• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F03. Pelatihan Dasar 1. Teknik Fasilitasi. PNPM Mandiri Perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F03. Pelatihan Dasar 1. Teknik Fasilitasi. PNPM Mandiri Perkotaan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Teknik Fasilitasi

MODUL KHUSUS FASILITATOR

DEPARTEMEN

PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya

Pelatihan Dasar 1

F03

(2)

Intervensi yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran masyarakat yang diimplementasikan lewat Siklus PNPM Mandiri Perkotaan. Dalam proses pembelajaran sesuai dengan pendekatan pembangunan partisipatif yang digunakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan, maka metode pembelajaran yang dipakai adalah ‘participatory andragogy’ yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses dialog antara warga belajar dan Fasilitator. Dalam pendekatan ini tidak ada istilah guru, semua yang terlibat adalah belajar bersama – sama dalam prinsip kesetaraan sehingga baik Fasilitator maupun warga belajar adalah subjek sesuai dengan harkat martabatnya sebagai manusia, yang menjadi objeknya adalah realitas kehidupan, oleh karena itu pendekatan ini sering disebut sebagai belajar dari pengalaman. Untuk memfasilitasi proses belajar tersebut, Fasilitator memerlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu supaya proses pembelajaran masyarakat menjadi maksimal dan mereka tidak terjebak untuk menggurui dan merasa lebih ‘pintar’ dari masyarakat. Metode – metode dan teknik fasilitasi untuk masyarakat sudah banyak berkembang, akan tetapi dasar dari semua teknik adalah perilaku Fasilitatornya sendiri. Pendekatan pembelajaran seperti ini tidak akan bisa diterapkan dengan maksimal apabila sikap dan perilaku Fasilator tidak mencerminkan keadilan dan kesetaraan bagi semua pihak yang difasilitasi.

Secara umum pendekatan dalam melakukan fasilitasi ada 2 yaitu pendekatan individu dan pendekatan kelompok, dimana kedua pendekatan ini akan saling melengkapi. Pendekatan kelompok dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan melalui FGD, Rembug warga (musyawarah) dan refleksi – refleksi dalam diskusi kelompok. Pendekatan individu dilakukan melalui kunjungan rumah, obrolan informal dengan berbagai pihak dan sebagainya.

Metode yang dipakai baik untuk pendekatan individu maupun pendekatan kelompok, dalam proses belajar masyarakat tetap harus mengacu pada tujuan pembelajaran : Apakah ranah belajar yang akan diintervensi ada pada tingkatan pengetahuan, sikap atau perilaku.

Pada dasarnya proses Fasilitasi adalah proses penyampaian pesan atau proses komunikasi, oleh karena itu untuk mempermudah proses dialog biasanya digunakan media bantu pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan.

(3)

Modul 1 Pendidikan Orang Dewasa 1

Kegiatan 1: Diskusi Andragogi VS Pedagogi 2

Kegiatan 2: Diskusi Daur Belajar Orang Dewasa 4

Modul 2 Dasar Dasar Komunikasi 18

Kegiatan 1 : Permainan Mari Menggambar Komunikasi Multi Arah 19 Kegiatan 2 : Diskusi Tata Cara Membangun Komunikasi yang Efektif 20

Modul 3 Fasilitasi dan Pembelajaran 30

Kegiatan 1 : Ceramah dan Tanya Jawab Pendekatan Fasilitasi 31 Kegiatan 2 : Permainan Tiupan Kapas : Membangun Kelompok 32

Kegiatan 3 : Berlatih Membuat Pertanyaan 33

Kegiatan 4 : Diskusi Kelas : Media Pembelajaran 34 Kegiatan 5 : Diskusi Kelompok Berbagai Metode Pembelajaran 35

Modul 4 Berlatih Memfasilitasi 71

(4)

Modul 1

Topik: Pendidikan Orang Dewasa

Peserta memahami dan menyadari:

1. Semua warga belajar adalah narasumber

2. Daur belajar dan prinsip –prinsip pendidikan orang dewasa 3. Pendiidkan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi

Kegiatan 1: Diskusi Andragogi VS Pedagogi Kegiatan 2: Diskusi daur belajar orang dewasa

2 Jpl ( 90’)

Bahan Bacaan:

1. Prinsip Belajar Orang Dewasa 2. Visualisasi Pendidikan

• Kertas Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

(5)

Diskusi Andragogi vs Pedagogi

1) Bukalah pertemuan dengan memberi salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan membahas Tema : Teknik Fasilitasi dan dimulai dengan Modul Pendidikan Orang Dewasa dan uraikan apa yang akan dicapai melalui modul ini, yaitu peserta memahami dan menyadari : • Semua warga belajar adalah narasumber

• Daur belajar dan prinsip –prinsip pendidikan orang dewasa • Pendidikan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi

2) Uraikan kemudian bahwa Modul ini akan dimulai dengan kegiatan belajar 1, yaitu Diskusi Andragogi vs Pedagogi dan jelaskan apa yang akan dicapai melalui kegiatan ini, yaitu :

ƒ Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata sendiri perbedaan mendasar antara fasilitasi dengan mengajar ( menggurui)

3) Ajaklah peserta untuk berbagi menjadi 3 kelompok diskusi Masing-masing kelompok akan mendiskusikan gambar/komik “Tuan Guru dan Tukang Perahu“ yang akan dibagikan pada kelompok.dengan pertanyaan penggerak sebagai berikut:

ƒ Apakah cerita ini mungkin terjadi?.

ƒ Apa tanggapan anda tentang kedua tokoh tersebut ? ƒ Apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut ?.

4) Setelah diskusi kelompok selesai mintalah masing–masing wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan ajaklah peserta untuk mengkritisi masing-masing ide/gagasan yang disampaikan.

Setiap orang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang harus dihargai dan mungkin tidak dimiliki oleh yang lainnya. Karena itu semua orang bisa menjadi sumber belajar bagi yang lain, dalam proses fasilitasi yang dilakukan adalah proses membelajarkan (membantu proses belajar) bukan mengajar, dimana semua peserta adalah subjek dari proses belajar sedangkan objeknya adalah relaitas kehidupan

5) Ajaklah peserta untuk membahas perbedaan mengajar dengan membelajarkan dengan mengisi tabel seperti yang sudah disediakan dalam LK 1 –

(6)

Belajar dari realitas atau pengalaman : yang dipelajari bukan ‘ajaran’ (teori, pendapat,

kesimpulan, wejangan, nasehat dan sebagainya ) dari seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. Keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau ‘kepintaran’ omongannya.

Tidak menggurui : karena itu , tak ada ‘ guru’ dan tak ada ‘murid yang digurui. Semua orang

yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah ‘guru sekaligus murid’ pada saat yang bersamaan.

Dialogis : karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi

proses ‘ mengajar – belajar’ yang bersifat satu arah, tetapi proses ‘komunikasi’ dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan media (peraga, grafika, audio visual, dan sebagainya) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat di dalam proses pelatihan tersebut.

7) Refleksikan bersama hasilnya sehingga ditemukan perbedaan yang hakiki antara andargogi dan pedagogi , dan beri penegasan oleh pemandu apabila diperlukan.

