• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI (Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI (Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya)."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI

(Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

HENDRA PRASETYA

0443010399

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil’alamiin, atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI (Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya)”, guna melengkapi syarat wajib tugas akhir dalam menempuh program Strata Satu jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuan, petunjuk serta bimbingannya terutama kepada Bapak Drs. Kusnarto, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan khususnya kepada :

1. Kedua Orang Tuaku tercinta yang telah membesarkan dan membimbing dari kecil dengan penuh kasih sayang, tak lupa juga adikku tercinta Hendry Dwi Prastanti, S.Si.

2. Bapak Juwito, S.Sos, MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi. 3. Ibu Dra. Herlina Suksmawati, M.si selaku Dosen Wali yang selalu

mendukung dan memperhatikan mahasiswa didiknya.

(3)

iv

5. Untuk seseorang yaitu, dr. Ike Setyorini yang tak hentinya memberikan dorongan dan semangat kepada penulis agar terselesaikannya skripsi ini.

6. Kepada temanku Arga Fajar yang turut serta membantu semua hal yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini, akhirnya kita bisa lulus bareng teman.

7. Teman-temanku yang lain yaitu Freddy, Recky, Yoyok, Nina, Ndonk, Alip, Alit, Ashenk serta semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, dan atas dukungan semua pihak yang telah membantu memperlancar penyelesaian skripsi ini.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, Juni 2010

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 11

2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 11

2.1.2 Pengertian Media Massa ... 13

2.1.3 Pengertian Opini ... 14

2.1.4 Pengertian Berita ... 16

(5)

2.3. Teori S-O-R ... ... 22

2.5. Kerangka Berpikir ... ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29

3.1.1 Definisi Operasional ... 29

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 31

3.1.3 Berita Lelaki Tolak Poligami di Surat Kabar Surya ... 34

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.2.1 Populasi dan Sampel ... 35

3.2.2 Teknik Penarikan Sampel ... 36

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.2.4. Metode Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Dan Penyajian Data ... 41

4.1.1 Gambaran Umum Obyek ... 41

4.1.2 Gambaran Umum Surat Kabar Surya ... 42

4.1.3 Gambaran Umum Tempat Pengambilan Data ... 45

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 46

(6)

4.2.1 Identitas Responden ... 47 4.2.2 Media ... 50 4.2.3 Opini Responden di Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami

Pasca pemberitaan di harian Surya... 51 4.2.3.1 Mengetahui pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak

Poligami” di Surat Kabar Surya ... 52 4.2.3.2. Pendapat Tentang Pemberitaan “Lelaki Tolak

Poligami”... 54 4.2.3.3 Dampak Negatif Yang Timbul Dari Laki – Laki Yang

Menolak Poligami ... 56 4.2.3.4 Laki – Laki Yang Tidak Berpoligami Lebih Banyak Efek

Positifnya ... 57 4.2.3.5 Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Diterima Oleh

Pihak Laki – Laki... 59 4.2.3.6 Lelaki Yang Berpoligami Berstigma

Agresif... 60 4.2.3.7 Pendapat Jika Kaum Laki – Laki Menolak Poligami ... 61 4.2.3.8 Poligami Merupakan Upaya Perendahan Martabat Laki -

Laki ... 63 4.2.3.9 Kaum Laki – Laki pada Pemberitaan “Lelaki Tolak

Poligami” Melawan Keras Praktik Poligami ... 64 4.4.3.10 Ada Keinginan Untuk Mengingatkan Orang Lain Untuk

Tidak Mencoba Berpoligami ... 66

(7)

5.1 Kesimpulan ... 72 5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA ... 74

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Responden Berdasarkan Usia ... 48 Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 49 Tabel 4.3. Frekuensi Membaca Pemberitaan “Lelaki

Tolak Poligami” Di Surat Kabar Surya ... 50 Tabel 4.4. Mengetahui pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak

Poligami” di Surat Kabar Surya ... ... 51 Tabel 4.5. Pendapat Tentang Pemberitaan “Lelaki

Tolak Poligami” ... ... 54 Tabel 4.6. Dampak Negatif yang Timbul Dari Laki – Laki

Yang Menolak Poligami ... 56 Tabel 4.7. Laki – Laki Yang Tidak Berpoligami Lebih

Banyak Efek Positifnya ... ... 58 Tabel 4.8. Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Diterima Oleh Pihak

Laki – Laki ... ... 59 Tabel 4.9. Lelaki Yang Berpoligami Berstigma

Agresif ... ... 59 Tabel 4.10. Pendapat Jika Kaum Laki – Laki Menolak

Poligami ... 62 Tabel 4.11. Poligami Merupakan Upaya Perendahan Martabat

Laki - Laki ... ... 64 Tabel 4.12. Kaum Laki – Laki pada Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami”

(9)

xii

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teori S-O-R ... 25 Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 28

(11)

xii

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Responden Berdasarkan Usia ... 48 Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 49 Tabel 4.3. Frekuensi Membaca Pemberitaan “Lelaki

Tolak Poligami” Di Surat Kabar Surya ... 50 Tabel 4.4. Mengetahui pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak

Poligami” di Surat Kabar Surya ... ... 51 Tabel 4.5. Pendapat Tentang Pemberitaan “Lelaki

Tolak Poligami” ... ... 54 Tabel 4.6. Dampak Negatif yang Timbul Dari Laki – Laki

Yang Menolak Poligami ... 56 Tabel 4.7. Laki – Laki Yang Tidak Berpoligami Lebih

Banyak Efek Positifnya ... ... 58 Tabel 4.8. Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Diterima Oleh Pihak

Laki – Laki ... ... 59 Tabel 4.9. Lelaki Yang Berpoligami Berstigma

Agresif ... ... 59 Tabel 4.10. Pendapat Jika Kaum Laki – Laki Menolak

Poligami ... 62 Tabel 4.11. Poligami Merupakan Upaya Perendahan Martabat

Laki - Laki ... ... 64 Tabel 4.12. Kaum Laki – Laki pada Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami”

(13)

x

(14)

xiii

ABSTRAKSI

HENDRA PRASETYA, OPINI IBU RUMAH TANGGA SURABAYA TERHADAP LELAKI TOLAK POLIGAMI (Studi Deskriptif Opini Ibu Rumah Tangga Surabaya Terhadap Lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan Di Harian Surya)

Peneliti mengambil penelitian opini ibu rumah tangga Surabaya terhadap laki – laki pasca pemberitaan ”Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya, Pemberitaan mengenai lelaki tolak poligami ini merupakan suatu hal fenomenal yang menimbulkan banyak pemikiran, yang seharusnya disini perempuan merasa dirugikan dan sangat menentang poligami, berita ini justru di awali dari sikap lelaki yang menolak poligami. Peneliti menggunakan kota Surabaya sebagai objek penelitian karena kota Surabaya menempati posisi kedua dengan kasus perceraian tertinggi akibat poligami setelah kota Bandung.

