DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv KATA PENGANTAR ... v ABSTRAK ... vi ABSTRACK ... vii DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR SINGKATAN ... xv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.3.1 Tujuan Umum ... 7 1.3.2 Tujuan Khusus ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 8 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8 1.4.2 Manfaat Praktis ... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kuli Angkut Wanita ... 9
2.1.1 Pengertian ... 9
2.2 Konsep Kondisi Kerja ... 10
2.2.1 Pengertian Mengangkat ... 10
2.2.2 Pengertian Mengangkut ... 10
2.2.3 Pengertian Sikap Kerja (Posisi Kerja) ... 11
2.2.4 Klasifikasi Sikap/Posisi Kerja ... 11
2.2.5 Cara Penilaian Sikap/Posisi Kerja ... 14
2.2.6 Frekuensi Mengangkut ... 17
2.2.7 Batasan Frekuensi Mengangkut ... 18
2.2.8 Batasan Berat Beban ... 19
2.3 Konsep Keluhan Muskuloskeletal ... 21
2.3.1 Pengertian ... 21
2.3.2 Faktor Penyebab ... 21
2.3.4 Pencegahan ... 28
2.3.5 Pengukuran Keluhan Muskuloskeletal ... 29
2.4 Hubungan antara Posisi Angkat Angkut, Frekuensi Mengangkut, dan Berat Beban dengan Keluhan Muskuloskeletal ... 31
BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 34
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 35
3.2.1 Variabel Penelitian ... 35
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 36
3.3 Hipotesis ... 38
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 39
4.2 Kerangka Kerja ... 40
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
4.3.1 Tempat Penelitian... 41
4.3.2 Waktu Penelitian ... 41
4.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Penelitian ... 41
4.4.1 Populasi Penelitian ... 41
4.4.2 Sampel Penelitian ... 42
4.4.4 Teknik Sampling ... 44
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 44
4.5.1 Jenis Data yang Dikumpulkan ... 45
4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 45
4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 46
4.5.4 Etika Penelitian ... 48
4.6 Pengolahan dan Analisa Data... 48
4.6.1 Pengolahan Data... 48
4.6.2 Analisa Data ... 49
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 51
5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 51
5.1.2 Karakteristik Responden ... 52
5.1.3 Keluhan Muskuloskeletal dan Posisi Angkat Angkut ... 55
5.1.4 Keluhan Muskuloskeletal dan Frekuensi Mengangkut ... 56
5.1.5 Keluhan Muskuloskeletal dan Berat Beban ... 57
5.2 Pembahasan ... 58
5.2.1 Posisi Angkat Angkut, Frekuensi Mengangkut, dan Berat Beban ... 58
5.2.2 Hubungan Posisi Angkat-Angkut dengan Keluhan Muskuloskeletal ... 49
5.2.3 Hubungan Frekuensi Mengangkut dengan Keluhan Muskuloskeletal... 63
5.2.4 Hubungan Berat Beban dengan Keluhan Muskuloskeletal ... 64
BAB 6 PENUTUP
6.1 Simpulan ... 68 6.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA Lampiran
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Penilaian Punggung OWAS ... 15
Gambar 2 Penilaian Lengan OWAS ... 16
Gambar 3 Penilaian Kaki OWAS ... 16
Gambar 4 Kerangka Konsep Penelitian ... 34
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Penilaian Sikap Kerja OWAS ... 17
Tabel 2 Kategori Tindakan Kerja OWAS ... 17
Tabel 3 Batasan Berat Beban Berdasarkan Frekuensi Mengangkat ... 18
Tabel 4 Panduan Frekuensi Pengangkatan dan Penurunan Beban ... 19
Tabel 5 Intervensi seuai dengan Batas Angkut Beban ... 20
Tabel 6 Kuisioner NBM ... 30
Tabel 7 Peta Nilai Total NBM ... 31
Tabel 8 Definisi Operasional Penelitian ... 40
Tabel 9 Hasil Uji Kappa Peneliti dengan Asisten Penelitian ... 44
Tabel 10 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ... 53
Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Beban ... 53
Tabel 12 Karakteristik Responden berdasarkan Pengalaman Kerja ... 54
Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Mengangkut ... 54
Tabel 14 Karakteristik Responden berdasarkan Posisi Angkat Angkut ... 55
Tabel 15 Keluhan Muskuloskeletal ... 55
Tabel 16 Tabulasi Silang Posisi Angkat-Angkut dengan Keluhan Muskuloskeletal ... 55
Tabel 17 Tabulasi Silang Frekuensi Mengangkut dengan Keluhan Muskuloskeletal ... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Penjelasan Penelitian
