PENGARUH GOOD COORPORATE GOVERNANCE (GCG), PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Lembaga Pembiayaan yang Terdaftar di BEI Periode
2018-2019) Abstract
Earnings management is a method taken by management in managing the company's financial statements through the selection of certain accounting policies to increase net income and company value by management expectations. This study aims to analyze the effect of Good Corporate Governance (GCG) with the proxies of the audit committee, independent commissioners, institutional ownership and managerial ownership, profitability, leverage, and firm size on earnings management. This research is quantitative. The purposive sampling method is the method used in sample selection. Methods of data analysis using multiple regression analysis. The population of the data in this study is all service companies of the sub-sector of financial institutions listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the period 2018-2019, a total of 19 companies. The sample is 16 companies.
The results of the study show that partially GCG on the proxies of institutional ownership, profitability, and firm size has no significant effect on earnings management. Meanwhile, managerial ownership and leverage have no significant effect on earnings management as far as the results of service companies in the financing sub-sector are sampled.
Keywords: Earnings Management, GCG, Profitability, Leverage, and Company Size.
Abstrak
Manajemen laba adalah suatu cara yang diambil manajemen dalam mengelola laporan keuangan perusahaan melalui pemilihan kebijakan akuntansi tertentu dengan tujuan meningkatkan laba bersih dan nilai perusahaan sesuai dengan harapan manajemen. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dengan proksi komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Metode purposive sampling adalah metode yang digunakan dalam pemilihan sampel. Metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Populasi data dalam penelitian ini adalah semua perusahaan jasa sub sektor lembaga pembiayaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2018-2019 sejumlah 19 perusahaan. Sampel sejumlah 16 perusahaan.
Adapun hasil penelitian menunjukkan secara parsial GCG pada proksi kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba secara siginifikan. Sedangkan kepemilikan manajerial dan leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba sejauh hasil perusahaan-perusahaan jasa sub sektor pembiayaan yang menjadi sampel.
Kata Kunci : Manajemen Laba, GCG, Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan. PENDAHULUAN
Bagian utama dari akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan gambaran yang menjelaskan tentang kondisi keuangan suatu perusahaan pada periode waktu tertentu. Laporan keuangan dijadikan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan bagi investor dan kreditor untuk pengambilan keputusan. Pengungkapan dan penyajian dan penyajian informasi keuangan yang akurat sangat dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan.
Kinerja perusahaan yang sering menjadi indikator kinerja adalah laba bersih (earnings) yang terdapat dalam laporan laba rugi yang merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan, jika penyajian laba tidak akurat maka akan menyesatkan para pemakai laporan keuangan (Muliati, 2011). Manajemen laba pada dasarnya dilakukan dengan menggeser biaya sekarang menjadi biaya periode masa depan dan pendapatan periode masa depan menjadi pendapatan sekarang agar laba yang dilaporkan lebih tinggi dari laba sesungguhnya (Sulistyanto, 2015: 39). Manajemen laba dapat menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai sepenuhnya pada angka laba hasil rekayasa tersebut.
Menurut Pramestya (2016) menyatakan bahwa praktik manajemen laba sudah menjadi budaya perusahaan yang dilakukan sebagian besar perusahaan didunia. Akibat yang ditimbulkan dari praktik manajemen laba ini tidak hanya menjadi permasalahan ekonomi melainkan menjadi
permasalahan etika dan moral. Salah satunya dengan timbul pertanyaan publik akan tanggung jawab para pelaku bisnis yang seharusnya menciptakan kegiatan bisnis yang sehat, namun seakan menutupi kekuarangan perusahaan agar terlihat lebih baik di mata investor dan pemangku kepentingan.
Menurut Selviani (2017) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mendorong manajer melakukan manajemen laba, diantaranya adalah profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan. Manajemen laba yang mengakibatkan nilai fundamental perusahaan tidak tergambar dalam laporan keuangan kemungkinan dapat dihalangi degan penerapan prinsip-prinsip GCG. Hasil penelitian mengenai GCG dari beberapa proksi yaitu komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manjerial terhadap manajemen laba sangat beragam. Salah satunya penelitian dari Wulandari (2013) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian dari Jao dan Pagalung (2011) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.
Faktor kedua yaitu profitabilitas. Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu periode tertentu. Nilai profitabilitas dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Hubungan antara profitabilitas dengan manajemen laba adalah ketika profitabilitas yang diperoleh perusahaan kecil pada periode waktu tertentu, maka dapat memicu perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba dengan meningkatkan laba yang diperoleh sehingga akan memperlihatkan saham dan mempertahankan investor yang ada. Penelitian Selviani (2017) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Artinya jika profitabilitas perusahaan tinggi maka manajemen laba akan meningkat dan sebaliknya jika profitabilitas perusahaan rendah maka manajemen laba rendah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2017) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini membuktikan bahwa tidak setiap perusahaan yang memeproleh profitabilitas kecil akan melakukan manajemen laba untuk mempertahankan investor yang ada.
