• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DEMONTRASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI BERWUDHU KELAS IV SDN TAMPELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN METODE DEMONTRASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI BERWUDHU KELAS IV SDN TAMPELAS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BERWUDHU KELAS IV SDN TAMPELAS Munjiarti

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangkaraya Email Munjiartim@gmail.com

ABSTRAK

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu di SDN Tampelas masih banyak anak yang belum memahami tata cara berwudhu jika tidak menggunakan metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penerapan metode demontrasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi berwudhu di kelas IV SDN Tampelas. Metode demonstrasi merupakan suatu cara atau teknik guru mengajar dalam menyampaikan materi dengan mempraktikkan, memperlihatkan, memperagakan sesuatu yang disertai dengan penjelasan untuk memperjelas materi yang diajarkan atau disampaikan. Jenis penelitian ini adalah menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian ini dilakukan dengan cara kolaboratif antara guru dan observer. Penelitian ini meliputi empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap refleksi.

Jenis instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah menggunakan tes hasil pemahaman belajar siswa dan lembar pedoman observasi guru. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis kuantitatif untuk menentukan ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa, Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh berdasarkan tindakan yang telah diberikan kepada siswa kelas IV SDN Tampelas. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan pada nilai test, dan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sudah 91%. Dan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi berwudhu kelas IV SDN Tampelas

Kata Kunci: Penerapan, Metode, Demontrasi, Pemahaman, Berwudhu

(2)

PENDAHULUAN

Banyak orang tua yang lalai dalam memperhatikan pendidikan anaknya, itu terbukti masih ada anak yang tidak tahu cara berwudhu yang benar. Hal ini terjadi karena kurang perhatiannya orang tua kepada anak dan juga karena latar belakang dari orang tua yang kebanyakan mualaf dan kurangnya pendidikan dan pengetahuan orang tua tentang pendidikan agama islam terutama masalah ibadah. Jika anak dibiarkan dengan pengetahuan yang ada maka akan berpengaruh saat dia dewasa dan akan berdampak negatif pada shalat yang akan dilaksanakan karena wudhunya tidak sempurna dan tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Disinilah peranan penting sekolah sebagai lingkungan kedua, dan guru sebagai figur pengganti orang tua, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membimbing dan mendidik siswa ke arah yang lebih baik.

Kata wudhu yang dimaksud adalah perbuatan dalam menyampaikan air keseluruh anggota wudhu yang diterangkan kemudian dengan niat.

Wudhu diwajibkan bersamaan dengan diwajibkan shalat lima waktu. Pada al- Qur’an surah Al-Maidah ayat 6 tercermin bahwa pentingnya peranan wudhu sebelum melaksanakan shalat, jika wudhu tidak sempurna maka shalat juga tidak sempurna. Realitanya di sekolah masih banyak anak yang belum mengetahui tata cara berwudhu dengan baik dan benar. Salah satu metode pengajaran yang mengandung komponen memperlihatkan, melakukan, dan menyampaikan informasi dengan jelas dan baik adalah metode pengajaran demonstrasi. Dengan menggunakan metode demonstrasi maka pemahaman anak tentang wudhu akan sangat baik sebab metode demontrasi akan mengarahkan anak pada proses yang benar-benar nyata. Kemampuan berwudhu dapat diartikan kemampuan suatu individu menirukan atau memperagakan gerakan wudhu dengan benar berdasarkan urutan tata cara wudhu. Oleh karena itu, guru dituntut lebih sempurna dalam memberikan pelajaran kepada anak didik bukan hanya mentransfer pengetahuan kepada anak didik atau menjalankan rutinitas sebagai guru saja, akan tetapi memberikan pengetahuan dan pengalaman sepenuh hati agar anak didik menjadi kreatif dan inovatif.

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat pentingnya melaksanakan ibadah wudhu, maka peneliti tertarik untuk mencari metode yang paling tepat agar kemampuan berwudhu siswa sekolah dasar meningkat.