• Model pendekatan pendidikan menurut Knowles dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk pendekatan yang kontradiktif yakni antara pedagogi dan andragogi. Perbedaan antara kedua pendidikan tersebut, sesungguhnya tidak semata perbedaan ‘obyek’nya. Pedagogi sebagai ‘seni mendidik anak’ mendapat pengertian lebih luas dimana suatu proses pendidikan yang ‘menempatkan obyek pendidikannya sebagai ‘anak – anak’ walaupun secara biologis mereka sudah termasuk ‘dewasa’. Konsekuensi logis dari pendekatan ini adalah menempatkan peserta didik sebagai ‘murid’ yang pasif. Murid sepenuhnya menjadi obyek suatu proses belajar seperti misalnya : guru menggurui, murid digurui, guru memilihkan apa yang harus dipelajari, murid tunduk pada pilihan tersebut, guru mengevaluasi, murid dievaluasi dan seterusnya. Kegiatan belajar mengajar model ini menempatkan guru sebagai inti terpenting, sementara murid menjadi bagian pinggiran.

• Sebaliknya, andragogi atau pendekatan pendidikan ‘orang dewasa’ merupakan pendekatan yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. Di balik pengertian ini Knowles ingin menempatkan ‘murid’ sebagai subyek dari sistem pendidikan. Murid sebagai orang dewasa diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang dianggap bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat pendidikan. Fungsi guru adalah sebagai ‘fasilitator’, dan bukan menggurui. Oleh karena itu relasi antara guru – murid bersifat ‘multicommunication’ dan seterusnya.

(7)

Diskusi Daur Belajar Orang Dewasa

1) Buka kegiatan ini dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memasuki kegiatan belajar ke-2 dari Modul Pendidikan Orang Dewasa yaitu mendiskusikan mengenai Daur Belajar Orang Dewasa

2) Bagi peserta dalam beberapa kelompok kemudian mintalah tiap kelompok untuk mendiskusi hal-hal sebagai berikut :

ƒ Bagaimana proses sang guru dan tukang perahu memperoleh ilmu,

ƒ Bagaimana cara sang guru dan tukang perahu menyimpulkan pengalaman masing-masing, dan

ƒ Bagaimana cara sang guru dan tukang perahu mengambil keputusan dari kesimpulan-kesimpulan yang diambil.

3) Setelah selesai minta wakil kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok kemudian bahas dan simpulkan, yang pada intinya; menyatakan bahwa semua orang belajar dengan cara yang berbeda – beda, ada yang belajar melalui pengalaman, pengamatan dan pengalaman orang lain. Dalam kasus komik tadi guru mengambil kesimpulan dari kegiatan belajar formal yang cenderung teoritik sedangkan tukang perahu belajar dari pengalaman/kenyataan yang dialami. 4) Berikanlah penjelasan singkat tentang daur belajar bagi orang dewasa dan bagaimana cara

melakukan daur pembelajaran yang efektif.

Agar tetap pada asas – asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, maka panduan proses belajar harus disusun dan pelaksanaannya dalam suatu proses yang dikenal sebagai ‘daur belajar’ (dari) pengalaman yang distrukturkan (structural experiences learning cycle). Proses belajar ini memang sudah teruji sebagai suatu proses belajar yang juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan kritis, terutama karena urutan prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat (partisipasi), secara langsung maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realitas tersebut.

(8)

LK 1 – Perbedaan Mengajar dan Membelajarkan

Membelajarkan Mengajar

Pelaku

Pembagian Peran Pola hubungan antar warga belajar dan fasilitator Prinsip Konsep belajar Proses belajar Metode Cara Komunikasi Jalur Pendidikan

(9)
(10)

Slide 1 Slide 2

(11)

Slide 5 Slide 6

(12)

Membelajarkan Mengajar

Pelaku Fasilitator dan peserta belajar

(warga) Guru dan murid. Penyuluh dan masyarakat Pembagian Peran Semua menyumbang pengalaman

dan pengetahuannya

Fasilitator memperluas peran peserta

Guru, sebagai keran air, murid sebagai ’gelas kosong’

Guru sebagai sumber ilmu, murid sebagai penerima ilmu Pola hubungan Kesetaraan (saling belajar) Hirarkis (mengajar –diajar)

Prinsip Partisipatif, dialogis Searah

Konsep belajar Konsep pendidikan kritis Konsep pendidikan “gaya bank’

Proses belajar Aksi – refeksi – aksi (dialektika) Input (pengetahuan/informasi) – process (memori) – output (tanggapan)

Metode Andragogi (metode pendidikan

orang dewasa) Pedagogi (metode mengajar didaktif) Cara Komunikasi Multi – arah (jaringan

pembeajaran) searah

Jalur Pendidikan Pendidikan non – formal yang

bersifat ‘alternatif Pendidikan formal (sekolah), pendidikan informal (keluarga), pendiidkan non formal (misal pesantren)

(13)

PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD)

(Dari Berbagai Sumber)

Pembangunan adalah upaya – upaya yang dilakukan oleh lembaga/agen pembangunan yang bekerja bersama masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam pengembangan program pembangunan, upaya – upaya peningkatan kemampuan tersebut, diharapkan agar pada akhirnya, masyarakat mampu menyelenggarakan upaya-upaya mengatasi masalah mereka sendiri dan kegiatan-kegiatan inovatif untuk memajukan masyarakatnya sendiri.

Begitu pentingnya faktor manusia dalam pembangunan, sehingga upaya peningkatan kemampuan, perubahan sikap, dan perilaku pelaku – pelakunya (manusia dewasa), perlu diperhatikan sungguh – sungguh.

Berbicara mengenai Pendidikan Orang Dewasa, masalahnya lebih dari sekedar mengajarkan suatu pengetahuan baru kepada orang dewasa, karena orang dewasa telah memiliki sikap dan pengetahuan sehingga informasi baru akan mereka bandingkan dengan pengalaman, pengetahuan dan konsep –konsep mereka selama ini.

Siapakah Orang Dewasa itu ?

Benar, bahwa orang yang sudah berumur (akil balik), bisa kita sebut orang dewasa, tetapi dalam membicarakan pendidikan orang dewasa ini tidak semata – mata mengacu pada kedewasaan biologis, tetapi cenderung mengacu pada kedewasaan sosialnya.

Bagaimana Proses Belajar Bagi Orang Dewasa ?

Ada dua tujuan dari proses belajar bagi orang dewasa, yaitu pada perkembangan individual dan pada peningkatan partisipasi sosial dari individu. Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh orang dewasa, pria maupun wanita sesuai dengan bidang perhatian dan kemampuannya. Akibat atau hasil dari belajarnya orang dewasa nampak pada perubahan perilakunya.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal tertentu oleh sarana yang mendukungnya, maka proses belajar manusia dewasa ke arah perubahan perilaku hendaknya digerakkan melalui usaha perubahan sikap baru, memberinya pengetahuan baru, melatihkan keterampilan baru dan dalam hal tertentu penyediaan sarana baru. Perubahan perilaku seseorang akan terjadi jika isi dan cara pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya. Sedang perubahan perilaku itu sendiri terjadi proses reflek di dalam dirinya sendiri

Pada prinsipnya, proses belajar bagi orang dewasa adalah suatu ‘proses belajar dari pengalaman’. Belajar bagi orang dewasa melalui 4 tahap, yakni pengalaman nyata, analisa, kesimpulan dan penerapan .