Lampiran 2 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : Kuisioner Penelitian
Lampiran 5 : Rencana Anggaran Dana Penelitian Lampiran 6 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 7 : Tabel Master Data
Lampiran 8 : Hasil Uji Karakteristik Responden Lampiran 9 : Hasil Uji Spearman Rank
Lampiran 10 : Hasil Uji Kappa
Lampiran 11 : Hasil Uji Validitas NBM Lampiran 12 : Dokumentasi Penelitian
DAFTAR SINGKATAN
BPS : Badan Pusat Statistik
ILO : International Labour Organization
BAPPENAS : Badan Pembangunan Perencanaan Nasional RULA : Rapid Upper Limb Assesment
OWAS : Ovako Working Postures Analysis System REBA : Rapid Entire Body Assesment
OHSCO : Occupational Health and Safety Council of Ontario
ACGIH : American Conference of Govermental Industrial Hygienist
CO : Carbon Monoxide
OSHA : Occupational Safety and Health Administration NBM : Nordic Body Map
KNEPK : Komisi Nasional Etika Penelitian Kesehatan Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia SPSS : Statistical Product and Service Solution
ABSTRAK
Keluhan muskuloskeletal merupakan suatu kondisi yang berdampak negatif terhadap aktivitas bekerja dari kuli angkut wanita. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan muskuloskeletal diantaranya adalah posisi angkat-angkut, frekuensi mengangkut dan berat beban. Menjunjung beban dengan posisi kerja yang tidak ergonomis dengan waktu yang lama akan memberikan beban statis pada otot sekitar punggung dan leher. Beban statis yang diakibatkan oleh posisi kerja yang tidak ergonomis akan memperlambat aliran darah dan menekan persyarafan yang melayani otot sekitar punggung dan leher. Kuli angkut wanita membutuhkan posisi angkat angkut, frekuensi mengangkut dan berat beban yang ergonomis untuk mengurangi resiko terjadinya keluhan musculoskeletal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara posisi angkat angkut, frekuensi mengangkut dan berat beban dengan keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 62 orang dengan teknik sampling purposive sampling. Uji hipotesis menggunakan Spearman Rank Test, dengan α = 0,1. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara posisi angkat angkut dengan keluhan muskuloskeletal (p value = 0,219), ada hubungan antara frekuensi mengangkut dengan keluhan muskuloskeletal (p value = 0,049), tidak ada hubungan antara berat beban dengan keluhan muskuloskeletal (p value = 0,470). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mengurangi frekuensi mengangkut akan mengurangi keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita.
Kata Kunci: Posisi angkat angkut, frekuensi mengangkut, berat beban, keluhan musculoskeletal
ABSTRACT
Musculoskeletal disorders are a condition that negatively impacts the work activity of women porters. Factors that affect the musculoskeletal disorders, among others, are lift-transport position, transport frequency, and load weight. Carrying the load on the head for a long time in an unergonomic working position will give a static load on the muscles around the back and neck. Static load caused by an unergonomic working position will slow down blood circulation and pressure on the nerves that serve the muscles around the back and neck. Women porters need lift-transport position, transport frequency and ergonomically heavy loads to reduce the risk of musculoskeletal disorders. The aim of this study was to determine the relationship between lift transport position, transporting frequency and load weight, and musculoskeletal disorders in women porters. The research design was descriptive correlative with cross sectional approach. The samples used were as many as 62 people with purposive sampling technique. Hypothesis testing used the Spearman Rank Test, with α = 0.1. The results of this study showed no significant relationship between the position of the lift transports and musculoskeletal disorders (p value = 0.219), there was a relationship between the frequency of transport and musculoskeletal disorders (p value = 0.049), there was no relationship between the load weight and musculoskeletal disorders (p value = 0.470). Based on these results, it can be concluded that reducing the load weight will reduce musculoskeletal disorders in women porters.
