SKRIPSI
Oleh :
RIZKY KURNIA SARI 0513010072 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN
JAWA TIMUR
Yang diajukan
RIZKY KURNIA SARI 0513010072 / FE / EA
Telah Diseminarkan Dan Disetujui Untuk Menyusun Skripsi Oleh :
Pembimbing
Eko Riyadi Tanggal : ……….
Mengetahui
Ketua Jurusan Akuntansi
DAN DESENTRALISASI TERHADAP PARTISIPASI PENYUSUNAN
ANGGARAN PADA PG. WATOETOELIS KRIAN
SIDOARJO
Yang diajukan
RIZKY KURNIA SARI 0513010072 / FE / EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 30 Juli 2010
Pembimbing : Tim Penguji :
Ketua
Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks Dra. Ec. Sri Hastuti, MSi
Sekretaris
Dra. Ec. Endah Susilowati, MSi
Anggota
Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi dan
desentralisasi terhadap partisipasi penyusunan anggaran pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo” dengan baik.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat
penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan
Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.
Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa
Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks, selaku Dosen Pembimbing penulis di Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
ii
menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah
diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi.
6. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas
semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata
penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, Juni 2010
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 7
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi ... 9
2.2.1.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi ... 9
2.2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Informasi Akuntansi ... 11
2.2.1.3. Jenis Sistem Informasi Akuntansi ... 11
2.2.1.4. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi... 13
2.2.1.5. Kualitas Sistem Informasi Akuntansi... 13
2.2.2.1. Pengertian Desentralisasi... 16
2.2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Desentralisasi... 17
2.2.2.3. Kelebihan Desentralisasi ... 19
2.2.2.4. Kelemahan Desentralisasi... 19
2.2.3. Partisipasi Penyusunan Anggaran... 20
2.2.3.1. Pengertian Anggaran ... 20
2.2.3.2. Fungsi Anggaran... 20
2.2.3.3. Manfaat Penyusunan Anggaran... 21
2.2.3.4. Partisipasi Anggaran... 21
2.2.3.5. Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 22
2.2.4. Pengaruh Karakteristik Sistem Imformasi Akuntansi Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 23
2.2.5. Pengaruh Desentralisasi Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 24
2.3. Kerangka Pemikiran... 26
2.4. Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel... 28
3.1.1. Definisi Operasional... 28
3.1.2. Pengukuran Variabel... 30
3.2. Teknik Pengukuran Sampel ... 31
3.2.1. Populasi ... 31
3.3.1. Sumber Data ... 33
3.3.2. Jenis Data ... 34
3.3.1. Pengumpulan Data ... 34
3.4. Uji Kualitas Data... 35
3.4.1. Uji Validitas ... 35
3.4.2. Uji Reliabilitas... 35
3.4.3. Uji Normalitas ... 36
3.5. Teknik Analisis ... 36
3.5.1. Uji Asumsi Klasik ... 37
3.5.2. Uji Hipotesis ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 41
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan... 41
4.1.2. Lokasi Perusahaan ... 46
4.1.3. Struktur Organisasi... 47
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 54
4.2.1. Tanggapan Responden Tentang Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1)... 55
4.2.2. Tanggapan Responden Tentang Desentralisasi (X2).. ... 56
4.2.3. Tanggapan Responden Tentang Partisipasi Penyusunan Anggaran (Y) ... 57
vi
4.3.2. Uji Reliabilitas... 60
4.3.3. Uji Normalitas ... 61
4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 62
4.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 62
4.4.2. Analisis dan Uji Hipotesis ... 64
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68
4.5.1. Pembahasan dan Implikasi ... 68
4.5.2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan... 71
4.5.3. Keterbatasan Penelitian ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 73
5.2. Saran ... 74
Tabel 1.1 Data Target Anggaran Laba PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo
Tahun 2005-2009 ... 4
Tabel 3.1 Penentuan Nilai Durbin Watson... 38
Tabel 4.1. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1)... 55
Tabel 4.2. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Desentralisasi (X2) ... 56
Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Partisipasi Penyusunan Anggaran (Y) ... 58
Tabel 4.4. Uji Validitas Variabel Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1)... ... 59
Tabel 4.5. Uji Validitas Variabel Desentralisasi (X2)... 59
Tabel 4.6. Uji Validitas Variabel Partisipasi Penyusunan anggaran (Y) ... 60
Tabel 4.7. Uji Reliabilitas... 60
Tabel 4.8. Uji Normalitas... 61
Tabel 4.9. Uji Nilai VIF (Variance Inflation Factor)... 62
Tabel 4.10. Hasil Uji Heteroskedastisitas... 63
Tabel 4.11. Hasil Uji F ... 65
Tabel 4.12. Hasil Uji t... 66
Gambar 2.1. Kerangka Pikir ... 26
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo ... 48
Oleh :
Rizky Kurnia Sari
Abstraksi
Berdasarkan PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo terhadap target anggaran selama 5 tahun terakhir, mulai dari tahun 2005 – 2009 bahwa selama 5 tahun terakhir pencapaian target anggaran kurang sesuai dengan yang diharapkan, dengan selisih laba yang semakin besar setiap tahunnya dan semakin menjauhi dari target laba yang telah dianggarkan oleh perusahaan. Pada tahun 2005 target yang diharapkan sebesar 14.172.000.000 tetapi realisasi yang tercapai sebesar 13.793.282.048. Pada tahun 2006 juga mengalami hal yang sama target yang diharapkan oleh perusahaan sebesar 17.449.000.000 akan tetapi realisasi yang dicapai sebesar 16.772.070.400, selanjutnya pada tahun 2007 target yang diharapkan sebesar 17.661.000.000 tetapi realisasi yang tercapai sebesar 16.964.931.846, selanjutnya pada tahun 2008 target yang diharapkan sebesar 13.165.000.000 tetapi realisasi yang tercapai sebesar 11.969.076.930, dan terakhir pada tahun 2009 juga mengalami penurunan dari target yang diharapkan oleh perusahaan sebesar 15.602.000.000 namun yang terealisasi sebesar 14.184.425.876. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi terhadap partisipasi penyusunan anggaran pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yaitu Manajer & Kepala Bagian pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik pengukuran semantic differential
scale dengan jenjang 1 - 7. Teknik non probability sampling dengan purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Mengenai
kriterianya: responden adalah manajer atau kepala bagian pada level middle dan level low serta ikut dalam penyusunan anggaran. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi (X1), dan desentralisasi (X2) terhadap
partisipasi penyusunan anggaran (Y) di PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo, yang akan diuji dengan menggunakan program SPSS 13.0, dengan analisis persamaan regresi linier berganda dan tingkat signifikansi 5%.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa karakteristik sistem informasi
akuntansi (X1), dan desentralisasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap
partisipasi penyusunan anggaran (Y) di PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo. karakteristik sistem informasi akuntansi (X1) berpengaruh dominan terhadap
partisipasi penyusunan anggaran (Y) di PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo.
Key Words: Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi, Desentralisasi, dan Partisipasi Penyusunan Anggaran
By:
Rizky Kurnia Sari
Abstraction
Based on PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo against budget targets during the last five years, starting from year 2005 to 2009 that over the last five years or less budget targets as expected, the greater the difference in profits every year and getting away from the target profit has been budgeted by companies . In the year 2005 amounted to 14.172 billion expected target, but the realization is reached by 13,793,282,048. In the year 2006 also experienced the same target expected by the company amounted to 17.449 billion will be achieved but the realization of 16,772,070,400, later in the year 2007 amounted to 17.661 billion expected target was achieved but the realization of 16,964,931,846, later in the year 2008 target is expected at 13.165 billion but the realization is reached at 11,969,076,930, and the last in the year 2009 also declined from the target expected by the company amounted to 15.602 billion but that has been realized by 14,184,425,876. This research aims to study the characteristic of accounting information systems and decentralization on budgetary participation in the PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo.