(3)

(Classroom Action Research). Menurut Arikunto (Arikunto, 2002) Penelitian Tindakan Kelas mengandung tiga pengertian, yaitu: Penelitian: menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan cara menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan: menujukkan pada suatu obyek kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas: dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Berdasarkan uraian diatas jika digabungkan ketiga kata tersebut menjadi, Penelitian Tindakan Kelas. Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. (Arikunto, 2007: 2-3). Penelitian Tindakan Kelas merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru dalam pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. PTK mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan dengan penelitian yang lain, diantaranya yaitu: masalah yang diangkat adalah masalah yang diahadapi oleh guru dikelas dan adanya teknik tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas. (Arikunto, 2007: 3)

Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrument pertama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. (Arikunto, 2007:

109). Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) sistem spiral dengan model Hopkins (Sukidin, 2002:

59) seperti pada gambar 3.1.

(4)

Gambar 3. 1 Desain PTK hasil Adaptasi Model Hopkin

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan penelitian model Hopkins yang diawali dengan tindakan pendahuluan kemudian dilanjutkan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Jika hasil evaluasi pada siklus I masih belum tuntas, maka akan dilakukan perbaikan pada siklus II. Refleksi siklus I dilakukan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada siklus II.

Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) sistem spiral dengan model Hopkins (Sukidin, 2002:

59). Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan penelitian model Hopkins yang diawali dengan tindakan pendahuluan kemudian dilanjutkan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Jika hasil evaluasi pada siklus I masih belum tuntas, maka akan dilakukan perbaikan pada siklus II. Refleksi siklus I dilakukan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada siklus II. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. (1) Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. (2) Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran. (3) Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

Silabus yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. Rencana

Selesai

Tuntas Pendahulua

Tidak tuntas Perencanaa

Pengamata

Tindakan Refleksi

(5)

Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. Lembar Kegiatan Siswa, lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar, lembar observasi pengolahan metode demonstrasi belajar, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Tes formatif, tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif).

Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 5 butir soal. Metode Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode demonstrasi belajar, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif. Teknik analisis data, untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pada siklus I ini, bahwa kegiatan dengam model pembelajaran demonstrasi dapat membantu siswa dalam menggabungkan informasi dari apa yang mereka baca, mereka dengar, dan mereka tulis sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh yang dapat menggabungkan sebuah ingatan yang baik dan akhirnya dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya, dan mampu membiasakan siswa untuk belajar mandiri, dan dengan model pembelajaran demonstrasi ini juga dapat meningkatkan hasil belajar Agama Islam siswa.

a. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 8 desember 2022 dan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut, Melaksanakan Pre Test terlebih dahulu. Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu siswa melaksanakan Pre Test demonstrasi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang belum di ajarkan. Selanjutnya guru (peneliti) menjelaskan kepada siswa tentang implementasi pembelajaran wudhu dan

(6)

memberikan gambaran tentang pelaksanaannya. Kemudian siswa melaksanakan praktek pembelajaran wudhu. Dan pembelajaran berakhir dengan melaksanakan Post Test demonstrasi yang dilakukan oleh seluruh siswa tentang materi pembelajaran wudhu.

b. Tahap Observasi 1. Catatan Lapangan

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada saat siklus I berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi pembelajaran wudhu diperoleh catatan lapangan bahwa tindakan yang diberikan dengan menerapkan model pembelajaran demonstrasi pada siklus I belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Hal ini disebabkan siswa bingung karena belum terbiasa dengan langkah- langkah model pembelajaran demonstrasi sehingga belum menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.

2. Hasil Belajar

Berdasarkan hasil test yang diperoleh pada siklus I, mengenai implementasi pembelajaran wudhu dengan jumlah siswa sebanyak 11 orang dalam satu kelas dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi. Data nilai Test, diperoleh dari hasil praktek sebelum siswa mempelajari materi tersebut dan belum diterapkannya model pembelajaran demonstrasi serta nilai Test diperoleh dari hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran demonstrasi Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi belajar dan resitasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I dan II) yaitu masing-masing 64% dan 91%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Table 1.