Keywords: Lift-transport position, load weight lifting the freight, musculoskeletal disorders and transport frequency
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Perkembangan industrialisasi di perkotaan terutama kota-kota besar di Indonesia masih menjadi daya tarik yang cukup kuat dan memicu tingginya arus urbanisasi. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja di kota – kota besar meningkat drastis. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah angkatan kerja di Indonesia sampai tahun 2011 tercatat sebanyak 117,4 juta jiwa dan dari data BPS hingga akhir tahun 2014 jumlah angkatan kerja di Indonesia meningkat mencapai 119,91 juta jiwa.
International Lobour Organization (ILO) mencatat pada tahun 2014, jumlah
angkatan kerja diperkirakan sebesar 125,3 juta, atau naik 5,2 juta dibandingkan Agustus 2013 atau 1,7 juta dibandingkan bulan Februari 2013. Tingkat partisipasi angkatan kerja diperkirakan sebesar 69,2 persen dan jumlah orang yang bekerja pada Februari 2014 mencapai 118,2 juta.
Peningkatan jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun menyebabkan terbatasnya kemampuan penyerapan tenaga kerja dalam sektor formal khususnya di kota-kota besar Indonesia. Survey yang dilakukan ILO, 2014, tingkat pengangguran pada Februari 2014 diperkirakan sebesar 5,7 persen dari 125,3 juta angkatan kerja. Ketidakberdayaan sektor formal untuk menyerap tenaga kerja ini telah menyebabkan munculnya sektor alternatif sebagai sektor pengaman yang mampu menampung tenaga kerja, yaitu pekerjaan sektor informal (Iwan, 2012). Sektor informal telah dianggap sebagai bagian dari sistem perekonomian di Indonesia, keberadaan sektor informal memiliki daya serap terhadap tenaga kerja yang cukup besar dan berperan sebagai sektor penyangga (buffer zone) yang sangat lentur dan terbuka, serta memiliki
kaitan erat dengan jalur distribusi barang dan jasa di tingkat bawah, dan menjadi ujung tombak pemasaran yang potensial Suyanto dan Karnaji (dalam Ilyas 2013). Badan Pusat Statistik mencatat berdasarkan status pekerjaan pada Agustus 2011 sekitar 41,5 juta orang (37,83%) bekerja pada kegiatan formal dan 68,2 juta orang (62,17%) bekerja pada kegiatan informal.
Sektor informal bersifat tidak terorganisir, sehingga penyerapan tenaga kerja dari sektor informal tidak teratur dan lebih banyak legal tapi tidak terdaftar. Badan Pembangunan Perencanaan Nasional (BAPPENAS) pada tahun 2014 berpendapat bahwa sektor informal memiliki peran yang sangat penting di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, tercatat 30% - 70% populasi tenaga kerja di kota-kota besar di Indonesia bekerja pada sektor informal. Sektor informal dianggap sebagai sektor yang paling banyak dalam penyerapan tenaga kerja, tapi kondisi pekerjaan sektor informal jika dilihat dari aspek kesehatan dan keselamatan kerja masih sangat memprihatinkan. Berbeda dengan sektor formal yang telah memiliki jaminan kesehatan dalam bekerja, program kesehatan pemerintah masih belum menyentuh tenaga kerja yang bekerja di sektor informal sehingga tenaga kerja yang bekerja di sektor informal masih belum memiliki jaminan kesehatan serta perlindungan diri dari penyakit maupun keselamatan saat bekerja.