Data used in this research is the primary data is data collected through the questionnaire distributed to respondents, Manager & Head of Section on PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo. Measurement scale used is an interval scale of measurement technique of semantic differential scale with levels 1-7. Non probability sampling technique with the purposive sampling that sample selection based on certain criteria. Regarding the criteria: respondent is a manager or head of the middle level and low level and participate in preparing the budget. The analysis technique used is multiple linear regression used to study the characteristic of accounting information systems (X1), and decentralization (X2) on budgetary participation (Y) in the PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo, which will be tested by using SPSS 13.0, with an analysis of multiple linear regression equation and 5% significance level.
The results show that the characteristics of accounting information systems (X1), and decentralization (X2) significantly affects budgetary participation (Y) in the PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo. characteristics of accounting information systems (X1) dominate the budgetary participation (Y) in the PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo.
Key Words: Characteristics of Accounting Information Systems, Decentralization, and Participation Budgetary
1.1. Latar Belakang Masalah
Suatu informasi keuangan diperlukan sebagai pertimbangan dalam
pengalokasian dana masyarakat. Suatu informasi akan bermanfaat bagi
pemakainya jika informasi tersebut mempunyai kualitas yang baik, demikian
halnya dengan informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan.
Informasi keuangan dapat menunjukkan kinerja serta perubahan posisi keuangan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Kriteria utama informasi akuntansi adalah harus berguna untuk
pengambilan keputusan. Agar dapat berguna, informasi harus mempunyai dua
sifat utama yaitu relevan dan dapat dipercaya (reliability). agar informasi itu
relevan, ada tiga sifat yang harus dipenuhi yaitu mempunyai nilai prediksi,
mempunyai nilai umpan balik (feed back value) dan tepat waktu. informasi yang
dapat dipercaya mempunyai tiga sifat yaitu dapat diperiksa (veriability), netral dan
menyajikan yang seharusnya. Di samping dua sifat utama, relevan dan dapat
dipercaya, informasi akuntansi juga mempunyai dua sifat sekunder yaitu dapat
dibandingkan dan konsisten.
Sistem informasi yang dikembangkan harus mampu memenuhi kebutuhan
akan informasi yang bervariasi, jika informasi yang dihasilkan tidak sesuai dengan
kebutuhan pemakai maka pengembangan sistem informasi tersebut akan sia-sia.
Sebaliknya jika sistem informasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan
pemakai, maka pemakai akan merasa kebutuhannya akan informasi yang
berkualitas dapat terpenuhi, dan dengan informasi yang berkualitas tersebut pihak
manajemen mampu menjalankan tugasnya dalam hal pengambilan
keputusan-keputusan penting yang berkenaan dengan pencapaian tujuan perusahan. Jika hal
ini dapat tercapai maka bisa dikatakan bahwa tujuan dari pengembangan sistem
informasi tersebut dapat tercapai pula. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa salah satu indikator keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah
kepuasan pemakai (users).
Keterlibatan pemakai sangat dibutuhkan dalam proses pengembangan
sistem informasi, karena akan berpengaruh kepada keberhasilan pengembangan
sistem informasi. Keterlibatan pemakai yang dimaksud adalah interfensi personal
yang nyata atau aktifitas pemakai dalam pengembangan sistem informasi, mulai
dari tahap perencanaan, pengembangan sampai tahap implementasi sistem
informasi. Dengan adanya keterlibatan pemakai ini diharapkan dapat memperbaiki
kualitas sistem informasi yang dihasilkan karena kebutuhan informasi pemakai
dinilai lebih lengkap dan akurat.
Fungsi sistem informasi akuntansi dalam suatu organisasi adalah sebagai
alat bantu pencapaian tujuan melalui penyediaan informasi. Peranan teknologi
dalam suatu sistem informasi akuntansi, pada intinya sebagai pengganti tenaga
kerja manusia, dan manusia sebagai penentu keputusan.suatu bentuk sistem
informasi akuntansi yang ideal adalah suatu lingkungan kerja dimana mesin-mesin
yang dibutuhkan sebagai pertimbangan manajemen puncak untuk mengambil
keputusan-keputusan yang tepat. Keberhasilan pengembangan sistem informasi
akuntansi tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sistem informasi akuntansi
tersebut dapat memproses informasi dengan baik. Karena walaupun secara teknis
sistem tersebut brilliant belum dapat dikatakan berhasil, jika pemakai sistern tidak
dapat menerimanya atau bahkan menurunkan semangat kerja pemakainya.
Setiap perusahaan merupakan tempat berkumpulnya berbagai jenis
informasi yang mempengaruhi manajemen. Termasuk PG. Watoetoelis memiliki
sistem informasi akuntansi untuk manajemen. Karena itu manajemen puncak
memegang peranan penting dalam setiap tahap siklus pengembangan sistem
informasi akuntansi yang meliputi perencanaan, perancangan dan implementasi.
Manjemen puncak juga memiliki kekuatan dan pengaruh untuk
mensosialisasikan pengembangan sistem informasi akuntansi yang
memungkinkan karyawan untuk terlibat dalam setiap tahap pengembangan sistem
informasi akuntansi dan ini akan berpengaruh terhadap kepuasan pemakai.
Apabila pengembangan sistem informasi akuntansi telah sesuai dengan keinginan
mereka maka, hal ini akan mengakibatkan pengaruh yang positif terhadap
kemajuan perusahaan. Selain partisipasi karyawan, dalam pengembangan sistem
informasi akuntansi akan meningkat dengan adanya dukungan manajemen
puncak.
PG. Watoetoelis merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara, yang
mempunyai banyak tujuan dalam menjalankan misinya sebagai wahana
BUMN dituntut juga untuk dapat menyediakan barang-barang yang bermutu
dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas, apalagi dalam hal ini
produk yang dihasilkan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat yaitu gula.
Untuk bisa bersaing dengan industri sejenis agar dapat mengembangkan
kelangsungan hidup perusahaan, sehingga dapat mencapai laba sesuai dengan
yang diharapkan. Hal ini menuntut adanya pengelolaan kegiatan manajemen
perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip efisien dengan memperhatikan azas-azas
ekonomi perusahaan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk bisa
mencapai hasil yang diharapkan maka perusahaan harus melibatkan seluruh staff,
karyawan, dan pimpinan untuk berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan dan
strategi perusahaan.
Adapun data PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo terhadap target anggaran
selama 5 tahun terakhir, mulai dari tahun 2005 - 2009 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1.
Data Target Anggaran Laba PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo Tahun 2005 sampai Tahun 2009
Tahun Target
2005 14.172.000.000 13.793.282.048 378.717.952
2006 17.449.000.000 16.772.070.400 676.929.600
2007 17.661.000.000 16.964.931.846 696.068.154
2008 13.165.000.000 11.969.076.930 1.195.923.070
2009 15.602.000.000 14.184.425.876 1.417.574.124
Sumber : PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo, tahun 2010
Dari tabel 1.1, dapat diketahui bahwa selama 5 tahun terakhir pencapaian
semakin besar setiap tahunnya dan semakin menjauhi dari target laba yang telah
dianggarkan oleh perusahaan. Hal ini menimbulkan adanya gap antara target laba
yang dianggarkan dengan realisasi laba yang ada dalam perusahaan.
