harus ditanamkan dan dibiasakan sedini mungkin. Sehingga anak-anak generasi abad 21 tidak hanya cerdas namun juga berkarakter. Sedangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Sadranan meliputi nilai-nilai yang fundamental sehinggal nilai tersebut digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat bahkan berkaitan dengan ketuhanan.

Berikut ini adalah hasil dari penelitian yang dilaksanakan di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Nilai-nilai karakter yang terkandung di dalam Sadranan meliputi nilai religius, nilai syukur, nilai

(7)

7 | P a g e

toleransi, nilai cinta tanah air, nilai peduli dengan lingkungan, dan nilai gotong royong. Berikut ini penjelasan dari masing-masing nilai karakter di dalam kearifan lokal budaya Sadranan.

Nilai religius didalam Sadranan yaitu ketika masyarakat melakukan rangkaian kegiatan Sadranan yaitu Kenduri.

Masyarakat berkumpul menjadi satu di salah satu makam dipimpin oleh tokoh agama atau orang yang di anggap tua untuk mempimpin Kenduri. Praktik ketuhanan dan tampak pada kegiatan dalam mendoakan leluhur. Dalam Sadranan Doa menjadi unsur penting dimana mereka mendoakan agar mereka yang sudah meninggal diampuni dosa- dosanya. Doa yang dipanjatkan dapat dilaksanakan dalam kegiatan Tahlil juga.

Pelaksanaan berdoa dilaksanakan di makam karena masyarakat percayai bahwa semua makhluk baik manusia akan meninggal dan kembali kepada Tuhan.

Sehingga ini menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa semua akan meninggal.

Gambar 2 Masyarakat berdoa

Nilai syukur juga nampak dalam Sadranan. Saat pelaksanaan Kenduri, masyarakat membawa beberapa makanan.

Makanan tersebut menjadi sebuah proses dimana masyarakat merasa syukur kepada Tuhan bahwa masyakrat diberi kenikmatan yang berupa hasil panen, peternakan, perkebunan yang berlimpah.

Masyarakat saling memberikan atau mensodakohkan apa yang mereka punya dapat berupa makanan, jajajan dan lain- lain. Masyarakat melaksanakan kegiatan itu dengan suka rela tanpa ada paksaan.

Gambar 3 Proses Acara Kenduri

Nilai toleransi yang terkandung dalam Sadranan dapat dilihat dari aktivitas- aktivitas masyarakat misalnya, di Sadranan masyarakat berbondong- bondong datang ke makam. Mereka berinterkasi dan menjadi satu tidak hanya warga yang muslim saja, namun non muslimpun juga ikut andil. Tua dan muda juga tidak ada perbedaan semua sama.

Ketika selesai acara, mereka berjabat tangan ini menunjukkan bahwa mereka saling hidup rukun dan saling memaafkan.

Gambar 4 Toleransi warga

Nilai cinta tanah air menjadi nilai yang pokok dalam Sadranan. Negara Indonesia mempunyai beragam kebudayaan. Maka dari itu dalam Sadrananpun juga terdapat nilai cinta tanah air, yaitu mengajarkan generasi muda untuk mengenal kebudayaan dari daerahnya masing- masing agar tetap terjaga dan lestari.

Generasi tua mengajak generasi muda untuk ikut andil dalam kegiatan Sadranan.

Sehingga mereka punya rasa kebanggaan bahwa di daerah dimana mereka tinggal terdapat kebudayaan yang bersahaja.

Mereka sangat menghargai kebudayaan

(8)

8 | P a g e

asal selain mengajarkan ke generasi muda, artinya mereka juga ikut melestarikan.

Karena didalam kebudayaan terdapat nilai-nilai sehingga patut dibiasakan.

Nilai peduli dengan lingkungan, pada dasarnya kegiatan Sadranan adalah kegiatan bersih desa, dimana masyarakat membersihkan lingkungan yang kotor.