Badan Pusat Statistik (2014) mengelompokkan kegiatan sektor informal menjadi lima sub sektor ekonomi yaitu perdagangan (menetap dan keliling), jasa (tukang cukur, tukang reparasi, dan lain-lain), bangunan (buruh, tukang batu, kuli bangunan, mandor, dan lain-lain), industri pengolahan (termasuk industri rumah tangga dan kerajinan rakyat), angkutan (supir, tukang becak, dan lain-lain). Salah satu penyerapan tenaga kerja sektor informal terbesar di Indonesia adalah pada sektor perdagangan.
Penyerapan sektor perdagangan paling banyak terjadi di pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan salah satu tempat perkembangan sektor informal dalam aspek perdagangan yang banyak menyerap tenaga kerja, khususnya di Kota Denpasar penyerapan tenaga kerja di sektor informal dapat ditemukan di Pasar Badung. Pasar Badung merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Denpasar yang menyediakan berbagai macam kebutuhan pokok. Terbukanya kesempatan kerja sebagai tenaga kerja sektor informal di Pasar Badung, terlihat dengan banyaknya keberadaan pedagang dan penyedia jasa, salah satunya sebagai kuli angkut di Pasar Badung yang menjual jasa membawa barang dengan menjunjung di atas kepala yang sering juga disebut sebagai tukang suun (Dewiyanti, 2014).
Pekerjaan sebagai kuli angkut tidak memerlukan kriteria maupun keahlian khusus, siapapun bisa menjadi kuli angkut, baik laki-laki maupun perempuan. Di pasar Badung, keberadaan kuli angkat-angkut atau yang lebih sering disebut tukang suun lebih identik dengan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang wanita (Dewiyanti, 2014). Wanita kuli angkut harus bekerja tanpa meninggalkan perannya sebagai istri, ibu dari anak-anaknya, dan ibu rumah tangga dirumah sehingga menimbulkan beban kerja yang lebih berat secara psikologis. Selain itu dari segi fisik kuli angkut wanita merupakan salah satu pekerjaan berat bagi wanita karena memerlukan tenaga yang begitu besar dalam memikul beban sedangkan pekerjaan kuli angkut yang merupakan salah satu bagian pekerjaan sektor informal belum memiliki jaminan kesehatan yang dapat melindungi kuli angkut dari cedera dan sakit akibat bekerja.
Pekerjaan menjadi kuli angkut merupakan salah satu pekerjaan yang sangat beresiko terhadap kejadian keluhan muskuloskeletal. Penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2009), pada tukang angkut barang wanita (porter) di Stasiun Kereta Jatinegara diperoleh hasil bahwa seluruh responden (106 orang) merasakan keluhan pegal pada bagian tubuh, dan yang paling banyak dikeluhkan adalah bagian kaki (31%) dan pinggang (23%), sedangkan sisanya mengeluhkan pada bagian anggota tubuh lainnya.
Penelitian Korovessis, Koureas, Zachratos, dan Papazisis (dalam Firman, 2014), dari 1.263 siswa yang berumur 12 - 18 tahun didapat siswa yang berjenis kelamin perempuan lebih sering merasakan keluhan muskuloskeletal. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dari pada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan wanita. Rerata kekuatan otot wanita kurang lebih 60% dari kekuatan otot pria, khususnya otot lengan, punggung dan kaki.
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 20 Mei 2015, dari lima orang kuli angkut wanita yang bekerja di Pasar Badung rata-rata beban yang diangkat – angkut bervariasi mulai dari 50 kg sampai 80 kg dengan posisi menunduk ketika mengangkat dan meletakkan beban yang diangkat serta menggunakan tangan untuk menyangga beban yang telah diangkat. Kuli angkat-angkut rata-rata mengangkat beban dalam satu kali angkat angkut dengan durasi lima sampai lima belas menit dengan jam kerja yang tidak tentu. Keluhan yang sering dirasakan pada kuli angkut ketika mengangkat maupun meletakkan beban atau barang adalah pegal pada bagian leher, punggung dan pinggang.