Data Nilai Ketuntasan Siklus I dan II N

O NAMA SISWA KKM

NILAI Siklus

I

KET

NILAI Siklus

II

KET

1 Ahmad Fauzan 70 80 T 90 T

2 Indra Saputra 70 65 BT 90 T

3 M. Dapa 70 60 BT 95 T

4 M. Fahri 70 80 T 95 T

5 M. Febrian Pratama 70 80 T 95 T

6 M. Rifqi 70 80 T 95 T

(7)

9 Putri Alkahayani 70 60 BT 65 BT

10 Rahman Effandi 70 85 T 95 T

11 Refi Mirsan Fathikan 70 85 T 95 T T : Tuntas BT: Belum Tuntas

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah metode demonstrasi belajar dengan baik.

Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKPD, menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

Pelaksanaannya penelitian pada siklus I belum menunjukkan pemahaman siswa pada materi berwudhu kelas IV dengan menggunakan metode demontrasi di SDN Tampelas Tahun Pelajaran 2022/2023.

Menurut Benyamin S Bloom (Anas Sudjiono, 2011) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan bahasa sendiri. Dalam siklus I ini dilakukan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada siklus I, ada beberapa tahapan yang tidak terlaksana dengan baik, sehingga memberikan dampak terhadap ketuntasan dalam belajar. Dengan adanya beberapa kendala yang dihadapi pada siklus I, diharapkan pada siklus II bisa terpenuhi dengan maksimal. Dengan demikian, penerapan metode demonstrasi bisa meningkatkan pemahaman belajar siswa pada materi berwudhu kelas IV SDN Tampelas. Peningkatan tersebut dapat ditandai dengan adanya peningkatan hasil observasi aktivitas guru dan hasil pemahaman belajar siswa pada siklus II.

Pelaksanaan siklus II menunjukkan peningkatan pemahaman siswa pada materi berwudhu kelas IV dengan menggunakan metode demontrasi di SDN Tampelas Tahun Pelajaran 2022/2023. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memeragakan dan menunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Ahmad Mujin Nasih: 2009).

Dalam penelitian ini menggunakan dua siklus, dari tiap-tiap siklus dilakukan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada siklus I dan II, semua tahapan-tahapan sudah terlaksana dengan baik,

(8)

sehingga memberikan dampak perubahan terhadap pemahaman belajar siswa yang meningkat. Dengan demikian, penerapan metode demonstrasi bisa meningkatkan pemahaman belajar siswa pada materi berwudhu kelas IV SDN Tampelas tahun pelajaran 2022/2023. Hal tersebut ditandai dengan adanya peningkatan hasil observasi aktivitas guru dan hasil pemahaman belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan pada nilai test. Dan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sudah 91%. Peningkatan pemahaman yang terjadi dari Siklus I dan Siklus II disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : Pertama, faktor siswa yang sudah mulai terbiasa menerapkan metode demonstrasi hal ini disebabkan karena penerapan metode demonstrasi dilakukan secara berulang dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II sehingga siswa mulai terbiasa menerapkan metode demonstrasi. Kedua, penerapan metode demonstrasi pada siklus II lebih bervariatif dan lebih mengaktifkan siswa. Pada siklus I penerapan metode demonstrasi hanya sebagian siswa saja yang dapat melaksanakan tata cara wudhu dengan baik dan benar, karena sebagian siswa lain masih belum dapat melaksanakan tata cara wudhu dengan benar, dan pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa melaksanakan wudhu menggunakan metode demonstrasi selain itu terdapat perbaikan-perbaikan cara kerja siswa dengan menggunakan metode demonstrasi pada siklus II. Dan Ketiga siswa sudah terbiasa melaksanakan tata cara wudhu dengan metode demonstrasi. Ketiga faktor inilah yang membuat kemampuan siswa meningkat pada siklus II. utama dalam keberhasilan belajar wudhu pada siswa kelas IV SDN Tampelas. Karena dengan menggunakan metode demonstrasi siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar sesuai dengan langkah-langkah metode demonstrsi Masing-masing siswa dalam melaksanakan proses tata cara wudhu dapat dilaksanakan secara bergantian, pada saat siswa melaksanakan praktek pembelajaran wudhu siswa yang lain memperhatikan, peneliti hanya mengawasi, lain halnya pada siklus 1 peneliti selain mengawasi juga memberikan pengarahan tentang proses tata cara wudhu, berbeda pada siklus 2 peneliti hanya mengawasi saja karena siswa telah mengetahui proses tata cara wudhu metode demonstrasi. Manfaat penggunaan metode demonstrasi ini adalah mengetahui kesalahan yang dilaksanakan siswa dalam proses pelaksaaan tata cara wudhu yang selama ini dilaksanakan oleh siswa.