Masyarakat secara bersama-sama dengan membawa peralatan kebersihan membersihkan lingkungan. Lingkungan yang dibersihkan adalah lingkungan yang dianggap sering terjadi interaksi antar manusia. Ligkungan yang kotor tersebut antara lain makam, pasar, lingkungan sekitar rumah. Sesuai dengan pepatah bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Jadi masyarakat bersama-sama membersihkan lingkungan agar terhindar dari penyakit-penyakit.

Nilai gotong royong Gotong royong menjadi salah satu nilai karakter yang nampak dalam kegiatan di Sadranan.

Masyarakat bergotong royong membersihkan lingkungan. Karena mempunyai dilakukan secara bersama-

sama maka warga yangmengalami kesulitan, maka akan di bantu oleh warga lain dengan begitu masyarakat tampak rukun. Sisi lain dari gotong royong adalah bahwa mereka dapat selaras antara manusia yang satu dengan yang lain dan juga selaras dengan lingkungan. Nilai ini dapat di jadikan landasan dan fondasi untuk peserta didik di sekolah dan dijadikan kegiatan yang penting karena nilai ini dapat menumbuhkan sikap kooperatif antar anggota.

Terlihat beberapa nilai-nilai kearifan lokal yang ada di kearifan lokal Sadranan, nilai-nilai tersebut bertujuan untuk mendidik dan memandu masyarakat untuk hidup lebih baik dan menghargai dari budaya Indonesia. Kebudayaan ini dapat dijadikan sebagai pendidikan informal sehingga pendidikan nilai-nilai karakter dapat membantu masyarakat menjadi manusia yang tidak hanya pintar namun juga berbudi pekerti yang baik atau dikenal dengan good and smart citizen.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Cepogo merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Boyolali. Dimana di daerah tersebut terdapat kearifan lokal budaya berupa Sadranan yang sampai sekarang tetap eksis dan masih di pertahankan serta di turunkan dari generasi ke generasi.

Didalam kegiatan kearifan lokal budaya Sadranan di yakini oleh masyarakat setempat sebagai wadah dan fondasi bagi masyarakat untuk hidup. Selain itu, Sadranan dapat dijadikan sebagai pedoman sehingga manusia dapat berbuat baik.

Kearifan lokal budaya Sadranan dapat dijadikan pedoman hidup bagi masyarakat karena terdapat nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai tersebut dapat diadopsi sebagai kegiatan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, terutama di Sekolah Dasar. Karena di

sekolah dasar dimana anak-anak merupakan dasar dari penguatan karakter. Jika anak di biasakan dengan karakter yang baik, maka anak akan menjadi pribadi yang berkarakter kuat.

namun jika anak dari awal tidak diberikan pembiasaan dengan karakter yang kurang baik maka anak tersebut akan mudah terpengaruh.

Nilai-nilai kearifan lokal Sadranan yang ditemukan oleh peneliti antara lain nilai nilai religius, nilai syukur, nilai toleransi, nilai cinta tanah air, nilai peduli dengan lingkungan, dan nilai gotong royong. Nilai tersebut dijadikan sebagai bahan penelitian di sekolah dasar dan di implementasikan di sekolah dasar.

Saran

Penelitian lanjutan terhadap kearifan lokal Sadranan dan pendidikan karakter

(9)

9 | P a g e

perlu ditindaklanjuti. Didalam kearifan lokal terdapat nilai-nilai pendidikan sehingga dapat menambah literasi didunia pendidikan. Selain itu, penelitian yang berkaitan dengan budaya dan kearifan lokal menjadi lebih menarik jika dapat di gunakan sebagai pendidikan berbasis kultural. Data-data yang disajikan dapat diperbaiki dan menjadi lebih menarik sehingga dapat membuka wawasan ilmu didunia pendidikan di masa yang akan datang.

References

[1]. _______. 2015. Metode Penelitian

Pendidikan, Pendekatan Kuantitaif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

[2]. Furkan, N. 2014. The Implementation of Character Education Through The School Culture in SMA Negeri 1 Dompu and SMA Negeri Kilo Dompu Regency.Journal of Literature, Languages and Linguistics - An Open Access International Journal Vol.3.