Landasan teori yang dipakai yaitu, pengertian komunikasi massa, pengertian media massa, pengertian opini, pengertian berita, definisi poligami, definisi ibu rumah tangga, surat kabar sebagai kontrol sosial, dan teori S-O-R.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data secara sistematis dan terperinci mengenai opini ibu rumah tangga Surabaya pasca pemberitaan ”Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang didasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Populasi penelitian ini adalah ibu rumah tangga di kota Surabaya yang pernah membaca pemberitaan tentang lelaki tolak poligami di media cetak khususnya harian Surya. Teknik sampel yang digunakan adalah non probability sampling, yaitu aksidental sampling. Penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan rumus Yamane.

Dari tabel frekuensi diketahui bahwa hasil keseluruhan dari penelitian ini menunjukkan, responden memiliki opini pada jawaban positif yaitu sebanyak 68 orang atau sebesar 68 %, netral yaitu sebanyak 32 orang atau sebesar 32 % dan tidak ada responden yang beropini negatif atau sebesar 0%

Kesimpulan dalam penelitian opini ibu rumah tangga Surabaya pasca pemberitaan ”Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya adalah positif, artinya pembaca berita “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya berpendapat bahwa fenomena lelaki tolak poligami memberikan gambaran baru, bahwa tidak semua laki – laki berminat untuk berpoligami dan mayoritas responden menyatakan menerima serta sependapat dengan pemberitaan ini.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Sedangkan informasi yang disajikan merupakan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu fakta yang akurat dan aktualisasi masyarakat merupakan sebuah perwujudan dari informasi yang seimbang. Setiap media dalam mengelola informasi akan selalu berbeda dalam setiap pengemasannya. Hal ini dikarenakan adanya visi dan misi serta segmentasi yang dibangun oleh media itu sendiri.

Perspektif media juga akan menentukan fakta apa yang akan dipilih dan ditonjolkan. Penonjolan merupakan hasil dari memuat informasi menjadi lebih bermakna. Realitas yang disajikan secara menonjol oleh wartawan memiliki potensi untuk diperhatikan dalam mempengaruhi pembaca dalam memahami realitas.

Dalam perkembangan Media massa mempunyai dua pengertian, yakni dalam pengertian luas dan dalam pengertian sempit. Media massa dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, siaran radio dan televisi. Sedangkan pengertian sempit hanya

(16)

2

terbatas pada media cetak, yakni surat kabar, majalah dan buletin. Masing-masing bentuk media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Media massa cetak termasuk didalamnya surat kabar,majalah dan tabloid sekarang banyak diterbitkan dengan berbagai macam tema untuk berbagai segmen khalayak ( Effendy,1989 :145 ).

Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, pers sebagai lembaga kemasyarakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakatnya. (Djuroto,2002:8)

(17)

ada ketertarikan organisator dengan lembaga-lembaga atau anggota masyarakat itu sendiri.

Media masa meliputi media cetak seperti koran dan majalah, media elektronik seperti radio, TV dan video, dan media digital abad baru seperti internet, blog, dan telepon seluler. Salah satu bentuk media massa cetak yang saat ini juga mengalami perkembangan yang sangat cepat adalah surat kabar. Djafar Assegaff dalam bukunya “Jurnalistik Masa Kini” menyatakan surat kabar adalah penerbitan berupa lembaran-lembaran yang berisi berita- berita karangan-karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodic dan dijual untuk umum. (Assegaff,1991:140)

(18)

4

disampaikan kepada khalayak agar masyarakat mengetahui kejadian yang sebenarnya (Nurudin, 2003:67).

Surat kabar dalam memuat dan menampilkan berita-berita selain berasal dari wilayah nasional juga berasal dari wilayah lokal, hal ini disebabkan perkembangan media cetak dalam arus informasi kini telah mengalami kemajuan pesat, karena surat kabar sendiri berkeinginan mengangkat taraf kehidupan masyarakat dalam menambah wawasan informasi dalam penyajian bentuk berita yang aktual.

Salah satu berita lokal yang diulas adalah berita mengenai berdirinya Klub Poligami Global Ikhwan Indonesia yang diresmikan di Bandung pada 17 Oktober 2009. Klub poligami ini sudah memiliki 300 anggota yang tersebar di berbagai negara, seperti Indonesia, Australia, Singapura, Timur Tengah, Thailand dan masih banyak lagi. Di Indonesia saat ini ada 30 keluarga yang bergabung dalam klub poligami.

(Surya, 20 Oktober 2009 ; 1 & 11).

(19)

tertentu yang bertempatkan disuatu lokasi yang diikuti oleh orang yang memiliki beberapa istri.

(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).

Pada kenyataannya peserta klub poligami bukan hanya mereka para laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu. Namun mereka para lelaki yang mendukung poligami. Bahkan ada mahasiswa yang masih lajang menjadi peserta klub poligami. Para mahasiswa tersebut mendukung adanya poligami dan siap berpoligami jika nanti mereka berkeluarga.

(TV One : Telusur, Jumat, 6 November 2009).

Tidak semua kaum laki-laki mendukung poligami, Berdirinya Klub Poligami di Bandung mengundang reaksi dari sekelompok laki-laki yang memandang kelompok itu sebagai bentuk perendahan martabat laki-laki. Sebagai bentuk “perlawanan”, mereka membentuk Koalisi Laki-laki Menolak Poligami. Koalisi ini hendak memberi kesadaran kritis. Koalisi ini menyatakan melawan praktik poligami. Poligami adalah satu bentuk perendahan martabat laki-laki. Perendahan martabat itu, ditunjukkan dengan stigma yang dilabelkan sebagai manusia agresif, menang sendiri, serakah, tidak pernah puas dengan satu perempuan, tidak setia. Kaum lelaki juga dituduh tidak punya hati, liar dan suka selingkuh.

(20)

6

Tak bisa dipungkiri, poligami masih menjadi momok buat kaum ibu rumah tangga dan aktivis perempuan. Poligami dianggap sebagai tindakan yang melanggar HAM, tidak memanusiakan wanita, dan juga banyak tuduhan senada lainnya. Intinya, poligami dirasakan tidak adil dan diskriminatif. Dewi, seorang karyawan swasta di Surabaya secara mantap menyatakan tidak setuju dengan poligami. Dia berpendapat, poligami sarat akan potensi konflik keluarga. Fakta di lapangan membuktikan, kebanyakan pasangan yang berpoligami cenderung memiliki hubungan keluarga yang kurang harmonis. Anak yang seharusnya mendapat perhatian dan kasih sayang dari orangtua kandungnya terpaksa harus hidup dengan penuh tekanan mental. Begitu pula kaum istri. Jika dulunya dia mendapat perhatian dari sang suami, kini semuanya harus berbagi. “Mungkin para suami yang berpoligami itu lupa. Dulu, ketika mengucapkan ikrar pernikahan di depan penghulu, dengan mantap mereka berjanji untuk setia dengan pasangannya. Biarkan maut yang akan memisahkan pernikahannya. Nah, sekarang dimana janjimu wahai para suami,” ujarnya.

(21)

banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah tidak terciptanya hubungan keluarga yang harmonis, munculnya godaan dari orang ketiga, adanya kesempatan untuk melakukannya dan sebagainya.