Faktor yang ketiga yaitu Leverage. Menurut Kustyaningrum, Nuraina & Wijaya (2016) Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio leverage sebagai salah satu usaha peningkatan laba perusahaan, disini dapat menjadi tolak ukur dalam
melihat perilaku manajer pada hal manajemen laba. Faktor yang keempat yang berhubungan dengan manajemen laba yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang ditunjukkan dengan total aktiva perusahaan tersebut. Para investor biasanya melihat manakah perusahaan yang mampu menunjukkan kinerja yang baik, agar nantinya modal yang ditanamkan memperoleh hasil yang menguntungkan ketika akan menanamkan modalnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Stevanie (2019) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, karena ukuran tersebut menggambarkan besar kecilnya skala suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset dan jumlah penjualan. Sedangkan penelitian Wardani (2018) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga membuktikan bahwa besar kecilnya suatu perusahaan tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut akan melakukan manajemen laba atau tidak.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Selviani (2017) yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian, pengukuran manajemen laba, dan pada penelitian ini peneliti menambah 1 variabel independen, yaitu GCG. Alasan peneliti menambahkan variabel tersebut karena hasil penelitian mengenai 1 variabel tersebut terhadap manajemen laba masih sangat beragam dan belum memiliki hasil yang konsisten. Penelitian sebelumnya menggunakan objek yaitu, perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan jasa sub sektor lembaga pembiayaan terdaftar di BEI sebagai objek penelitian. Penelitian ini menggunakan revenue conditional model karena merupakan model terbaru untuk mengukur manajemen laba.
Alasan penelitian memilih jasa sub sektor lembaga pembiayaan sebagai objek penelitian karena penelitian-penelitian sejenis sebelumnya belum ada yang menggunakan perusahaan jasa sub sektor lembaga pembiayaan sebagai objek penelitiannya. Sektor keuangan cukup menarik untuk dijadikan objek penelitian dan sektor ini juga semakin dikenal oleh masyarakat, khususnya bagi para pelaku usaha dalam mengatasi masalah keterbatasan modal. Berdasarkan paparan latar belakang masalah yang telah diuraikan dan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil yang berbeda-beda, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Good Corporate Governance (GCG), Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Lembaga Pembiayaan yang Terdaftar di BEI Periode 2018-2019)”.
LANDASAN TEORI
Teori Keagenan (Agency Theory)
Manajemen laba dalam penjelasan konsepnya menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara managemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Manajemen Laba
Secara umum manajemen laba adalah suatu tindakan mempengaruhi laba (income) yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen suatu perusahaan yang memiliki informasi mengenai keuntungan ekonomis yang secara real atau nyata tidak terjadi pada laporan keuangan perusahaan tersebut dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidakjelasan dan hilangnya kepercayaan para pemegang saham maupun stakeholders, sehingga akan berujung pada kerugian perusahaan (Hanif, 2009 dalam penelitian Hazri & Sugiyarti 2011).
Good Corporate Governance
Istilah GCG pertama kali diperkenalkan oleh Komite Cadbury pada tahun 1992 dalam laporannya yang disebut sebagai Cadbury Report, menjelaskan bahwa GCG adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada pemegang saham pada khususnya dan pemangku kepentingan (Tanjung et al, 2015). Tim GCG BPKP mendefinisikan GCG dari segi soft definition yang mudah dicerna sekalipun orang awam yaitu “komitmen, aturan main, serta praktik penyeleng-garaan bisnis secara sehat dan beretika”. Dalam Forum for Corporate Governancein Indonesia (FCGI), menjelaskan lebih lanjut GCG sebagai: seperangkat aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya sehu-bungan dengan hak dan tanggung jawab mereka, atau sistem dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan. Tujuan GCG adalah untuk menciptakan nilai tambah perusahaan bagi pemangku kepentingan.
a. Komite Audit
Komite yang dibentuk di suatu perusahaan oleh dewan direksi yang bertugas memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh dewan direksi. Selain itu, melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dari dewan komisaris dan melaksanakan tugas yang masih berkaitan dengan tugas dewan komisaris. b. Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen adalah sebuah badan yang beranggotakan dewan komisaris yang independen berasal dari luar perusahaan dan berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Menurut teori keagenan, bahwa semakin besar jumlah komisaris independen, maka semakin baik mereka dalam memenuhi peran mereka untuk mengawasi dan mengontrol tindakan para direktur eksekutif.
c. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh suatu perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh instansi lain. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi monitoring yang efektif dalam setiap pengambilan keputusan yang diambil oleh manajer.
d. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan Manajerial merupakan saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang. Perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya, (Susiana & Herawaty 2007 dalam penelitian Sari 2013). Menururut Zeptin dan Rohman (2013) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat digunakan untuk mengurangi konflik keagenan, sehingga mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham.
