2. LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Pengecoran
Pengecoran adalah tahap atau proses yang sangat penting dalam dunia konstruksi. Keberhasilan suatu proyek bisa dibilang, salah satunya ditentukan oleh proses pengecoran.
Pengecoran sendiri adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan
liquid dan cetakan untuk menghasilkan part dengan bentuk yang mendekati
bentuk geometri akhir produk jadi (wikipedia.org). Dalam hal ini, liquid yang dimaksudkan adalah beton, dan cetakan yang dimaksudkan adalah bekisting. Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen portland yang terdiri dari agregat mineral (kerikil dan pasir), semen, dan air (wikipedia.org). Beton memiliki bagian yang utama, yaitu semen. Salah satunya adalah semen Portland yang paling sering digunakan dalam pembuatan beton. Semen Portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat – silikat kalsium yang bersifat hidraulis, bersama bahan tambahan gips. Dalam proyek ini, beton yang digunakan adalah beton siap pakai atau yang biasa disebut dengan
ready-mixed concrete. Sebagian besar proyek di Surabaya atau bahkan di
Indonesia, menggunakan beton siap pakai dalam pelaksanaan di proyek.
2.2. Definisi Beton Siap Pakai (Ready-Mixed Concrete)
Beton siap pakai adalah beton yang pencampurannya tidak dilakukan di area proyek, melainkan beton dicampur di tempat lain dan dikirim ke area proyek dalam keadaan segar. Adapun keuntungan dari pemakaian beton siap pakai, antara lain (Nugraha, 2007):
- Campuran beton lebih terkontrol.
- Pekerjaan di lapangan lebih efisien, tidak perlu menyediakan tempat untuk menimbun semen dan agregat. Material kelebihan tidak tertinggal di lapangan dan tidak perlu dibersihkan.
Hampir semua lokasi dapat dijangkau
- Produksi yang efisien. Untuk volume yang besar, pemakaian material menjadi lebih ekonomis.
Beton siap pakai dapat dicampur dengan tiga cara, yaitu:
- Central-mixed concrete, dicampur sepenuhnya dalam mixer tetap, dan dikirim dengan truck mixer.
- Shrink-mixed concrete, dicampur sebagian di dalam mixer tetap dan disempurnakan di dalam truck mixer. Kecepatan pengadukan umumnya sekitar 8 sampai 12 putaran per menit (rpm), sedangkan kecepatan agitasi antara 2 sampai 6 rpm.
- Transit-mixed concrete, dicampur sepenuhnya di dalam truk pengaduk.
Beton siap pakai bisa dikirim ke proyek dalam keadaan kering maupun basah. Pada keadaan kering, beton siap pakai yang dibawa ke proyek masih berupa campuran semen dan agregat, belum dicampur dengan air. Setibanya di proyek, campuran beton tersebut ditambahkan air sesuai proporsi yang didapatkan dari mix design kemudian diputar sebanyak 100 kali. Sedangkan dalam keadaan basah, semen dan air dicampur di batching plant. Beton siap pakai diangkut dengan menggunakan truck mixer. Dalam hal ini truck mixer digunakan hanya sebagai pengangkut. Setelah tiba di lapangan, drum truck mixer diputar dengan kecepatan 10 – 15 rpm selama sedikitnya 3 menit (Nugraha, 2007).
2.3. Mutu Beton
Beton yang akan di cor atau dituangkan ke dalam bekisting yang telah terpasang, juga akan dituangkan ke dalam silinder beton atau disebut mould (gambar 2.1.). Ukuran standar silinder tersebut adalah diameter 150 mm dan diameter 300 mm. Beton silinder tersebut akan di tes di laboratorium, untuk mengecek apakah beton yang digunakan sudah memenuhi spesifikasi yang di tentukan. Segi yang ditinjau adalah segi kekuatan beton. Tes akan dilakukan beberapa kali, lalu akan diambil rata – ratanya. Apabila beton yang di tes tersebut tidak memenuhi spesifikasi kekuatan rencana, maka ada kemungkinan bahwa
beton yang telah di cor pada proyek harus di bongkar. Karena beton yang telah di cor tersebut ditakutkan tidak sesuai rencana dan akan menimbulkan hal – hal yang tidak diinginkan, yaitu , roboh, dan lain sebagainya.
