• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORITIS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pemberdayaan

Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:115-116), mengungkapkan bahwa dalam pengertian konvensional, pemberdayaan sebagai terjemahan dari kata empowerment mengandung dua pengertian, yaitu: (1) To give power or authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. (2) To give ability to atau to enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau keberdayaan. Eksplisit dalam pengertian kedua ini adalah bagaimana menciptakan peluang untuk mengaktualisasikan keberdayaan seseorang, dengan membuka ruang bagi akses terhadap informasi.

Dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk membangun daya, dengan cara: a) mendorong, b) memotivasi dan c) membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. pemberdayaan hendaknya tidak menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan, pemberdayaan sebaliknya harus mengantarkan pada proses kemandirian (Winarni, 1998). definisi lainnya, pemberdayaan masyarakat adalah bentuk upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi yang dimiliki. adapun masyarakat terdiri dari dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak lainnya sebagai pihak yang memberdayakan (Sumodiningrat,1999).

Pemberdayaan masyarakat saat ini dianggap sebagai a) konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. secara konseptual,

(2)

8

pemberdayaan masyarakat adalah b) upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. dengan kata lain memberdayakan adalah c) memampukan dan memandirikan masyarakat. konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat partisipasi, pemberdayaan, dan berkelanjutan (Kartasasmita, 1996).

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Ibrahim (1988: 122) dalam Haqqie (2016) terdapat enam faktor utama hambatan dalam inovasi pemberdayaan, yaitu 1) kurang tepatnya perencanaan atau estimasi dalam proses difusi inovasi, 2) adanya konflik dan motivasi, disebabkan karena adanya masalah-masalah pribadi seperti pertentangan antar anggota tim pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap pribadi yang menganggu kelancaran proses inovasi, 3) inovasi tidak berkembang, 4) masalah finansial, 5) penolakan dari kelompok tertentu, 6) kurang adanya hubungan sosial

Menurut Arsiyah (2009: 374) dalam Haqqie (2016) menyatakan bahwa terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal. Hambatan internal antara lain: (1) terbatasnya sumber daya manusia, (2) tidak tersedianya bahan baku, (3) keterbatasan kemampuan manajerial, (4) tidak adanya kemampuan mengelola peluang pasar yang ada dan terbatasnya modal usaha yang dimiliki. Sedangkan hambatan eksternal antara lain: (1) Akses kelompok usaha bersama (KUB) sebagai mitra pemerintah sebagai jembatan pemerintah dengan pengusaha kurang optimal,

(3)

9

(2) belum ada pihak swasta yang memberikan bantuan modal sebagai usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat.

23. Pariwisata

Menurut arti katanya, pariwisata berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua kata yaitu kata pari dan kata wisata. kata pari berarti penuh, seluruh atau semua dan kata wisata berarti perjalanan. menurut Yoeti (2003), syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata apabila: a) perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, diluar tempat kediaman orang tersebut biasa tinggal; b) tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang -senang, dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjunginya; c) semata-mata sebagai konsumen ditempat yang dikunjungi.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah sedangkan kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah

daerah, dan pengusaha.1 Secara umum pariwisata didefinisikan sebagai

keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan (Karyono, 1997). Definisi lainnya menurut Murphy (1985) dalam Sedarmayanti (2014) menyebutkan bahwa pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tempat tujuan, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat dari

1

(4)

10

perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen.

Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (UU Kepariwisataan No.10 tahun 2009). definisi lain dari daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi (Pendit,1994).

Daya tarik wisata alamiah adalah daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang terdiri dari keadaan alam, flora dan fauna, sedangkan daya tarik wisata buatan merupakan hasil karya manusia yang terdiri dari dari museum, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata argo, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan kompleks hiburan. daya tarik wisata lainnya yakni minat khusus yang merupakan suatu hal menjadi daya tarik sesuai dengan minat dari wisatawannya seperti berburu, mendaki gunung, menyusuri gua ,industry dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat ziarah dan lainnya (Utama, 2016).