Profitabilitas
Menurut Harahap (2011) menyatakan bahwa, profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan pejualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, hal tersebut
dikarenakan tujuan akhir yang dilakukan perusahaan adalah untuk memperoleh laba, dalam memperoleh laba perusahaan menggunakan rasio profitabilitas dimana rasio profitabilitas digunakan untuk menghasilkan dan mengukur laba perusahaan. Nilai profitabilitas dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja suatu perusahaan.
Leverage
Menurut Kustyaningrum Nuraina &Wijaya (2016) Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang ditunjukkan dengan total aktiva perusahaan tersebut. Para investor biasanya melihat manakah perusahaan yang mampu menunjukkan kinerja yang baik, agar nantinya modal yang ditanamkan memperoleh hasil yang mengungtungkan ketika akan menanamkan modal.
Pengembangan Hipotesis
Hubungan Komite Audit dengan Manajemen Laba
Komite audit adalah komite yang dibentuk untuk melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit eksternal. Komite audit dapat dijadikan salah satu cara untuk meningkatkan pengawasan terhadap kemungkinan tindakan manajemen melakukan manipulasi keuangan. Anggraeni dan Basuki (2013) menemukan bahwa jumlah anggota komite yang lebih besar akan meminimalisir kemungkinan manajemen laba.
H1 : Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Hubungan Komisaris Independen dengan Manajemen Laba
Pengaruh dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan dapat meminimalisir permasalahan yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran dengan dan karakteristik komisaris yang berasal dari luar perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan perusahaan.
H2 : Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba. Hubungan Kepemilikan Institusional dengan Manajemen Laba
Investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan saham kepemilikannya, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Oleh karena itu, kepemilikan institusional berhubungan dengan pemantauan yang lebih baik dari kegiatan manajemen, mengurangi kemampuan oportunistik manajer untuk memanipulasi laba (Kazemian & Sanusi, 2015)
H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba. Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Manajemen Laba
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manajer menurut Rahmawati (2013). Menurut Anggana dan Prastiwi (2013) kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang berarti apabila kepemilikan manajerial di dalam suatu perusahaan tinggi maka praktik manajemen laba dalam suatu perusahaan tersebut rendah dan sebaliknya.
H4 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba. Hubungan Profitabilitas dengan Manajemen Laba
Penelitian Selviani (2017) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah, cenderung melakukan manajemen laba dalam bentuk menaikkan laba (income maximization), sedangkan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung melakukan manajemen laba dalam bentuk menurunkan laba (income minimization). Pengaruh ini menunjukkan semakin rendah
profitabilitas, maka akan semakin tinggi perusahaan dalam melakukan manajemen laba. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, semakin rendah manajemen laba yang dilakukan perusahaan. H5 : Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hubungan Leverage dengan Manajemen Laba
Dengan semakin meningkatnya rasio leverage (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitablitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman.
H6 : Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba
Penelitian Benazir (2019) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Apabila semakin tinggi nilai ukuran perusahan, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba pada perusahaan tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika semakin rendah nilai ukuran perusahaan, maka semakin kecil pula kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba diperusahaan tersebut.
H7 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba
METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian
Menurut sifatnya data dalam penelitian ini termasuk dalam data kuantitatif. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dalam bentuk angka. Pada penelitian ini data kuantitatif yang diperlukan adalah laporan keuangan tahunan.