(14)

1. Melakukan atau Mengalami

5. Menerapkan

4. Menyimpulkan 3. Mengolah atau

menganalisis

2. Mengungkapkan

DAUR BELAJAR ORANG DEWASA

Pengalaman

Fasilitator mendorong peserta untuk menyampaikan pengalamannya dengan cara menguraikan kembali rincian fakta, unsur – unsur, urutan kejadian, dll dari kenyataan tersebut. Kemudian menggali tanggapan dan kesan peserta atas kenyataan tersebut.

Analisa

Fasilitator mendorong peserta untuk menemukan pola dengan mengkaji sebab – sebab dan kaitan – kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut – yakni tatanan, aturan – aturan, sistem , sikap dan perilaku yang menjadi akar persoalan.

Kesimpulan

Fasilitator mengajak peserta merumuskan makna relaitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengetahuan baru yang lebih utuh, berupa prinsip – prinsip atau kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut.

Penerapan

Fasilitator mengajak peserta merumuskan dan merencanakan tindakan – tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat memungkinkan untuk menciptakan kenyataan – kenyataan baru yang lebih baik. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat ’eksperimental’.

Bagaimana Prinsip – Prinsip Belajar Bagi Orang Dewasa ?

Sesuai dengan kedewasaan sosialnya, orang dewasa sesungguhnya tidaklah seperti gelas kosong yang dengan mudah dapat kita tuangi sesuatu ke dalamnya. Beberapa prinsip Pendidikan Orang Dewasa yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam penyelenggaraan program, yaitu :

(15)

1. Orang yang mempunyai konsep diri

Orang dewasa menganggap dirinya mampu untuk membuat keputusan dan mampu menghadapi segala risiko atas keputusannya, serta mengatur hidupnya agar mandiri. Harga diri sangat penting bagi orang dewasa. Seorang dewasa menuntut dihargai terutama dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan kehidupannya. Sikap yang terkesan menggurui cenderung ditanggapi negatif. Mereka cenderung menghindar, menolak dan merasa tersinggung apabila diperlakukan seperti anak – anak. Mereka akan menolak situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep dirinya sebagai individu yang mandiri. Sehingga mereka perlu dilibatkan secara penuh dalam menentukan kebutuhan belajar dan merancang belajar secara partisipatif. Sumber belajar berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator serta narasumber.

2. Orang Dewasa Kaya Akan Pengalaman

Makin lanjut usia seseorang, makin banyak pengalaman yang ia miliki. Adapun pengalaman orang dewasa diperoleh dari :

• Peristiwa yang dialami pada masa lalu dan masa kini. • Hubungan dengan lingkungan di sekitarnya.

• Pengalaman dengan dirinya sendiri pada masa kini dan masa lampau.

3. Orang Dewasa Mempunyai Kesiapan Belajar

Masa kesiapan belajar orang dewasa berubah sejalan dengan usia dan peran sosial yang mereka tampilkan. Untuk itulah, urutan program belajar berdasarkan tahapan dalam yang relevan dengan peran mereka menjadi penting untuk diutamakan.

4. Orang Dewasa Berpandangan Untuk Segera Menerapkan Hasil Belajarnya

Orang dewasa senantiasa berorientasi pada kenyataan. Oleh karena itu, kegiatan belajar bagi orang dewasa sebaiknya diarahkan pada kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.

5. Orang Dewasa Itu Dapat Belajar

Sesungguhnya orang dewasa dapat melakukan kegiatan belajar. Apabila orang dewasa tidak menampilkan kemampuan belajar yang sebenarnya, kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya perubahan faktor fisiologis seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, atau tenaga sehingga mempengaruhi kecepatan belajarnya. Fasilitator perlu mendorong dan membantu warga belajar untuk belajar sesuai dengan langkah yang mereka inginkan dan terapkan sendiri.

6. Belajar Merupakan Proses yang Terjadi Pada Diri Orang Dewasa

Setiap warga belajar akan mengontrol langsung proses belajarnya, termasuk potensi intelektual, emosi serta fisik. Ia merasa adanya kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadinya yang akan tercapai melalui belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melalui interaksi dirinya dengan lingkungannya, dengan demikian seni pembelajaran orang dewasa merupakan upaya mengelola lingkungan dan proses belajar itu sendiri. Untuk itu, digunakan metode dan teknik dimana warga belajarnya terlibat secara intensif dalam mendiagnosa kebutuhan belajar serta menilai proses belajar.

Orang dewasa tidak suka diperintah untuk melakukan sesuatu, kecuali jika mereka diberi kesempatan untuk bertanya ‘mengapa ?’ dan mengambil keputusannya sendiri.

Suasana Belajar Bagi Orang Dewasa

Setiap bentuk program pendidikan bagi orang dewasa, harus ditunjang interaksi dan kegiatan program yang mampu mengimbanginya. Untuk membentuk interaksi program yang mampu

(16)

menunjang pencapaian tujuan program, maka fasilitator harus dapat merancang dan membentuk suasana belajar yang dapat diikuti oleh warga belajar. Pendidikan orang dewasa dilakukan dengan pengelompokkan sesuai dengan minat atau kebutuhan , bukan suatu kelas atau jenjang.

Bentuklah suasana belajar yang penuh keakraban dan tidak menegangkan. Membentuk suasana belajar yang bersifat non – formal, dalam arti :

• Kumpulan manusia aktif. • Suasana hormat menghormati. • Suasana harga menghargai. • Saling percaya.

• Suasana penemuan diri. • Suasana keterbukaan.

• Suasana mengakui kekhasan pribadi. • Suasana membenarkan perbedaan.

• Suasana mengakui hak untuk berbuat salah. • Suasana membolehkan keraguan.

• Evaluasi bersama dan evalusi diri. Peran Fasilitator

Sikap pembimbing bagi orang dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang besar. Sikap yang perlu untuk menciptakan proses belajar sebuah kelompok adalah sebagai berikut :

Empati

• Berarti menyetel pada gelombang pemancar yang sama dengan peserta, yakni mencoba melihat situasi sebagaimana peserta juga melihatnya, berada dan bersatu dengan peserta, membiarkan diri sendiri menyatu dengan pengalaman peserta, merenungkan pengalaman tersebut sambil menekan penilaian sendiri, lalu mengkomunikasikan pengertian itu kepada mereka, bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta hanya secara intelektual, ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka.

Wajar

• Berarti jujur, apa adanya, terus terang, konsisten, terbuka, mencerminkan perasaan yang sebenarnya, mengatakan apa adanya, secara sadar menghindari peran sebagai pengajar, mengungkapkan perasaan secara konkret, dan merespon secara tulus.

Respek

• Berpandangan positif terhadap peserta, mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian, menghargai perasaan, pengalaman dan kemampuan mereka.

Komitmen

• Menghadirkan diri secara penuh, siap menyertai kelompok dalam segala keadaan, mengakui secara jujur kalau merasa bosan atau pikiran melayang jauh, melibatkan diri dalam suka duka.

