1 BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Alam merupakan suatu siklus yang berproses, pada suatu kondisi tertentu sangat sulit untuk memperkirakan suatu peristiwa geologi terjadi, namun di sisi lain gejala tersebut masih dapat diprediksi dan ditanggulangi dengan solusi efektif yang telah dirancang dan dibangun sebelumnya.
Data Hidrologi dari Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air oleh PT. Indra Karya Consulting Engineer pada tahun 2013 menunjukkan bahwa fluktuasi debit air di Sungai Cimanuk yang tercatat di Bendung Rentang mencapai Qmax = 1.008,10 m3/det; Qmin = 28,94 m3/det, dengan Rasio = 34,83. Ini menunjukkan bahwa debit air di Sungai Cimanuk tersebut sangatlah besar dan dengan rasio yang cukup besar pula, sulit untuk memperkirakan terjadinya kelimpahan pada suatu waktu. Pada tingkat curah hujan juga menunjukkan angka yang sangat fluktuatif dan sulit untuk diprediksi, curah hujan tahunan DAS Cimanuk berkisar antara 1900 mm sampai dengan 4200 mm dengan nilai curah hujan tahunan rerata 2400 mm. Di sisi lain perubahan aliran hujan kadang kala di luar estimasi data yang tercatat, bahkan melebihi dugaan yang telah diperkirakan sebelumnya. Data yang telah dirangkum oleh Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2013 menunjukkan debit banjir pada waduk Jatigede dapat mencapai 11.000 m3/detik. Pembangunan pelimpah utama telah dilakukan dengan memiliki 4 pintu dengan tipe radial, dilengkapi saluran transisi
Bab 1 Pendahuluan
dan plunge pool yang diupayakan dapat melewatkan debit banjir maksimal atau Q.PMF (Probable Maximum Flood) sebesar 11.000 m3/detik tersebut.
Hasil penelusuran banjir lewat pelimpah yang dilakukan oleh Konsultan Supervisi Proyek pembangunan Waduk Jatigede tahun 2013 terdapat beberapa alternatif sebagai berikut:
1. Alternatif empat pintu terbuka
Apabila terjadi banjir PMF dengan semua empat pintu pelimpah dibuka penuh, maka elevasi muka air banjir melewati pelimpah yakni elevasi 260,78 m, artinya masih di bawah elevasi maksimum yang diperbolehkan (262,00 m), dengan kapasitas outflow 58,76% sehingga masih aman.
2. Alternatif tiga pintu terbuka
Apabila terjadi banjir PMF dengan tiga pintu terbuka penuh dan satu pintu tertutup, maka muka air banjir yang melewati pelimpah adalah elevasi 261,63 m yaitu masih di bawah elevasi maksimum yang diperbolehkan (262,00 m), dengan kapasitas outflow 47,73% , sehingga masih aman.
3. Alternatif dua pintu terbuka
Apabila terjadi banjir PMF dengan dua pintu terbuka penuh dan dua pintu tertutup, maka muka air yang melewati pelimpah adalah 262,77 m. Elevasi ini sudah di atas elevasi yang diperbolehkan yaitu 262,00 m, sehingga apabila hanya dua buah pintu pelimpah terbuka akan tidak aman apabila terjadi banjir PMF dengan kapasitas outflow sebesar 34,95%.
Sangat sulit nantinya memastikan apakah 4 pintu tersebut bekerja secara maksimal pada saat terjadinya limpahan besar oleh karena perubahan aliran hujan
Bab 1 Pendahuluan
ataupun debit air sungai secara tiba-tiba. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya suatu bangunan pelimpah tambahan untuk dapat mengantisipasi limpahan yang cukup besar pada suatu waktu dan untuk mengurangi risiko bencana yang ditimbulkannya.
Suatu konstruksi bendungan dikatakan baik apabila mampu dan stabil dalam menahan laju air kolam waduk, sehingga pada suatu kondisi tertentu yang mana laju air kolam waduk tersebut mencapai batas maksimal dibutuhkan suatu bangunan pelimpah cadangan (disamping adanya bangunan pelimpah utama) yang dapat difungsikan pada suatu waktu, yakni suatu bangunan pelimpah darurat atau yang lebih dikenal dengan emergency spillway. Bangunan pelimpah darurat merupakan suatu bangunan pelimpah tambahan yang beroperasi apabila terjadi banjir luar biasa sedangkan pintu air bangunan air pelimpah utama atau pintu air bangunan pengeluaran tidak dapat dibuka atau tidak dapat beroperasi secara penuh (Soedibyo, 2003).
Untuk menunjang pembangunan pelimpah darurat, diperlukan berbagai data dan informasi, salah satunya adalah data dan informasi geologi. Kondisi dan karakteristik geologi pada suatu lokasi merupakan aspek penting yang sangat mempengaruhi tingkat kestabilan suatu konstruksi. Data geologi nantinya dapat memberikan informasi mengenai kekuatan serta karakteristik lapisan tanah atau batuan yang berguna di dalam perencanaan dan penataan ruang. Selain itu itu data geologi akan sangat membantu dalam pemeliharaan dan mengevaluasi suatu perencanaan konstruksi teknik terkhusunya untuk pembangunan pelimpah darurat pada Bendungan Jatigede, Sumedang, Jawa Barat.
Bab 1 Pendahuluan I.2. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan pada penelitian ini yakni terkait dimana lokasi yang cocok untuk dilaksanakannya pembangunan pelimpah darurat Bendungan Jatigede berdasarkan kondisi dan karakteristik geologi.