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor lembaga pembiayaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2019. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Dengan menggunakan purposive sampling, diharapkan sampel
yang diperoleh sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Adapun kriteria pemilihan sampel sebagai berikut:
Tabel 1
Kriteria Pemilihan Sampel
No Kriteria Jumlah
Perusahaan 1 Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2018-2019 19 2 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan
tahunan per 31 Desember tahun 2018-2019 (0)
3 Perusahaan yang belum go public tahun 2018-2019 (3) 4 Perusahaan yang dikeluarkan dari bursa (delisted) tahun
2018-2019 (0)
5 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah sebagai
mata uang pelaporan (0)
6 Perusahaan yang tidak memiliki data yang berhubungan dengan
variabel penelitian (0)
Perusahaan yang masuk kriteria pemilihan sampel 16 Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 16 perusahaan. Karena penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 2 tahun (2018-2019), maka jumlah pengamatannya sebanyak 32 pengamatan (16 perusahaan x 2 tahun). Berikut ini daftar nama perusahaan yang memenuhi kriteria sampel:
Tabel 2 Sampel Penelitian
NO KODE NAMA EMITEN TANGGAL IPO
1 ADMF Adira Dinamika Multi Finance Tbk 31 Maret 2004
2 BBLD Buana Finance Tbk 07 Mei 1990
4 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk 01 Juni 2009 5 CFIN Clipan Finance Indonesia Tbk 02 Oktober 1990 6 DEFI Danasupra Erapacific Tbk 06 Juli 2001 7 HDFA Radana Bhaskara Finance Tbk 10 Mei 2011 8 IBFN Intan Baruprana Finance Tbk 22 Desember 2014 9 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk 10 Desember 2013 10 MFIN Mandala Multifinance Tbk 06 September 2005 11 MGNA Magna Investama Mandiri Tbk 07 Juli 2014
12 POLA Pool Advista Finance Tbk 16 November 2018
13 TIFA Tifa Finance Tbk 08 Juli 2011
14 TRUS Trust Finance Indonesia Tbk 28 November 2002 15 VRNA Verena Multi Finance Tbk 25 Juni 2008 16 WOMF Wahana Ottomitra Multiartha Tbk 13 Desember 2004 Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
3. Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen
Manajemen Laba (Y)
Pada penelitian ini manajemen laba diukur dengan menggunakan proksi discretionary accruals. Discretionary accruals yang digunakan sebagai proksi manajemen laba dalam penelitian ini merupakan modifikasi cross sectional dari model Jones, yang dapat mendeteksi manajemen laba secara konsisten (Abdillah & Susilawati, 2014)
.
Rumus perhitungan discretionary accruals yaitu:a. Total accruals
Keterangan:
TACit : Total akrual (Total accruals) perusahaan i pada periode ke t
NIit : Laba bersih operasi (net income) perusahaan i pada periode ke t
CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow from operation) perusahaan i
pada periode ke t
b. Nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square)
Keterangan: TACi,t = Total akrual perusahaan i periode t TAt-1 = Total aset untuk perusahaan i periode t-1 Salesi,t = Perubahan penjualan perusahaan i periode t
PPEi,t = Aktiva tetap (gross property, plant, and equipment) perusahaan i periode t
c. Nondiscretionary accruals (NDA)
Keterangan : NDAi,t = Nondiscretionry accrual pada tahun t. TRi,t = Perubahan piutang dagang perusahaan i periode t.
b = Fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total akrual.
d. Discretionary accruals
Keterangan : TACit = Total akrual (Total accruals) perusahaan i pada periode ke t
NIit = Laba bersih operasi (net income) perusahaan i pada periode
ke t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow from operation)
perusahaan i pada periode ke t
At-1 = Total aset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t-1 ΔREVt = Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
ΔRECt = Perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t PPEt = Aktiva tetap (property, plant and equipment) perusahaan
tahun t
NDAt =Nondiscretionary accruals pada tahun t
DAt = Discretionary accruals perusahaan i pada periode t α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals
Variabel Independen
Good Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan Good Corporate Governance merupakan seperangkat aturan yang digunakan untuk mengatur hubungan antara pengelola perusahaan, pemegang saham, pemerintah, pihak kreditur, karyawan, serta pihak lain yang berkepentingan berhubungan dengan hak dan kewajiban meereka, atau biasa disebut dengan sistem yang mengendalikan dan mengarahkan perusahaan (Utomo, 2015).
a. Komite Audit (X1)
Komite audit adalah auditor internal yang dibentuk untuk melakukan pengawasan atas perencanaan dan pelaksanaan pengendalian intern perusahaan.
Ukuran Komite Audit = Jumlah Komite Audit
b. Dewan Komisaris Independen (X2)
Dewan komisaris independen adalah komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
Proporsi Dewan Komisaris Independen
=
Jumlah Dewan Komisaris Independen
× 100% Total Dewan Komisaris
c. Kepemilikan Institusional (X3)
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh perusahaan atau lembaga lain.
Kepemilikan
Institusional =
Jumlah saham yang dimiliki institusional
× 100% Total saham beredar
d. Kepemilikan manajerial (X4)
Kepemilikan manajerial adalah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen di sebuah perusahaan.
Kepemilikan
Manajerial =
Jumlah saham yang dimiliki manajerial
× 100% Total saham beredar
Profitabilitas (X5)
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan Return on Asset (ROA) dengan rumus:
ROA = Laba Setelah Bunga dan Pajak × 100% Total Aset
Leverage (X6)
Leverage menunjukkan seberapa besar tingkat aset perusahaan yang dibiayai dengan utang. Leverage diukur dengan menggunakan rasio hutang terhadap total aset dengan rumus sebagai berikut:
Total Aset
Ukuran Perusahaan (X7)
Ukuran Perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dihitung dengan nilai logaritma dari total aset.