Pada kenyataannya pengembangan sistem yang dilakukan PG. Watoetoelis
Krian Sidoarjo terjadi permasalahan pada keterlibatan pengguna sistem informasi
(bagian administrasi dan keuangan) yang minimum dalam pengembangan sistem
informasi, diakibatkan banyaknya tugas pekerjaan harus diselesaikan. Walaupun
dukungan manajemen puncak dalam pengembangan sistem baik, tetapi dukungan
yang diberikan masih belum membuat keterlibatan dari pengguna sistem
informasi tersebut dalam memberikan informasi yang tepat waktu dan akurat, dan
hal ini akan berakibat pada kualitas penyusunan anggaran dalam perusahaan.
Atas dasar latar belakang permasalahan tersebut diatas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Karakteristik Sistem
Informasi Akuntansi Dan Desentralisasi Terhadap Partisipasi Penyusunan
Anggaran Pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas studi ini bertujuan untuk
meneliti:
1. Apakah karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi
mempunyai pengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran ?
2. Manakah dari variabel karakteristik sistem informasi akuntansi dan
desentralisasi yang mempunyai pengaruh dominan terhadap partisipasi
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka studi ini bertujuan untuk
meneliti:
1. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris apakah karakteristik
informasi sistem akuntansi dan desentralisasi mempunyai pengaruh terhadap
partisipasi penyusunan anggaran.
2. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris manakah dari variabel
karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap partisipasi penyusunan anggaran
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Bagi Perusahaan
Saran-saran dan kesimpulan yang diambil merupakan sumbangan pemikiran
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan di masa
yang akan datang.
2. Bagi Peneliti
Sebagai langkah kongkrit penerapan ilmu berdasarkan teori yang selama ini
didapat peneliti ke dalam praktek pada perusahaan.
3. Bagi Penelitian lain
Sebagai bahan pertimbangan atau menambah wawasan tentang yang berminat
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh:
1. Juniarti dan Evelyne (2003) dengan judul “Hubungan Karakteristik Informasi
Yang Dihasilkan Oleh Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap
Kinerja Manajerial Pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur Di Jawa
Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara karakteristik
informasi dan kinerja manajerial. Indikator untuk mengukur karakteristik
informasi adalah broadscope, agregasi, integrasi dan timeliness, sedangkan
kinerja manajerial diwakili dengan faktor kemampuan manajer dalam
membuat perencanaan, mencapai target dan melakukan kiprahnya diluar
perusahaan. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang
bergerak dibidang manufaktur yang ada di Jawa Timur. Menurut data Biro
Pusat Statistik Surabaya, jumlah perusahaan berukuran besar dan sedang di
Jawa Timur pada tahun 2000 sebanyak 530 perusahaan. Besar kecilnya
ukuran perusahaan dilihat dari struktur modal. Penelitian ini menggunakan
teknik sampling simple random sampling. Jumlah sampel yang terjaring
dengan menggunakan teknik sampling tersebut sebanyak 225 perusahaan
manufaktur. Skala pengukuran yang digunakan untuk data penelitian
menggunakan skala ordinal (1 – 5). Hasil penelitian ini secara umum
2. Winda Arum Hapsari dan Murtanto (2005) dengan judul “Pengaruh
Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan
Desentralisasi Dan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Sebagai
Variabel Moderating”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan ada
atau tidaknya korelasi antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja
manajerial dengan desentralisasi dan karakteristik informasi sistem akuntansi
manajemen sebagai variabel moderating. Populasi yang dipilih dalam
penelitian ini adalah manajer atau kepala bagian dalam perusahaan
manufaktur dan jasa yang berlokasi di wilayah Jakarta (Jakarta Pusat, Jakarta
Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur) dan Tangerang. Manajer
fungsional/menengah (seperti: manajer pemasaran, manajer penjualan,
manajer produksi, manajer operasional) dijadikan sebagai subyek penelitian
karena mereka berperan penting didalam pengambilan keputusan serta
memiliki bawahan dan atasan. Alasan lain manajer fungsional dijadikan
subyek penelitian adalah manajer menengah (fungsional) lebih mengetahui
keadaan sebenarnya, sehingga persepsi mereka lebih bervariasi dan sesuai
dengan keadaan sebenarnya. Subyek penelitian diseleksi dari daftar wajib
pajak pada Direktorat Jenderal Pajak atas perusahaan-perusahaan yang
kemudahan (Convenience Sampling). Elemen populasi yang dipilih sebagai
subyek sampel adalah tidak terbatas, sehingga penulis bebas memilih sampel
yang paling mudah dan cepat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1)
Interaksi antara variabel partisipasi penyusunan anggaran dengan
desentralisasi akan menurunkan kinerja manajerial. 2) Pada tingkat
desentralisasi yang tinggi, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran
terhadap kinerja manajerial akan rendah, sebaliknya pada tingkat
desentralisasi yang rendah, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran
terhadap kinerja manajerial akan tinggi. 3) Interaksi antara variabel partisipasi
penyusunan anggaran dengan karakteristik informasi sistem akuntansi
manajemen akan menurunkan kinerja manajerial, dan 4) Pada tingkat
ketersediaan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen tinggi,
pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan
rendah, sebaliknya pada tingkat ketersediaan karakteristik informasi sistem
akuntansi manajemen rendah, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran
terhadap kinerja manajerial akan tinggi
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi 2.2.1.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Pada dasarnya akuntansi merupakan penyedia informasi, sehingga
menurut Kieso dan Weygandt (2002 : 2) akuntansi didefinisikan sebagai proses
tentang entitas ekonomi kepada pemakai yang berkepentingan. Oleh sebab itu
akuntansi memegang peranan penting dimana menurut Warren dan Fress (2005 :
10), akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
Dari definisi akuntansi diatas, maka disimpulkan bahwa akuntansi merupakan
proses pengolahan informasi yang berkaitan dengan kesatuan ekonomi yang
bersifat kuantitatif yang dapat menjadi dasar bagi pihak ekstern dan intern untuk
mengambil keputusan. Sehingga akuntansi disebut sebagai bahasa perusahaan,
karena melalui akuntansi perusahaan dikomukasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan orang-orang akan mengambil tindakan berdasarkan laporan
tersebut.
Bagian akuntansi yang behubungan dengan kebutuhan informasi para
pemakai ekstern dikenal dengan sebutan akuntansi keuangan. Sedangkan pemakai
intern yang cukup banyak dan bervariasi, tetapi kebutuhan informasi akuntansi
benar-benar mencerminkan suatu tujuan yang biasa yaitu untuk mencapai nilai
ekonomis (laba) perusahaan semaksimal mungkin (Barry E. Cushing, 1983 : 6).
Menurut Bordnar dan Hopword (Halim, 1994 : 31), sistem informasi
akuntansi adalah kumpulan dari sumber-sumber, seperti orang dan peralatan yang
dirancang untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi kemudian
dikomunikasikan kepada para pembuat keputusan.
sistem informasi akuntansi hanya mencakup jenis data dan informasi
manajemen didalam organisasi. Kita dapat mengidentifikasikan dua jenis
informasi dimana sistem informasi akuntansi terutama lebih banyak terlibat, yaitu:
1. Informasi keuangan.
2. Informasi yang timbul dari pengolahan data transaksi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang menerima data kemudian
mengolahnya sehingga menghasilkan informasi yang berupa laporan
keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi
pada dasarnya ditujukan pada pihak intern dan pihak ekstern.