[3]. Hamid, A. R., Jahja, & Rusfadia, S. 2016.

Developing Environmental Education

Model Based on Local

Wisdom.International Journal of Indonesian Society And Culture (Komunitas). Komunitas 8 (1) (2016):135-144

DOI:10.15294/komunitas.v8i1.4936.

[4]. Herawati, N. 2010. Mutiara Adat Jawa.

Yogyakarta : PT. Intan Pariwara.

[5]. Koesoema A, Doni. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

[6]. Laksono, B. A., Supriyono, &Wahyuni, S. 2018. An Investigation Of Local Wisdom To Support Adult Literacy Program.PEOPLE: International Journal of Social Sciences.Volume4(2),

1320-1336. DOI-

https://dx.doi.org/10.20319/pijss.201 8.42.13201336.

[7]. Nuraeni, Heny, G., & Alfan, M. 2013.

Studi Budaya Indonesia. Bandung: CV.

Pustaka Setia.

[8]. Pala, A. 2011. The Need For Character Education. International Journal Of Social Sciences and Humanity Studies.

Vol 3, No 2, 2011 ISSN: 1309-8063.

[9]. Pujileksono, Sugeng. 2006.

Petualangan Antropologi, Sebuah Pengantar Ilmu Antropologi. Malang:

UMM Press.

[10]. Purna, I Made. 2012. Pesta Ponan Kearifan Lokal Masyarakat Samawa.

Yogyakarta : Penerbit Ombak.

[11]. Purwanti, R. S. 2014. Tradisi

Ruwahan Dan Pelestariannya Di Dusun Gamping Kidul Dan Dusun Geblagan Yogyakarta. Indonesian Journal of Conservation IJC. Vol. 3 No. 1 - Juni 2014 [ISSN: 2252-9195]. Hlm.

50—57.

[12]. Riyadi, A. 2017. Kearifan Lokal Tradisi Nyadran Lintas Agama di Desa Kayen-Juwangi Kabupaten Boyolali.

Jurnal SMART. Volume 03 No. 02 Desember 2017.

[13]. Sardjijo and Ali, H. (2017).

Integrating Character building into Mathematics and Science Course in Elementary School. International Journal Of Environmental & Science Education. Vol. 12, No. 6, 1547-1552.

[14]. Sinurat, J. Y. (2012). Pembelajaran Sejarah Bermuatan Kearifan Lokal Dalihan Na Tolu untuk Meningkatkan Pemahaman Terhadap Tradisi Masyarakat Batak Toba (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Tebing Tinggi). Tesis. Surakarta: UNS.

[15]. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitaif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

[16]. Toharudin, Uus, & Kurniawan, I. S.

2017. Sundanese Cultural Values of Local Wisdom: Integrated to Develop a Model of Learning Biology.

International Journal of Sciences: Basic

(10)

10 | P a g e

and Applied Research (IJSBAR)(2017) Volume 32, No 1, pp 29-49.

[17]. Yahya, I. 2009. Adat-Adat Jawa

dalam Bulan-Bulan Islam, Adakah Pertentangan?. Solo : Inti Medina.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini yang diamati adalah perubahan pola dan jumlah frinji interferensi pada Interferometer Michelson, sehingga dari perubahan pola frinji tersebut

KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah membantu saya berproses dalam melakukan penelitianskripsi yang berjudul : Pendekatan Keadilan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id.. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Hal ini terlihat bahwa kementerian/Lembaga menjalankan kebijakannya sesuai dengan kepentingan masing-masing, termasuk membuat kebijakan mengenai perbatasan cenderung

Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, kendala-kendala dan upaya yang dilakukan untuk

Dapat melakukan desain ulang dengan dimensi bangunan yang tidak simetris ataupun denah struktur yang tidak tipikal serta memiliki jumlah lantai yang lebih

Kesan-kesan buruk lain : Tiada kesan yang penting atau bahaya kritikal yang diketahui.

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa data citra gambar yang diperoleh dari kamera akan diproses oleh Raspberry Pi menggunakan Python dan OpenCV dengan