Laporan dari ILO (2009), kasus kejadian keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu kegagalan dari penerapan ergonomi di tempat kerja. Penerapan ergonomi yang tidak sesuai di tempat kerja tidak dapat dilepaskan dari kondisi kerja yang mengharuskan setiap pekerja untuk melakukannya misalnya dapat dilihat dari sikap ketika bekerja yang meliputi posisi tubuh, beban kerja, serta kegiatan yang berulang-ulang dalam bekerja. Maijunidah (2010) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal adalah dari faktor pekerjaan yang menuntut kondisi kerja yang dilakukan tidak ergonomis seperti sikap kerja, peregangan otot yang berlebihan, serta aktivitas berulang. Grandjean (dalam Krisna, dkk, 2014) berpendapat bahwa, kondisi kerja yang tidak fisiologis yang dilakukan selama bertahun-tahun dapat menyebabkan kelainan tulang pada pekerjanya. Kondisi
kerja yang tidak fisiologis ini dapat diakibatkan oleh karakteristik tuntutan tugas seperti beban dalam bekerja, alat kerja, stasiun kerja, posisi kerja dan frekuensi kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja memiliki keterkaitan satu sama lain, dan tidak dapat dilepaskan dari tuntutan individu yang dalam penelitian ini membahas mengenai kuli angkut wanita ketika bekerja diantaranya seperti posisi dalam bekerja, berat beban serta frekuensi ketika bekerja. Penelitian Lusianawaty, Delima, & Tuminah (2009) mengenai hubungan posisi kerja pada pekerja garmen dengan keluhan otot rangka leher dan ekstremitas didapatkan hasil adanya hubungan yang positif pada posisi duduk lebih dari 95 % jam kerja dengan nyeri leher serta terdapat hubungan antara keluhan nyeri leher dan ektremitas atas dengan posisi leher menunduk pada saat bekerja (fleksi leher). Perbedaan hasil penelitian terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Hartatik & Mahawati (2014) yang mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara posisi kerja dengan keluhan subyektif muskuloskeletal pada 39 karyawan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Kusuma, Gunawan, & Trimawan (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada 30 pekerja kuli panggul di pasar Ngronggo Kota Kediri namun menurut penelitian ini, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan keluhan muskuloskeletal pada pekerja kuli panggul salah satunya adalah peregangan otot yang berlebihan akibat beban angkut dan frekuensi angkut.
Pendapat Vi yang (dikutip dari Tarwaka, Bakri, & Sudiadjeng 2004) menyatakan bahwa salah satu faktor risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal adalah peregangan otot yang berlebihan. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena beban yang diangkat, diangkut maupun didorong berlebihan sehingga memaksa otot bekerja lebih keras. Keluhan muskuloskeletal akibat peregangan otot yang berlebihan ini sering dikeluhkan oleh pekerja yang aktivitasnya mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban. Kusuma, dkk, (2014) dalam penelitiannya menyatakan terdapat hubungan antara beban angkut lebih dari 40 kg dengan keluhan muskuloskeletal.
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arnatha (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara beban angkat dengan keluhan muskuloskeletal yang terjadi pada kuli angkut wanita di Pasar Badung. Beban angkut yang melebihi batas apabila dilakukan berulang-ulang dapat memperbesar terjadinya resiko keluhan muskuloskeletal.