2.2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Informasi Akuntansi
Terdapat berbagai faktor di dalam menyusun sistem informasi akuntansi.
Faktor-faktor antara lain adalah perilaku manusia dalam organisasi, pengguna
metode kuantitatif, dan juga pengguna komputer sebagai alat bantu.
Perilaku manusia dalam organisasi perlu dipertimbangkan dalam
menyusun sistem informasi akuntansi karena sistem informasi itu tidak mungkin
berjalan tanpa manusia.
Dengan metode kuantitatif, informasi yang dihasilkan menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan oleh manajemen akan lebih terarah, sehingga keputusan
yang dibuat akan lebih efektif.
2.2.1.3. Jenis Sistem Informasi
Istilah sistem informasi menganjurkan menganjurkan penggunaan
pengguna. Sistem informasi berbasis komputer merupakan sekelompok perangkat
keras dan lunak yang dirancang untuk mengubah data menjadi informasi yang
bermanfaat.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2006 : 6) terdapat beberapa jenis sistem
informasi berbasis komputer, yaitu :
1. Pengolahan Data Elektronik (Electronic Data Processing (EDP)) adalah
pemanfaatan teknologi komputer untuk melakukan pengolahan data dan
transaksi-transaksi dalam suatu organisasi atau disebut juga aplikasi akuntansi
paling dasar dalam setiap organisasi.
2. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah penggunaan teknologi komputer
untuk menyediakan informasi informasi bagi pengambilan keputusan para
manajer.
3. Sistem Pendukung Keputusan (Decission Support System (DSS)). Dalam
sistem mendukung keputusan,data yang diproses ke dalam format
pengambilan bagi kepentingan pemakai akhir, yang mensyaratkan pengguna
model-model keputusan dan basis data khusus serta benar-benar terpisah dari
sistem pengolahan data.
4. Sistem Pakar (Expert System (ES)) adalah sistem informasi basis
pengetahuan yang memanfaatkan pengetahuannya tentang bidang aplikasi
tertentu untuk bertindak seperti seorang konsultan ahli bagi pemakainya.
5. Sistem Informasi Eksekutif (Information Executive System (EIS)), dibuat
akses yang mudah untuk memilih informasi yang telah diproses oleh sistem
informasi organisasi manajemen puncak.
6. Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem berbasis komputer yang dirancang
untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi guna mencakup
siklus-siklus pemrosesan transaksi.
2.2.1.4. Tujuan Sistem Informasi
Menurut Wilkinson (1993: 8) sistem informasi dalam dunia bisnis dan
pemerintahan mempunyai tiga tujuan, antara lain :
1. Menyajikan informasi guna mendukung operasi harian.
2. Menyajikan informasi guna mendukung pengambilan keputusan.
3. Menyajikan informasi yang berkenan dengan kepengurusan.
Dua tujuan pertama menyangkut kepentingan pengguna internal dan
eksternal, sedangkan yang ketiga hanya untuk pihak eksternal hampir semua
informasi yang diperlukan oleh dua tujuan terakhir yang merupakan data
transaksi yang diolah, sementara untuk tujuan pertama hanya sebagian.
2.2.1.5. Kualitas Sistem Informasi Akuntansi
Karakteristik kualitas sistem informasi akuntansi menurut Jogiyanto
(2000 : 30), meliputi :
1. Keakuratan, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak
menyesatkan.
2. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang dari penerima tidak
3. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.
Bahwa kualitas suatu informasi ditentukan oleh keakuratannya,tepat
waktu dan relevan. Keakuratan informasi berhubungan dengan pengukuran
terhadap ketepatan (kebenaran) informasi tersebut yang mencerminkan
realitisnya. Informasi yang tepat waktu, apabila informasi tersebut tersedia sesuai
dengan kebutuhan dalam pengambilan keputusan. Umumnya suatu laporan
penyajian informasi secara singkat pada hal-hal yang penting saja, tetapi rincian
dari informasi tersebut disajikan dalam uraiannya.
2.2.1.6. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi
Nazaruddin (1998:146) karakteristik sistem informasi akuntansi yang bermanfaat
menurut persepsi para manajerial yaitu terdiri dari :
1. Informasi Broad Scope Sistem Akuntansi
Informasi broad scope memberikan informasi tentang faktor-faktor eksternal
maupun internal perusahaan, informasi non ekonomi, ekonomi, estimasi
kejadian yang mungkin terjadi dimasa akan datang, informasi yang
berhubungan dengan aspek-aspek lingkungan Chenhall dan Morris (1986)
dalam Nazaruddin (1998:146)
Menurut Gordon dan Narayana (1984) dalam Nazaruddin (1998:146) (2002)
broad scope mempunyai tiga dimensi yaitu :
1. Fokus.
Adalah informasi yang berkenaan dengan informasi yang berasal dari
2. Kuantifikasi.
Adalah yang berkenaan dengan keuangan dan bukan keuangan.
3. Ufuk waktu (time horizon).
Adalah berkaitan dengan informasi yang akan datang.
2. Timeliness Sistem Akuntansi
Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara permohonan informasi
dengan penyajian informasi yang diinginkan serta frekuensi pelaporan
informasi. Informasi tepat waktu akan mempengaruhi kemampuan manajer
dalam merespon setiap kejadian atau permasalahan. Apabila informasi itu
tidak disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut
akan kehilangan nilai didalam mempengaruhi kualitas keputusan. Informasi
tepat waktu juga akan mendukung manajer menghadapi ketidak pastian yang
terjadi dalam lingkungan kerja mereka (Amey, 1979; Gordon dan Arayana,
1984) dalam Nazaruddin (1998:146).
3. Informasi Aggregation Sistem Akuntansi
Informasi agregasi merupakan informasi yang memperhatikan penerapan
bentuk kebijakan formal. Menurut Iselin (1988) dalam Nazaruddin
(1998:147) informasi agregasi perlu dalam organisasi karena dapat mencegah
kemungkinan terjadinya overload informasi. Informasi yang teragregasi
dengan tepat akan memberi masukan penting dalam proses pengambilan
keputusan, karena waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi informasi
yang lebih sedikit dibandingkan dengan informasi tak terorganisir atau
4. Integrasi Sistem Akuntansi
Informasi integrasi mencakup aspek seperti ketentuan target atau aktivitas
yang dihitung dari proses interaksi antara sub-unit dalam organisasi.
Kompleksitas dan saling terkaitan ataupun tergantungan sub-unit satu dengan
sub-unit yang lainnya akan tercerminkan dalam informasi integrasi (Ferrara,
1964) dalam Nazaruddin (1998:147)
2.2.2. Desentralisasi
2.2.2.1.Pengertian Desentralisasi
Adanya kondisi desentralisasi para manajer memiliki peran lebih besar
dalam pembuatan keputusan dan pengimplementasiannya, serta lebih
bertanggungjawab terhadap aktivitas unit yang dipimpinnya. Desentralisasi
(decentralization) adalah praktek pendelegasian wewenang pengambilan
keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. (Mowen, 2000: 64).
Sedangkan menurut Heller dan Yulk (1969) dalam jurnal Nazaruddin
(1998) menyatakan bahwa desentralisasi merupakan pendelegasian wewenang dan
tanggungjawab kepada para manajer. Tingkat pendelegasian itu sendiri
menunjukkan sampai seberapa jauh manajemen yang lebih tinggi mengizinkan
manajemen yang lebih rendah untuk membuat kebijakan secara independen.