(http://www.astaga.com/index.php?mib=berita.detail&id=25490)

Banyak berbagai dampak negatif lain yang dapat menimpa istri pertama akibat poligami di antaranya, tidak diberi nafkah, mengalami penganiayaan fisik, diteror istri kedua, pisah ranjang, dan akhirnya diceraikan di pengadilan. Perceraian yang disebabkan poligami pada tahun 2008 totalnya ada 879 atau 0,6 persen dari seluruh perkara perceraian di Indonesia, PTA (Pengadilan Tinggi Agama) kota Surabaya sendiri menempati urutan kedua setelah Bandung, dengan jumlah 162 perkara menyusul di tempat ke tiga adalah PTA Semarang. Jumlahnya 104 perkara.

(22)

8

istri pertama untuk memberi ijin poligami. Pemaksaan ini bisa digolongkan sebagai tindak pidana KDRT alias kekerasan dalam rumah tangga.

(http://www.badilag.net/index.php?option=com_content&task=view&id=370 &Itemid=54)

.Berdasarkan konteks di atas, peneliti menempatkan media massa khususnya media cetak sebagai saluran informasi berita mempunyai peranan penting. Surat kabar sabagai bagian dari media massa dapat menjadi instrumen untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak berarti dapat menjadi berarti melalui penciptaan data-data yang disajikan media cetak, sekalipun data tersebut hanya merupakan rekaan imajiner dari sang penulis berita atau sumber berita. Hal seperti ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat yang masih kuat dihadapi budaya isu dan intrik, dimana berita dianggap sebagai kenyataan dan kebenaran. Pada intinya berita yang ada dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan kesadaran masyarakat. ( Winarko, 2001 : 1 )

(23)

lelaki yang menolak poligami. Dengan adanya fenomena tersebut, peneliti akan meneliti fenomena dalam pemberitaan tersebut. Peneliti menggunakan kota Surabaya sebagai objek penelitian karena kota Surabaya menempati posisi kedua dengan kasus perceraian tertinggi akibat poligami setelah kota Bandung. Selain itu, alasan lain mengapa peneliti memilih Kota Surabaya sebagai wilayah penelitian, Peneliti memilih harian Surya karena harian ini lebih banyak memuat berita tentang poligami dari pada surat kabar terbitan Surabaya lainnya selain itu harian surya memasang berita tersebut dengan separuh halaman di halaman nasional serta harian Surya merupakan koran lokal yang segmentasi pembacanya di khususkan pada warga Surabaya. Khalayak dalam penelitian ini adalah responden ibu rumah tangga di kota Surabaya karena, ibu rumah tangga di surabaya merupakan pembaca aktif yang menerima dan merespon pemberitaan media khususnya harian Surya setiap hari secara langsung, selain itu kemungkinan mengalami tindakan poligami hanya bisa dialami oleh perempuan yang telah menikah, atau telah berumah tangga.

1.2. Perumusan Masalah

(24)

10

“Bagaimana opini Ibu rumah tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

(25)

2. Secara Praktis

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan teori

2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa

Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa. Komunikasi massa disini diartikan komunikasi massa modern dengan media massa sebagai salurannya. Mengenai jenisnya atau bentuknya ada yang menyebutnya secara luas, misalnya surat kabar, majalah radio, televisi, film, buku, rekaman video, rekaman audio, poster, surat langsung, dan banyak lagi ; ada yang membatasi hanya pada surat kabar, majalah, radio, televisi dan film.

Surat kabar merupakan salah satu bentuk media massa yang sekaligus menjadi bagian dari komunikasi massa. Dengan demikian orang yang membaca surat kabar telah terlibat dalam proses komunikasi massa, surat kabar juga tidak terlepas dari fungsi media massa itu sendiri (Effendy,1993:93)

(27)

2.1.2. Pengertian Media Massa

Media massa diartikan sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan di antara khalayak yang sedang memperhatikan pesan-pesan yang sedang dilancarkan oleh media tersebut (Effendy,2000:26). Terdapat dua jenis media sebagai penyalur pesan yaitu media cetak terdiri dari surat kabar dan majalah serta media elektronik yang terdiri dari televisi, radio dan film. Sedangkan media cetak diasumsikan sebagai media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman hitam putih (Kasali,2002 : 99).

Karena obyek penelitian ini adalah surat kabar, maka peneliti mengkhususkan pembahasan hanya pada surat kabar. Menurut Mc. Quail memberi pengertian surat kabar dalam arti sempit adalah suatu lembaga atau organisasi yang termasuk dalam media massa cetak, yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik berupa lembaran, karangan dan iklan yang disebarluaskan secara umum (Mc. Quail,2004 : 153).

(28)

14

massa. Masing-masing individu mempunyai perhatian, minat, keinginan yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam menerima pesan yang disampaikan media massa.

Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu atau sama akan cenderung memiliki prilaku atau sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok sosial tertentu.

2.1.3. Pengertian Opini

Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan. Tanggapan disusul melalui interpretasi personal yang akan diturunkan dan akan menimbulkan perasaan, pikiran dan kesudiannya terhadap sesuatu yang terjadi. Setiap opini mempunyai 3 unsur yaitu :

1. Kepercayaan (berkaitan dengan unsur kognitif)

(29)

2. Nilai

Melibatkan kesukaan – ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya apakah kuat, lemah atau netral.

3. Pengharapan

Mengandung tentang citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan. Pengharapan, ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika dilakukan perbuatan tertentu.

(William dan Cleve, 1994 : 14).

Pada umumnya, orang berpendapat bahwa opini atau pendapat merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatu persoalan atau isu, ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis maupun lisan. Opini merupakan pernyataan yang diucapkan oleh individu terhadap suatu rangsangan atau instansi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.

(30)

16

karena mempunyai kekuatan tersendiri. Opini merupakan masukan bagi badan penerbitan media massa dan dapat dijadikan dasar untuk menetapkan kebijakan selanjutnya. Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun memiliki arah. Yaitu, seperti dibawah ini :

1. Opini positif  Jika responden memberikan pernyataan setuju. 2. Netral  Jika responden memberikan pernyataan biasa

3. Opini Negatif  Jika responden memberikan pernyataan tidak setuju. (Effendi, 1990 : 85).

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberi respon) terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan / diberikan oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.

2.1.4. Pengertian Berita

Dean M.Lyle Spencer dalm bukunya yang berjudul News Writings, yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott ( News survey Journalism ), menyatakan bahwa :

(31)

Sedangkan menurut Mitcel V.Charnley, menyebutkan :

” Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas”

Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah pembaca merupakan hal – hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan demikian disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton.

( Muda, 2003:22 )

Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut :

a. Timeliness

Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pemirsa atau pembaca.

b. Proximity

(32)

18

c. Prominence

Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.

d. Consequence

Consequence artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu, segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik

e. Conflict

Conflict ( konflik ) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

f. Development

Development ( pembangunan ) merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik.

g. Disaster and crimes

(33)

h. Weather

Weather ( cuaca ) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu.

i. Sport

Berita olah raga sudah lama daya tariknya j. Human Interest

Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest. ( Muda, 2003 : 29-39 )

2.1.5. Definisi Poligami

Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat (berlawanan dengan monogami, di mana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat).