Gambar 2.1. Silinder Tes Beton (wikipedia.org)
2.4. Slump Beton
Test slump dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang digunakan apakah sesuai dengan perencanaan. Slump test dilakukan pada saat sebelum pengecoran berlangsung. Hasil dari slump test akan diambil sampelnya untuk diuji kembali di laboratorium. Test slump tidak menggunakan kubus akan tetapi menggunakan alat yang berbentuk tabung yang pada dasarnya sama dan biasanya disebut uji silinder. Tabung tersebut berukuran 15 x 30 x 15 cm dan batang pengocok dari besi tulangan 16 dengan panjang 50 cm (Azwaruddin, 2008).
Slump test dapat dilakukan dengan cara (Azwaruddin, 2008):
• Siapkan tabung kerucut yang berukuran diameter bawah 30 cm, tinggi 30 cm, dan diameter atas 10 cm.
• Siapkan pula batang pengaduk, biasanya terbuat dari besi bulat dengan panjang ± 50 cm.
• Simpan kerucut dimana bagian atas berdiameter 10 cm.
• Ambil beton dan masukan ke dalam kerucut hingga penuh dengan tiga kali tahapan pengisian.
• Setiap tahapan pemasukan beton tusuk - tusuklah dengan menggunakan tongkat sebanyak 25 – 30 kali.
• Buka kerucut dengan perlahan.
• Ukur penurunan beton yang terjadi setelah kerucut dibuka, dengan cara menyimpan tongkat di atas kerucut dan ukur kedalaman beton tersebut dari tongkat dan meteran.
• Toleransi dari kekentalan beton yang diinginkan untuk tes ini yaitu ± 2 cm. ketentuan pada proyek ini kekentalan beton yang ditetapkan adalah 12 cm.
• Jika tes benar, maka beton dapat digunakan.
2.5. Truck Mixer
Truck mixer (Gambar 2.2.), alat transportasi beton yang spesial ini, dibuat untuk mengangkut dan mencampur beton, dari pabrik tempat peracikan beton ke tempat proyek. Alat transportasi yang berupa truk ini dapat diisi dengan agregat kasar yang masih kering, dan air, atau diisi dengan campuran beton yang siap untuk langsung dipakai, yang disebut ready-mixed concrete. Dengan proses ini, campuran beton tersebut telah siap, dan dimuat di dalam truk. Truk ini dapat mempertahankan beton dalam keadaan cair, sampai tempat proyek sehingga dapat dipakai pada waktunya. Cara mempertahankannya adalah dengan cara memutar drum di belakang truk yang berisikan beton cair secara terus menerus. Di dalam interior drum tersebut terpasang pisau spiral, dengan satu arah putaran, beton tersebut tertekan kedalam drum. Ini yang dinamakan fase pengisian. Dengan putaran ini, beton akan tetap cair selama perjalanan ke tempat proyek. Dengan putaran yang berlawanan arah, beton yang diangkut akan dikeluarkan untuk ditempatkan di struktur atau plat yang akan di cor (wikipedia.org).
2.6. Concrete Pump
Concrete pump adalah alat yang digunakan untuk menempatkan beton cair
yang akan digunakan, dengan cara memompa (wikipedia.org). Keuntungan menggunakan concrete pump adalah beton dapat dipindahkan secara horizontal dan vertikal sekaligus. Jarak efektif pemompaan dapat mencapai 60 m secara horizontal, dan 300 m secara vertikal (Nugraha, 2007). Keuntungan lain dari penggunaan alat pemompa adonan beton ini (Kosmatka, Kerkhoff, Panarese, 2002) adalah:
• Untuk saluran pipa hanya membutuhkan tempat yang kecil.
• Beton bisa dipompa secara terus menerus.
• Pompa dapat bergerak secara vertikal dan horizontal.
• Mobil pompa beton bisa ditempatkan dalam proyek besar atau kecil.
• Pompa beton boom dapat mencapai bangunan konstruksi yang tinggi.
• Memerlukan waktu yang cukup singkat dalam penggunaan dan pelaksanaannya.
Gambar 2.3. Concrete Pump (Wikipedia.org)
2.7. Definisi Waktu
Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu
kejadian (wikipedia.org). Dalam penelitian ini, waktu yang diamati adalah waktu pengecoran balok, plat, pada proyek gedung bertingkat.
2.8. Definisi Antrian
Antrian adalah suatu proses dimana dalam interval waktu tertentu terjadi ketika orang-orang, barang-barang, komponen-komponen, atau kertas kerja yang harus menunggu untuk mendapatkan suatu pelayanan. Dalam buku Operational Research, Handy A. Taha mengatakan bahwa pelaku utama dalam sebuah situasi antrian adalah pelanggan (customer) dan pelayan (server).