Dua pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa desentralisasi merupakan
pelimpahan atau pendelegasian wewenang dalam kaitannya dengan otoritas
manajer yang lebih rendah. Struktur organisasi yang desentralisasi terdapat kadar
wewenang baik kepada manajer menengah maupun manajer bawah.
2.2.2.2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Desentralisasi
Desentralisasi mempunyai nilai jika dapat membantu organisasi mencapai
tujuannya dengan efisien. Penentuan derajat desentralisasi sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut (Handoko, 1992 : 229)
1. Filsafat Manajemen
Banyak manajer puncak yang sangat otokratik dan menginginkan
pengawasan pusat yang kuat. Hal ini akan mempengaruhi kesediaan
manajemen untuk mendelegasikan wewenangnya.
2. Ukuran dan Tingkat Pertumbuhan Organisasi
Organisasi tidak mungkin efisien bila semua wewenang pembuatan keputusan
ada pada satu atau beberapa manajer puncak saja. Suatu organisasi yang
tumbuh semakin besar dan kompleks, ada kecenderungan untuk
meningkatkan desentralisasi. Begitu juga, tingkat pertumbuhan yang semakin
cepat memaksa manajemen untuk meningkatkan delegasi wewenangnya.
3. Strategi dan Lingkungan Organisasi
Strategi organisasi akan mempengaruhi tipe pasar, lingkungan teknologi dan
persaingan yang harus dihadapinya, sehingga akan mempengaruhi derajat
4. Penyebaran Geografis Organisasi
Pada umumnya, semakin menyebar satuan-satuan organisasi secara geografis,
organisasi akan cenderung melakukan desentralisasi, karena pembuatan
keputusan akan lebih sesuai dengan kondisi lokal masing-masing.
5. Tersedianya Peralatan Pengawasan yang Efektif
Organisasi yang kekurangan peralatan-peralatan efektif untuk melakukan
pengawasan satuan-satuan tingkat bawah akan cenderung melakukan
sentralisasi bila manajemen tidak dapat dengan mudah memonitor
pelaksanaan kerja bawahannya.
6. Kualitas Manajer
Desentralisasi memerlukan lebih banyak manajer-manajer yang berkualitas,
karena mereka harus membuat keputusan sendiri.
7. Keanekaragaman Produk dan Jasa
Makin beraneka ragam produk dan jasa yang ditawarkan organisasi
cenderung melakukan desentralisasi dan sebaliknya semakin tidak beraneka
ragam, lebih cenderung sentralisasi.
8. Karakteristik-Karakteristik Organisasi Lainnya
Karakteristik-karakteristik organisasi lainnya, seperti biaya dan resiko yang
berhubungan dengan pembuatan keputusan, sejarah pertumbuhan organisasi,
2.2.2.3. Kelebihan Desentralisasi
Menurut Madura (2001: 257), keuntungan struktur organsiasi yang
terdesentralisasi mampu meningkatkan kinerja perusahaan, karena:
1. Desentralisasi menurunkan biaya operasi karena gaji beberapa karyawan yang
tidak diperlukan lagi dapat dihapus.
2. Mempercepat proses pembuatan keputusan, karena para karyawan ditingkat
yang lebih bawah diberi lebih banyak kekuasaan.
3. Memotivasi beberapa karyawan dengan memberikan lebih banyak
tanggungjawab kepada mereka.
4. Memungkinkan para karyawan yang sangat terlibat dalam produksi produk
tertentu memberikan masukkan mereka.
2.2.2.4. Kelemahan Desentralisasi
Desentralisasi juga memiliki kelemahan, menurut Madura (2001:257)
kelemahan-kelemahan desentralisasi antara lain sebagai berikut :
1. Memaksa para manajer membuat keputusan besar, meskipun mereka tidak
memiliki pengalaman untuk membuat keputusan.
2. Jika para manajer menengah dan pengawas diberi tanggungjawab yang besar,
2.2.3. Partisipasi Penyusunan Anggaran 2.2.3.1.Pengertian Anggaran
Anggaran adalah pernyataan-pernyataan dalam kuantitas yang dinyatakan
secara formal, disusun secara sistematis dinyatakan dalam unit moneter dan
berlaku untuk jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang (Bustami dan
Nurlela, 2006:1).
Anggaran merupakan hal penting untuk perencanaan dan pengendalian
jangka pendek yang efektif dalam organisasi (Anthony dan Govindarajan,
2004:73).
2.2.3.2.Fungsi Anggaran
Anggaran yang disusun dan digunakan dalam perusahaan mempunyai
peranan penting terutama untuk tindakan perbaikan. Berkaitan dengan hal ini
anggaran mempunyai fungsi sebagai berikut (Bustami dan Nurlela, 2006:2) :
1. Menilai program, strategi, sasaran serta tujuan yang telah disusun
sebelumnya.
2. Menentukan wewenang dan tanggung jawab setiap pusat
pertanggungjawaban.
3. Mengharuskan setiap pusat pertanggungjawaban untuk mengadakan
koordinasi.
2.2.3.3.Manfaat Penyusunan Anggaran
Beberapa manfaat penyusunan anggaran menurut (Bustami dan Nurlela,
2006:2), yaitu :
1. Pedoman Kerja
Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta
sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan
perusahaan diwaktu yang akan datang.
2. Pengkoordinasian Kerja
Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja semua lini
yang terdapat dalam perusahaan agar dapat saling mendukung dan
menunjang, saling kerjasama dengan baik sehingga dapat menuju ke sasaran
yang telah ditetapkan.
3. Memberi Harapan
Anggaran memberikan arah pasti, yang merupakan kerangka kerja terbaik
untuk bisa menilai prestasi kerja.
4. Pengawasan Kerja
Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk
menilai realisasi kegiatan-kegiatan perusahaan. Dengan membandingkan
antara apa yang tertuang pada anggaran dengan apa yang telah terealisasi,
dapat dilakukan penilaian apakah perusahaan berhasil atau tidak berhasil.
2.2.3.4.Partisipasi Anggaran
Menurut Keith Davis (1996 : 179) partisipasi adalah keterlibatan mental dan
memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab
dalam pencapaian tujuan itu.
Sedangkan menurut Anthony (2003 : 14) partisipasi anggaran adalah proses
dimana pembuat anggaran ikut terlibat dan mempunyai pengaruh dalam
penentuan besar anggaran.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
partisipasi merupakan keterlibatan individu dalam situasi kelompok yang bersifat
mental dan emosional, bukan sekedar aktivitas fisik. Partisipasi memotivasi
orang-orang untuk memberikan kontribusi terhadap tujuan organisasi. Mereka
diberikan kesempatan untuk mengajukan inisiatif dan kreatifitas mereka sendiri.
Selanjutnya mereka terlibat secara pribadi sehingga akan mendorong untuk
menerima tanggung jawab dalam setiap aktivitas untuk mencapai tujuan
2.2.3.5. Partisipasi Penyusunan Anggaran
Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua
pihak atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pembuat keputusan
tersebut. Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan manajer
operasional dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai
rangkaian kegiatan dimasa yang akan datang yang akan ditempuh oleh manajer
operasional dalam pencapaian sasaran anggaran. Tingkat partisipasi manajer
operasional dalam penyusunan anggaran akan mendorong moral kerja yang tinggi
dan inisiatif para manajer. Moral kerja yang tinggi merupakan kepuasan seseorang
seberapa besar seseorang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari
organisasi (Mulyadi, 2001 : 513).