(34)

20

oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis yang menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita. (http://id.wikipedia.org/wiki/Poligami)

2.1.6 Definisi Ibu Rumah Tangga

Pengertian Ibu rumah tangga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah, wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan di rumah tangga (tidak bekerja di kantor).

Pengertian lain ibu rumah tangga adalah wanita yang telah (pernah) menikah, yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangganya sehingga lebih banyak menghabiskan waktunya didalam rumah atau yang disebut ibu rumah tangga domestik.

Untuk menyesuaikan dengan penelitian ini, peneliti menggabungkan pengertian untuk mendapatkan satu pengertian tentang ibu rumah tangga yaitu, wanita yang telah (pernah) menikah serta mengatur penyelenggaraan pekerjaan rumah tangganya atau yang disebut ibu rumah tangga domestik dan (atau) wanita yang memiliki pekerjaan lain diluar rumah (bekerja di kantor). Pada ibu rumah tangga sebagai responden memiliki karakteristik yaitu :

1. Usia, usia responden pada saat penelitian dilakukan.

(35)

Responden.

3. Pekerjaan, yaitu pekerjaan yang dimiliki oleh responden.

2.2. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial

Menegakkan nilai-nilai demokrasi, memperjuangkan keadilan dan kebenaran serta hak-hak asasi manusia merupakan contoh idealisme yang harus senantiasa diperjuangkan oleh pers. Idealisme yang melekat pada pers harus dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial yang konstuktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat. ( Sumardiria, 2005:46 ).

Sementara ( Sumandiria, 2005:32-35 ) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukan 5 fungsi pers yaitu :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual, akurat, faktual dan bermanfaat.

2. Fungsi Edukasi, makhsudnya di sini informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

(36)

22

4. Fungsi Kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalak ketika melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat atau negara.

5. Fungsi Mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi fasilitator atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain. Peristiwa yang satu dengan peristiwa lain, atau orang yang satu dengan yang lain.

Kontrol sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial, adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok. (J.S Roucek, 1987 : 2)

Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa untuk perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

2.3. Teori S-O-R

(37)

adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, kognitif, afektif, dan konatif.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan di antara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

(38)

24

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan ( stimulus ) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

2. Komunikan ( Organisme ) merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian di sini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

3. Efek (Response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. ( Effendi, 2003:255 )

(39)

a. Perhatian c. Negatif

b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 1 : Model Teori S-O-R ( Effendy, 2003 : 255 )

Menurut gambar ini model di atas menunjukan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa ”Pemberitaan Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya. Mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi. ( Effendy, 2003:256 )

2.5. Kerangka Berpikir

(40)

26

di harian Surya. Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam memahami isi berita dimana pola pemahaman tersebut didasari oleh lingkungan, kebudayaan dan tingkat pendidikannya. Dan Surabaya sebagai kota ke dua terbesar setelah Jakarta dengan penduduknya yang memiliki berbagai macam latar belakang dan perbedaan dalam hal ekonomi, budaya, pendidikan, dan tingkatan sosial memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menanggapi fenomena poligami. Atas dasar itulah, dalam hal ini media massa khususnya media cetak surat kabar Surya memberitakan mengenai ”lelaki tolak poligami”. Surat kabar Surya merupakan satu-satunya media cetak di Surabaya yang paling intens memberitakan pemberitaan mengenai klub poligami, yaitu sebanyak 7 pemberitaan. Hal ini sesuai dengan fungsi pers yaitu sebagai mediasi dan penyebar informasi yang obyektif dan edukatif, selain itu juga melakukan kontrol sosial yang konstruktif menyalurkan aspirasi masyarakat, meluaskan komunikasi dan peran serta positif bagi masyarakat. ( Sumadiria, 2005:35 )

(41)

dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu ( Rahmat, 2005:35 ).

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.

(42)

28

(43)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional disini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari variabel penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau beragam variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu siri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001:48 ).

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui opini berdasarkan nilai pemberitaan Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya. Peneliti ingin mengkaji opini Ibu Rumah Tangga Surabaya yang membaca pemberitaan tersebut. Untuk lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.1. Definisi Operasional

Opini adalah salah satu interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang kemudian dinyatakan atau diekspresikan. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi, terdapat efek dan salah satunya ialah opini atau pendapat.

(44)

30

Opini juga dapat diekspresikan sebagai salah satu pernyataan sikap dalam kata – kata yang digolongkan menjadi pendapat positif (pernyataan yang mendukung), netral dan pendapat negatif (pernyataan yang tidak mendukung). Secara operasional opini dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu opini positif, opini netral dan opini negatif dalam menanggapi pemberitaan tentang “lelaki tolak poligami”.

Opini ibu rumah tangga Surabaya dalam penelitian ini diartikan sebagai kesediaan ibu rumah tangga Surabaya untuk mengemukakan opininya dalam bentuk respon. Secara Operasional opini dapat dijabarkankan sebagai berikut :

1. Pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya dibuat secara berkesinambungan.

2. Pemberitaan “lelaki tolak poligami” dianggap menguntungkan pihak lelaki dan merugikan wanita.

3. Dampak negatif terhadap lelaki yang menolak poligami seolah olah itu hanya wacana saja.

4, Lelaki yang tidak berpoligami lebih banyak efek positifnya, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi kaum wanita. 5. Pemberitaan tentang lelaki tolak poligami telah diterima oleh

(45)

6. Lelaki yang berpoligami adalah lelaki yang mengalami ketidakharmonisan didalam rumah tangga.

7. Kaum laki – laki yang menolak poligami untuk menghindari kekerasan dalam rumah tangga.

8. Poligami merupakan upaya perendahan martabat laki – laki, sehngga menganggap lelaki tidak bermoral.

9. Kaum laki – laki keras melawan praktik poligami yang menduakan istri.

10. Mengingatkan orang lain disekitar Anda untuk tidak mencoba Berpoligami. Pemberitaan tersebut, muncul untuk menguatkan wacana kaum lelaki menolak poligami.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Opini merupakan jawaban dari stimulus yang berupa respon,. Cara pengukurannya yaitu dengan mengetahui jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Dimana dalam pengukuran variabelnya diklasifikasikan menjadi empat opini dari para responden untuk menanggapi pertanyaan – pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Dimana penjelasannya dapat dijabarkan seperti berikut :

(46)

32

3. Skor 2 untuk respon tidak setuju 4. Skor 1 untuk respon sangat tidak setuju

Berdasarkan jawaban yang diterima dari masing – masing responden, opini ibu rumah tangga terhadap isi pemberitaan lelaki tolak poligami di harian Surya, terbagi menjadi tiga tingkatan. Yaitu berdasarkan kategori positif, netral dan negatif. Kemudian dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Jika ibu rumah tangga Surabaya pembaca Surya tersebut melakukan sikap mendukung dan menerima pemberitaan terebut sebagai masukan bagi ibu rumah tangga yang berhubungan dengan informasi dalam pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya, dan pemberitaan tersebut tidak dianggap begitu mempengaruhi sikap ibu rumah tangga, maka opini responden dapat disimpulkan positif.

b. Jika ibu rumah tangga Surabaya pembaca Surya tersebut cenderung tidak mengalami perubahan sikap atau tidak memberikan pandapatnya tentang pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya dan dianggap tidak tahu dan tidak mau tahu tentang pemberitaan tersebut, dengan hal ini menganggapnya tidak penting dan tidak berpengaruh pada opini ibu rumah tangga maka responden dapat disimpulkan netral. c. Jika ibu rumah tangga Surabaya pembaca Surya tersebut menyatakan

(47)

pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya, berita terebut dianggap merugikan ibu rumah tangga dan menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga, pemberitaan tersebut membuat munculnya banyak opini bahwa poligami hal yang baik. maka dapat disimpulkan negatif.

Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval opini Positif, Netral dan Negatif

Interval = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban Terendah Jenjang yang diinginkan

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh lebar interval untuk mengetahui arah opini ibu rumah tangga. Daftar pertanyaan tentang opini ibu rumah tangga terhadap isi pemberitaan lelaki tolak poligami di surat kabar Surya terdiri dari 10 pertanyaan. Sehingga :

Skor terendah = 10 x 1 = 10 Skor Tertinggi = 10 x 4 = 40

Skor interval = 40 -10 = 10

3

(48)

34

Jumlah skor 10 – 19 termasuk rendah (negatif) Jumlah skor 20 – 29 termasuk sedang (netral) Jumlah skor 30 – 40 termasuk tinggi (positif)

3.1.3 Berita Lelaki Tolak Poligami di Surat Kabar Surya

Berita lelaki tolak poligami ini mencuat sebagai bentuk protes kaum lelaki atas pendeklarasian klub poligami Global Ikhwan di Bandung. Klub ini hadir di Indonesia, diwarnai dengan pro dan kontra. Di seluruh Indonesia, saat ini ada 30 keluarga yang bergabung dalam klub poligami. Pada kenyataannya peserta klub poligami bukan hanya mereka para laki – laki yang memiliki istri lebih dari satu. Namun mereka para lelaki yang mendukung poligami. Bahkan ada mahasiswa yang masih lajang menjadi peserta klub poligami. Para mahasiswa tersebut mendukung adanya poligami dan siap berpoligami jika nanti mereka berkeluarga.

(49)

tidak pernah puas dengan satu perempuan, tidak setia. Kaum lelaki juga dituduh tidak punya hati, liar dan suka selingkuh.

Peneliti mengambil penelitian opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya, karena pemberitaan mengenai lelaki tolak poligami ini merupakan hal fenomenal yang menimbulkan banyak pemikiran, yang seharusnya disini perempuan merasa dirugikan dan sangat menentang akan poligami, berita ini justru di awali dari sikap lelaki yang menolak poligami. Dari sini peneliti ingin mengukur, apakah pasca pemberitaan tersebut, memiliki pengaruh dan bagaimanakah opini ibu rumah tangga terhadap pemberitaan tersebut. Sehingga opini ibu rumah tangga Surabaya dapat diukur (positif, netral atau negatif).

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:55). Sedangkan, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu (Sugiyono, 2002:56).

(50)

36

penduduk yang cukup tinggi. Dalam penelitian ini jumlah populasi ibu rumah tangga Surabaya pada bulan Desember 2008 adalah 1.123.648 orang.

(http://www.surabaya.go.id/dispenduk/?list&id=8&width=60&height=600) Alasan lain, karena kota Surabaya sendiri menempati posisi kedua setelah Bandung dengan kasus perceraian tertinggi akibat poligami diseluruh Indonesia.

(http://pasurabaya.pta-surabaya.go.id/index.php?&act=detail&Itemid=65&id) Selain itu, mengapa peneliti memilih Kota Surabaya sebagai wilayah penelitian, karena sebagai kota metropolis tentu masyarakat Surabaya banyak menerima informasi dan daerah perkotaan merupakan tempat yang penduduknya mudah memperoleh media massa khususnya media cetak. Populasi penelitian ini adalah ibu rumah tangga di kota Surabaya yang pernah membaca pemberitaan tentang lelaki tolak poligami di media cetak khususnya harian Surya. Adapun ibu rumah tangga yang dimaksud disini adalah ibu rumah tangga domestik, yaitu ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan diluar rumah.

3.2.2. Teknik Penarikan Sampel

(51)

memberikan peluang ( kesempatan ) yang sama baik setiap unsur-unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan Sampling Aksidental adalah adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. (Bungin, 2001:116). Dalam penelitian ini karakteristik populasi yang telah ditentukan yaitu ibu rumah tangga di kota Surabaya dan membaca pemberitaan lelaki tolak poligami di harian Surya. Untuk mencari jumlah atau nilai sampel, maka digunakan rumus Yamane (Rahmat, 2001 : 82) sebagai berikut :

N n= ________

N (d²)+1

Keterangan :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Presisi (presisi derajat ketelitian =0,1) Menggunakan rumus diatas sebagai berikut : 1.123.648

(52)

38

1.123.648 n = _____________ 11.236,48 n = 100

Jadi didapatkan sampel yang diambil di kota Surabaya sebanyak 100 orang

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden berdasarkan data primer dan data sekunder. Yang dimaksud data primer adalah data yang diperoleh dari responden yang diminta memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner. Sementara data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku-buku penunjang dan lembaga pemerintahan ( Suyanto, 2005:55 ) Peneliti akan mendampingi responden selama melakukan kegiatan pengisian kuisioner. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan munculnya pertanyaan dari responden yang tidak memahami kata-kata, arti dan maksud dari pertanyaan kuesioner.

3.2.4. Metode Analisis Data

(53)

table frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis. Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap :

a. Editing atau Seleksi Angket, yaitu data yang digunakan untuk mencapai hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan, sehingga data yang diperoleh adalah data yang valid.

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban.

c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada dapat dihubungkan dengan pengurangan terhadap variabel-variabel yang ada (Rahmat, 2002:134)

Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:

F

P = X 100% N

Keterangan :

(54)

40

F = Frekuensi Responden N = Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh presentase yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpretasikan, maka proses ini disebut tabulasi.

(55)

4.1. Gambaran Umum Dan Penyajian Data 4.1.1. Gambaran Umum Obyek

Mendefinisikan poligami tak cukup hanya melihat kamus bahasa. Terdapat banyak makna dalam kata ‘poligami’. Yang jelas, poligami adalah bagian dari kehidupan sehari-hari manusia Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam memahami isi berita dimana pola pemahaman tersebut didasari oleh lingkungan, kebudayaan dan tingkat pendidikannya. Dan Surabaya sebagai kota ke dua terbesar setelah Jakarta dengan penduduknya yang memiliki berbagai macam latar belakang dan perbedaan dalam hal ekonomi, budaya, pendidikan, dan tingkatan sosial memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menanggapi fenomena poligami. Atas dasar itulah, dalam hal ini media massa khususnya media cetak surat kabar Surya memberitakan mengenai ”lelaki tolak poligami”.

. Dengan adanya perbedaan pendapat, dalam hal ini peneliti meneliti untuk mengetahui bagaimana opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya.

