33 BAB IV
DAMPAK PANDEMI TERHADAP SEKTOR PRODUK PERUSAHAAN JASA DI INDONESIA
Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai penyebab aktivitas impor perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan, memberikan penjabaran dan analisa mengenai kebijakan yang diambil perusahaan serta pemerintah selama pandemi.
Penjabaran dalam bab ini menggunakan pendekatan teori keynesian untuk melakukan pemahaman lebih lanjut mengenai pengaruh kebijakan pemerintah terhadap aktivitas jasa di Indonesia. Pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:
4.1 Perkembangan Sektor Produk Perusahaan Jasa di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dapat dilihat sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduk, hal ini disebabkan output perkapita merupakan output total dibagi dengan jumlah penduduk. Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses kondisi perekonomian suatu negara yang berubah dengan berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik selama periode tertentu. (Boediono, 1981). Sejak lebih dari 40 tahun Indonesia mengalami proses urbanisasi yang menyebabkan lebih dari setengah rakyat Indonesia tinggal diwilayah perkotaan. Setidaknya, urbanisasi dan industrialisasi ini memberikan efek positif bagi pertumbuhan ekonomi yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan masyarakat berpendapatan menengah keatas. Pada krisis ekonomi global yang terjadi hampir satu dekade lalu tidak banyak mempengaruhi Indonesia dikarenakan angka konsumerisme di Indonesia yang masih terbilang tinggi. Ditopang secara utama tentunya oleh permintaan domestik ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia setidaknya dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 diperkirakan berada pada rentang antara 4,96- 5,02% (Badan Pusat Statistik, 2022). Konsumsi masyarakat Indonesia merupakan kontributor utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia telah menjadi kunci utama pertumbuhan ekonomi di tahun belakangan ini.
34
Tabel 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 2019-2021 Kuartal Pertumbuhan Ekonomi (%)
2019 2020 2021
Q1 5,06 2,97 -0,70
Q2 5,05 -5,32 7,07
Q3 5,01 -3,49 3,51
Q4 4,96 -2,17 5,02
Total 20,08 -8,01 14,9
Rata-rata 5,02 -2,02 3,73
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Gambar 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Berdasarkan grafik di atas, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 dapat dikatakan stabil karena tidak terdapat perlambatan atau penurunan yang sangat signifikan. Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan drastis pada triwulan I dan II karena merupakan awal kemunculan virus Covid-19. Pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi mulai mengalami sedikit kenaikan hingga pada triwulan IV melambat menjadi 5,02 persen (YoY) (Badan Pusat Statistik, 2022). Terjadinya peningkatan kasus baru selama triwulan III diakibatkan oleh adanya penyebaran virus baru Covid-19 varian delta. Pemerintah kembali menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
35
(PPKM) Darurat untuk area Jawa-Bali pada Bulan Juli dan diperluas ke daerah, hal ini dilakukan sebagai upaya menekan penyebaran. Kebijakan tersebut dapat menjadi perlambatan pada kecepatan dalam upaya pemulihan ekonomi. Meski begitu, permintaan masyarakat akan kebutuhan makanan tetap mengalami peningkatan meskipun mobilitas telah dibatasi.
Perlambatan pada pertumbuhan ekonomi yang tumbuh sebesar 3,5 persen (YoY) juga dialami Indonesia pada triwulan III tahun 2021 (Badan Pusat Statistik, 2022). Pertumbuhan ini disebabkan oleh meningkatnya seluruh pengeluaran, termasuk net ekspor yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan. Peningkatan net ekspor selaras dengan pertumbuhan perdagangan internasional Negara Indonesia selama masa triwulan III tahun 2021, beberapa hal seperti meningkatnya harga komoditas dan juga permintaan dari mitra menjadi dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, pertumbuhan investasi sebesar 3,7 persen (YoY) juga memberikan pengaruh yang cukup besar, yang mana sejalan dengan meningkatnya kegiatan industri mnejadi faktor pendorong pembelian barang modal (Badan Pusat Statistik, 2022). Jika dilihat dari sisi sektor, terdapat lima sektor yang mengalami kontraksi di tengah peningkatan kinerja yang terjadi pada mayoritas sektor usaha. Beberapa contohnya adalah sektor usaha akomodasi, makan dan minum atau akmamin serta sektor usaha transportasi dan pergudangan merupakan sebagian sektor yang terpengaruh. Selain itu, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial masih tumbuh positif, pertumbuhan yang tinggi ini terjadi karena penanganan pasien Covid-19 yang kembali mengalami peningkatan yang signifikan.
Diperkirakan perekonomian Indonesia dapat melanjutkan pemuliha meskipun terjadi pada kwartal akhir tahun 2021. Pertumbuhan keseluruhan tahun 2021 adalah 3,8%, jika dibandingkan dengan consensus pasar dan institusi internsional maka angka ini relative lebih tinggi (Badan Pusat Statistik, 2022).
Konsumsi yang lebih cepet dapat menjadi suatu dorongan untuk mencapai target yang lebih tinggi. Kebijakan stimulus fiskal dan juga adanya moneter yang kontinu dapat lebih menstabilkan proses pemulihan. Seluruh sektor akan emngalami pemulihan, termasuk sektor-sektor yang menurun tajam pad tahun
36
2020. Akan tetapi, kemungkinan mengalami penurunan juga masih cukup tinggi dalam proses pemulihan tersebut, hal itu dapat disebabkan oleh permanent scar dalam dunia usaha serta semakin meningkatnya varian delta. Berikut ini merupakan grafik perumbuhan PDB pada sektor jasa dan lainnya pada triwulan III:
Gambar 3. Grafik Pertumbuhan PDB Sisi Produksi Triwulan III Tahun 2021
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Berdasarkan tabel di atas, terjadi kontraksi pada beberapa sektor usaha.
Terdapat enam sektor usaha yang kembali mengalami kontraksi meliputi administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, transportasi dan pergudangan, jasa perusahaan, jasa lainnya, serta akomodasi dan makan minum selama kebijakan PPKM Darurat dilaksanakan sejak Bulan Juli 2021 di berbagai daerah. Selain itu, administrasi pemerintahan juga mengalami kontraksi sebesar 10,0 persen (YoY) (Badan Pusat Statistik, 2022). Pada masa triwulan III tahun 2021, sektor jasa pendidikan mengalami anomali dimana terjadi kontraksi di angka 4,4 persen
37
(YoY) (Badan Pusat Statistik, 2022). Triwulan ini menjadi cukup berat karena merupakan awal mulai tahun ajaran baru dimana biaya pendidikan dibayarkan setiap tahunnya.
Sektor transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi sebesar 0,7 persen (YoY) seiring dengan adanya pembatasan mobilitas yang terjadi selama triwulan III tahun 2021. Angkutan udara menerima dampak paling parah dengan terjadinya penurunan hingga 19,7 persen (YoY) (Badan Pusat Statistik, 2022).
Angkutan rel mengalmai penurunan sebesar 8,0 persen (YoY) yang terjadi pada kereta yang memiliki rute panjang maupun kereta komuter hal ini terjadi seiring dengan diberlakukannya kembali kebijakan bekerja dari rumah atau dikenal dengan Work From Home (WFH). Pertumbuhan yang positif masih dirasakan oleh sektor transportasi darat dan laut karena meingkatnya jumlah barang dan penumpang (Badan Pusat Statistik, 2022).
Pembatasan pergerakan dan kegiatan berkerumun dalam jumlah banyak dan berskala besar memberi pengaruh terhadap sektor akomodasi dan makan minum yang tumbuh sebesar 0,1 persen (YoY) (Badan Pusat Statistik, 2022).
Sektor usaha penyediaan makan dan minum masih dapat tumbuh sebesar 1,4 persen (YoY) meskipun mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Akan tetapi, adanya platform penyedia layanan pesan antar makanan dapat menigkatkan pertumbuhan ekonomi dan mnegurangi tekanan yang ada. Sektor penyedia jasa akomodasi mengalami kontraksi selaras dengan mneurunnya okupansi hotel sebesar 8,3 persen (YoY) (Badan Pusat Statistik, 2022). Dengan melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 yang memiliki potensi lebih rendah apabila pandemi Covid-19 semakin meningkat sehingga dapat merangsang adanya penerapan kebijakan yang lebih ketat yaitu social distancing, adanya ketidakpastian yang tinggi dapat menimbulkan tekanan pada pasar keuangan global. Jika hal ini berlajut secara kontinu maka dapat menyebabkan kemunduran dan terhambatnya kegiatan ekonomi. Maka dari itu, penentuan keberlanjutan ekonomi negara bergantung pada upaya yang dilakukan untuk mengatasi pandemi ini.