Sedangkan Hansen dan Mowen (1997 : 372) menterjemahkan bahwa
partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan melibatkan seluruh tingkat
manajemen mempunyai pengaruh yang positif terhadap pencapaian tujuan
perusahaan, karena jika sistem partisipasi tersebut berjalan dengan baik, maka
pelaksanaan akan mempunyai anggapan bahwa di dalam anggaran tercantum pula
tujuan mereka, menimbulkan minat, semangat dan inisiatif para pelaksananya.
Partisipasi penyusunan anggaran sangat menguntungkan untuk pemusatan
tanggung jawab dalam pelaksanaan secara dinamis dan dalam lingkungan yang
tidak pasti karena manajer yang bertugas pada pemusatan tanggung jawab
memungkinkan untuk mempunyai informasi terbaik tentang variabel yang dapat
mempengaruhi pemasukan dan pengeluaran mereka (Anthony, 2003 : 14).
2.2.4. Pengaruh Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran
Sistem informasi akuntansi yang merupakan bagian dari sistem
pengendalian organisasi, antara lain berfungsi sebagai sumber penting yang
membantu manajemen mengendalikan aktivitasnya serta mengurangi
ketidakpastian lingkungan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Pada
perusahaan-perusahaan,sistem informasi akuntansi digunakan sebagai dasar dalam
pembuatan anggaran pada setiap pusat pertanggungjawaban pada kegiatan
perencanaan dan pengendalian. Dimana anggaran tersebut digunakan sebagai
manajer memiliki informasi yang dapat mendukung mereka dalam berpartisipasi
pada proses penyusunan anggaran, semakin baik kinerja manajerial yang akan
dihasilkan apalagi pada kondisi saat ini dengan ketidakpastian lingkungan yang
tinggi, ketersediaaan informasi sangat dibutuhkan. (Hapsari dan Murtanto, 2005;
7)
2.2.5. Pengaruh Desentralisasi Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran
Perusahaan yang ter-desentralisasi berarti bahwa wewenang terbagi di
antara berbagai divisi atau para manajer. Pelimpahan wewenang dapat
meningkatkan moral dari para karyawan, yang mungkin akan lebih bersemangat
jika mereka diberi tanggungjawab yang lebih besar. Sebagai tambahan, para
manajer ini menjadi lebih berpengalaman dalam mengambil keputusan.
Desentralisasi dapat bermanfaat untuk mempercepat proses pembuatan
keputusan-keputusan dibuat lebih cepat jika para pembuat keputusan-keputusan tidak diwajibkan
menunggu persetujuan dari para manajer puncak (Madura, 2001: 256)
Menurut teori of the corporation yang dikemukakan oleh Drucker (1946)
dalam Hasibuan (1999: 81) mengemukakan tiga rancangan yaitu:
1. Struktur itu di organisasi demi prestasi perusahaan, jadi yang merupakan
kriteria adalah pencapaian tujuan yang tepat.
2. Struktur itu seharusnya terdiri dari tingkatan-tingkatan manajemen yang
jumlahnya sedikit mungkin, maksudnya agar ada jaminan untuk kelugasan,
3. Harus ada peluang untuk pendidikan, pelatihan dan pengujian manajer
puncak masa depan yaitu untuk memberikan tanggung jawab kepada manajer
yang masih muda untuk menjabat suatu kedudukan yang bila terjadi
kegagalan tidak membahayakan perusahaan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi
dengan memberikan kewenangan demi tercapai tujuan dapat meningkatkan moral
dari para karyawan, yang mungkin akan lebih bersemangat jika mereka diberi
tanggungjawab yang lebih besar
2.3. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti, maka dapat diambil beberapa premis yng
kemudian dari premis-premis tersebut akan disimpulkan sehingga dapat dijadikan
hipotesis. Premis-premis tersebut adalah
Premis 1 : Pada perusahaan-perusahaan, karakteristik sistem informasi akuntansi
digunakan sebagai dasar dalam pembuatan anggaran pada setiap pusat
pertanggungjawaban pada kegiatan perencanaan dan pengendalian
(Hapsari dan Murtanto, 2005; 7)
Berdasarkan premis-premis diatas dapat digambarkan kerangka pikir
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi
(X1)
Desentralisasi (X2)
Partisipasi Penyusunan Anggaran
(Y)
2.4. Hipotesis
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
H1 : Diduga karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi
berpengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran
H2 : Diduga karakteristik sistem informasi akuntansi berpengaruh dominan
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Di dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat (Y) yaitu partisipasi
penyusunan anggaran dan dua variabel bebas (X) yaitu karakteristik sistem
informasi akuntansi (X1), desentralisasi (X2).
Demikian penjelasan dari variabel-variabel tersebut :
1. Variabel terikat (Y), yaitu Partisipasi Penyusunan Anggaran.
adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi
kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada
tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab pencapaian tujuan itu (Keith
Davis, 1996: 179). Partisipasi penyusunan anggaran diukur dengan
menggunakan instrumen sebagai berikut:
- Dalam partisipasi menyusun anggaran responden terlibat didalamnya dan
mempunyai rasa ikut tanggung jawab
- Responden selalu ikut berperan dalam penyusunan anggaran
- Dalam partisipasi penyusunan anggaran ide, gagasan atau saran dari
responden menjadi suatu pertimbangan
- Responden merasa ikut bertanggung jawab memiliki keputusan mengenai
anggaran yang telah tersusun
- Atasan responden sering meminta pendapat atau usulan ketika anggaran
disusun
2. Variabel bebas terdiri dari :
a. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1)
Menurut Chenhall dan Morris (1986) karakteristik sistem informasi
akuntansi merupakan ketersediaan sistem informasi akuntansi.
Karakteristik sistem informasi akuntansi diukur dengan menggunakan
instrumen sebagai berikut:
- Informasi yang responden terima dapat mempengaruhi faktor internal
maupun eksternal perusahaan
- Informasi yang responden terima dapat mendukung kemampuan kinerja
dapat meningkatkan fungsi, tugas dan tanggung jawab serta fungsi
kontrol
- Informasi yang responden terima datang tepat waktu dan tersedia
dengan cepat
- Informasi yang responden terima akan mempengaruhi kemampuan
responden dapat mengambil keputusan setiap kejadian dan
permasalahan.
- Informasi yang responden terima selalu berbentuk data tertulis
b. Desentralisasi (X2)
Yaitu praktek pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada
jenjang yang lebih rendah. (Mowen, 2000: 64). Desentralisasi diukur
- Atasan responden memberikan kesempatan kepada Bpk/Ibu untuk
menduduki suatu jabatan lebih tinggi yang ada dalam perusahaan
- Atasan responden memberikan wewenang untuk kemajuan perusahaan
yang responden pimpin
- Atasan responden memberikan kesempatan kepada Bpk/Ibu untuk
mengembangkan ide atau gagasan yang dapat membawa kemajuan bagi
perusahaan
- Atasan responden memberikan kesempatan kepada responden untuk
mengembangkan ide atau gagasan yang dapat membawa kemajuan bagi
perusahaan
- Saran responden atau masukan dari karyawan berkaitan dengan
pekerjaan selalu mendapat perhatian pimpinan
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala yang digunakan yaitu dengan menggunakan skala interval (interval
scale) dengan pertanyaan yang telah di distribusikan untuk variabel karakteristik
sistem informasi akuntansi (X1), variabel desentralisasi (X2), dan variabel
partisipasi penyusunan anggaran (Y). Skala interval digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau
gejala sosial (Riduwan,2003: 12). Sedangkan teknik pengukuran skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala semantic differensial (semantic
(dua kutub) (Riduwan,2003: 12). Yang mempunyai skala 7 pola dengan pola
sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Sangat setuju Sangat tidak
setuju
Nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat setuju dengan sangat tidak
setuju maka dari itu, jawaban dengan nilai1-3 cenderung sangat tidak setuju
dengan pertanyaan yang diberikan sedangkan dengan jawaban yang diberikan
pertanyaan antara 5-7 berarti cenderung sangat setuju dengan pertanyaan yang
diberikan.