Mengakui kehadiran orang lain

• Mengakui adanya orang lain, tidak menonjolkan diri agar orang lain berkesempatan mengungkapkan diri, bergaul dengan mereka, menunjukkan kepada mereka bahwa ‘saya sadar akan kehadirannya’, mengakui tiap peserta sebagai makhluk bebas yang berhak ada di sana dan bertanggungjawab atas kehadirannya.

Membuka diri

(17)

Pertama menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran konsep dan pengalaman kita sendiri, setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat dan konsep kita sendiri, tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemingkinan – kemungkinan baru. Kedua, secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana pandangan saya, suka dan duka saya, mau mengambil risiko melakukan kekeliruan.

Tidak menggurui

• Mengingat bahwa peserta adalah orang dewasa yang mempunyai keahlian sendiri, pengalaman sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam lingkungannya, maka sikap menggurui dapat dirasakan oleh peserta sebagai meremehkan.

Tidak menjadi ahli

• Artinya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan – akan fasilitator harus ahli dalam segala bidang.

Tidak memutus bicara

• Pada waktu peserta bertanya atau mengemukakan pendapatnya fasilitator jangan memutus hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar.

Tidak berdebat

• Bersoal jawab dengan satu orang saja di tengah – tengah sekian banyak peserta dapat menimbulkan kebisanan.

Tidak diskriminatif

• Merupakan hal yang baik kalau pembimbing berusaha untuk memberi perhatian secara merata, bukan hanya kepada satu atau dua orang peserta saja yang disukai secara pribadi. Metode POD

Metode pendidikan orang dewasa adalah suatu teknik penyampaian materi pembelajaran yang diatur sedemikian rupa sehingga tujuan belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam penyampaian materi, metodologi yang akan digunakan adalah metode – metode yang mempermudah dan mempercepat proses pemahaman pengetahuan, sikap dan proses penguasaan aplikasinya.

Metodologi yang dipilih yang memungkinkan terciptanya partisipasi aktif dari para peserta, saling bertukar pengalaman di antara peserta dan fasilitator yang memperlakukan peserta sebagai orang dewasa bukan sebagai murid sekolah. Metode yang paling efektif adalah belajar dengan bekerja.

Sumber

• Tim Pe-PP; Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan Masyarakat; Bappenas – UNDP;Jakarta 2007

• Studio Driya Media; Handout Pelatihan; Bandung 1999

(18)

VISUALISASI PENDIDIKAN

Seorang fasilitator memiliki peran yang penting pada saat berada di tengah masyarakat. Dengan proses dialog yang detail sampai saat ditemukan kesepakatan. Tugas fasilitator mengambil bagian saat masyarakat yang didampinginya, menciptakan situasi belajar daripada mendiktekan istilah dan kondisi, memudahkan pengawasan riset dan/atau proses perkembangan.

Apa yang telah menjadi sangat jelas dari proses pendidikan langsung di tengah masyarakat, merupakan kepentingan awal yang segera dimulai dengan metode dasar dengan menggunakan metode diagram. Jika hal ini tidak dilakukan pada diskusi pertama dengan masyarakat sasaran, maka pengalaman menunjukkan, kondisinya akan semakin sulit untuk mendorong partisipan meninggalkan pena dan kertasnya, serta untuk menghilangkan wawancara yang formal dan kaku. Jika kelompok melakukan visualisasi sejak awal, maka hal tersebut akan memberikan antusiasme dan ketertarikan, serta membantu setiap orang untuk terus bereksperimen dan belajar.

Ada beberapa langkah yang dapat digunakan agar kerja lapangan dapat berjalan lancar :

• Diskusikan terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang menghambat dan menciptakan kekakuan, kebekuan. Gunakan latihan pemecah masalah kelompok dengan menggunakan umpamanya media role play.

• Sarankan pada setiap kelompok untuk memutuskan masalah, metode dan para kader komunitas yang akan mereka ajak untuk memulai. Pikirkan tentang urutan metode yang mungkin digunakan.

• Dorong kelompok untuk memulainya dengan aktivitas nyata yang membutuhkan masukkan kelompok, yang telah dipraktekan sebelumnya dan hampir membawa pada hasil yang jelas. Latihan pemetaan merupakan awal yang baik. Hal ini biasanya dapat membuat orang-orang terlibat di dalamnya, merubah pengawasan dari kelompok kepada perempuan dan pria yang membuat dan menjelaskan peta serta dapat menjadi hal yang menyenangkan. • Mengorganisasikan sesi ‘kerjakanlah sendiri’ untuk memulai kerja lapangan dengan

melibatkan aktivitas partisipan setiap harinya. Hal ini dapat memecahkan ketegangan yang ada serta membangun peran baru dengan masyarakat lokal sebagai murid dan sekaligus sebagai guru yang profesional.

• Ajak kelompok untuk tetap rileks. Katakan kerja langsung merupakan cara terbaik untuk belajar dan bahwa mereka tidak harus mempelajari segalanya dalam menit – menit pertama.

Ketika kerja lapangan sudah dimulai, anda mungkin menghadapi masalah dalam menjaga proses agar tetap berjalan. Antusiasme mungkin menurun, terutama jika kelompok menghadapi masalah yang tidak terduga, seperti kendaraan yang tiba-tiba rusak, sakit, cuaca yang buruk, dsb. Anggota kelompok mungkin juga merasa lelah, telah cukup bekerja keras dan mengumpulkan banyak informasi . Tentu info menggambarkan bagaimana seorang fasilitator mendorong kelompoknya untuk tetap berjalan dan penghargaan yang mereka terima sebagai hasilnya.

(19)

Bersama mereka lakukan visualisasi masalah dengan menggunakan diagram, dalam rangka menghasilkan informasi yang bisa dipercaya, masyarakat didorong untuk menganalisa kondisi mereka sendiri dan menunjukkannya agar semua orang tahu, sebaiknya lakukan pengecekkan silang di antara mereka menyangkut informasi. Menggambarkan bagaimana seorang fasilitator mendorong kelompoknya untuk tetap berjalan dan penghargaan yang mereka terima sebagai hasilnya.

Bersama mereka lakukan visualisasi masalah dengan menggunakan diagram, dalam rangka menghasilkan informasi yang bisa dipercaya, masyarakat didorong untuk menganalisa kondisi mereka sendiri dan menunjukkan agar semua orang tahu, sebaiknya lakukan pengecekan silang di antara mereka menyangkut informasi. Proses ini merangsang urutan penyesuaian dan peningkatan, baik oleh individu yang membangun maupun oleh yang melihat. Sebagai hasilnya, hasil akhir seringkali berbeda dengan percobaan pertama.

Menjaga Agar Proses Tetap Berjalan di Lapangan

Diskusi memfokuskan pada masalah inti, para partisipan juga didorong untuk mempertimbangkan poin kunci belajar dari manfaat metode yang digunakan.