38
4.2 Dampak Penyebaran Pandemi Covid-19 di Indonesia
Virus Corona atau Corona virus disease 2019 (Covid-19) telah menyebabkan perekonomian Indonesia terpuruk. Dampak yang diakibatkan oleh Virus Corona atau Covid-19 berimbas di seluruh sektor khusunya sektor pariwisata. Bank Dunia telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami tekanan hingga 2,1 persen (Badan Pusat Statistik, 2022).
Penurunan ini dikarenakan oleh meluasnya persebaran Covid-19 di dalam negeri maupun luar negeri. Pertumbuhah ekonomi Indonesia diperkirakan berada di bawah Bank Indonesia (BI) dengan estimasi sebesar 2,5 persen saja jika dibandingkan sebelumnya mampu tumbuh hingga 5,02 persen (Badan Pusat Statistik, 2022).
Indonesia sedang menghadapi babak baru melawan pandemi akibat mewabahnya virus corona. Bukan hanya di Indonesia, seluruh dunia sedang berjuang melawan kemunculan wabah baru yang sanbat memberi dampak besar bagi seluruh tatanan negara. World Health Organization (WHO) mengumumkan informasi mnegenai virus ini, Severe Acute Resporatory Syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (Covid-19) (WHO, 2020). Covid-19 memberi pengaruh besar baik secara sosial maupun ekonomi. Dengan sistem Kesehatan yang ada saat ini, Indonesia harus mulai bersiap untuk kemunculannya di Indonesia.
Status siaga darurat merupakan suatu situasi dimana potensi ancaman bencana sudah mengarah pada terjadinya bencana, yang dapat di identifikasi dengan adanya informasi peningkatan ancaman yang didasarkan pada sistem peringatan dini yang diberlakukan dengan pertimbangan dampak yang akan terjadi di masyarakat (Kemenkes RI, 2018). Desakan situasi menuntut Indonesia agar selalu siap karena status penyebaran virus ini telah ditetapkan menjadi sebuah pandemi. Dampak yang ditimbulkan sangat besar dan cepat meluas ke berbagai bidang yang mencakup bidang ekonomi politik, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan rakyat. Indonesia pada awal kemunculan virus ini hanya mengandalkan sistem kesehatan yang ada dengan petugas dan sarana prasarana yang masih belum cukup. Selain sistem Kesehatan,
39
peran masyarakat dapat menjadi dukungan dalam upaya ini.
WHO menyatakan bahwa sistem Kesehatan dapat diartikan sebagai
“sebuah kegiatan yang bertujuan dalam mempromosikan, memulihkan, atau menjaga kesehatan”. Negara Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari penduduk dengan jumlah lebih dari 240 juta jiwa. Indonesia termasuk negara yang memiliki status ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah (Putri R.N, 2019). Corona Virus Disease 2019 pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan (Okada et al., 2020) akhir tahun 2019. Penyebaran virus ini sangat masif, terdapat temuan kasus Covid-19 dari seluruh negara termasuk Indonesia dimana kasus pertama ditemukan pada Bulan Maret 2020. Beberapa dampaknay adalah memburuknya hubungan negara yang merupakan hal yang sangat wajar karena adanya pengambilan keputusan dan juga kebijakan yang harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi negara masing-masing, salah satu contohnya adalah Australia dengan negara-negara pasifik (Laila, 2020). Lockdown merupakan kebijakan yang banyak diambil karena dianggap sebagai tindakan tercepat dan efektif untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 ini. Berikut merupakan data persebaran Covid-19 yang disajikan pada Gambar 3:
Gambar 4. Jumlah Persebaran Virus Covid-19 di Indonesia
Sumber: (covid19.go.id, 2020)
Berdasarkan grafik yang disajikan pada gambar 4 dapat dilihat bahwa kasus positif yang terjadi di akhir tahun 2020 sudah sangat tinggi sejak kemunculannya pertama kali di Indonesia pada Bulan Maret. Kemungkina-
40
kemungkinan serta berbagai potensi yang dapat ditimbulkan oleh Covid-19 ini memberikan desakan untuk pemerintah untuk segere mengambil tindakan berupa pengawasan ketat dan akurat dalam melacak dan melakukan prediksi terkait dengan adaptasi virus, transmisibilitas, perkembangan dan evolusinya serta adanya patogenisitas pada masa mendatang. Oleh karena itu, adanya panduan pengendalian dan upaya pencegahan sangat penting, beberapa faktor yang telah disebutkan sebelumnya sangat mempengaruhi perkembangan terkait angka kematian dan prognosis (Sohrabi et al., 2020). Aturan mengenai pembatasan atas perjalanan yang berasal dari Provinsi Hubei (pusat covid-19) adalah kebijakan pertama yang dilakukan oleh pemerintah pada tanggal 27 Januari 2020. Dalam waktu yang bersamaan dengan kebijakan tersebut, Pemerintah Indonesia mengevakuasi 238 warga Indonesia yang berada di Kota Wuhan. Pemerintah menyadari situasi yang semakin memburuk dan kekejaman yang ditimbulkan setelah ditemukan kasus pertama, pemerintah segera mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi munculnya pandemi Covid-19. Pada 3 Maret 2020, pemerintah menetapkan 100 rumah sakit umum mnejadi rumah sakit rujukan.
Kemudian, pemerintah melakukan peningkatan jumlah rumah sakit rujukan dari yang awalnya berjumlah 100 menjadi 227 rumah sakit karena terjadinya peningkatan kasus positif di Indonesi, kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah pada Tanggal 8 Maret 2022. Namun, karena kasus positif yang terus meningkat, kebijakan tersebut belum cukup untuk mengatasi permasalahan tersebut (WHO, 2020).
Selain kebijakan di atas, pemerintah juga menerapkan kebijakan seperti aturan untuk menjaga jarak atau social distancing dimana dalam mendukung kebijakan tersebut pemerintah memberikan beberapa arahan seperti mematuhi protokol kesehatan yang mencakup penggunaan masker, rajin mencuci tangan menggunakan sabun atau handsanitizer, menghindari kerumunan, mengonsumsi makanan sehat dan menjaga daya tahan tubuh, berperilaku hidup bersih dan sehat serta memberi perhatian pada kelompok rentan. Faktanya, masih sangat banyak dari warga negara Indonesia yang tidak melaksanakan aturan tersebut (Buana D.R., 2020). Selanjutnya, Pemerintah Indonesia mengeluarkan keputusan untuk
41
mengenai pembentukan satuan tugas dengan fokus tujuannya adalah merespon cepat kasus Covid-19. Satuan tugas Indonesia (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19) mengeluarkan suatu arahan/panduan untuk melakukan Respon Cepat Medis dan Aspek Kesehatan Penanganan Covid-19. Panduan tersebut meliputi protokol tes cepat RDT, aturan penanganan pasien, uji laboratorium, dan sarana penjangkauan atau komunikasi. Dalam panduan pengujian cepat dan laboratorium memberikan tiga istilah yang meliputi tiga tingkat risiko (Pasien tanpa gejala, Orang Dalam Pemantauan (ODP), dan pasien di bawah pengawasan). Uji laboratorium ini meliputi isolasi terhadap orang yang mencurigakan dan memiliki gejala yang sama dengan Covid-19, uji cepat maupun PCR (Djalante et al., 2020).
Pemerintah Indonesia juga menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Beskala Besar (PSBB) yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2020 sebagai upaya penanganan Covid-19. Beberapa keiatan yang dibatasi dalam penerapan PSBB ini adalah kegiatan keagamaan, sosial budaya, tempat kerja, sekolah, kegiatan fasilitas umum, serta operasional transportasi umum (Kemenkes RI, 2020). Namun, sampai kebijakan ini dikeluarkan masih sangat banyak masyarakat yang belum sadar untuk mematuhi peraturan yang sudah duvuat oleh pemerintah, sehingga upaya pemerintah ntuk memutus mata rantai Covid-19 menjadi tidak maksimal. Kebijakan tersebut harus didukung dan sangat membutuhkan kesadaran dari masyarakat agar mata rantai Covid-19 tidak terus berlanjut.