3.2. Teknik Pengukuran Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:80).
Populasi dalam penelitian ini adalah para Manajer & Kepala Bagian pada
PG. Watoetoelis yang berjumlah 36 orang yang terdiri dari :
1. Administratur : 1 orang
2. Bagian Keuangan : 1 orang
a. Hak Umum : 4 orang
b. Perencanaan/Pengawasan : 3 orang
c. Pembukuan : 1 orang
3. Bagian Instalisasi : 10 orang
4. Bagian Pengolahan : 1 orang
a. Ketel Pemurnian : 1 orang
b. Penguapan Masakan Limbah : 1 orang
c. Putaran Timbangan Gd. Gula : 1 orang
d. Laboratorium : 1 orang
5. Bagian Tanaman : 1 orang
a. SKK Lahan Historis : 2 orang
b. Lahan SKK Pengembangan : 1 orang
c. SKK Litbang : 1 orang
d. SKK Tebang Angkut : 3 orang
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008:80).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling (pengambilan sampel secara tidak acak)¸tepatnya purposive sampling
yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008:85).
Mengenai kriterianya adalah manajer atau kepala bagian pada level Middle dan
level Low yang ikut serta dalam penyusunan anggaran dengan masa jabatan lima
tahun.
Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berjumlah 25
1. Bagian Keuangan : 1 orang
a. Hak Umum : 1 orang
b. Perencanaan/Pengawasan : 1 orang
c. Pembukuan : 1 orang
d. Sekretaris Umum (Sekum) : 1 orang
2. Bagian Instalisasi : 10 orang
3. Bagian Pengolahan : 1 orang
a. Ketel Pemurnian : 1 orang
b. Penguapan Masakan Limbah : 1 orang
c. Putaran Timbangan Gd. Gula : 1 orang
d. Laboratorium : 1 orang
4. Bagian Tanaman : 1 orang
a. SKK Lahan Historis : 1 orang
b. Lahan SKK Pengembangan : 1 orang
c. SKK Litbang : 1 orang
d. SKK Tebang Angkut : 1 orang
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari PG. Watoetoelis
3.3.2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Data Primer
Data yang langsung diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner
yang diberikan sendiri kepada responden yang berkaitan dengan variabel
penelitian.
b. Data Sekunder
Data yang sudah disusun perusahaan yang pada umumnya memberikan
gambaran umum tentang perusahaan contoh : struktur organisasi, sejarah
perusahaan dan lokasi perusahaan.
3.3.3. Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Meminjam data dari catatan-catatan serta arsip lain yang dibuat
perusahaan yang ada relevansinya dengan pokok permasalahan.
b. Interview (wawancara)
Interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara Tanya jawab dan bertatap muka secara langsung antara
pewawancara dengan yang diwawancarai (responden).
c. Kuesioner
Kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberi
3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur dari kuesioner tersebut
(Ghozali, 2001 : 135). Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan
mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor total variabel (Ghozali,
2001 : 135).
Menurut Azwar (2003 : 157-158), koefisien validitas itu kurang daripada
0,30 biasanya dianggap sebagai tidak memuaskan. Angka ini ditetapkan sebagai
konvensi yang didasarkan pada asumsi distribusi skor dari kelompok subyek yang
berjumlah besar. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
- Jika nilai rhitung 0,30 berarti pernyataan valid
- Jika nilai rhitung < 0,30 berarti pernyataan tidak valid
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2001 : 132). kriteria pengujian
sebagai berikut :
- Jika nilai alpha ≥ 0,60 berarti pernyataan reliabel
3.4.3. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti
sebaran normal atau tidak dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya
metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2004 : 40).
a. Hipotesis :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
b. Daerah Keputusan :
Tingkat signifikan > 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak
Tingkat signifikan < 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima
...(Ghozali, 2002 : 36)
3.5. Teknik Analisis
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh
karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi terhadap partisipasi
penyusunan anggaran pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo, maka teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda.
Y = o + 1X1+ 2X2 + e …...(Anonim, 2003 : L21)
Keterangan :
Y = Partisipasi Penyusunan Anggaran
X1 = Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi
0 = Konstanta
1, 2 = Koefisien Regresi
e = Pengganggu
3.5.1. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator), artinya pengambian keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk
memperoleh persamaan regresi yang dapat dipertanggungjawabkan, maka asumsi
klasik sebagai berikut harus dipertimbangkan :
a. Tidak boleh terjadi Autokrelasi
b. Tidak boleh terjadi Multikolineritas.
c. Tidak boleh terjadi Heteroskedastisitas.
Apabila salah satu sari ketiga asumsi tersebut dilanggar maka persamaan
regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan
melalui uji F dan uji t menjadi bias. Berikut ini uraian singkat mengenai ketiga
asumsi tersebut :
1. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data
observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau
data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati,
1995 : 201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat
waktu ke –t (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode
sebelumnya (e t-1).
Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di
bawah ini. Nilai table Durbin Watson dL dan dU dapat dicari dari table,
dengan mengetahui nilai k = jumlah variable bebas dan N = jumlah data.
Untuk mengetahui nilai dW tes berada di daerah mana dapat digunakan
tabel berikut :
Tabel 3.1. Penentuan Nilai Durbin Watson
Kriteria DW tes berada di
Ada autokorelasi positif 0 < dW < dL Tidak ada keputusan dL < dW < dU Tidak ada autokorelasi dU < dW < 4 – dU Ada autokorelasi keputusan 4 – dU < dW < 4 – dL Ada autokorelasi negatif 4 – dL < dW < 4 Sumber : Gujarati, 1995: 423
Setelah nilai Durbin Watson tes diperoleh untuk dapat mengetahui
berada di daerah mana dapat diplotkan pada gambar kurva di bawah ini.
2. Multikolinieritas
Gejala multikolinieritas artinya antara independent yang satu
dengan yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara
sempurna atau mendekati sempurna. (Alghifari 2000: 84)
Menurut Singgih Santoso (2002: 206), model regresi bebas dari
multikolinieritas bila :
1. VIF disekitar angka 1 atau lebih kecil dari 10.
3. Heteroskedastisitas
Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas adalah jika nilai
residual tidak konstan atau berbeda untuk setiap nilai tertentu variabel
bebas. Dalam regresi linier, nilai residual harus konstan untuk setiap
variabel bebas, jika ketentuan ini dilanggar maka akan terjadi
heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2001 : 69). Dengan kata lain dalam
suatu model regresi linier, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan
variabel bebas.