Fasilitator harus selalu mengingatkan kepada kelompok dengan cara menanyakan kembali kepada kelompok apakah lebih baik untuk bediskusi di tempat lain untuk menganalisa lebih lanjut atau tetap di lapangan selama beberapa jam ?. Mengikuti reaksi yang beragam, dengan beberapa partisipan yang tertarik untuk mengakhiri hari kerjanya, fasilitator mendorongnya untuk kembali ke lapangan, karena merupakan reaksi yang wajar untuk memilih pulang beristirahat daripada bekerja kembali. Merupakan waktu yang menyenangkan di lapangan, seperti para petani yang menghabiskan waktu saat untuk bekerjanya usai. Hari berikutnya, mengikuti tinjauan tengah hari, kelompok kembali ke lapangan tanpa rasa ragu – ragu. Pelajaran yang diambil : jika merasa ragu – ragu, pulanglah dulu.

Aspek visualisasi lain yang hendaknya ditegaskan adalah keuntungan untuk masyarakat di komunitas tersebut. Pertemuan antara fasilitator dan kelompok masyarakat mungkin merupakan kesempatan yang jarang, ketika baik pria maupun wanita didorong untuk memikirkan mata pencaharian dan kondisi mereka sendiri dalam cara yang sistematis. Kesempatan yang diharapkan juga sangat sering bagi kelompok lokal tertentu (wanita/pria, tua/muda, kaya/miskin, dsb) dating bersama untuk melakukan analisis gabungan.

“ Sekolah Tanpa Dinding ”

Mengapa ;sekolah tanpa dinding’ (school without walls)? Karena ruang kelas, perpustakaan, mata pelajarannya, adalah dimana masyarakat bekerja dan hidup di situ. Kalau masyarakat tersebut adalah petani – lahan garapannya adalah laboratorium sekaligus perpustakaannya.

Seperti yang dilakukan oleh petani selama ini, yakni dalam rangka mengcounter adanya banjir penyuluhan terhadap petani, maka lahir Sekolah Lapangan Petani. Petani berkumpul selama satu kali seminggu selama satu musim ( 12 minggu ) untuk mengikuti dan menganalisa perkembangan tanaman mereka, fase demi fase. Sekaligus mereka mendalami beberapa prinsip yang terkait dengan perkembangan tanaman seperti dinamika populasi serangga, fisiologi dan kompensasi tanaman, pemeliharaan kesuburan tanah, pengaruh air dan cuaca, pemilihan varietas, dan lain – lain, melalui eksperimen yang mereka lakukan sendiri. Selain kegiatan pokok, serangkaian kegiatan (topik khusus) dilakukan sesuai dengan masalah-masalah khusus yang dihadapi di setiap tempat. Yang selalu nampak pada Sekolah Lapangan adalah peran aktif petani sebagai pelaku, peneliti,

(20)

pemandu dan manajer lahan yang ahli. Materi pengembangan manusia dan analisis sosial tidak kalah penting dengan ilmu pertanian dalam penyelenggaraan Sekolah Lapangan, sebagaimana tercermin dalam kegiatan perencanaan, dinamika kelompok dan sebagainya.

Lahirnya “Sekolah Lapang Petani” didasari oleh tiga tantangan pokok yang saling terkait, yakni : ƒ Keanekaragaman ekologi dan hayati.

ƒ Peranan petani yang harus menjadi ahli di lahannya sendiri.

ƒ Membangun kesadaran kritis terhadap sistem yang membelenggu dan menghancurkan petani.

Penerapan “Sekolah Lapang Petani” sebagai suatu langkah maju menuju pertanian yang adil dan berkelanjutan dituntut untuk ‘meramu’ suatu pola pendekatan yang mampu menampung ketiga tantangan tersebut dalanm suatu proses pendidikan yang terpadu dan dapat diselenggarakan secara efektif di tingkat komunitas petani.

Sekolah di mana saja, tidak selalu di gedung, tidak harus di kampus, alam semesta itulah sekolahan semestinya, sekolahan yang sejati, sekolah yang paling hakiki.

(21)

Modul 2

Topik: Dasar – Dasar komunikasi

Peserta memahami dan menyadari: 1. Unsur – unsur komunikasi 2. Faktor penghambat komunikasi

3. Tata cara membangun komunikasi efektif dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan

Kegiatan 1: Permainan Mari Menggambar : komunikasi multi arah Kegiatan 2: Diskusi tata cara membangun komunikasi yang efektif

2 Jpl ( 90’)

Bahan Bacaan:

Dasar – dasar Komunikasi

• Kerta Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

(22)

Permainan ‘Mari Menggambar’ : Komunikasi Multi Arah

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memasuki Tema Komunikasi dan Sosialisasi dengan modul pertama Dasar Dasar Komunikasi. Uraikan apa yang akan dicapai dengan modul ini, yaitu :

ƒ Peseta mengetahui unsur – unsur komunikasi ƒ Peserta memahami faktor penghambat komunikasi

ƒ Peserta memahami tata cara membangun komunikasi efektif dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan

Uraikan juga bahwa kita akan memulai modul Dasar Dasar Komunikasi dengan kegiatan belajar pertama; “Permainan Mari Menggambar”

2) Ajak peserta untuk memahami kenapa peserta sebagai fasilitator perlu mengetahui dasar – dasar komunikasi.

3) Beri pengantar bahwa proses komunikasi adalah proses yang biasa kita lakukan sehari - hari jadi seharusnya komunikasi bukanlah hal yang sulit . Tanyakan kepada peserta, berdasarkan pengalaman mereka betulkah ‘ komunikasi itu mudah ?’

4) Ajak peserta untuk membuktikan mudah tidaknya berkomunikasi melalui permainan ‘Mari Menggambar’. Gunakan Panduan Permainan “Mari Menggambar” yang ada dalam LK – Dasar dasar komunikasi

5) Setelah selesai permainan , ajak peserta untuk membuat menganalisis dari ketiga permainan tersebut mana yang paling berhasil ? Tanyakan kenapa ? minta peserta untuk menuliskan alasannya di kartu metaplan.

6) Kelompokkan kartu – kartu berdasarkan gagasan yang sejenis , kemudian bahas bersama unsur–unsur komunikasi (sumber, pesan, saluran, penerima, dampak) sampai mendapatkan pemahaman bahwa ada berbagai faktor penghambat dalam berkomunikasi, dan komunikasi multi arah lebih efektif dibandingkan dengan komunikasi satu arah.

(23)

Unsur-unsur komunikasi pada dasarnya adalah 5, yaitu: sumber atau pemberi pesan, pesan yang ingin disampaikan, saluran untuk menyalurkan, penerima pesan dan dampak atau apa yang terjadi setelah pesan diterima.

Seringkali proses komunikasi dianggap mudah, tetapi dengan pengalaman berkomunikasi yang dilakukan lewat permainan tadi ternyata proses komunikasi tidaklah sesederhana yang kita bayangkan. Dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di lapangan, seringkali para fasilitator mengalami berbagai hambatan dalam berkomunikasi, sehingga komunikasi yang dilakukan rusak atau macet. Misalnya pada saat kita mengajak masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan musyawarah warga, seringkali yang kita terima adalah tatapan mata dingin, sikap acuh tak acuh atau bahkan umpatan. Gambaran tersebut memperlihatkan kegagalan kita sebagai sumber dan penerima pesan dalam berkomunikasi.