Pemerintah secara proaktif mengimbau warganya untuk meningkatkan imunitas tubuh untuk menghadapi virus Covid-19 ini. Berbagai sumber dan literasi merilis upaya apa saja yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam rangka memperbaiki daya tahan tubuh agar tidak mengalami infeksi saluran pernapasan (Susilo et al., 2020). Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan mengikuti rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai upaya menghadapi Covid-19.
Langkah-langkah perlindungan dasar seperti cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau sabun, menjaga jarak aman jika terdapat indikasi batuk dan bersin,
42
menerapkan etika batuk dan bersin yaitu menutup mulut dengan tangan, pergi ke rumah sakit untuk melakukan crosscheck dan konfirmasi apabila terdapat gejala Covid-19 pada tubuhAturan jarak aman ini dilaksanakan untuk mendukung kebijakan physical distancing dengan jarak minimal satu meter untuk mengurangi penyebaran melalui droplets penderita Covid-19. Aturan ini juga diberlakukan untuk pasien yang terindikasi terkena Covid-19 dengan memberi jarak antara pasien dengan petugas medis, para medis wajib menggunakan masker khusus, diarahkan untuk menerapkan aturan batuk dan bersin (misalnya dengan menutup mulut dengan siku lengan ketika bersin/batuk), dan diajarkan aturan mencuci tangan yang benar (Susilo et al., 2020).
Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan aturan mengenai keuangan negara dan stabiltas sistem keuangan sebagai upaya penanganan pandemi dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020. Kebijakan tersebut memuat aturan keuangan antara pusat dan daerah, kebijakan perpajakan, stabilitas sistem keuangan, pemulihan perekonomian nasional, dan lain sebagainya. Sebaliknya, kebijakan menegnai pengendalian sosial tidak banyak dibahas dan sedikit mengatur tentang pengendalina sosial. ATuran tersebut hanya membahas aturan penggunaan dana desa yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dimana sasaran kebijakan ini merupakan penduduk miskin yang berada di tingkat desa yaitu penduduk dengan penghasilan sangat rendah atau tidak memiliki penghasil (Maftuchan, 2020). Pada 31 Maret 2022, skema jaring sosial ini diumumkan oleh Presiden Indonesia yaitu Joko Widodo melalui konferensi pers. Pembuatan skema tersebut dilakukan oleh pemerintah supaya masyarakat dapat melewati pandemi ini. Adapun rincian skema bantuannya adalah sebagai berikut:
a. Program Keluarga Harapan (PKH), program ini telah ditingkatkan dari 9,2 juta menjadi 10 juta dengan peningkatan nominal sebesar 25 persen. Sebagai contohnya, program untuk ibu hamil mengakami kenaikan dari Rp.
2.400.000,00 menjadi Rp. 3.000.000,00 per tahun, untuk keluarga dengan anak usia dini meningkat sebesar Rp. 3.000.000,00 per tahun, untuk keluarga penyandang disabilitas meningkat Rp. 2.400.000,00 per tahun.
43
Kebijakan ini telah berjalan secara efektif dari Bulan April 2020 dengan alokasi anggaran sebesar 37,4 Triliun.
b. Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). Pemerintah meningkatkan penerima bantuan ini dari 15,2 juta menjadi 20 juta seiring dengan kenaikan presentase bantuan sebesar 30 persen dari Rp. 150.000,00 menjadi Rp.
200.000,00 per penerima.
c. Kartu Prakerja, bantuan ini juga dinaikkan oleh pemerintah, dari Rp. 10 triliun menjadi Rp. 20 triliun, penerimanya sebanyak 5,6 juta orang dengan tergetnya merupakan pekerja informal dan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebesar Rp. 650.000,00 hingga Rp. 1.000.000,00 per bulan (program ini berlaku untuk empat bulan).
d. Bantuan Subsidi Listrik, program dengan cara pemberian 100% subsidi bagi pelanggan yang menggunakan listrik dengan tegangan 450 VA dengan total pengguna sebanyak 24 Juta. sebanyak 7 Juta pelanggan pengguna listrik bertegangan 900 VA menerima subsidi sebesar 50%. Program ini berlaku tiga bulan sejak April hingga Juni 2020.
e. Alokasi cadangan anggaran, dana sebesar Rp 25 Triliun digunakan untuk untuk tujuan pemenuhan kebutuhan pokok, logistic dan operasi pasar.
f. Pemerintah memberi keringanan kredit untuk nominal di bawah 10 miliar bagi pekerja informal dan pelaku bisnis UMKM (Maftuchan, 2020).
Penerapan PSBB sangat kontraproduktif jika dilihat berdasarkan fakta bahwa negara belum mampu untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Namun, akan menjadi lebih baik jika masyarakat mampu mematuhi aturan, prinsip dan protokol kesehatan selama masa PSBB maupun new normal life yang telah dikekuarkan oleh pemerintah, masyarakat harus tetap hati-hati dan waspada jika nantinya sudah tidak ada lagi campur tangan oleh pemerintah terhadap laju pergerakan masyarakat, karena sangat mungkin orang menjadi carrier Covid-19.
Oleh karena hal itu, pemerintah terus berupaya memberi himbauan dan peringatan mengenai kekejaman situasi pandemi ini dan keadaan sangat bergantung pada masyarakat untuk dapat berpikir secara rasional dan logis dalam menyikapi hal ini. Masyarakat harus meminimalisir terjadinya bias kognitif, bias kognitif dapat
44
diartikan sebagai keputusan dan penilaian yang dipengaruhi oleh kesalahan dalam berpikir yang terstruktur (Buana, 2020). Berakhirnya pandemi ini bukan hanya dipengaruhi oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, melainkan juga dukungan masyarakat dalam memathui peraturan dan disiplin dalan menerapkannya di kehidupan sehari-hari, maka dari itu bias kognitif ini harus dihindari agar tidak mengakibatkan situasi yang semakin buruk.
Diperkirakan perekonomian Indonesia akan terus mengalami penurunan yang tajam. Melihat kondisi tersebut diperkirakan konsumsi akan terganggu, terjadinya hambatan pada investasi, perlambatn diseluruh sektor ekonomi tanpa terkecuali kegiatan ekspor impor. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah supaya tidak terjadi kemungkinan terburuk. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dikeluarkan sebagi upaya pemulihan ekonomi Indonesia dengan cara melindungi masyarakat dan mendorong dunia usaha supaya tidak semakin menurun drastis. Salah satunya adalah dengan memberlakukan PEN. Program ini dinilia sangat efektif sebagai upaya penangan pandemi yang masih belum menurun ini dimana program bertujuan untuk meningkatkan penawaran maupun permintaan. Kebijakan tersebut dilakukan untuk mendukung BUMN, pemerintah daerah dan dunia usaha supaya tetap dapat berjalan dengan cara memberi insentif pajak dan subsidi. Program dari APBN tersebut bertujuan untuk menjaga kelangsungan dunia usaha agar perekonomian tetap mengalami pertumbuhan.
Terutama menjaga kelangsungan kegiatan ekspor impor dengan cara insentif pada fasilitas kepabeanan.
4.3 Perkembangan Kegiatan Eskpor dan Impor di Indonesia Sebelum dan Selama Pandemi
Banyak negara memberikan perhatian lebih terhadap perdagangan intenasional selama masa pandemi ini. Berbagai institusi telah melakukan upaya untuk mencegah terjadinya penuruan yang tajam dalam perdagangan internasional ini. Distribusi atas permintaan alat kesehatan dan makanan harus dipastikan berjalan dengan lancar mesikpun terjadi pembatasan yang mengakibatkan adanya penurunan kegiatan (Weerth, 2020). Beberapa organisasi dunia seperti World
45
Trade Organization (WTO) dan World Customs Oganization (WCO) menjalankan tugas untuk meroganisir mobilitas barang yang di distribusikan ke berbagai negara, cara ini mampu menjadi contoh bagi negara-negara anggota mengenai upaya penanganan pandemi dalam bidang perdagangan internasional.
Hambatan-hambatan dalam bidang perdagangan internasional juga dialami oleh pemerintah Indonesia terutama dalam menjalankan kegiatan ekspor impor.