Faktor-faktor yang dapat menjadi daya tarik wisata, menurut Pitana dan Gayatri, (2005: 56) mengidentifikasi terdapat 10 faktor yang menjadi faktor penarik suatu daerah menjadi daya tarik wisata, yaitu (1) iklim suatu daerah, (2) gencarnya usaha promosi, (3) produk barang maupun jasa pada suatu daerah, (4) even-even khusus, (5) insentif potongan harga dan sejenis,(6) ajakan teman, (7) mengunjungi kerabat dan teman, (8) daya tarik wisata, (9) budaya, dan (10) lingkungan alamiah maupun buatan manusia. Dalam kaitanya dengan faktor-faktor

(5)

11

yang menentukan wisatawan untuk membeli atau mengunjungi daya tarik wisata, Ariyanto (2005), menyatakan ada lima faktor yang menentukan seseorang untuk membeli jasa atau mengunjungi objek wisata, yaitu: (1) lokasi, (2) fasilitas,(3) citra atau image, (4) harga atau tarif, dan (5) pelayanan.

2.4. Pemberdayaan Pariwisata

Strategi pengembangan pariwisata diyakini lebih tepat dengan

mengakselerasi pencapaiaan tujuan pariwisata bagi kesejahteraan komunitas lokal. Berbagai proyek pengembangan pariwisata dilakukan dan dikelola agar dapat berdampak langsung bagi peningkatan kesejahetraan masyarakat di kawasan setempat. Pola umum yang menunjukkan bahwa inisiasi, bukan intervensi, pihak luar menjadi syarat penting untuk memfasilitasi akses masyarakat lokal pada pasar, sekaligus menguatkan keterkaitanya dengan industri. Inisiasi dari pihak luar (pemerintah, LSM, industri, dan sebagainya) harus didukung oleh partisipasi masyarakat lokal, baik yang bersifat gagasan maupun finansial, agar pengembangan pariwisata dapat berfungsi sebagai impuls bagi perbaikan taraf hidup mereka. Tanpa dukungan itu, pariwisata sangat potensial menciptakan ketergantungan baru pada pihak eksternal dan tidak memberdayakan masyarakat (Damanik, 2013).

Pelibatan masyarakat merupakan kata kunci untuk mempercepat pencapaiaan kesejahteraan melalui pengembangan pariwisata. Kajian yang banyak dilakukan para ahli dengan jelas menyatakan bahwa hanya dengan keterlibatan masyarakat di dalam pengambilan keputusan, pelaksaan dan pembagian hasil maka mereka dapat memperoleh manfaat dari pengembangan pariwisata. Pendampingan

(6)

12

masyarakat lokal untuk pengembangan bisnis inti dan pendukung pariwisata. Pemangku kepentingan secara bergantian menjadi konsultan untuk memberikan pelatihan tentang perencanaan, implementasi dan manajemen bisnis berskala kecil dan menengah bagi masyarakat. Disamping itu mereka juga membantu kelompok sasaran untuk menyusun aturan main pengelola sumber daya pariwisata yang menegaskan tanggung jawab, kewajiban dan hak masing-masing secara proposional, sehingga menyusun proposal pendanaan yang bersumber dari lembaga eksternal (Damanik, 2013).

Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kebudayaan dan

kepariwisataan dapat dicapai berkat keterpaduan dan kesinergian antara kekuatan masyarakat, pemerintah, media massa dan pelaku kebudayaan dan kepariwisataan. Pariwisata pada era global dewasa ini hendaknya lebih dipersepsikan sebagai wahana untuk: a) Meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, sehingga terjalin saling pengertian lebih baik, saling menghargai, mempererat, persahabatan, dan meningkatkan solidaritas sosial atas dasar kesetaraan dan keadilan. b) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya penduduk setempat, dalam bentuk peningkatan kesejateraan, ekonomi, spiritual, kultural, dan intelektual. c) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup:lingkungan fisik atau alam dan lingkungan budaya (Rare dan Surdin, 2017).