Faktor yang menyebabkan kegagalan dalam berkomunikasi terjadi karena :

ƒ Terjadi kegagalan proses decoding (pengkodean), yaitu proses menerjemahkan gagasan ke dalam symbol – symbol yang umum ( kata, bahasa, gambar dan sebagainya ).

ƒ Pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik penerima. ƒ Saluran atau media yang digunakan kurang tepat.

ƒ Kegagalan penerima pesan dalam menafsirkan pesan – pesan yang diterima ( encoding ).

8) Ajak peserta untuk refleksi dan menganalisis hambatan–hambatan komunikasi yang mereka alami sehari hari, berdasarkan pengalaman mereka dan bagikan dengan peserta lain.

Diskusi Tata Cara Membangun Komunikasi Yeng Efektif

1) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang kemudian mintalah agar tiap kelompok untuk melakukan analisis, berdasarkan pengalaman permainan tadi yang ternyata komunikasi tidaklah mudah bagaimana caranya membangun komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ? Tuliskan jawaban kelompok pada kertas plano. 2) Untuk pendalaman, lakukan diskusi kelompok dengan cara berputar. Pertanyaan diskusi : Apa

yang harus dipertimbangkan agar komunikasi yang kita bangun efektif ?. Lakukan satu putaran dan bahas bersama.

3) Kemudian minta tiap kelompok menyajikan hasilnya untuk dibahas dalam diskusi kelas 4) Refleksikan dan simpulkan bersama

(24)

Hal – hal yang harus diperhatikan agar komunikasi efektif:

ƒ Pesan – pesan harus mudah diterima artinya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan masyarakat; informasi yang diberikan harus tepat dengan keadaan mereka; dapat diterima dan cocok dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran; informasi yang benar secara teknis/ilmiah; sederhana dan mudah dimengerti; murah atau hanya perlu waktu dan usaha yang minim untuk melakukannya

ƒ Pesan harus berdasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat dan menekankan hal – hal yang penting bagi mereka bukan yang penting bagi fasilitator atau KMW.

ƒ Kemasan pesan harus dapat menggugah minat kelompok sasaran, walaupun informasi yang disampaikan berguna bagi masyarakat kalau dikemas dengan cara yang kurang tepat seringkali tidak diperhatikan oleh mereka.

ƒ Memilih saluran atau media yang tepat, kita dapat menggunakan satu atau kombinasi dari berbagai saluran (media ) tergantung kepada tujuan komunikasinya.

ƒ Harus mempertimbangkan karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, tingkat pendidikan dan lain – lain. Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai, pertanyaan pertama yang harus kita ajukan dlm komunikasi adalah, ‘siapakah khalayak kita ?

(25)

LK – Dasar Dasar Komunikasi – 1

“Permainan Mari Menggambar”

Mari Menggambar

Komunikasi Satu dan Dua Arah

Permainan ini untuk menggambarkan kepada peserta efektifitas komunikasi dua arah dan mengawali diskusi agar peserta memahami prinsip – prinsip dasar komunikasi.

Langkah langkah

• Siapkan 3 lembar gambar bentuk–bentuk lingkaran, segitiga, kotak yang saling bertumpuk ( lihat gambar) dan tersimpan dalam amplop besar.

• Mintalah 3 orang peserta sebagai relawan untuk tampil ke depan kelas. Peserta lain diminta menyiapkan kertas kosong dan pensil. Kumpulkan relawan secara terpisak dan berikan penjelasan kepada ketiga relawan tersebut mengenai peran masing-masing. - Relawan 1 : Sebagai penyiar TV dalam acara “Mari Menggambar” sehingga instruksinya

satu arah, pemirsa tidak dapat bertanya dan contoh gambar juga tidak ditnjukkan. Hasilnya tentu saja pemirsa membuat gambar yang macam-macam dan tidak sama dengan contoh.

- Relawan 2 : Sebagai guru yang otoriter dalam acara “Pelajaran Menggambar” yang memberi instruksi apa yang harus digambar, memberi kesempatan bertanya tetapi tanpa memberikan contoh-contoh, sehingga tentu saja gambar murid macam-macam dan tidak sama dengan yang diharapkan

- Relawan 3 : Sebagai agen “pembaruan” (fasilitator) dalam acara “Pelajaran Menggambar” yang tidak hanya memberikan instruksi tetapi juga mendiskusikan dan memberikan contoh-contoh sehingga hasilnya akan sama/mirip dengan yang diharapkan.

• Contoh informasi dasar yang diberikan kepada peserta oleh Penyiar TV, Guru dan Agen Pembaruan adalah :

- Buat gambar segi-3 sama kaki di tengah kertas

- Bersinggungan dengan titik sudut kiri segi tiga tersebut buatlah gambar segi-4 dalam posisi miring ke kiri

- Di atas segi-3 dan bersinggungan dgn titik sudut atas segi-3 tersebut buatlah gambar lingkaran.

- Bersinggungan dgn gambar lingkaran tersebut dibagian atas buatlah gambar segi-4 - Di bawah segi-4 miring yang di bawah segi-3 buatlah gamb

ar segi-4 dalam posisi

datar dengan ujung segi-4 miring memotong salah satu sisinya

- Buatlah bayangan pada 2 sisi dari segi-4 miring dan datar yang paling bawah.

• Jelaskan kepada peserta bahwa 3 orang relawan tadi adalah penyiar TV, guru dan ‘agen pembaruan‘ ,

• Permainan pertama seorang penyiar TV untuk acara “mari menggambar”, dan para peserta adalah pirsawan yang belajar menggambar. Mereka harus belajar menggambar sesuai

(26)

dengan keterangan penyiar. Karena ini acara TV, maka peserta tentu tidak dapat bertanya sementara sang penyiar tidak boleh memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang penyiar mulai melaksanakan acaranya.

• Permainan kedua seorang guru untuk acara “belajar menggambar”, peserta lain adalah murid dan diminta menyiapkan kertas kosong baru. Saat ini adalah acara “ pelajaran menggambar” di kelas dan relawan tadi sebagai gurunya sedangkan peserta lain sebagai murid. Caranya sama dengan acara TV tadi, hanya kali ini murid boleh bertanya, tetapi guru tetap tidak memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang “guru” segera memulai pelajarannya.

• Permainan ketiga tetap “belajar menggambar” untuk peserta pelatihan dan gurunya adalah seorang “agen pembaruan”. Jelaskan bahwa relawan baru ini adalah seorang “agen pembaruan” yang akan mengajar peserta pelatihan menggambar, dan minta peserta menyiapkan kertas kosong baru. Kali ini caranya bebas sama sekali ( boleh bertanya, boleh apa saja, boleh juga menunjukkan contoh, terserah sang relawan dan peserta ). Kemudian minta sang “agen pembaruan” mulai acaranya.