Hal ini dapat dilihat dari fakta yang terjadi di lapangan dimana selama adanya Covid-19 ini kegiatan ekspor mengalami kenaikan yang signifikan, sedangkan kegiatan impor mengalami penurunan dan kenaikan. Berikut ini penulis sajikan data aktivitas ekspor impor di Indonesia sebelum maupun sesudah pandemi:
Tabel 3. Kegiatan Ekspor Impor di Indonesia Tahun 2019 No. Bulan Nilai Ekspor
(US $)
Berat Ekspor (KG)
Nilai Impor (US $)
Berat Impor (KG) 1. Januari 14 028 086 397,26 55 153 741 678,03 15 005 191 440,00 13 892 230 800,00 2. Februari 12 788 557 131,66 48 714 544 728,77 12 465 073 944,00 12 538 456 210,00 3. Maret 14 447 789 013,35 57 526 309 273,95 13 746 621 857,00 13 125 266 829,00 4. April 13 068 068 332,92 52 365 329 749,24 15 399 185 930,00 14 143 962 559,00 5. Mei 14 751 890 717,71 57 680 016 607,91 14 606 659 275,00 14 766 069 634,00 6. Juni 11 763 353 136,51 46 497 604 256,66 11 495 388 062,00 10 254 928 550,00 7. Juli 15 238 418 109,04 56 408 079 593,65 15 518 475 622,00 13 609 908 017,00 8. Agustus 14 261 962 733,89 52 385 275 556,18 14 169 350 761,00 12 679 655 746,00 9. September 14 080 108 446,19 54 588 169 197,79 14 263 448 876,00 13 506 445 659,00 10. Oktober 14 881 456 853,91 61 412 977 961,99 14 759 081 430,00 13 605 297 569,00 11. November 13 944 486 956,68 56 022 187 369,80 15 340 475 284,00 16 222 862 032,00 12. Desember 14 428 818 305,10 55 720 138 557,14 14 506 784 516,00 14 283 648 453,00 Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2019, kegiatan ekspor dan impor Indonesia mengalami kenaikan maupun penurunan. Bulan Januari Tahun 2019 berat impor Indonesia sebesar 13.892.230,8 ton, sedangkan pada Bulan Desember sebesar 14.283.648,45 ton dan dapat disimpulkan mengalami kenaikan yang signifikan sebelum adanya Covid-19 (Badan Pusat Statistik, 2022).
Begitu pula dengan kegiatan ekspor di Indonesia sebelum Covid-19 pada Bulan Januari Tahun 2019 sebesar 55.153.741,67 ton, sedangkan pada Bulan Desember sebesar 55.720.138,55 ton dapat disimpulkan mengalami kenaikan yang
46
signifikan sebelum adanya Covid-1919 (Badan Pusat Statistik, 2022). Selanjutnya disajikan data kegiatan ekspor impor di Indonesia saat awal mula mewabahnya Covid.
Tabel 4. Kegiatan Ekspor Impor di Indonesia Tahun 2020
No. Bulan Nilai Ekspor (US $)
Berat Ekspor (KG)
Nilai Impor (US $)
Berat Impor (KG) 1. Januari. 13 636 412 653,62. 50 900 144 920,20. 14 268 720 284,00. 12 141 682 743,00.
2. Februari. 14 042 089 243,23. 49 671 209 459,93. 11 548 100 132,00. 13 059 584 031,00.
3. Maret. 14 031 292 077,89. 54 068 776 030,33. 13 352 176 374,00. 14 432 183 255,00.
4. April. 12 159 824 545,01. 45 172 672 643,65. 12 535 233 221,00. 15 051 046 827,00.
5. Mei. 10 452 625 424,79. 42 236 217 598,43. 8 438 627 383,00. 10 084 426 066,00.
6. Juni. 12 006 813 612,70. 46 387 784 702,64. 10 760 317 981,00. 11 505 323 617,00.
7. Juli. 13 689 902 558,81. 46 069 923 524,57. 10 464 299 676,00. 11 323 464 029,00.
8. Agustus. 13 055 281 120,71. 43 565 183 268,24. 10 742 407 847,00. 11 839 690 849,00.
9. September. 13 956 176 571,88. 43 933 093 550,32. 11 570 104 770,00. 12 883 228 618,00.
10. Oktober. 14 363 443 251,43. 47 117 842 845,64. 10 786 016 684,00. 12 091 546 513,00.
11. November. 15 258 422 043,10. 53 282 636 840,90. 12 664 414 194,00. 12 137 149 554,00.
12. Desember. 16 539 555 059,63. 57 272 738 271,50. 14 438 376 084,00. 15 330 669 376,00.
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2020 dampak kegiatan ekspor impor pasca kemunculan Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan.
Pada kegiatan impor di Indonesia pada Bulan Januari Tahun 2020 setelah adanya Covid-19 sebesar 12.141.682,74 ton sampai ke Bulan Mei mengalami penurunan sebesar 10.084.426,06 ton, tetapi pada Bulan Juni sampai Bulan Desember mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 15.330.559,37 ton (Badan Pusat Statistik, 2022). Begitu pula kegiatan ekspor pada Bulan Januari Tahun 2020 di Indonesia pasca kemunculan Covid-19 mengalami penurunan sebesar 50.900.144,92 ton sampai ke Bulan Mei mengalami penurunan yang drastis sebesar 42.236.217,59 ton, tetapi pada Bulan Juni sampai Bulan Desember mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 57.272.738,27 ton (Badan Pusat Statistik, 2022). Selanjutnya disajikan data kegiatan ekspor impor di Indonesia selama Covid-19 Tahun 2021.
47
Tabel 5. Kegiatan Ekspor Impor di Indonesia Tahun 2021
No. Bulan Nilai Ekspor (US $)
Berat Ekspor (KG)
Nilai Impor (US $)
Berat Impor (KG) 1. Januari 15 300 168 401,83 52 594 533 333,10 13 329 901 020,00 13 078 332 805,00 2. Februari 15 255 398 398,45 47 636 989 300,89 13 264 974 634,00 12 378 562 385,00 3. Maret 18 398 414 762,13 50 524 633 458,96 16 787 511 490,00 17 281 282 068,00 4. April 18 474 131 706,88 49 061 313 898,62 16 204 338 764,00 15 359 269 116,00 5. Mei 16 908 015 508,43 51 750 618 405,05 14 234 815 276,00 14 618 029 219,00 6. Juni 18 547 744 863,51 52 712 714 180,45 17 218 457 483,00 15 690 996 581,00 7. Juli 19 369 596 670,95 55 266 605 966,05 15 263 122 650,00 13 883 775 439,00 8. Agustus 21 443 151 840,86 54 495 451 463,73 16 678 886 850,00 14 120 443 591,00 9. September 20 618 788 618,10 50 900 622 540,11 16 234 148 586,00 14 418 830 339,00 10. Oktober 22 090 984 014,33 56 525 781 312,65 16 293 616 090,00 14 353 729 490,00 11. November 22 845 364 125,29 50 280 024 693,20 19 328 188 076,00 15 208 908 997,00 12. Desember 22 357 720 667,68 49 918 547 181,81 21 352 018 156,00 17 367 172 373,00 Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada tahun 2021 dampak pada kegiatan ekspor impor di Indonesia mengalami kenaikan maupun penurunan. Pada kegiatan impor di Indonesia pada Bulan Januari Tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 13.078.332,80 ton sampai ke Bulan Maret mengalami kenaikan akibat pandemi Covid-19 sebesar 17.281.282,06 ton, tetapi pada Bulan Juli kembali kegiatan impor turun akibat pandemi Covid-19 varian Delta yang muncul di Indonesia sebesar 13.883.775,43 ton dan setelah itu di Bulan Desember mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 17.367.172,37 ton (Badan Pusat Statistik, 2022). Begitu pula kegiatan ekspor pada Bulan Januari Tahun 2021 di Indonesia pasca kemunculan Covid-19 mengalami penurunan sebesar 52.594.533,33 ton sampai ke Bulan April mengalami penuruan drastis sebesar 49.061.313,89 ton, tetapi pada Bulan Juli kembali kegiatan eskpor mengalami kenaikan akibat pandemi Covid-19 varian baru Delta yang muncul di Indonesia sebesar 55.266.605,96 ton dan setelah itu di Bulan Desember mengalami penurunan lagi sebesar 49.918.547,18 ton (Badan Pusat Statistik, 2022).
48
Gambar 5. Perkembangan Ekspor dan Impor di Indonesia 2019 - 2020
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Gambar 6. Grafik Persebaran Ekspor dan Impor di Indonesia 2019 - 2020
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Berdasarkan data BPS di atas, jika dibandingankan dengan tahun 2019, pada kegiatan ekspor nonmigas Bulan Januari 2020 mengalami penurunan dimana mayoritas penurunan terjadi pada pergerakan barang yang dengan tujuan engara Utama seperti Negara China. Dengan keseluruhan ekspor sebesar USD 211,9 juta dengan prosentase penurunan sebesar 9,15%. Dibandingakan dengan Bulan Desember 2019, penurunan juga terjadi pada impor non migas dimana keseluruhan impor sebesar sebesar USD 9.670 juta dengan angka penurunan sebesar USD 313,5 juta dan prosentase penurunan sebesar 3,14%. Penurunan nilai impor pada non migas di beberapa negara Utama menjadi penyebab menurunnya nilai impor, misalnya penurunan nilai impor Negara China yang semula sebesar USD 4,07 miliar turun hingga USD 3,94 miliar dengan prosentase penurunan sebesar 3,08% (Badan Pusat Statistik, 2022).
49
Gambar 7.Perkembangan Ekspor dan Impor di Indonesia 2020 - 2021
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Gambar 8. Grafik Persebaran Ekspor dan Impor di Indonesia 2020 - 2021
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Berdasarkan data BPS di atas, jika dibandingankan dengan tahun 2020, pada kegiatan ekspor nonmigas Bulan Januari 2021 mengalami penurunan dimana mayoritas penurunan terjadi pada pergerakan barang yang dengan tujuan engara Utama seperti Negara China. Dengan keseluruhan ekspor sebesar USD 211,9 juta dengan prosentase penurunan sebesar 9,15%. Dibandingakan dengan Bulan Desember 2020, penurunan juga terjadi pada impor non migas dimana keseluruhan impor sebesar sebesar USD 13.229 juta dengan angka penurunan sebesar USD 110,9 juta dan prosentase penurunan sebesar 0,48%. Penurunan nilai
50
impor pada non migas di beberapa negara Utama menjadi penyebab menurunnya nilai impor, misalnya penurunan nilai impor Negara China yang semula sebesar USD 4,07 miliar turun hingga USD 3,94 miliar dengan prosentase penurunan sebesar 3,08% (Badan Pusat Statistik, 2022).
Dapat dsimpulkan bahwa kegiatan ekspor-impor di Indonesia pada tahun 2019-2021 rata-rata mengalami kenaikan dan penurunan (tidak stabil). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Covid-19 sangat berpengaruh pada aktivitas ekpsor dan impor di Indonesia. Hal ini juga terlihat dari adanya perlambatan dari proses bongkar muat barang di pelabuhan. Namun secara keseluruhan, proses dapat berjalan dengan lancar karena kegiatan “bongkar muat” tetap dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Menurunnya volume kedatangan kapal di Pelabuhan merupakan faktor yang memberi pengaruh besar dalam kegiatan “bongkar muat” di Pelabuhan.
Human error adalah faktor yang harus diperhatikan oleh pars ekspotir dalam aktivitas ekspor agar tidak memberikan kerugian dalam bagi pihak manapun terutama dalam situasi pandemi seperti ini dimana setiap hal yang dilakukan harus sesuai dan mengikuti protokol Kesehatan. Hal ini menjadi pukulan yang besar bagi kegiatan perdagangan internasional dan snbat mempengaruhi seluruh tatanan perekonomian serta lalu lintas keluar masuk dalam aktivitas perdagangan internasional.
WCO juga telah mengeluarkan pedoman untuk memitigasi dampak pandemi Covid-19. Pedoman tersebut berfokus pada memfasilitasi pergerakan barang, mendukung kegiatan ekonomi dan keberlanjutan rantai pasokan, memastikan kelangsungan tenaga kerja dan melindungi masyarakat (WCO, 2020). Fasilitas pemrosesan transfer barang penting selama pandemi. Terkait dengan ketersediaan barang, hal ini sangat penting, terutama ketersediaan barang yang berkaitan dengan kesehatan dan pemulihan ekonomi. Salah satu rekomendasi WCO adalah kontrol perbatasan yang terkoordinasi. Hal ini penting agar barang dapat dibongkar dengan lancar dari pelabuhan. Upaya penyederhanaan prosedur juga penting, seperti koordinasi antar instansi untuk mempercepat arus barang. Setelah itu, WCO juga membuat rekomendasi peraturan perpajakan dan tata cara
51
penggunaan manajemen risiko di layanan kepabeanan.
Investasi yang dilakukan oleh WCO untuk menangani dampak pandemi Covid-19 terbagi dalam beberapa arah. Pertama, menyediakan sarana untuk mengangkut barang, terutama barang yang sangat penting. Barang-barang ini termasuk persediaan dan peralatan medis, makanan dan peralatan terkait.
Langkah-langkah ini dapat dilakukan dengan berkoordinasi dengan otoritas perlindungan sipil. Kedua, untuk mendukung kegiatan ekonomi dan menjaga kesinambungan rantai pasok. Upaya tersebut antara lain dengan membentuk layanan pendukung Covid-19 untuk memberikan informasi kepada pengguna layanan, memfasilitasi penanganan pandemi dan menerapkan manajemen risiko untuk mengurangi pemeriksaan fisik. Selain dari sisi keuangan, institusi kepabeanan juga memiliki tugas untuk melindungi petugas dari Covid-19.
Investasi dapat dilakukan dalam pembelian alat pelindung diri dan penerapan teleworking jika memungkinkan. Studi ini mengkaji bagaimana Indonesia mengimplementasikan fasilitas perdagangan internasional.
4.4 Analisa Dampak Pandemi Pada Kegiatan Perusahaan Sektor Jasa di Indonesia
Pandemi Covid-19 yang merebak di China pada awal tahun 2020 dan menyebar ke beberapa negara berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2,97% (YoY), melambat dari triwulan sebelumnya 4,97% (YoY) (Badan Pusat Statistik, 2022). Bank Indonesia akan terus memantau penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, serta memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk secara konsisten menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendorong pemulihan ekonomi nasional.
Dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 sangat dipengaruhi oleh perlambatan permintaan domestik. Konsumsi domestik memang 2,84%, jauh di bawah 4,97% pada kuartal terakhir 2019 (Badan Pusat Statistik, 2022). Kegiatan investasi juga melambat sebesar 1,7% (YoY), yang
52
dapat dipengaruhi oleh perlambatan investasi konstruksi (Badan Pusat Statistik, 2022). Menyikapi stimulus pemerintah, konsumsi masyarakat yang tumbuh 3,74%
(YoY) mampu menahan pendalaman permintaan domestik yang melambat.
Sebaliknya, ekspor neto membuahkan hasil yang positif, meningkat sebesar 0,24% (YoY) dan impor menurun sebesar 2,19% (YoY) (Badan Pusat Statistik, 2022). Sedangkan untuk sektor korporasi lapangan usaha (LU), perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat disebabkan oleh perlambatan transportasi dan pergudangan yang dipengaruhi oleh berkurangnya mobilitas masyarakat pasca pemberlakuan undang-undang Covid-19 menegnai aksi mitigasi (Badan Pusat Statistik, 2022). Hal ini menjadi angin segar dan semangat para pelaku ekonomi untuk lebih giat menjalankan tugasnya mengembalikan perekonomian ke kondisi ekonomi stabil sebelum Covid-19. Berikut informasi Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa Transportasi periode 2019-2021:
Tabel 6. Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Transportasi dan Pergudangan di Indonesia Tahun 2019
Kuartal Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 2019
Q1 5,42
Q2 5,84
Q3 6,65
Q4 7,55
Total 25,46
Rata-rata 6,36
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
53
Gambar 9. Grafik Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Transportasi dan Pergudangan di Indonesia Tahun 2019
5,42 5,84 6,65 7,55
0 2 4 6 8
Q1 Q2 Q3 Q4
nilai (%)
Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Transportasi dan Pergudangan di Tahun 2019
KUARTAL
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Berdasarkan Tabel 6 dan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2019 kwartal 1 sampai 4 pertumbuhan rata‐rata sektor jasa transportasi dan pergudangan sebesar 6,63 persen dengan prediksi kwartal ke empat tumbuh 7,55 persen dengan pertumbuhan ini maka laju pertumbuhan ekonomi sektor jasa transportasi dan pergudangan berkembang sesuai dengan penawaran dan permintaan, barang dan jasa. Jika pertumbuhan kwartal ke-4 turun 6%, pertumbuhan ekonomi tahun 2019 menjadi 5,97%. Apabila kwartal ke-4 pertumbuhan ekonomi sektor jasa transportasi dan pergudangan mengalami penurunan lagi ke 5% maka pertumbuhan ekonomi menjadi 5,72%. Jadi laju pertumbuhan ekonomi sektor jasa transportasi dan pergudangan di Indonesia pada tahun 2019 bisa lebih 0,91% atau kurang dari itu (Badan Pusat Statistik, 2022).
Pada tahun 2019 belum terjadi pademi Covid-19 di Indonesia maka laju pertumbuhan ekonomi sektor jasa transportasi dan pergudangan di Indonesia mengalami laju pertumbuhan yang semakin meningkat dan stabil. Selanjutnya ditampilkan laju pertumbuhan sektor jasa di Indonesia tahun 2020:
54
Tabel 7. Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Transportasi dan Pergudangan di Indonesia Tahun 2020
Kuartal Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 2020
Q1 1,27
Q2 -30,78
Q3 -16,71
Q4 -13,42
Total -59,64
Rata-rata -14,91
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Gambar 10. Grafik Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Transportasi dan Pergudangan di Indonesia Tahun 2020
1,27
-30,78
-16,71 -13,42
-40 -30 -20 -10 0 10
Q1 Q2 Q3 Q4
nilai (%)
Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Transportasi dan Pergudangan di Tahun 2020
KUARTAL
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Berdasarkan Tabel 7. dan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2020 kwartal 1 sampai 4 pertumbuhan rata‐rata sektor jasa transportasi dan pergudangan menjadi sebesar -59,64 persen dengan prediksi kwartal ke empat tumbuh -13,42 persen dengan pertumbuhan ini maka laju pertumbuhan ekonomi sektor jasa transportasi dan pergudangan berkembang sesuai dengan penawaran
55
dan permintaan, barang dan jasa. Pada kwartal ke-2 terjadi kerugian tajam pada laju pertumbuhan sebesar -30,78% akibat pandemi Covid-19. Ketika pertumbuhan melambat menjadi -12% pada kwartal keempat, pertumbuhan ekonomi 2020 sebesar -14,55%. Apabila kwartal ke 4 pertumbuhan ekonomi sektor jasa transportasi dan pergudangan mengalami penurunan lagi ke -10% maka pertumbuhan ekonomi menjadi -14,05%. Jadi laju pertumbuhan ekonomi sektor jasa transportasi dan pergudangan di Indonesia pada tahun 2020 bisa lebih 0,63%
atau kurang dari itu (Badan Pusat Statistik, 2022).
Hal ini sangat bergantung pada data penyebaran Covid-19, jika data pandemi tidak berkurang maka kegiatan ekonomi akan terus dibatasi yang terlihat pada sektor hiburan dan rekreasi. Selain itu, bisnis belum sepenuhnya terbuka, dan bisnis jasa tingkat bawah paling banyak mengalami kerugian. Selanjutnya ditampilkan laju pertumbuhan sektor jasa di Indonesia tahun 2021:
Tabel 8. Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Transportasi dan Pergudangan di Indonesia Tahun 2021
Kuartal Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 2021
Q1 -13,09
Q2 25,10
Q3 -0,72
Q4 7,93
Total 19,22
Rata-rata 4,81
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
56
Gambar 11. Grafik Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Transportasi dan Pergudangan di Indonesia Tahun 2021
-13.09
25.1
-0.72
7.93
-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30
Q1 Q2 Q3 Q4
nilai (%)
Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Transportasi dan
Pergudangan di Tahun 2021
KUARTAL
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2022)
Berdasarkan Tabel 4.7 dan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2021 kwartal 1 sampai 4 pertumbuhan rata‐rata sektor jasa transportasi dan pergudangan sebesar 19,22 persen dengan prediksi kwartal ke empat tumbuh 7,93 persen dengan pertumbuhan ini maka laju pertumbuhan ekonomi sektor jasa transportasi dan pergudangan berkembang sesuai dengan penawaran dan permintaan, barang dan jasa. Kwartal pertama mengalami penurunan tajam dengan tingkat pertumbuhan -13,09% akibat pandemi Covid-19. Jika pertumbuhan melambat menjadi 7% pada kuartal keempat, pertumbuhan ekonomi akan menjadi 4,5% pada tahun 2021. Apabila kwartal ke-4 pertumbuhan ekonomi sektor jasa transportasi dan pergudangan mengalami penurunan lagi ke 6% maka pertumbuhan ekonomi menjadi 4,32%. Jadi laju pertumbuhan ekonomi pada sektor jasa transportasi dan pergudangan di Indonesia pada tahun 2021 bisa lebih 0,49 % atau kurang dari itu (Badan Pusat Statistik, 2022).
Hal ini sangat tergantung dari data penyebaran virus Covid-19, jika data pandemi tidak berkurang maka kegiatan ekonomi akan terus dibatasi, sehingga kegiatan ekonomi akan terus dibatasi seperti tempat hiburan dan sektor rekreasi.
Selain itu, angkutan niaga belum sepenuhnya dibuka, sebagian besar kerugian
57
dialami oleh sektor jasa bawah yang mengalami situasi tersebut akibat tekanan pandemi Covid-19, seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi di tahun 2021.
Pandemi Covid-19 menjadi pukulan hebat bagi perekonomian dunia. Semua negara berusaha untuk menaikkan kembali tingkat perdagangan internasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Indonesia memperkenalkan fasilitas kepabeanan dan perdagangan internasional selama pandemi. Ini sesuai dengan pedoman WTO dan WCO. Program WCO telah dilaksanakan oleh Indonesia dan negara lain, yang merupakan langkah tepat atau good practice dalam pelaksanaan kegiatan perdagangan internasional. Tujuan dari laporan ini adalah untuk merekomendasikan kepada otoritas pabean untuk melanjutkan dan meningkatkan kerjasama dengan otoritas perbatasan lainnya sebagai bentuk pengawasan perbatasan yang terkoordinasi.
4.5 Analisa Kebijakan yang Diterapkan Pemerintah Indonesia Selama Pandemi Pandemi Covid-19 akhir-akhir ini menjadi perhatian dunia. Di mana-mana dari media dan pemerintah hingga keluarga dan teman, orang terus-menerus membicarakan efeknya saat ini. Kekhawatiran dunia ini disebabkan oleh parahnya dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari—mulai dari angka kematian hingga struktur masyarakat. Orang-orang di seluruh dunia bahkan memperdebatkan status pandemi saat ini di antara para pemimpin politik mereka. Covid-19 telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan termasuk kesehatan, politik, pendidikan dan ekonomi. Selain itu, hal itu telah memengaruhi budaya dan ekonomi negara secara keseluruhan serta sistem politik mereka. Untuk menghadapi masalah dan perubahan kebijakan ini, pemerintah negara telah menerapkan kebijakan dan kerangka kerja baru.
Para peneliti percaya kasus pertama Virus Corona muncul di China. Mereka menduga virus berasal dari pasar makanan yang terletak di Kota Wuhan, Provinsi Hubei China. Beberapa sampel lingkungan yang diperoleh dari pasar dinyatakan positif Virus Corona. Pemerintah China menutup pasar grosir Wuhan pada Januari 2020 setelah pasien awal yang didiagnosis dengan tes positif diidentifikasi sebagai pemilik kios pasar, karyawan, atau pelanggan di pasar tersebut.
58
Pemerintah masing-masing negara dengan cepat mengadaptasi pedoman baru setelah dimulainya pandemi. Ini termasuk menerapkan isolasi fisik dan sosial atau dikenal dengan sosial distancing dan kontrol perbatasan yang ketat. Mereka juga menerapkan standar keamanan baru yang mengharuskan perbatasan negara ditutup dan bisnis ditutup. Pemerintah mewajibkan seluruh rantai pasokan pangan, termasuk proses produksi, distribusi, dan konsumsi mengikuti protokol kesehatan Covid-19. Aturan ini dimaksudkan untuk mengubah aturan higiene dalam pengolahan makanan sehingga setiap orang yang terlibat memiliki tanggung jawab utama untuk melaksanakannya.
Perusahaan makanan menggunakan proses manufaktur yang rumit yang membutuhkan pemetaan yang cermat. Inilah sebabnya mengapa melacak peraturan industri makanan sangat penting untuk memahami kebijakan yang paling sensitif. Sistem pangan bernilai $8 triliun, atau sekitar 10% dari PDB global. Artinya, regulasi terkait perdagangan pangan berdampak besar pada masa depan ekonomi global. Lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia bergantung pada perdagangan pangan internasional untuk keamanan domestik mereka. Oleh karena itu, kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan sangat penting untuk kesuksesan kita.
Pemerintah Indonesia memantau lalu lintas barang untuk meminimalkan dampak virus Covid-19 terhadap ekonomi negara dan bisnis impor/ekspor. Hal ini dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang juga dikenal dengan DJBC. Kementerian Keuangan juga menggunakan teknik pemantauan ekonomi untuk membantu industri nasional mereka. Untuk mengimbangi biaya yang terkait dengan impor barang selama pandemi atau perjanjian internasional, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.04/2020. Peraturan ini mendorong penggunaan Surat Keterangan Asal dengan memperbarui bagaimana dokumen-dokumen ini diterbitkan dan didistribusikan. Selain itu, ini mengubah bagaimana dokumen pabean lainnya diteliti dan didistribusikan. Baik mitra dagang Indonesia maupun masing-masing negara harus mengikuti peraturan baru ini saat mengeluarkan surat keterangan asal.
59
Surat Keterangan Asal atau disebut juga SKA adalah dokumen pabean yang diberikan oleh instansi penerbit SKA yang menyatakan bahwa barang yang masuk ke dalam kawasan pabean akan mendapat pengurangan tarif bea masuk. Hal ini disebabkan tarif preferensial didasarkan pada kesepakatan atau kesepakatan internasional yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang penetapan tarif bea masuk. Ibu Sri Mulyani memberlakukan stimulus keuangan melalui kebijakan yang diterapkannya sebagai Menteri Keuangan. Ini termasuk stimulus non-fiskal.
a. Arahan ini merampingkan dan mengurangi jumlah pembatasan yang ditempatkan pada ekspor serta melarang kegiatan tertentu. Dengan melakukan perubahan ini, bisnis pengekspor dapat bersaing lebih efektif dan menghilangkan masalah yang terkait dengan pengeksporan.
b. Kebijakan ekspor pemerintahan ini mengurangi pembatasan kegiatan ekspor dengan tetap mempertahankan standar pasar yang kompetitif. Ini membantu bisnis domestik bersaing dengan bisnis internasional dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan. Tujuan dari reformasi ini adalah untuk melonggarkan pembatasan dan mengurangi jumlah bahan yang dapat diimpor. Hal ini dilakukan agar bahan baku mudah mengalir ke dalam negeri.
c. Pemerintah mempercepat pemrosesan importir dan ekspor dengan kepatuhan tinggi dengan mengundang mereka untuk memimpin perdagangan yang patuh.
d. Dengan menegakkan hukum logistik nasional melalui Ekosistem Logistik Nasional, peningkatan dan percepatan layanan impor dan ekspor tercapai.
Untuk menjamin kelancaran kegiatan impor dan ekspor, diharapkan perekonomian Indonesia terus tumbuh dengan kebijakan baru ini. Bahan harus tersedia mengingat bagaimana wabah juga mempengaruhi ketersediaan (Yofa, 2020). Kementerian Perdagangan bergerak cepat untuk menumpas pandemi Covid-19 di Indonesia. Langkah pertama adalah menghentikan impor hewan hidup dari China. Keputusan ini dibuat berkat data yang dikumpulkan oleh Kementerian Perdagangan yang melacak penyakit tersebut hingga ke China.
60
Keputusan tersebut diimplementasikan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10 Tahun 2020 yang dirilis pada 6 Februari 2020. Kementrian Perdagangan menggunakan Perpres 2020 dan Perppu pandemi sebagai tahapan upaya strategisnya. Pasalnya, Kementrian Perdagangan menggunakan Perpres Nomor 9 Tahun 2020 dan Perpres Nomor 11 Tahun 2020 seiring dengan perubahan dan keadaan di dalam negeri. Mereka juga menggunakan keputusan ini selama virus Covid-19. Pertama, Kementerian Perdagangan meredistribusi anggarannya ke berbagai daerah. Kemudian, mereka membuat program pendampingan Pasar Rakyat untuk membantu mengurangi dampak negatifnya bagi masyarakat.
Kedua, upaya untuk menjamin barang kebutuhan pokok dan harga yang stabil antara lain pengaturan tentang pangan, serta peningkatan jaminan kelancaran distribusi barang. Ketiga, upaya memastikan ketersediaan alkes antara lain dengan melonggarkan impor masker dan alat pelindung diri. Keempat, upaya memberikan stimulus ekonomi nonfiskal antara lain berupa pelonggaran impor APD. Surat Keterangan Asal, atau SKA, memberikan bukti bahwa barang terikat ekspor telah diproduksi di dalam negeri. Hal itu dapat diperoleh melalui penggunaan stempel dan tanda tangan yang dibubuhi bersama dengan tata cara penanganannya. Kelima, inisiatif pemerintah ini dilaksanakan selama pandemi untuk mengatur distribusi alat kesehatan yang bermasalah. Keenam, menutup akun penjualan online di mana harga pada perangkat ini tampaknya tidak dapat dibenarkan. Kementerian Perdagangan mencocokkan bisnis dengan minat dan kebutuhan yang sama melalui pencocokan bisnis virtual. Ini membantu meningkatkan ekspor rumput laut ke Korea Selatan dan kopi Mesir menuju G20.
Menurut Kementrian Perdagangan, pandemi Covid-19 berdampak pada perdagangan internasional. Dampaknya antara lain perubahan pola perdagangan internasional. Ini adalah hasil dari kekacauan hubungan antara penawaran dan permintaan di pasar. pelarangan ekspor dan impor pada beberapa komoditas pangan dan kesehatan, serta adanya perubahan pusat rantai pasok global dari Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jerman. Sementara itu, terdapat beberapa dampak lainnya yang meliputi peningkatan biaya logistik, terjadinya kerja sama
61
perdagangan yang tidak berjalan efektif selama pandemi, dan juga berbagai ancaman terkait kemerosotan ekonomi dunia. Selama masa pandemi Covid-19 berlangsung, seluruh Perwakilan Perdagangan Indonesia yaitu Atase Perdagangan, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di 33 negara termasuk Kamar Dagang, serta Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) mengalami kesulitan untuk melakukan pameran dan mengumpulkan buyer. Kemudian, langkah Bank Indonesia (BI) untuk menghadapi pandemi adalah dengan mengeluarkan kebijakan moneter dalam jangka pendek yang berarti kebijakan Bank Indonesia (BI), khususnya dalam hal suku bunga. Dalam jangka pendek, Bank Indonesia harus bisa menyesuaikan tingkat suku bunga agar masyarakat tidak menginvestasikan uangnya di Indonesia lebih sedikit dari perkiraan pasar.
Ini karena suku bunga di AS sudah jelas (Khansha, 2021).
Defisit perdagangan terbesar terjadi dalam jangka panjang—akibat impor bahan mentah. Alasan lain mengapa defisit ini terjadi adalah karena kebutuhan untuk menata ulang perekonomian dalam jangka panjang. Insentif diberikan kepada 17 industri hulu yang berbeda. Kebijakan untuk memberi insentif kepada industri-industri ini untuk menghasilkan output mereka terlebih dahulu. Output mereka akan digunakan selanjutnya di industri lain. Pajak penghasilan badan dapat dikurangi sebesar Rp. 30 triliun selama 20 tahun jika biaya pembangunan dikecualikan di Indonesia. Ini akan membuat produk baru Indonesia lebih terjangkau dan membantu pertumbuhan industri lokal di masa depan.
Pemerintah Indonesia berharap fasilitas kepabeanan yang baru akan meningkatkan perekonomian negara. Sebab, penurunan penerimaan negara diperlukan untuk menciptakan stabilitas ekonomi yang diharapkan pemerintah akan berujung pada peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Oleh karena itu, dibuat kebijakan pemerintah yang meningkatkan keuntungan bagi industri manufaktur negara melalui insentif fiskal—termasuk fasilitas kepabeanan yang dibangun dan dipelihara oleh pemerintah. Pada tahun 2020, pemerintah mengeluarkan undang- undang yang menyatakan bahwa perusahaan dapat menjual produknya di dalam negeri di Kawasan Berikat atau KB. Mereka dapat menjual sebagian produknya ke luar negeri dengan KITE; ini hingga 50% dari nilai keseluruhannya. Tambahan
62
insentif dan fasilitas terkait kepabeanan tertuang dalam PMK Nomor 31.