UP = Ln (Total Asset) Metode Analisis Statistic Deskriptif
Statistik deskriptif adalah sebuah alat statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sesuai dengan keadaannya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum dari data tersebut. Menurut (Ghozali, 2011:19) statistic deskriptif memberi gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewnee (kemencengan distribusi). Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Menurut (Ghozali, 2011:160) uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normasl. Dalam uji ini dapat dilakukan dengan analisis grafik dan normal probability plot serta uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
2. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas dalam model regresi dapat dilihata dari nilai variance inflation factor (VIF) dan tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 memiliki arti bahwa tidak terdapat multikolonieritas pada penelitian tersebut.
Uji heteroskedastisitas memiliki tujuan utnuk menguji dalam model regresi terjadi kesamaan atau ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Apabila variansi residual tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedatiditas (Ghozali, 2013).
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi memiliki tujuan untuk mengetahui positif maupun negative atau tidak ada hubungan antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian dalam model regresi linier memiliki hubungan . pengujian ini dapat dilakukan degan uji Durbin-Watson Test.
Pengujian Hipotesis
1. Analisis Regresi Linier Berganda Persaman regrensi linier berganda :
Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5 + β6X6 + β7X7 e
Keterangan :
y = Manajemen laba α = Konstanta
= Koefisiensi regresi dari jumlah komite audit = Persentase jumlah komite audit pada tahun t
= Koefisiensi regresi dari komisaris independen
= Presentase jumlah komisaris independen pada tahun t = Koefisiensi regresi dari kepemilikan institusional
= Presentase saham perusahaan yang dimiliki institusional pada tahun t = Koefisiensi regresi dari kepemilikan manajerial
= Persentase saham perusahaan yang dimiliki manajerial pada tahun t β5 = Koefisien regresi dari profitabilitas
X5 = Presentase profitabilitas pada tahun t β6 = Koefisien regresi dari leverage X6 = Presentase leverage pada tahun t
β7 = Koefisien regresi dari ukuran perusahaan X7 = Presentase ukuran perusahaan pada tahun t
= Eror item/variabel lain yang tidak diteliti 2. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan penelitian suatu model penelitian dan menjelaskan variasi yang ada. Menurut (Ghozali, 2013) nilai yang mendekati angka 1 berarti variabel independen hampir atau mampu memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen.
3. Uji Statistik t (t-test)
Uji statistik t dilakukan guna mengetahui seberapa jauh variabel independen secara individu dalam menerangkan variabel dependen.
4. Pengujian Signifikansi Model (F-test)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel dependen bersama-sama dipengaruhi oleh variabel independen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskriptif Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan perusahaan jasa sub sektor lembaga pembiayaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2019-2020 sebagai objek penelitiannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti apakah struktur Good Corporate Governanance, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap manajamen laba. Sampel yang diambil menggunakan metode purposive sampling, yang dimana sampel merupakan populasi yang telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini memiliki jumlah sampel sebanyak 16 perusahaan dengan total observasi 32 selama 2 tahun.
Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif dapat dijelaskan hasil dari variabel komite audit terdapat nilai minimum sebesar 3, nilai maksimum 4, dengan mean 3.08 dan standar
deviasinya 0.2769 atau lebih kecil dari rata-ratanya, sehingga menunjukan bahwa data penelitian dari ukuran komite audit kurang bervariasi. Pada variabel proporsi komisaris independen menunjukan terdapat nilai minimum sebesar 0.25, nilai maksimum 0.5, dengan ratanya 0.4258 dan standar deviasi sebesar 0.0847 yang mana lebih kecil dari rata-ratanya, sehingga data penelitian dari variabel ini disimpulkan kurang bervariasi.
Variabel kepemilikan institusional terdapat nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum 0.9792, dengan mean sebesar 0.3752 dan standar deviasi 0.4063 atau lebih besar dari rata-ratanya, sehingga menunjukkan bahwa data penelitian dari variabel ini bervariasi. Variabel kepemilikan manajerial terdapat nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum 0.0628, nilai mean 0.0129 dan standar deviasi 0.0219, sehingga data penelitian bervariasi.Variabel profitabilitas memiliki nilai minimum -0.1804 dan maksimum 0.1254, dengan mean sebesar 0.0159, sedangkan standar deviasinya 0.0684, sehingga menunjukkan bahwa data penelitian variabel ini bervariasi.