(56)

42

4.1.2. Gambaran Umum Surat Kabar Surya

Surat Kabar Surya diterbitkan pertama kali oleh PT. Antara Surya Jaya yang bergarak pada bidang penerbitan dan percetakan yang tergabung dalam group penerbitan Pos Kota Jakarta. PT. Antara Surya Jaya berdiri atas prakarsa Ivan Harsono di Surabaya pada 24 Oktober 1983. PT. Antara Surya Jaya selain menerima order cetak juga menerbitkan surat kabar dengan logo ”Surya” yang terbit seminggu sekali.. Dengan konsentrasi pemasarannya meliputi daerah Jawa Timur dan Indonesia Bagian Timur. Surat kabar mingguan ini memiliki kantor sekaligus divisi percetakan dalam satu lokasi yang bertempat di jalan Kyai Abdul Karim 37-39 Kecamatan Rungkut Menanggal Surabaya.

Pada tanggal 10 November 1989 Surya mengubah pola terbitnya menjadi Surat kabar harian. Perbedaan surat kabar Surya mingguan dan harian ditandai dengan perubahan logo Surya yang semula berwarna dasar merah dengan warna putih pada tulisannya menjadi warna dasar hitam pada tulisannya. Untuk memperluas daerah pemasaran kemudian dilakukan kerjasama dengan kelompok Kompas Gramedia (KGG) Jakarta. Kegiatan operasional baik divisi penerbitan dan divisi bisnis harian pagi Surya pindah kantor ke jalan Basuki Rahmat 93-95 Surabaya.

(57)

perubahan tampilan penyajian, bahasa, jenis rubrik yang ditampilkan, teknik penulisan, serta pemasaran. Harian Surya juga mengubah segmen pembacanya yng sebelumnya bersegmen menengah kebawah menjadi menengah keatas. Surya mendapatkan surat ijin usaha penerbitan pers dari Menteri Penerangan pada tanggal 8 Juni 1986, yakni (SIUP) SK MENPEN No. 202/SK/MENPEN/A7/1986. Untuk menjalankan fungsi-fungsi pers sebagai acuan dan nilai dasar yang perlu dihayati bersama oleh para jurnalisnya, harian Surya mengikrarkan visinya dalam kebijakan keredaksionalan. Visi tersebut adalah ”Manusia dan kemanusiaan serta cobaab dan permasalahannya, berikut aspirasi dan hasratnya”. Visi dalam keredaksionalan ini berperan sebagai acuan dan nilai dasar yang dihayati bersama untuk para jurnalisnya. Dengan kemajuan dan perkembangan surat kabar Surya yang sedemikian pesat, disamping kebijakan menejemen dan sirkulasi, menyebabkan PT. Antara Surya Jaya pindah ke Jalan Raya Margorejo Indan Blok D-108 Surabaya pada tanggal 15 Maret 1997. Lokasi baru ini merupakan lokasi yang strategis untuk mendistribusikan surat kabr serta dilihat dari segi ekonomi lebih menguntungkan karena lebih dekat dengan PT. Antara Surya Jaya, sehingga memudahkan dalam hal pengiriman plat koran yang siap cetak. Serta dapat mengurangi keterlambatan dalam proses cetak.

(58)

44

pemasaran di Jawa Timur dan Indonesia Timur. Dengan perincian 90.235 eksemplar per hari pada kota Surabaya, pada kota Malang sebanyak 24.131 eksemplar per hari, Jember 16.200 eksemplar per hari, Kediri sebanyak 13.375 eksemplar per hari, kota Madiun sebanyak 9.750 eksemplar perhari, Solo sebanyak 5.623 eksemplar perhari, dan kota-kota lain sebnyak 20.697 eksemplar perhari.

(59)

4.1.3. Gambaran Umum Tempat Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan di Surabaya yang merupakan ibu kota Jawa Timur dengan tipe penduduk yang majemuk dan heterogen. Selain itu masyarakat Surabaya yang memiliki ciri kosmopolitan, antara lain masyarakatnya bersifat individual, suka pada keterbukaan dan dekat dengan media massa dan Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua setelah Jakarta dilihat dari padatnya penduduk dan berbagai permasalahan sosial yang terjadi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), secara geografis kota Surabaya terletak antara 07° 12° - 07° 12° LS (lintang selatan) dan 112° 36° dan 112° 54° BT (bujur timur). Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan air laut, kecuali di sebelah selatan dengan ketinggian 25 – 50 meter diatas permukaan air laut. Dengan luas wilayah ± 326.36 km² yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 desa atau kelurahan. Surabaya berbatasan dengan kabupaten Sidoarjo dan kabupaten Gresik di sebelah barat.

(60)

46

1. Surabaya Barat dengan luas wilayah 118.01 km², yang terdiri dari 5 (lima) kecamatan dan 2 (dua) kecamatan pecahan yang masih tergabung dengan induknya.

2. Surabaya Timur, dengan luas wilayah 91.78 km², yang terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan.

3. Surabaya Utara, dengan luas wilayah 38.32 km², yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 1 (satu) kecamatan pecahan yang masih tergabung dengan induknya.

4. Surabaya Selatan, dengan luas wilayah 64.07 km², yang terdiri dari 8 (delapan) kecamatan.

5. Surabaya Pusat, dengan luas wilayah 14.78 km², yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan.

Sehingga luas wilayah Surabaya secara keseluruhan ± 326.27 km², yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 kelurahan (BPS Kota Surabaya, 2008 : 72).

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

(61)

kedalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisa secara deskriptif berdasarkan setiap pertanyaan yang diajukan.

Penelitian ini tidak menguji hubungan tetapi hanya bertujuan untuk memaparkan satu variabel maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Jadi dalam analisa penelitian ini adalah ingin mengaitkan opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya, berdasarkan kualifikasi yakni responden yang secara aktif memberikan opini dengan beberapa bagian penting yang ada dalam penelitian, sehingga diperoleh gambaran mengenai opini Ibu Rumah Tangga Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami pasca pemberitaan di harian Surya.

4.2.1. Identitas Responden

(62)

48

Tabel 4.1.

Responden Berdasarkan Usia

No Usia Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. 20 – 30 51 51

2. 31 – 40 28 28

3. 41 – 50 21 21

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner I no. 2

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa opini ibu rumah tangga di Surabaya pasca pemberitaan lelaki tolak poligami di surat kabar terdapat 51 orang atau sebesar 51% memiliki usia antara 20 – 30 tahun, selanjutnya sebanyak 28 orang atau sebesar 28% mempunyai usia antara 31 – 40 tahun dan sisanya sebanyak 21 orang atau 21% mempunyai usia antara 41 – 50 tahun. Banyaknya responden yang berusia antara 20 – 30 tahun, hal ini dikarenakan pada usia tersebut adalah usia yang dewasa, dan sudah termasuk usia yang bisa menjalin sebuah hubungan menjadi sebuah keluarga, seperti kita ketahui, bahwa usia 20 – 30 adalah masa masa produktifitas.

(63)

Tabel 4.2.

Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase (%)

1. Tamat SD 13 13

2. Tamat SMP 15 15

3. Tamat SMU 40 40

4. Akademi / Diploma 23 23

5. Sarjana 9 9

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner I no. 3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa opini ibu rumah tangga di Surabaya pasca pemberitaan lelaki tolak poligami di surat kabar Surya, sebagian besar pendidikan terakhir yang dimiliki responden adalah memiliki pendidikan terakhir SMU yakni sebanyak 40 orang atau sebesar 40%. Selanjutnya, responden yang memiliki pendidikan terakhir Akademi / Diploma yakni sebanyak 23 orang atau 23 %, selanjutnya responden yang memiliki pendidikan terakhir di bangku SMP sebanyak 15 orang atau sebesar 15%. Sedangkan sisanya memiliki pendidikan terakhir di sekolah dasar 13 orang atau sebesar 13 % dan sarjana 9 orang atau sebesar 9%.

(64)

50

karena kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga tentang poligami, sehingga cenderung mudah menerima terpaan media dan mudah menjadi korban poligami.

4.2.2. Media

Surat kabar merupakan salah satu media massa yang juga turut andil sebagai penyampai media indormasi yang akurat kepada khalayak pembacanya. Dalam hal ini terdapat pertanyaan tentang media, yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3.

Frekuensi Membaca Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Di Surat Kabar Surya

No Frekuensi Membaca Frekuensi Prosentase (%)

1. < 2 kali 21 21

2. = 2 kali 36 36

3. > 2 kali 43 43

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner II no. 1

(65)

sebesar 36%, dan 21% atau sebanyak 21 orang membaca pemberitaan tersebut kurang dari 2 kali. Banyaknya responden yang membaca pemberitaan tersebut dikarenakan pemberitaan lelaki tolak poligami cukup menarik minat ibu rumah tangga untuk mendapatkan informasi tentang poligami ini serta memicu opini mereka tentang pemberitaan yang menurut sebagian responden tidak semestinya.

4.2.3. Opini Responden di Surabaya terhadap lelaki Tolak Poligami Pasca Pemberitaan di Harian Surya

Opini adalah salah satu hasil interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang kemudian dinyatakan atau diekspresikan. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi terdapat efek salah satu jenisnya yaitu opini atau pendapat dan selanjutnya didefinisikan opini sebagai suatu pernyataan atau sikap dalam kata – kata. Dari kuesioner yang telah disebar oleh peneliti, peneliti ingin mengetahui opini ibu rumah tangga Surabaya setelah membaca pemberitaan lelaki tolak poligami di surat kabar Surya. Opini dalam penelitian ini diukur melalui beberapa indikator diantaranya adalah :

1. Kepercayaan

(66)

52

2. Nilai

Melibatkan kesukaan – ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya apakah kuat, lemah atau netral.

3. Pengharapan

Mengandung tentang citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan. Pengharapan, ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika dilakukan perbuatan tertentu.

Berdasarkan ketiga indikator tersebut diatas, maka dapat diukur opini atau pendapat ibu rumah tangga Surabaya setelah membaca berita mengenai lelaki tolak poligami sebagai berikut :

4.2.3.1. Pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya dibuat secara berkesinambungan.

(67)

Tabel 4.4.

Pemberitaan mengenai “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya dibuat secara berkesinambungan.

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 49 49

2. Setuju 32 32

3. Tidak Setuju 11 11

4. Sangat Tidak Setuju 8 8

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 1

(68)

54

dengan isu tersebut. Sebanyak 49% responden menyatakan bahwa pemberitaan tersebut lebih baik dibuat berkesinambungan.

Sedangkan sebanyak 11 orang atau 11 % menyatakan tidak setuju, dan sisanya sebanyak 8 orang atau 8% menyatakan sangat tidak setuju. Responden yang menyatakan sangat tidak setuju mengatakan bahwa mereka tidak ingin pemberitaan tersebut dibuat berkesinambungan karena kesibukan mereka beraktivitas sehari – hari sehingga tidak sempat membaca surat kabar. Surat kabar merupakan salah satu media yang mudah kemasannya dan mudah diterima oleh semua kalangan termasuk ibu rumah tangga. Sehingga surat kabar sangat mudah memberikan informasi tanpa halangan.

4.2.3.2. Pendapat Tentang Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami”

(69)

Tabel 4.5.

Pendapat Tentang Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami”

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 71 71

2. Setuju 20 20

3. Tidak Setuju 6 6

4. Sangat Tidak Setuju 3 3

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 2

(70)

56

Selanjutnya sebanyak 6 orang atau sebesar 6% berpendapat sebaliknya atau tidak setuju bahwa pemberitaan lelaki tolak poligami tidak dapat mereka terima. Sisanya 3 orang atau 3% berpendapat sangat tidak setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju, berpendapat bahwa pemberitaan tersebut hanya mencari sensasi dan pembelaan diri dari kaum laki – laki atas perilaku poligami yang saat ini sedang menjadi isu hangat di tengah masyarakat.

4.2.3.3 Dampak Negatif Yang Timbul Dari Laki – Laki Yang Menolak Poligami

Pada bagian ini akan dijelaskan pendapat responden tentang dampak negatif yang akan ditimbulkan dari laki – laki yang menolak poligami dan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.6.

Dampak Negatif yang Timbul Dari Laki – Laki Yang Menolak Poligami

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 0 0

2. Setuju 6 6

3. Tidak Setuju 38 38

4. Sangat Tidak Setuju 56 56

Jumlah 100 100

(71)

Sesuai dengan tabel diatas, sebagian besar responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa laki – laki yang menolak poligami akan berdampak negatif. Sebanyak 56 orang atau 56% responden menyatakan sangat tidak setuju. Sementara 38 orang atau sebesar 38% menyatakan tidak setuju dan sisanya sebanyak 6 orang atau 6% menyatakan setuju atau sependapat.

Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan tidak ada dampak negatif bagi laki – laki yang tidak berpoligami. Responden justru berpendapat, jika laki – laki melakukan poligami, akan banyak berdampak negatif misalnya adanya ketidakadilan antara istri pertama dan kedua, kemungkinan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan sebagainya.

4.2.3.4 Laki – Laki Yang Tidak Berpoligami Lebih Banyak Efek Positifnya

(72)

58

Tabel 4.7.

Laki – Laki Yang Tidak Berpoligami Lebih Banyak Efek Positifnya

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 74 74

2. Setuju 23 23

3. Tidak Setuju 3 3

4. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 4

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa yang menyatakan sangat setuju bahwa tidak berpoligami lebih banyak efek positifnya sebanyak 74 orang atau sebesar 74%, sedangkan sebanyak 23 orang atau 23% menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa banyak responden yang menyatakan sangat setuju, hal ini dikarenakan karena berpoligami menurut pendapat responden, tidak bisa mereka terima. Responden menyatakan lebih baik bercerai daripada dipoligami oleh suami mereka.

(73)

4.2.3.5 Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Diterima Oleh Pihak Laki – Laki

Pada bagian ini akan dijelaskan pendapat responden tentang pemberitaan lelaki tolak poligami diterima oleh kaum laki – laki, dan kemudian disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.8.

Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Diterima Oleh Pihak Laki – Laki

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 62 62

2. Setuju 31 31

3. Tidak Setuju 3 3

4. Sangat Tidak Setuju 4 4

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 5

(74)

60

tersebut. Pernyataan beberapa responden, mereka percaya bahwa suami mereka tidak akan melakukan poligami dan responden yakin bahwa suami mereka mendukung pemberitaan tersebut.

Sisanya masing – masing sebanyak 3 orang atau sebesar 3% dan 4 orang atau sebesar 4% menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian kecil responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Mereka menyatakan bahwa kemungkinan besar mereka dapat menjadi korban poligami suami mereka dan para responden ini yakin bahwa suami mereka tidak dapat menerima pemberitaan ini tanpa alasan yang jelas.

4.2.3.6 Lelaki Yang Berpoligami Berstigma Agresif

Pada bagian ini akan dijelaskan pendapat responden tentang pernyataan bahwa lelaki yang berpoligami, cenderung berstigma agresif. Kemudian disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.9.

Lelaki Yang Berpoligami Berstigma Agresif

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 89 89

2. Setuju 10 10

3. Tidak Setuju 1 1

(75)

Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioner III no. 6

Hampir 89 orang atau sebesar 89% responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut, sisanya 10 orang atau 10% responden menyatakan setuju dan hanya 1 orang atau 1% responden yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju tidak ada.

(76)

62

4.2.3.7 Pendapat Jika Kaum Laki – Laki Menolak Poligami

Pada bagian ini akan dijelaskan pendapat responden tentang pernyataan jika kaum laki – laki menolak poligami, apakah responden sependapat dengan pernyataan tersebut atau tidak. Kemudian disajikan pada tabel dibawah.

Tabel 4.10.

Pendapat Jika Kaum Laki – Laki Menolak Poligami

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 45 45

2. Setuju 30 30

3. Tidak Setuju 20 20

4. Sangat Tidak Setuju 5 5

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 7

(77)

lain menyatakan, lelaki yang menolak poligami adalah mereka yang cinta terhadap keluarganya. .

Berikutnya sebanyak 20 orang atau 20% responden menyatakan sebaliknya, yaitu setuju dan 5 orang atau 5 % responden menyatakan sangat tidak setuju. Responden yang menyatakan sebaliknya, berpendapat bahwa, lelaki yang tidak menolak untuk berpoligami, merupakan laki – laki yang suka berganti – ganti pasangan, tidak setia dan tidak memikirkan perasaan wanita. Responden lain yang berpendapat sagat tidak setuju menyatakan, laki – laki adalah makhluk yang gampang bosan dan sudah pasti tidak menolak jika pasangan / istrinyanya mengijinkan berpoligami.

(78)

64

Tabel 4.11.

Poligami Merupakan Upaya Perendahan Martabat Laki - Laki

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 45 45

2. Setuju 30 30

3. Tidak Setuju 15 15

4. Sangat Tidak Setuju 10 10

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 8

Dari perolehan data pada tabel diatas, diketahui bahwa 45 orang atau sejumlah 45% responden menyatakan sangat setuju dan sejumlah 30 orang atau 30% responden menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Dengan hasil yang diperoleh diatas, sebagian besar responden menyatakan bahwa, poligami merupakan suatu bentuk pendiskreditan kaum laki – laki. Salah satu responden menyatakan, laki – laki yang berpoligami tidak semuanya bermantabat rendah. Bahkan didalam agama pun sudah ditaur tentang poligami. Responden lain mengatakan, tidak hanya laki – laki yang bisa memiliki pasangan lebih dari satu. Bahkan kaum wanitapun banyak yang memiliki pasangan lebih dari satu.

(79)

berpendapat bahwa laki – laki yang berpoligami tidak patut untuk di tiru, dan itu merupakan pelanggaran terhadap hak dan keadilan kaum wanita.

4.2.3.9 Kaum Laki – Laki pada Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Melawan Keras Praktik Poligami

Pada bagian ini akan dijelaskan pendapat responden setelah membaca, memperhatikan dan mengerti mengenai pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya, mengindikasikan perlawanan laki – laki terhadap praktik poligami. Dan kemudian disajikan pada tabel dibawah.

Tabel 4.12.

Kaum Laki – Laki pada Pemberitaan “Lelaki Tolak Poligami” Melawan Keras Praktik Poligami

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 57 57

2. Setuju 32 32

3. Tidak Setuju 7 7

4. Sangat Tidak Setuju 4 4

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 9

(80)

66

mayoritas responden berpendapat bahwa kaum laki – laki saat ini cenderung memiliki pendapat jika mereka pada saat ini memilih untuk tidak berpoligami. Responden menyatakan, dibentuknya klub anti poligami, merupakan wujud nyata bahwa poligami adalah hal yang patut dihindari demi menjaga martabat dan mencegah dari stigma negatif masyarakat.

Sisanya, sebanyak 7 orang atau sejumlah 7% responden menyatakan sangat tidak setuju dan sebanyak 4 orang atau 4% responden menyatakan tidak setuju. Sebagian kecil yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju, mereka berpendapat, poligami adalah hak setiap orang, dan mereka menganggap, tidak ada yang salah dengan berpoligami, itu adalah hak setiap individu.

4.4.3.10 Ada Keinginan Untuk Mengingatkan Orang Lain Untuk Tidak Mencoba Berpoligami.

(81)

Tabel 4.13.

Ada Keinginan Untuk Mengingatkan Orang Lain Untuk Tidak Mencoba Berpoligami.

No Opini Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Sangat Setuju 78 78

2. Setuju 20 20

3. Tidak Setuju 2 2

4. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner III no. 10

Berdasarkan perolehan data pada tabel diatas, 78 orang atau sebesar 78% responden menyatakan sangat setuju. Sedangkan sebanyak 20 orang atau sebesar 20% responden menyatakan setuju dengan pernyataan diatas. Dilihat dari mayoritas responden yang menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa mereka akan mengingatkan orang lain untuk tidak berpoligami, ini dikarenkan poligami bagi sebagian besar masyarakat merupakan hal yang berstigma negatif. Penganut poligami menurut responden adalah orang – orang yang dianggap tukang selingkuh dan berakar dari keluarga yang kurang harmonis.

Gambar

Gambar 1 : Model Teori S-O-R ( Effendy, 2003 : 255 )
table frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa akan memunculkan kecemasan ibu – ibu rumah tangga sebagai bentuk lanjut dari ketakutan yang dirasakan ibu –

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap pembaca terhadap pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor pada pemberitaan harian surat kabar Jawa Pos, yang mengulas bagaimana

Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah opini yang terbentuk dikalangan masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan tentang vonis

KONSTRUKSI PEMBERITAAN TENTANG PRO KONTRA PUBLIK PASCA PENUTUPAN LOKALISASI DOLLY DI SURABAYA (Analisis Framing pada berita Jawa Pos dan Surya Edisi 18-21 Juni

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga

Dari sinilah peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana sikap pembaca tentang pemberitaan 361 Ribu Tabung Elpiji Rawan Bocor pada harian surat kabar Jawa

Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah opini yang terbentuk dikalangan masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan tentang vonis

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui opini pelajar SMA Surabaya terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada