• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN BABY BLUES SYNDROME PADA IBU POST SECTIO CAESARIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN BABY BLUES SYNDROME PADA IBU POST SECTIO CAESARIA."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi kodrat seorang wanita untuk mengandung kemudian melahirkan, yang tentunya akan sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita mempunyai risiko terhadap kesehatan fisik maupun mental selama dalam proses reproduksi tersebut. Kesehatan reproduksi ini tidak hanya sehat secara fisik tetapi juga meliputi sehat mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau gangguan proses reproduksi (Munawaroh, 2008).

Melahirkan bayi merupakan suatu peristiwa penting yang sangat dinanti-nantikan oleh sebagian besar perempuan. Menjadi seorang ibu membuat seorang perempuan merasa telah berfungsi utuh dalam menjalani kehidupannya, disamping beberapa fungsi yang lain, seperti sebagai istri, sebagai bagian dari keluarga, sebagai anak dari kedua orangtuanya, serta sebagai anggota dari keluarga besar dan masyarakat (Elvira, 2006).

(2)

yang dirasakan dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak-ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau berupa serangan yang sangat berat selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya (Purwanto, 2007).

Kartono (2001) menyatakan bahwa peristiwa kehamilan mempunyai arti emosional yang sangat besar bagi setiap wanita. Kehamilan dan kelahiran akan membawa perubahan yang sangat besar disamping perubahan fisik. Setiap proses biologis dari fungsi keibuan dan reproduksi (sejak turunnya benih) dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis tertentu sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat interdepedensi antara faktor-faktor somatis dan psikologis. Oleh karena itu dalam menghadapinya dibutuhkan persiapan psikologis yang matang.

Bobak (dalam Munawaroh, 2008) menerangkan bahwa ibu pasca melahirkan primipara (ibu yang mengandung dan melahirkan satu anak/lebih yang hidup untuk pertama kali) lebih membutuhkan dukungan daripada yang sudah mempunyai pengalaman melahirkan sebelumnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan fungsi psikologis (satu kemunduran dalam kemampuan mental) yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi.

(3)

emosional. Para ibu yang mengalami baby blues syndrome atau postpartum blues menjadi terlalu mengkhawatirkan hal-hal kecil maupun besar.

Perasaan-perasaan itu akan hilang secara alamiah karena beberapa hal, salah satunya dukungan yang baik dari keluarga. Baby blues atau postpartum blues dapat diperburuk oleh kondisi kurang tidur. Biasanya baby blues atau postpartum blues terjadi antara hari ketiga hingga kesepuluh pascapersalinan. Emosi

tersebut dapat bertahan lama pada sebagian wanita yang menyebabkan timbulnya perasaan tidak sanggup, panik, dan ketakutan yang sungguh-sungguh. Pada tahapan ini, sebagian wanita didiagnosis mengalami depresi postpartum. Gejala-gejala depresi postpartum mulai tampak dalam waktu

beberapa minggu atau bahkan bulan setelah melahirkan dan bisa menjadi sangat parah bila tidak ditangani secepat mungkin (Gallagher-Mundy, 2005).

Iskandar (dalam Munawaroh, 2008) menerangkan bahwa baby blues atau postpartum blues terjadi karena kurangnya dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan.

Angka kejadian baby blues atau postpartum blues di Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian baby blues atau postpartum blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan

(Munawaroh, 2008).

(4)

adalah faktor paritas, hormonal, umur, dan latar belakang psikososial. Faktor paritas adalah riwayat obstetri dan komplikasi yang meliputi riwayat hamil sampai melahirkan sebelumnya. Faktor hormonal adalah kadar hormon progesteron yang naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan. Faktor umur adalah umur saat kehamilan dan melahirkan yang berkaitan dengan kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu. Faktor latar belakang psikososial meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan dan memadai tidaknya dukungan sosial lingkungan (suami, keluarga dan teman) (Munawaroh, 2008).

Penelitian Munawaroh (2008) menyimpulkan bahwa kejadian melahirkan sectio caesaria lebih berisiko mengalami baby blues syndrome daripada postpartum normal, maka kepada ibu sectio caesaria perlu diberikan dukungan fisik dan psikologis dalam pencegahan baby blues syndrome, dengan alasan lama perawatan sectio caesaria.