Promosi organisasi lokal yang dibentuk untuk kepentingan pariwisata. Salah satu titik lemah komunitas lokal didalam pengelolaan usaha pariwisata adalah jaringan yang lemah dan kemampuan berpromosi. proyek pariwisata, apakah itu berbasis komunitas atau tidak, sering mengalami kegagalan ketika

(7)

13

semua infrastruktur sudah selesai tetapi aktivitas organisasi lokal macet. kapasitas kelembagaan yang dimiliki oleh organisasi lokal ini sering tidak memadai di dalam merespon ragam peluang yang diinduksi oleh perkembangan pariwisata. pemberdayaan ini menjadi salah satu cara untuk meningkatkan posisi mereka di dalam pegelolaan sumber daya paraiwisata lokal (Damanik, 2013).

2.5. Pemerintah Desa

Menurut Undang-undang Desa No.06 Tahun 2014, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

Selain itu Pemerintah Desa lewat UU No. 6 Tahun 2014 diamanatkan pula untuk membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa), sebagai badan usaha

(8)

14

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Dengan demikian, maka warga desa perlu diberdayakan untuk siap dalam mengembangkan kreatifitas untuk berinovasi mengembangkan potensi-potensi diri maupun potensi-potensi desa dalam menjawab tuntutan pembentukan Bdan Usaha milik mereka sendiri.

Dalam pandangan seperti itulah pasal 18 UU No. 6/2014 mengatur secara rinci peran dan kewenangan pemerintah desa, yang salah satunya berkaitan dengan aspek pemberdayaan termasuk juga pembinaan. Bahwa pemberdayaan masyarakat desa harus mendasarkan diri pada prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Artinya pemberdayaan masyarakat desa oleh pemerintah desa tidak bias dilakukan secara top down, mengikuti keinginan pemerintah desa (kepala desa dan perangkatnya), namun harus berdasarkan upaya-upaya (aktivitas) sadar yang dilakukan dan hidup ditengah-tengah masyarakat desa tersebut.

(9)

15 2.6. Kerangka Pikir Penelitian

Pembangunan dan pengembangan wisata pantai pitu yang saat ini menjadi objek wisata di desa pitu upaya pemerintah desa yang telah melakukan pemberdayaan. diimplementasikan dalam bentuk kebijakan dan pelaksanaan kegiatan yang meliputi kegiatan penyadaran masyarakat mengenai Wisata Pantai, realisasi program dan anggaran pengelolaan Wisata Pantai, penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat desa dalam penggelolaan wisata pantai dan pembuatan peraturan desa untuk Wisata Pantai Pitu, karenanya teori pemberdayaan digunakan untuk menganalisis peran pemerintah desa dan factor-faktor yang mempengaruhi peran pemberdayaan pemerintah desa itu.

Masyarakat Halmahera Utara

Konteks Masyarakat Desa Pitu

Wisata Pantai Desa Pitu

Peran Pemarintah Desa dalam pemberdayaan masyarakat

Faktor yang mempegaruhi pemberdayaan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan uji hipotesis menyatakan bahwa upah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

Pemberian asam asetil salisilat (AAS) dengan dosis 400 mg per ekor tikus selama 3 hari dapat menyebabkan gastritis superficial akut ditandai dengan proliferasi sel goblet,

Berdasarkan kriteria tersebut, model penduga volume yang telah disusun tidak konsisten sebagai model terbaik untuk keseluruhan kriteria yang digunakan sehingga pemilihan model

Nama Layanan Deskripsi Kebutuhan Layanan Penyedia Layanan Pengguna Layanan Login Authentifikasi Admin, Dosen, Mahasiswa Web Based Learning, Sistem Kemahasi swaan

Berdasarkan Tabel 8, ditemukan ciri warna khusus pada domba Garut yaitu fenotip tubuh coklat belang kepala hitam, karena tidak ditemukan pada kelompok jenis domba lain yang

ISOLASI SENYAWA MARKER DAN UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK KULIT BATANG TUMBUHAN MANGROVE TANCANG (Bruguiera gymnhorriza) dan API-API PUTIH (Avicennia marina) TERHADAP SEL T47D DAN

26 II Emrin birkaç saat içinde kesin olarak geleceği söylentisinin çıktığı salı günü ikindi vaktinden beri -o gün perşembe olduğuna göre demek üç günden beri-

Dalam penelitian ini akan mengaplikasikan teori tersebut yaitu bahwa debitur akan berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang didalamnya berisi mengenai tanda-tanda,