Aktivitas yang berulang-ulang atau frekuensi angkut tidak bisa dilepaskan dari keterkaitan terjadinya muskuloskeletal pada suatu pekerjaan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005) menyatakan bahwa aktifitas mengangkat dengan periode waktu yang lama akan menyebabkan rasa sakit dan menjadi sakit permanen terutama pada bagian anggota badan, lengan, bagian persendian dan jaringan otot. Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2010) pada buruh angkut sayur di pasar menyatakan bahwa adanya hubungan frekuensi angkut dengan keluhan muskuloskeletal dengan frekuensi angkut minimal 40-120 kali. Kusuma, dkk. (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa frekuensi mengangkat lebih dari 10 kali perhari secara terus menerus dengan beban dan posisi yang monoton dapat menyebabkan terjadinya keluhan muskuloskeletal. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfah, Harwati, & Nurcahyo (2014) memiliki perbedaan dimana hasil penelitian ini menyatakan tidak ada hubungan frekuensi bekerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja laundry.
Posisi dalam mengangkat angkut, frekuensi dalam aktivitas mengangkut dan berat beban dalam mengangkat angkut memiliki keterkaitan satu sama lain dalam mempengaruhi risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal. Kuli angkut wanita ketika bekerja akan dihadapkan pada posisi angkat angkut baik posisi berdiri dan membungkuk, mengangkat beban dengan kapasitas lebih dengan jam kerja yang tidak tentu sehingga frekuensi dalam mengangkat beban akan lebih banyak. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara
posisi angkat angkut, frekuensi mengangkut dan berat beban dengan keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita di Pasar Badung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diangkat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara posisi angkat angkut dengan keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita di Pasar Badung?
2. Adakah hubungan antara frekuensi mengangkut dengan keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita di Pasar Badung?
3. Adakah hubungan antara berat beban dengan keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita di Pasar Badung?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara posisi angkat angkut, frekuensi mengangkut dan berat beban dengan keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita di Pasar Badung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi posisi angkat angkut pada kuli angkut wanita di Pasar Badung. 2. Mengidentifikasi frekuensi mengangkut pada kuli angkut wanita di Pasar Badung. 3. Mengidentifikasi berat beban pada kuli angkut wanita di Pasar Badung.
4. Mengidentifikasi keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita di Pasar Badung.
5. Menganalisis hubungan antara posisi angkat angkut dengan keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita di Pasar Badung.
6. Menganalisis hubungan antara frekuensi mengangkut dengan keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita di Pasar Badung.
7. Menganalisis hubungan antara berat beban dengan keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita di Pasar Badung.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi acuan teoritis dalam penyusunan kurikulum mengenai pencegahan keluhan muskuloskeletal melalui posisi angkat angkut, frekuensi mengangkut, dan berat beban yang benar.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi kuli angkut wanita di Pasar Badung Denpasar dapat memberikan informasi melalui edukasi langsung, penyuluhan rutin, dan beberapa poster yang akan ditempel di sekitar pasar Badung tentang posisi angkat angkut, frekuensi mengangkut, serta berat beban yang dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal sehingga mengetahui sikap kerja yang baik dalam mengangkat angkut serta penatalaksanaan keluhan muskuloskeletal akibat kondisi kerja.
2. Bagi petugas pengelola pasar badung diharapkan mampu melaksanakan penyuluhan secara rutin di setiap minggunya, dan memasang poster yang terkait penelitian sehingga penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam penyuluhan untuk memberikan sosialisasi mengenai posisi angkat angkut, frekuensi mengangkut serta berat beban yang tepat kepada kuli angkut wanita di Pasar Badung
3. Bagi petugas kesehatan, khususunya perawat komunitas mampu mendeteksi dini mengenai keluhan yang paling sering dirasakan kuli angkut sehingga mampu memberikan edukasi dini cara mengatasi keluhan yang dirasakan kuli angkut serta ikut mensosialisasikan posisi angkat angkut, frekuensi mengangkut dan berat
beban yang ergonomis bagi kuli angkut, berkolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya untuk memberikan intervensi melalui obat-obatan berbagai keluhan muskuloskeletal pada kuli angkut wanita di Pasar Badung