Variabel leverage memiliki nilai minimum 0.0136 dan maksimum 0.9190, dengan mean sebesar 0.6473 dan standar deviasi 0.2811, sehingga menunjukkan data penelitian dari variabel ini kurang bervariasi . Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum 25.0638 dan nilai maksimum 31.1897, dengan mean 28.6089 dan standar deviasi 1.7474 menunjukkan data penelitian kurang bervariasi. Pada variabel manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accruals memiliki nilai minimum sebesar -0.3685, nilai maksimumnya 0.7518, dengan mean sebesar 0.0606 dan standar deviasinya 0.2311 yang mana lebih besar dari rata-ratanya, sehingga menunjukkan bahwa data penelitian dari manajemen laba bervariasi.
Uji Normalitas
Dari hasil uji normalitas yang menggunakan statistic Kolmogorov Smirnov nilai signifikansinya adalah sebesasar 0,2 > 0.05 dapat diartikan bahwa uji normalitas data terpenuhi.
Dalam uji ini dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF) untuk semua variabel lebih kecil dari 10 atau nilai tolerance lebih besar 0.10, sehingga mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji spearman. Uji hetero dianggap lolos gejala heteroskedastisitas adalah jika nilai Sig pada independen terhadap nilai residual adalah di atas 0.05. Berdasarkan data di atas terlihat bahwa seluruh nilai Sig adalah di atas 0.05 dan ilihat dari grafik plot antar variabel dengan residual menunjukkan bahwa tidak terdapat pola garis yang jelas, titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas atau terbebas dari heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan uji run. Data dianggap lolos jika nilai Sig ada di atas 0.05. Berdasarkan hasil tersebut maka didapatkan nilai Sig adalah sebesar 0.408 sehingga dapat dikatakan bahwa data terbebas dari gejala autokorelasi
Pembuktian Hipotesis
Analisis regresi berganda digunakan untuk melakukan pengukuran antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian dapat dilakukan dengan melihat hasil table uji t. Apabila tingkat signifikansi < 0.05 maka H1 diterima. Jika tingkat signifikansi > 0.05 maka H0 ditolak.
Tabel 3
Hasil Regresi Berganda
Model t Sig.
(Constant) -2.850 0.011
X1 0.102 0.920
X2 0.858 0.403
X4 -0.129 0.899
X5 -0.070 0.945
X6 -1.705 0.106
X7 2.680 0.016
Sumber : Hasil Pengolahan Data Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian komite audit terhadap manajemen laba, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.920 (0.920 > 0.05) sehingga hipotesis (H1) ditolak. Secara parsial variabel komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Dewan Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.403 (0.403 > 0.05) sehingga hipotesis (H2) ditolak. Secara parsial variabel ini menunjukkan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.274 (0.274 > 0.05) sehingga hipotesis (H1) ditolak. Secara parsial variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) dan Efendi (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.899 (0.899 > 0.05) sehingga hipotesis (H2) ditolak. Hal ini menunjukkan secara parsial variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ini tidak dapat digunakan untuk mengurangi manajemen laba perusahaan.
Hasil penelitian mengenai profitabilitas terhadap manajemen laba memperlihatkan nilai siginifikansi 0.945 (0.945 > 0.05) sehingga hipotesis (H3) ditolak. Hal ini membuktikan bahwa profitabilitas tidak memberikan pengaruh dalam pembatasan manajemen laba. Jadi, perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi tidak akan melakukan manajemen laba.
Leverage Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian mengenai pengaruh leverage terhadap manajemen laba dalam penelitian ini memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0.106 (0.106 > 0.05) sehingga hipotesis (H4) ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage tidak memberikan pengaruh terhadap manajemen laba.
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil pengujian mengenai ukuran perusahaan terhadap manajemen laba dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena nilai signifikansi sebesar 0.016 (0.016 < 0.05) sehingga hipotesis (H5) diterima. Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dapat memperkecil tindakan manajemen laba.
SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan
Berdasarkan dari uraian yang telah diteliti di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengaruh bagian Good Corporate Governance (GCG) yaitu komite audit disimpulkan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi (0.920 > 0.05) sehingga hipotesisnya ditolak.
b. Pengaruh bagian Good Corporate Governance (GCG) yaitu dewan komisaris independen disimpulkan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi (0.403 > 0.05) sehingga hipotesisnya ditolak. c. Pengaruh bagian Good Corporate Governance (GCG) yaitu kepemilikan institusional disimpulkan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi (0.274 > 0.05) sehingga hipotesisnya ditolak.
d. Pengeruh bagian Good Corporate Governance (GCG) yaitu kepemilikan manajerial disimpulkan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar (0,899 > 0.05) sehingga hipotesisnya ditolak.
e. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan dilihat dari nilai signifikansi sebesar (0.945 > 0.05) sehingga hipotesisnya ditolak.
f. Leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan dilihat dari nilai signifikansinya sebesar (0.106 > 0.05) sehingga hipotesisnya ditolak.
g. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar (0.016 < 0.05) sehingga hipotesisnya diterima. 2. Implikasi
Implikasi yang dapat diambil penulis dari penelitian ini adalah dapat menambah pemahaman pembelajaran dan dapat dijadikan referensi untuk para penulis yang ingin meneliti permasalahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Selain itu, dapat juga dijadikan bahan untuk mendapat informasi mengenai transparansi sutau kinerja perusahaan dan membantu investor untuk mengambil keputusan dalam melakukan investasi.
3. Keterbatasan
Dalam penelitian ini masih memiliki keterbatasan, meskipun penulis telah melakukan usaha dalam mengembangan penelitian ini. Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu, sampel yang masih sedikit karena kurang lengkapnya data yang digunakan, dan dalam penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan jasa sub sektor lembaga pembiayaan sebagai objek penelitiannya, dan masih belum mencakup jenis perusahaan yang ada secara menyeluruh.
4. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut:
a. Bagi Perusahaan
Melihat dari hasil penelitian tersebut, terdapat 3 variabel yang tidak berpengaruh terhadap manajemen laba yaitu kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan. Sehingga perlu dilakukan peningkatan
terhadap variabel tersebut guna menghindari tindakan manajemen laba di suatu perusahaan.
b. Bagi Investor
Para investor diharapkan lebih cermat dan tidak hanya terfokus terhadap informasai laba dan keuangan dalam mepertimbangkan aktivitas investasi. Sehingga investor dapat juga melihat dari informasi non keuangan untuk mengambil keputusannya.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan kajian ulang khususnya pada periode penelitian dan diharapkan dapat menggunakan proksi yang berbeda terkait variabel Good Corporate Governance (GCG) atau menambah variabel-variabel baru.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, S. Y., & Susilawati, R. A. E. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba, 1–14.
Abdurrahim, Ahim. (2015). Mendeteksi Earning Management. Jurnal Akuntansi dan Investasi, 1(2): 104-111.
Akbar, M.N., Gunawan, H., dan Utomo, H., 2015, “Pengaruh Independensi dan Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor (Survey pada Beberapa Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung)”, Prosiding Penelitian Sivitas Akademika (Sosial dan Humaniora) 2015, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung,Hal. 304-312.
Andra Zeptian dan Abdul Rohman (2013)“Analisis Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perbankan”. Diponegoro Journal of Accounting Vol. 2, No 4,pp 1-11.
Anggana, Gea Rafdan dan Andri Prastiwi. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Praktik Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia). Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No. 3:Halaman 1-12.
Astuti, Pipit W. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta. Basyirun, Reni. (2018). Pengaruh Pengungkapan Other Comprehensive Income (OCI), Arus Kas
Bebas dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi, 6(1).
Bekti, Wulandari. 2013. “Pengaruh Problem-Based Learning terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar PLC di SMK”. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2), 178-191.
Benazir. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba pada PT Waskita Karya (Persero) Tbk [skripsi]. Medan (ID): Universitas Medan Area. Cahyati, Ari D. (2011). Peluang Manajemen Laba Pasca Konvergensi IFRS: Sebuah Tinjauan
Teoritis dan Empiris. JRAK, 2(1): 1-7.
Effendi, Rizal. 2013. Accounting Principles: Prinsip-prinsip Akuntansi Berbasis SAK ETAP. Edisi Revisi. Jakarta: PTRajagrafindo.
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Guna, W dan Herawaty, A . 2010. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya dalam Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas laporan Keuangan. Edisi PertamCetakan ke sepuluh. Jakarta : PT Bumi Aksara
Hazri, M., dan Sugiyarti, F.L. (2012). “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Gov-ernance Terhadap Praktik Manajemen Laba: Studi Pada Perusahaan Yang Termasuk Dalam CGPI”. Tazkia Islamic Finance and Business. 37-49
Jao, Rober dan Gagaring Pagalung. 2011. Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Idonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing.Vol. 8, No.1. Universitas Hasanuddin.
Muliati, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, Denpasar
Pahlevi. 2019. “Pengertian Manajemen Laba”. pahlevi.net https://www.pahlevi.net/pengertian-manajemen-laba/ Diakses 16 Oktober 2020.
Pramestya, Galih B. (2016). Dampak Pengungkapan Pendapatan Komprehensif Lain Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Prasadhita, C. dan Provita C. (2017). Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, 10(2): 247-256
Rahmawati, Hikmah Is’ada. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan. Accounting Analysis Journal.