Angka kesakitan pada post sectio caesaria lebih tinggi dibandingkan dengan melahirkan pervagina, sedangkan angka kesakitan pralahir pada sectio caesaria jauh lebih rendah dibandingkan dengan melahirkan pervagina

(Indiarti, 2007).

(5)

baik dibandingkan dengan individu yang hidup tanpa adanya sejumlah ikatan. Taylor (dalam Ariyanto, 2009) menunjukkan suatu penelitian tentang manfaat dukungan sosial yang secara efektif menurunkan keadaan yang membahayakan secara psikologis pada saat-saat penuh ketegangan. Dukungan sosial juga muncul untuk menurunkan kemungkinan sakit dan mempercepat kesembuhan.

Fatimah (2009) menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang didalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang nyata, bantuan tersebut akan menempatkan individu-individu yang terlibat dalam system sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian, maupun pendekatan yang baik pada keluarga sosial maupun pasangan. Dukungan suami sebagai salah satu sumber dukungan keluarga sangat penting dan tidak bisa diremehkan, dan yang tidak kalah penting dapat membangun suasana positif, dimana istri merasakan hari-hari pertama yang melelahkan. Oleh sebab itu dukungan atau sikap positif dari pasangan dan keluarga akan memberi kekuatan tersendiri bagi ibu.

(6)

dalam menghadapi postpartum blues pada ibu post sectio caesaria, namun penelitian hubungan dukungan keluarga dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu post sectio caesaria belum ada, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang hendak diangkat dalam penelitian ini adalah : apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu post sectio caesaria? Meninjau dari permasalahan tersebut maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kejadian Baby Blues Syndrome pada Ibu Post Sectio Caesaria”.

B. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu post sectio caesaria.

2. Mengetahui peranan dukungan keluarga terhadap kejadian baby blues syndrome pada ibu post sectio caesaria.

3. Mengetahui tingkat dukungan keluarga yang dimiliki oleh ibu post sectio caesaria.

(7)

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu : 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu dalam khasanah keilmuan psikologi selanjutnya, terutama dalam perkembangan psikologi klinis, khususnya informasi yang berhubungan dengan baby blues syndrome atau postpartum blues pada ibu post sectio caesaria.

2. Secara Praktis a. Ibu Hamil

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan, dan mendeteksi secara dini baby blues syndrome atau postpartum blues serta melakukan upaya pencegahannya. Hal ini sebagai

usaha untuk mengatasi masalah baby blues syndrome yang berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi anggota keluarga serta perkembangan bayi di kemudian hari.

b. Ibu Pasca Persalinan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi ibu-ibu baru dengan kelahiran normal atau post sectio caesaria dan wanita pada umumnya tentang dampak dari

(8)

ibu dan bayi dikemudian hari, serta dapat melakukan upaya pencegahan terjadinya baby blues syndrome.

c. Suami

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang jelas bagi pasangan/suami tentang faktor-faktor yang memengaruhi baby blues syndrome, dan membuat suami menjadi lebih matang dalam menghadapi dan dapat meminimalisir terjadinya baby blues syndrome pada ibu dengan kelahiran normal maupun pada ibu post sectio caesaria.

d. Orang Tua/Mertua

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Kecenderungan Baby Blues Syndrome Pada Ibu Pasca Melahirkan, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Tabel 4.10 Hasil Uji Chi Square Hubungan Karakteristik Ibu Postpartum Berdasarkan Dukungan Sosial dengan Kejadian Baby Blues ....

Deskripsi dari pemaknaan Ibu atas baby blues syndrome adalah sebagai berikut (1) perubahan Perilaku dan Pola Hidup merupakan perubahan yang terjadi di dalam

Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhui postpartum blues yaitu :faktor yang pertama konstitual gangguan post partum berkaitan dengan status

“ Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Baby Blues Syndrome Pada Ibu Post Sectio Caesaria ”.. Surakarta:Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Cara terapi hidroponik ini bisa menjadi alternatif untuk bisa melewati masa-masa yang rentan terhadap syndrome baby blues nantinya karena ketika hamil sudah

Berdasarkan hasil penelitian Khana & Helina 2017 yang berjudul Hubungan dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru tahun

Berdasarkan landasan teori dan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kepribadian hardiness, kondisi baby blues syndrome yang dialami ibu primipara dapat