(9)

Bandung

Adil, Abu Abdirrahman Mujtahid, Umar, ed. 2018. Ensiklopedi Salat, Jakarta:

Ummul Qura.

Ahmad Mujin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, 2009. Metode dan Tehnik Pembelajaran Agama Islam, Bandung: PT Refika Aditama.

Anas sudjino, 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers.

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ash' Shiddieqy, M. Hasbi, 1962. Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Islam.

Hasibuan dan Mujiono, 1993. Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Rosdakarya.

Huda, Miftahul, 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Jasiah, 2009. Ilmu Pendidikan, Banjarmasin: Antasari Press.

Jasiah, 2006. Pengantar Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Byakta Cendikia.

Jasiah, 2010. Relasi Filsafat dan Teori Pendidikan, Kuala Kapuas: Jurnal Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik.

Kunandar, 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembang Profesi Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muiz, Abdul, 2013. Panduan Shalat Terlengkap, Jakarta: Pustaka Makmur.

Sudjana, Nana, 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT.

Remaja Roskarya.

Nurhasanah Dan Didik Tumianta, 2007. Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia untuk SD dan SMP, Jakarta: Bina Sarana Pustaka.

Porwadarminta, 1991. Kamus besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka.

Sabiq, Sayyid, 1990. Fikih Sunnah, Bandung: Al-Ma'arif.

Saifullah, Moh, 2005. Fiqih Islam Lengkap, Surabaya: Terbit Terang.

Sam’s, Rosman Hartini, 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Teras.

Syafril, Muhammad, 2018. Panduan Salat Wajib dan Sunah, Jakarta: Kultum Media.

Referensi

Dokumen terkait

Lewat karyanya yang berjudul The Peasants‟ Revolt of Banten in 1888 , 11 Sartono bahkan mendefinisikan secara lebih sempit lagi dengan batasan bahwa sejarah

Makalah pada Workshop Penyempurnaan Hasil Karya Lomba Pembuatan Media Pembelajaran SMA Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Dikmenum, Jakarta.. Meningkatkan Kemampuan

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat Ansus karena dengan mengetahui perbedaan bentuk kata kerja kedua bahasa,

disimpulkan bahwa ruang perkantoran menjadi salah satu kebutuhan dasar untuk. konsep kawasan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga penuli s

SWADHARMA INDOTAMA FINANCE tahun 2007 dengan menggunakan metode cadangan piutang dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo piutang, metode cadangan piutang ditambah

Pada kesempatan ini penulis mencoba mempraktekkan langsung digital recording menggunakan komputer yang biasa digunakan oleh penulis, dengan software Cakewalk Pro Audio 9, dan

Kopi Ateng yang dijual dalam bentuk kopi biji memiliki nilai tambah (value. added) berupa