Sari, N. H. dan Nurmala A. (2014). Revenue Discretionary Model Pengukuran Manajemen Laba: Berdasarkan Sektor Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16(1): 43-51.
Selviani, Alesia H. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Sanata Dharma.
Stevanie, Devi. (2019). Pengaruh Pengungkapan Pendapatan Komprehensif Lain, Arus Kas Bebas, Komite Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba [skripsi]. Bandar Lampung (ID): Institut Informasi dan Bisnis Darmajaya.
Suyono, Eko. (2017). Bebagai Model Pengukuran Earnings Management: Mana yang Paling Akurat. FEB UNSOED, 303-324.
Tanjung, M., Sucherly., Sutisna., dan Rahmat, S. (2015). “The Role Of Good Cor-porate Gover nance In Minimazing Earning Management To Increase Value Of Firm”. International Jurnal Of Scientific and Tecnology Research. 9 (4).21-27
Wardani, Anisa V. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pajak Penghasilan, Good Corpoorate Governance, dan Leverege Terhadap Manajemen Laba [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Indonesia.
Yamaditya, Vanian. (2014). Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting, 3(4): 1-12.
APENDIKS
Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 25 3.00000 4.00000 3.0800000 .27688746 X2 25 .25000 .50000 .4258095 .08470994 X3 25 .00000 .97916 .3752281 .40630225 X4 25 .00000 .06280 .0128756 .02191490 X5 25 -.18040 .12540 .0159030 .06835598 X6 25 .01363 .91903 .6472782 .28108044 X7 25 25.06382 31.18970 28.6088982 1.74735243 Y 25 -.36850 .75180 .0606168 .23105449 Valid N (listwise) 25 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 25
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .15387518 Most Extreme Differences Absolute .112 Positive .112 Negative -.081
Test Statistic .112
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance. UJI Multikolinearitas dan Uji t
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.583 1.257 -2.850 .011 X1 .017 .164 .020 .102 .920 .679 1.472 X2 .538 .628 .197 .858 .403 .492 2.030 X3 .117 .104 .206 1.130 .274 .783 1.277 X4 -.269 2.084 -.025 -.129 .899 .667 1.498 X5 -.072 1.025 -.021 -.070 .945 .284 3.524 X6 -.542 .318 -.659 -1.705 .106 .175 5.725 X7 .128 .048 .971 2.680 .016 .199 5.034 a. Dependent Variable: Y Uji Heterokedastisitas Correlations X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Unstandardize d Residual Spearman' s rho X1 Correlatio n Coefficien t 1.00 0 .270 -.411* -.265 -.184 -.061 .143 .020
Sig. (2-tailed) . .192 .041 .201 .379 .771 .495 .923 N 25 25 25 25 25 25 25 25 X2 Correlatio n Coefficien t .270 1.000 -.291 .131 .354 -.552* * -.454* .001 Sig. (2-tailed) .192 . .158 .531 .082 .004 .023 .997 N 25 25 25 25 25 25 25 25 X3 Correlatio n Coefficien t -.411* -.291 1.00 0 .028 -.187 .330 .110 -.018 Sig. (2-tailed) .041 .158 . .896 .371 .107 .602 .933 N 25 25 25 25 25 25 25 25 X4 Correlatio n Coefficien t -.265 .131 .028 1.00 0 .240 -.477* -.183 .210 Sig. (2-tailed) .201 .531 .896 . .248 .016 .380 .314 N 25 25 25 25 25 25 25 25 X5 Correlatio n Coefficien t -.184 .354 -.187 .240 1.000 -.599* * .119 -.025 Sig. (2-tailed) .379 .082 .371 .248 . .002 .570 .907 N 25 25 25 25 25 25 25 25
X6 Correlatio n Coefficien t -.061 -.552* * .330 -.477* -.599* * 1.000 .332 -.135 Sig. (2-tailed) .771 .004 .107 .016 .002 . .105 .521 N 25 25 25 25 25 25 25 25 X7 Correlatio n Coefficien t .143 -.454* .110 -.183 .119 .332 1.00 0 -.119 Sig. (2-tailed) .495 .023 .602 .380 .570 .105 . .570 N 25 25 25 25 25 25 25 25 Unstandardize d Residual Correlatio n Coefficien t .020 .001 -.018 .210 -.025 -.135 -.119 1.000 Sig. (2-tailed) .923 .997 .933 .314 .907 .521 .570 . N 25 25 25 25 25 25 25 25
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardize d Residual
Test Valuea -.01592
Cases < Test Value 12
Total Cases 25 Number of Runs 16 Z .827 Asymp. Sig. (2-tailed) .408