Di bawah tren permintaan impor yang menurun selama wabah, kebijakan ini dapat menjadi peluang yang baik bagi perusahaan KB dan KITE di masa-masa sulit. Dengan penjualan, aliran kas dapat berjalan dengan baik dan perusahaan dapat beroperasi dengan lancar. Berjalannya perusahaan dapat mencegah para karyawan dari risiko pemutusan hubungan kerja atau, dengan begitu daya beli tetap terjaga dan perputaran perekonomian dapat terus berjalan. Pemeriksaan pengeluaran barang dari KB dilakukan secara selektif sehingga proses pengeluaran barang dapat dipercepat prosesnya. Implikasinya adalah semakin cepat barang yang keluar ke pasar, maka semakin cepat pula kas dapat mengalir ke perusahaan. Dengan begitu, aliran kas menjadi stabil, perusahaan dapat menutup biaya yang diperlukan dan tetap dapat beroperasi baik.
Karena kurangnya bahan baku di pasaran, mengimpor bahan dari dalam negeri bisa menguntungkan. Hal ini dapat menimbulkan keunggulan kompetitif dalam mengekspor produk Indonesia yang tidak memiliki bahan mentah yang dapat diekspor di pasar. Selain itu, bahan dari dalam Indonesia tidak dikenakan pajak PPh atau PPnBM. Hal ini menimbulkan keuntungan bersama baik bagi perusahaan KITE maupun perusahaan lain yang memiliki fasilitas serupa.
Pemerintah membebaskan impor bagi usaha KB dan KITE selama pandemi dari pajak kepabeanan, PPN, PPh, PPnBM, dan PP 22. Mereka juga tidak perlu membayar pajak PPh 22 saat mengimpor barang untuk keperluan KITE. PMK Nomor 34 Tahun 2020 menetapkan daftar barang yang dapat diberikan kebebasan saat impor melalui pusat logistik, kawasan berikat, kawasan KITE, barang titipan dan barang bawaan penumpang. Barang-barang ini dianggap kegiatan impor; itu termasuk peralatan medis, alat uji dan reagen, pembersih tangan dan produk yang mengandung disinfektan. Kegiatan impor lainnya antara lain mogok APD dan alat kesehatan, obat-obatan dan vitamin, media transfer virus dan reagen lab.
Dengan memberikan kemudahan masuknya barang, fasilitas kepabeanan dapat mendukung penerapan protokol kesehatan secara lebih efektif dan taat. Ini membantu tenaga medis untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih mudah.
Ini juga membantu masyarakat mengikuti protokol kesehatan dengan lebih efisien.
63
Ini karena fasilitas bea cukai juga membantu mendukung krisis kesehatan yang parah di negara tersebut. Kebijakan baru yang diharapkan lebih bermanfaat bagi masyarakat saat ini sedang dirancang dan dirumuskan. Upaya ini dipimpin oleh manfaat yang diantisipasi dari kebijakan ini. Selain itu, terdapat insentif yang dimaksudkan untuk membantu perekonomian kembali pulih dan memberikan bekal untuk menghadapi virus Covid-19 di Indonesia (Khansha, 2021).
Kasus pertama virus ini dilaporkan pada 2 Maret 2020 di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia terhubung dengan China melalui perdagangan dan komunikasi publik. Sejak saat itu, virus dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, menunjukkan bahwa mobilitas dan integritas antara Indonesia dan negara lain sangat tinggi. Hal ini menimbulkan bahaya yang tinggi karena menyebabkan lebih banyak kasus positif. Hal ini menyebabkan kelesuan ekonomi yang hampir mendorong Indonesia ke dalam kebangkrutan. Dalam upaya menahan virus Covid-19, pihak berwenang menerapkan berbagai kebijakan dan pembatasan..
Menurut teori Keynesian, wabah ini secara dramatis akan menurunkan kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa tertentu. Penurunan pemanfaatan dan penyerapan tenaga kerja ini akan menyebabkan penurunan pendapatan yang cukup signifikan. Pengangguran adalah istilah subyektif, meskipun dapat didefinisikan sebagai kurangnya pekerjaan. Ini juga dapat digunakan untuk merujuk pada resesi ekonomi yang disebabkan oleh pengangguran. Jika mengacu pada faktor pertumbuhan ekonomi, hampir semua sektor ekonomi terkena dampak pengangguran. Orang-orang memilih untuk menyimpan uang daripada membelanjakan uang selama kemerosotan ekonomi.
Ini memperlambat pertumbuhan ekonomi karena orang memilih untuk tidak berinvestasi dalam bisnis baru atau meningkatkan produksi. Selain itu, penurunan produksi menurunkan intensitas produksi sektor perdagangan. Hal ini menyebabkan melemahnya ekonomi nasional, perdagangan global dan pembayaran internasional. Penanganan pandemi oleh pemerintah menyebabkan ketidakstabilan ekonomi yang signifikan. Hal ini menimbulkan ancaman nyata resesi ekonomi bagi Indonesia.
64
Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Stabilitas Sistem Keuangan dan Kebijakan Keuangan Negara sempat menjadi kontroversi karena diterbitkan pada tahun 2020 di masa pandemi. Pemerintah harus mengambil tindakan pencegahan untuk memerangi pandemi dengan menjaga stabilitas keuangan. Hal ini penting karena pertumbuhan ekonomi yang positif mengikuti. PDB tidak berfluktuasi melewati titik tertentu: menjaga stabilitas keuangan dalam perekonomian. Itu sebabnya, penerbitan RUU Cipta Kerja meningkatkan stabilitas keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga meningkatkan lapangan kerja dan menurunkan angka pengangguran.
Agar masyarakat dapat lebih memahami sistem kesehatan dan ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19, simak berbagai kebijakan yang diterapkan negara. Misalnya, perhatikan bagaimana Indonesia menerapkan rumah sakit rujukan untuk meminimalkan penyebaran Covid-19 melalui kebijakan layanan kesehatan. Selain itu, mereka menerapkan protokol kesehatan yang ketat untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 dan menerapkan pembatasan sosial berskala besar di daerah berbahaya. Langkah-langkah ini adalah bagian dari kebijakan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk meminimalkan dampak pandemi pada sistem kesehatan dan ekonomi mereka.
Pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi baru setelah pandemi. Salah satunya adalah realokasi anggaran strategis yang dimaksudkan untuk membantu perekonomian pulih dari dampak pandemi. Sebab, stabilitas ekonomi sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat. Kebijakan signifikan lainnya adalah program bantuan langsung tunai yang dimaksudkan untuk mengimplementasikan teori Keynes bahwa stimulus moneter sangat penting untuk menjaga agar roda perekonomian tetap berputar. Terciptanya kebijakan prakerja turut membantu menekan angka pengangguran akibat rendahnya ekspektasi masyarakat terhadap penanganan pandemi. Kebijakan fiskal ini dimaksudkan untuk membantu Indonesia menghindari krisis ekonomi dengan memitigasi kerusakan yang telah terjadi.
65
Kebijakan yang dibuat berdasarkan teori dan literasi yang ada. Penggunaan penganggaran prioritas membantu menjaga stabilitas sistem keuangan sambil mempertahankan proyek yang sedang berjalan dan menjalankan Pasokan dan Permintaan ekonomi dengan benar. Kolaborasi dengan stimulus moneter dan kebijakan moneter ekspansif menjaga keseimbangan Penawaran dan Permintaan.
Hal ini dilakukan melalui pemanfaatan bantuan langsung tunai kepada masyarakat. Kebijakan fiskal yang diterapkan pada saat krisis ekonomi menunjukkan upaya untuk mencegah krisis menjadi lebih parah dengan memberikan fasilitas kepada investor dunia modern untuk berinvestasi serta stimulus bagi orang-orang yang menciptakan lapangan kerja di dunia bisnis.
Upaya ini sesuai dengan teori Keynes bahwa kenaikan uang menjaga tingkat konsumsi masyarakat selama ketidakpastian ekonomi akibat pandemi. Hal ini juga menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia tidak akan jatuh ke dalam krisis ekonomi yang lebih dalam jika terus menciptakan lapangan kerja dan memberikan kemudahan bagi investor dunia modern untuk berinvestasi.