Menurut Singgih Santoso (2002 : 301), deteksi adanya
heteroskedastisitas adalah :
1. Nilai probabilitas > 0,05, berarti bebas dari heteroskedastisitas.
2. Nilai probabilitas < 0,05, berarti terkena heteroskedastisitas.
3.5.2. Uji Hipotesis 1. Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh
X1 dan X2 secara simultan (keseluruhan) terhadap Y.
Ho : β1 = β2 = 0 (tidak ada pengaruh signifikan secara simultan
antara X1 dan X2 terhadap Y).
Hi : β1 = β2 ≠ 0 (ada pengaruh signifikan secara simultan antara X1
dan X2 terhadap Y).
Kriteria pengujian sebagai berikut :
a. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak,
berarti tidak ada pengaruh yang signifikan X1 dan X2 terhadap Y.
b. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima,
berarti ada pengaruh yang signifikan X1 dan X2 terhadap Y.
2. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh
X1,X2,X3 dan X4 secara parsial (individual) terhadap Y.
Ho : βi = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara
X1 dan X2 terhadap Y).
Hi : βi ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan signifikan secara parsial
antara X1 dan X2 terhadap Y).
Ket : i = X1 dan X2
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi () 0,05.
Kriteria pengujian sebagai berikut :
1) Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak,
berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara
X1 dan X2 terhadap Y.
2) Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima,
berarti ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara X1 dan
41
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo
Pabrik Gula Watoetoelis secara struktural merupakan bagian dari
PT. Perkebunan Nusantara X (Persero). Dalam PT. Perkebunan ini mempunyai
dua jenis bidang usaha yaitu rumah sakit sebanyak dua buah dan pabrik gula 12
buah yang terletak di beberapa daerah di Jawa Timur.
Pabrik Gula Watoetoelis didirikan pada tahun 1839 oleh perusahaan milik
Belanda yang diberi nama NV COOV dan COOSTER VAN HOUT yang
berkantor di Surabaya. Kemudian pada tahun 1957, semua perusahaan milik
Belanda dinasionalisasikan atau diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia
yang berdasarkan pada penguasa militer tertinggi atau menteri pemerintah Nomor:
1063 / PMT / 1975 tertanggal 09 Desember 1957.
Dengan keputusan tersebut diatas, maka perusahaan Belanda
dinasionalisasikan, kemudian atas dasar peraturan dari pusat No. 19 tahun 1960
tanggal 01 April 1960 maka diadakanlah suatu perubahan dan diubah menjadi
Perusahaan Negara Perkebunan yang disingkat dengan PNP yang berpusat di
Setelah mengalami bermacam-macam proses maka pada tanggal 31
Desember 1973 atas pertimbangan-pertimbangan pemerintah, PNP XXI – PNP
XXII digabung satu direksi dengan nama Perseroan Terbatas atau Perkebunan
XXI – XXII (Persero) yang berkantor di Jalan Jembatan Merah 3–5 Surabaya.
Karena pertimbangan policy pemerintah khususnya dikaitkn dengan
Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara tahun 1969 maka diganti dengan nama PT.
Perkebunan XXI – XXII (Persero) atas dasar sebagai berikut :
- Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 144 / Menkeu / IV / 1973.
- Surat Keputusan Menteri Pertahanan No. 57 / Menhan / XII / 1973.
Adapun PT. Perkebunan XXI – XXII ini menbawahi beberapa Pabrik Gula
yang terdiri dari :
1. Pabrik Gula Watoetoelis di Temu - Sidoarjo
2. Pabrik Gula Toelangan di Toelangan – Sidoarjo
3. Pabrik Gula Kremboong di Kremboong – Sidoarjo
4. Pabrik Gula Gempol Kerep di Mojokerto
5. Pabrik Gula Tjoekir di Jombang
6. Pabrik Gula Jombang Baru di Jombang
7. Pabrik Gula Meritjan di Kediri
8. Pabrik Gula Pesantren Baru di Kediri
9. Pabrik Gula Ngadiredjo di Kediri
10.Pabrik Gula Modjopanggong di Tulungagung
Sedangkan dua pabrik gula lagi berada di luar jawa yang merupakan
proyek pengembangan. Pada tanggal 31 Desember 1996 terjadi perubahan lagi
yang semula PT. Perkebunan XXI – XXII menjadi PT. Perkebunan Nusantara X
atas dasar SK Menteri Keuangan No. 130/Menkue/VI/1996 tentang Peleburan
PT. Perkebunan XXI – XXII (Persero), PT Perkebunan XIX (Persero) dan
PT. Perkebunan XXVII (Persero) yang unit usahanya strategisnya berlokasi di
daerah Jember dan Klaten (Jawa Tengah).
Tempat yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah Pabrik Gula
Watoetoelis Prambon – Sidoarjo, tepatnya berada di lokasi :
- Desa : Temu (daerahnya subur, strategis dan berpenduduk padat)
- Kecamatan : Prambon
- Kawedanan : Krian (4 Km sebelah selatan dari Krian)
- Kabupaten : Sidoarjo
- Propinsi : Jawa Timur
Adapun batas – batas dari Pabrik Gula Watoetoelis Krian Sidoarjo adalah
sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Watoetoelis
- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Wonoplintahan
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bendotretek
- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Simigirang
Lokasi ini sangat penting bagi setiap perusahaan, karena dalam hal ini
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sert perkembangan dari
Krian, Sidoarjo adalah relevan sekali, hal ini disesuaikan dengan faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi perusahaan adalah sebagai
berikut :
1. Faktor sumber-sumber bahn baku dan bahan pembantu
2. Faktor tenaga kerja
3. Faktor pembangkit tenaga
4. Faktor transpor
5. Faktor iklim
6. Faktor pemasaran hasil produksi
Pabrik Gula Watoetoelis dalam menetukan lokasi perusahaannya juga
mempertimbangkan keenam faktor diatas yaitu :
1. Faktor sumber-sumber bahan baku dan bahan pembantu
Karena perusahaan ini merupakan perusahaan perkebunan, maka erat
hubungannya dengan daerah pertanian. Daerah Krian merupakan daerah yang
cukup luas dan bisa ditanami tebu dengan baik. Letaknya yang di luar kota,
merupakan daerh yang cukup baik untuk perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan.
2. Faktor tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu dari faktor produksi yang memegang
peranan penting. Dalam hal ini Pabrik Gula Watoetoelis dibangun didaerah
yang dekat dengan kot Surabaya yang merupakan kawasan industri. Dengan
3. Faktor pembangkit tenaga
Untuk keperluan tenaga listrik, pabrik menggunakan tenaga sendiri.
Sedangkan untuk keperluan air diambil dari air sungai yang mengalir di dekat
pabrik gula.
4. Faktor transport
Untuk transportasi di Pabrik Gula Watoetoelis dibedakan menjadi dua yaitu :
- Saran dan jalur pengangkutan yang dipakai untuk mengangkut bahan
baku dari kebun ke pabrik.
- Sarana dan jalur pengangkutan dari pabrik ke pasaran untuk hasil
produksi.
Untuk sarana transportasi disamping menggunakan alat pengangkutan umum
(truck dan traktor) juga menggunakan jalan rail (lori).
5. Faktor iklim
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tanaman tebu yang ada di Pabrik
Gula Watoetoelis antara lain :
- Panas Matahari
- Angin dan Tekanan udara
- Kelembaban udara
- Sinar Matahari
6. Faktor pemasaran hasil produksi
Dalam Pabrik Gula Watoetoelis semua hasil produksi yang berupa gula
menggunakan sistem bagi hasil antara petani dengan Pabrik Gula itu sendiri.