I.3. Batasan Masalah
Penelitian yang dilakukan difokuskan pada analisa data dan informasi geologi yang berhubungan dengan pembangunan pelimpah darurat. Serta dikaitkan dengan analisis kemampuan dan kesesuaian lahan pada lokasi rencana pembangunan pelimpah darurat Bendungan Jatigede, Sumedang, Jawa Barat.
I.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yakni:
1. Mengetahui kondisi dan karakteristik geologi pada lokasi rencana pembangunan pelimpah darurat.
2. Mengidentifikasi dan memberikan rekomendasi lokasi untuk dibangunnya pelimpah darurat Bendungan Jatigede berdasarkan kondisi dan karakteristik geologi.
I.5. Ruang Lingkup Penelitian
I.5.1. Lokasi dan kesampaian daerah penelitian
Lokasi penelitian berada pada Daerah Aliran Sungai Cimanuk-Cisanggarung di areal pembangunan Waduk Jatigede yang meliputi dua wilayah desa, yakni Desa Pajagan dan Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat (Gambar 1.1). Lokasi ini berjarak kurang lebih 360 km ke arah barat-barat laut dari Yogyakarta yang dapat dicapai menggunakan
Bab 1 Pendahuluan
kendaraan umum roda empat dengan waktu tempuh sekitar 9 jam perjalanan. Dari Kota Cirebon ke arah barat, lokasi penelitian berjarak 66 km dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan.
Gambar 1.1. Peta lokasi pembangunan Waduk Jatigede (Departemen Pekerjaan Umum, 2013) dan lokasi penelitian di daerah rencana pembangunan pelimpah darurat.
Waduk Jatigede
As Bendungan
Bab 1 Pendahuluan
I.5.2. Peneliti terdahulu
Berikut merupakan hasil kajian studi pustaka oleh peneliti terdahulu yang diurutkan secara umum ke khusus sesuai Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1. Peneliti terdahulu
No. Nama Peneliti Tahun Ringkasan Penelitian
1. Djuri 1995 Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Arjawinangun, Jawa Skala 1:100.000 Edisi ke 2, urutan stratigrafi regional di daerah Bendungan Jatigede terdiri dari beberapa satuan batuan antara lain dari tua ke muda adalah, Formasi Cinambo, Formasi Halang, Formasi Breksi Terlipat, Formasi Batuan Volkanik Tua Tak Teruraikan, dan paling akhir yakni berupa Endapan Resen.
2. Sugalang dan Sugiyanto
1994 Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Arjawinangun dan Sekitarnya, Jawa Barat, Skala 1 : 100.000, daerah Jatigede berada pada zona rentan sedang hingga tinggi. 3. Anderson dan
Rudiman
1963 Daerah Jatigede terdapat adanya struktur sesar yang tidak menerus secara regional pada tapak bendungan, seperti kutipan berikut “both dam
sites are cut by faults that are apparently not of regional extent”. 4. Snowy Mountain Engineering Corporation (SMEC)
1974 Penelitian terkait Pemetaan Geologi di daerah Jatigede dan tidak adanya menemukan bukti-bukti sesar aktif, namun terdapat adanya indikasi potensi gerakan tanah di sekitar Bendungan Jatigede.
Bab 1 Pendahuluan 5. Sichuan Waterresources Hydroelectric Investigation (SWHI)
2010 Penelitian terkait pemetaan geologi di wilayah sekitar pembangunan Waduk Jatigede dan melakukan pengambilan contoh material patahan pada tiga lokasi sesar di daerah Bendungan Jatigede.
6. Makmur 2011 penelitian terhadap pelemahan pondasi pada struktur bendungan Jatigede yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya batuan pondasi berupa lapisan shally claystone. Batuan pondasi berupa lapisan Selang seling antara batuan shally claystone dengan fine
sandstone, beberapa sesar pada batuan pondasi
di sepanjang As bendungan, bidang diskontinuitas batuan pondasi memiliki densitas cukup rapat, proses pelapukan cukup intensif pada bidang bidang lapisan dan kekar. 7. Apriandi dan
Affandi
2013 analisis struktur geologi di daerah proyek pembangunan bendungan jatigede, yang mana memperlihatkan adanya beberapa struktur diantaranya berupa struktur kekar, lipatan dan patahan. Struktur kekar dan lipatan berupa Kekar Cinambo, Antiklin Cinambo, Antiklin Cihanyirtonggoh, Sinklin Cinambo, Sinklin Cihanyirtonggoh. Sedangkan struktur sesar diantaranya Sesar Cisaar, Sesar Cijeungjing, dan Sesar Pakualam.
8. Thong 2013 Dalam disertasinya terkait analisa kestabilan lereng yang menyebutkan pengaruh dominan alterasi ataupun pelapukan di daerah proyek Bendungan Jatigede.
Bab 1 Pendahuluan
I.5.3. Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian terkait kondisi dan karakteristik geologi lokasi perencanaan bangunan pelimpah darurat ini antara lain:
1. Kondisi geologi daerah rencana pembangunan pelimpah darurat yang terdiri dari geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, serta aspek kebencanaan dan sesumber
2. Peta analisis geologi teknik meliputi, peta kemiringan lereng, peta geologi teknik, peta kerentanan gerakan massa, dan peta tata guna lahan.
3. Rekomendasi lokasi pembangunan pelimpah darurat.
I.5.4. Keaslian penelitian
Belum ada penelitian sebelumnya yang dilakukan untuk merencanakan dan menentukan lokasi pembangunan pelimpah darurat pada Bendungan Jatigede, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat yang diperkuat pada Sub bab 1.5.2 (peneliti terdahulu) yang tidak ada membahas atau merujuk detail terkait geologi untuk pembangunan pelimpah darurat.