• Setelah selesai, bandingkan hasil gambar ketiga proses tadi dan mana yang paling sesuai dengan harapan (gambar yang telah disiapkan sebelumnya)

• Ajaklah seluruh peserta kemudian mendiskusikan : mengapa hasilnya demikian. Minta mereka mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan gambar yang dibuat lebih mendekati harapan atau sama dengan harapan dan apa hambatannya yang menyebabkan tidak tercapai harapan. Untuk ini dapat digunakan juga metoda Metaplan

(27)

Contoh Gambar Yg Diharapkan “Permainan Mari Menggambar”

(28)

Dasar – Dasar Komunikasi

Marnia Nes

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima melalui sebuah saluran untuk menghasilkan dampak yang diinginkan dengan menggunakan symbol/lambang yang umum. Symbol yang digunakan bisa berupa bahasa tulisan, gambar, musik dan sebagainya.

Unsur Unsur Komunikasi

Dalam proses komunikasi ada 5 unsur dasar yaitu : sumber informasi (komunikator); pesan ; saluran komunikasi (media); penerima informasi( komunikan ), dampak atau akibat dan umpan balik.

Sumber

• Adalah orang yang mula – mula memberikan aksi komunikasi atau memberikan pesan kepada penerima, pengirim pesan biasa juga disebut komunikator. Dalam membuat pesan kepada penerima terjadi proses encoding (pengkodean) yaitu proses menerjemahkan gagasan ke dalam symbol – symbol yang umum atau sudah dikenal ( kata, bahasa, gambar dan sebagainya ) menjadi pesan yang mudah dipahami. Sumber informasi bisa individu/perorangan atau lembaga yang memulai proses komunikasi.

Pesan

• Pesan adalah informasi yang ingin disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan yang disampaikan bisa berupa pesan verbal yaitu semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan kata-kata, bisa juga berupa pesan non verbal seperti bahasa tubuh (ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, cara berpakaian dan sebagainya ), musik tarian atau bahasa isyarat.

Saluran

• Unsur ini merupakan media atau sarana yang digunakan supaya pesan dapat disampaikan oleh sumber kepada si penerima. Saluran seringkali disebut dengan metode komunikasi. Saluran komunikasi bisa saja sederhana, misalnya mengunakan kata-kata/suara, tetapi juga prosesnya bisa tidak sederhana. Misalnya kita bisa menggunakan radio untuk kampanye tingkat kota, bisa menggunakan arisan warga untuk kampanye di tingkat RW dengan menggunakan berbagai media seperti leaflet, kartu bergambar dan sebagainya.

Penerima

• Adalah orang –orang yang menerima pesan dari komunikator, biasa juga disebut komunikan. Saat menerima pesan dari pengirim, terjadi proses penafsiran kembali pesan – pesan yang diterimanya yang disebut encoding. Proses decoding sangat dipengaruhi oleh persepsi dan latar belakang sosial budaya dari komunikan.

Dampak/akibat

Dampak apa yang kita inginkan dari pesan yang disampaikan ƒ Apakah kita ingin meningkatkan kesadaran kelompok sasaran ƒ Apakah kita ingin mengubah sikap mereka

(29)

ƒ Apakah ingin mengubah perilaku mereka ?

Umpan Balik

Umpan balik mengacu pada segala informasi yang diperoleh kembali si pengirim pesan dari si penerima. Kegunaan umpan balik :

• Dapat membantu sumber dalam menentukan keberhasilan usaha komunikasinya

• Sumber dapat memperkuat pesan atau mengubah strateginya berdasarkan umpan balik yang diterima.

• Dapat digunakan untuk merencanakan program komunikasi yang lebih berhasil untuk masa datang.

• Pada saat memberikan umpan balik komunikan juga akhirnya bertindak sebagai komunikator yang memberikan pesan kepada komunikator pertama. Sehingga komunikator dan komunikan sebetulnya keduanya merupakan sumber informasi dan masing – masing memberi dan menerima pesan secara serentak dan pada saat yang bersamaan terjadi proses saling mempengaruhi.

Membangun Komunikasi Yang Efektif

Banyak di antara kita menganggap bahwa komunikasi itu mudah, tetapi apakah betul demikian ?. Hanya bila kita memasuki suatu pengalaman di mana proses komunikasi yang kita lakukan rusak atau macet, kita baru menyadari bahwa komunikasi itu ternyata tidak mudah. Misalnya pada saat kita mengajak tetangga kita untuk ikut dalam kegiatan rembug warga, seringkali yang kita terima hanyalah tatapan mata dingin, sikap acuh tak acuh atau bahkan umpatan. Gambaran tersebut memperlihatkan kegagalan kita sebagai sumber dan penerima pesan dalam berkomunikasi.

Untuk mengurangi kegagalan komunikasi diperlukan keterampilan komunikasi yang efektif. Meskipun berbicara dan mendengarkan pembicaraan orang lain cukup mudah, tetapi ada perbedaan yang besar antara pembicaraan yang normal dan komunikasi yang terampil. Komunikasi yang efektif membutuhkan kepekaan dan keterampilan yang hanya dapat kita lakukan setelah mempelajari proses komunikasi dan kesadaran akan perilaku orang lain dan perilaku kita pada saat sedang berkomunikasi. Pada dasarnya bila kita menginginkan komunikasi yang efektif kita harus memahami apa yang menjadi penyebab perilaku orang lain. Semakin besar tanggapan positif terhadap pesan yang kita sampaikan artinya semakin efektif komunikasi yang kita lakukan.

Cara Berkomunikasi yang Efektif ?

a) Pesan–pesan akan mudah diterima apabila pesan–pesan tersebut memiliki sifat – sifat atau prasyarat sebagai berikut :

• Sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan masyarakat • Informasi yang tepat dengan keadaan mereka

• Dapat diterima dan cocok dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran • Informasi yang benar secara teknis/ilmiah

• Sederhana dan mudah dimengerti

• Murah atau hanya perlu waktu dan usaha yang minim untuk melakukannya.

Yang paling penting, pesan harus berdasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat dan menekankan hal – hal penting bagi mereka., bukan hal penting bagi lembaga penyelenggara program yang menyampaikan pesan. Setiap hari, masyarakat dibanjiri banyak pesan yang beranbekaragam. Agar pesan-pesan kita dapat menarik perhatian atau menggugah minat kelompok sasaran kita harus mengemasnya dengan baik. Informasi yang berguna dan sesuai

(30)

terkadang tidak diperhatikan oleh masyarakat, karena disampaikan dengan cara yang kurang tepat (misalnya terlalu menantang situasi yang berlaku ), membosankan, atau terlalu banyak muatan teknis.

b) Memilih saluran yang tepat, dalam memilih saluran yang akan dipergunakan untuk program komunikasi, tidaklah sesederhana memilih saluran yang satu atau yang lain. Kita dapat mempergunakan satu atau kombinasi dari keduanya, tergantung pada tujuan komunikasi dengan memperhitungkan pula keunggulan dan kelemahan setiap media.

c) Dalam setiap komunikasi, paling baik bila perhatian diawali dari unsur penerima (biasanya disebut Khalayak atau Kelompok Sasaran). “ Kenali khalayak anda “, merupakan prinsip dasar dalam komunikasi. Pertanyaan pertama yang harus kita ajukan adalah, “siapakah khalayak kita ?”. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi secara khusus dengan siapa kita akan berkomunikasi selain dengan “seseorang” atau “masyarakat umum”, kita sebaiknya tidak melanjutkan proses komunikasi sebelum kita memperjelas hal tersebut.

Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai, memilih media yang sesuai dan menentukan saluran yang paling mungkin untuk menjangkau mereka. Sebaiknya, kita menemukan beberapa karakteristik khalayak yang relevan seperti data kependudukan, termasuk karakteristik mereka yang berhubungan dengan media serta tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan topik yang ingin kita komunikasikan.

Tahapan Komunikasi

Bagi kita yang bekerja dalam pengembangan masyarakat, kita berkomunikasi dengan tujuan yang khusus – yaitu untuk mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perubahan manusia, serta faktor sosial dan politik yang mempengaruhi sikap mereka. Untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut, komunikasi yang berhasil harus melewati beberapa tahapan. Karenanya, penting untuk mempelajari apa yang terjadi dalam setiap tahap untuk mencegah kegagalan dalam proses komunikasi.

Menjangkau khalayak

• Komunikasi tidak akan efektif kalau khalayak tidak dapat menjangkau atau mendengarnya. Hal ini nampak sangat jelas dan masuk akal, namun banyak program gagal pada tahap pertama tersebut. Contoh – contoh pesan yang tidak menjangkau khalayak adalah :

• Siaran radio yangmengudara pada waktu yang tidak tepat setiap harinya

• Brosur penyuluhan yang hanya dibiarkan berdebu di sudut kantor atau diberikan pada orang yang tidak tepat.

• “ Mengajari orang yang sudah memahami “, misalnya poster yang ditempatkan di kantor KMW yang dibaca oleh pelaku PNPM Mandiri Perkotaan yang paham isu yang bersangkutan, namun justru khalayak yang ingin kita jangkau tidak pernah mengunjungi KMW.

Menarik perhatian khalayak

Setiap komunikasi harus menarik perhatian dahulu sehingga masyarakat akan berusaha untuk mendengarkan atau membacanya. Banyak contoh kegagalan dalam hal ini :

(31)

• Masyarakat hanya melewati poster tanpa membacanya karena sebagian besar terdiri dari tulisan (tidak ada gambar)

• Di dalam kelas, ibu-ibu tidak memperhatikan karena materi yang diberikan oleh fasilitator membosankan

• Kader memindahkan atau mengganti saluran radio ke saluran lain karena materi yang dibahas hanya berbicara tentang hal – hal teknis saja

• Karena penyampaian materi (isu yang kontroversial) kurang tepat, beberapa peserta tidak mau mendengar lagi, “Daripada kita pusing dengan konflik yang akan terjadi, lebih baik kita tidak ikut-ikutan”.

Pemahaman pesan

Masyarakat mencoba mengartikan apa yang mereka lihat atau dengar. Dalam hal ini penafsiran setiap orang dalam komunikasi tergantung pada banyak hal. Kesalahpahaman dapat terjadi bila :

ƒ Materi merupakan hal yang asing atau sangat baru bagi khalayak

ƒ Bahasa terlalu rumit dan istilah – istilah yang digunakan tidak biasa didengar ƒ Gambar memuat diagram yang rumit dengan detail yang membingungkan ƒ Informasi yang disajikan terlalu banyak/berat sehingga sulit untuk diserap

ƒ Kalimat/gambar yang digunakan mempunyai arti luas sehingga dapat memberikan/memungkinkan penafsiran lain.

Penerimaan atau penolakan pesan

Setelah proses “pengolahan” pesan, si penerima mungkin menerima atau menolak informasi berdasarkan tingkat keuntungan yang disajikan atau ketidaktepatan informasi tersebut dengan situasi mereka. Biasanya lebih mudah mempromosikan sesuatu karena hasilnya mudah atau cepat untuk dilihat dampaknya, misalnya penggunaan urea agar padi atau jagung tumbuh lebih cepat. Namun penerimaan pesan akan lebih sulit bila kita berusaha mengubah suatu kepercayaan atau kebiasaan yang telah lama mereka anut di dalam kehidupan mereka. Jika suatu kepercayaan telah dianut oleh seluruh masyarakat atau merupakan bagian dari kepercayaan yang lebih mendasar seperti agama, kita dapat memperkirakan betapa sulitnya mengubahnya, apalagi kalau kita hanya mempergunakan metode komunikasi atau pendekatan yang tidak tepat.

Perubahan sikap/perilaku

Jika khalayak menerima informasi, penerimaan mereka dapat menjadi perubahan sikap ( yang nantinya dapat menuju pada perubahan perilaku) sesuai dengan tujuan komunikasi kita. Namun, meskipun telah terjadi perubahan kepercayaan atau sikap, tidak selalu otomatis perilaku mereka berubah. Komunikator perlu mengetahui faktor penghalang yang mungkin ada dalam perubahan perilaku, dan mencoba mengatasinya dengan baik. Tekanan yang berasal dari orang lain dalam

(32)

sebuah keluarga, masyarakat atau lingkungan dapat mencegah seseorang untuk mengubah perilakunya.

Ada banyak contoh penerimaan pesan yang tidak dapat mengubah sikap atau perilaku kelompok sasaran, misalnya :

• Seorang pedagang setuju bahwa trotoar tidak bisa dipergunakan sebagai tempat berjualan, karena trotoar tersebut bukan tempatnya berjualan.

• Seorang bapak sadar bahwa pekerjaan di rumah (seperti mengasuh anak, memasak, dll) memakan banyak waktu dan tenaga, namun dia tidak mau membantu isterinya karena jenis – jenis pekerjaan tersebut dianggap “pekerjaan perempuan” di daerahnya.

Mempertahankan atau tidak mempertahankan sikap/perilaku baru

Jika perubahan sikap atau perilaku berpengaruh positif, seseorang mungkin akan mempertahankan sikap atau perilaku baru tersebut. Namun jika pengalamannya negative, mungkin perubahan sikap/perilaku tersebut tidak akan dipertahankan.

(33)

Modul 3

Topik: Fasilitasi dan Pembelajaran

Peserta memahami dan menyadari: 1. Berbagai pendekatan dalam fasilitasi

3. Berbagai metode fasilitasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan

Kegiatan 1: Ceramah dan tanya jawab pendekatan fasilitasi Kegiatan 2: Permainan tiupan kapas : membangun kelompokl Kegiatan 3: Berlatih Membuat Pertanyaan

Kegiatan 4: Diskusi Kelas Media Pembelajaran

Kegiatan 5 : Diskusi Kelompok Berbagai Metode Pembelajaran

5 Jpl ( 225 ’)

1. Pendekatan dalam fasilitasi 2. Strategi Pembelajaran 3. Teknik Bertanya

4. Mendengar dan ‘Mendengarkan’ 5. Penggunaan Media

6. Beberapa Media Sebagai Alat Bantu Pembelajaran 7. Metode Pembelajaran

• Kerta Plano, metaplan • Kuda-kuda untuk Flip-chart

(34)

Ceramah dan Tanya Jawab Pendekatan Fasilitasi

1) Buka pertemuan dengan salam dan jelaskan bahwa kita memasuki Modul kedua dari Tema Teknik Fasilitasi yaitu Fasilitasi dan Pembelajaran. Tujuan dari modul ini adalah :

Peserta memahami dan menyadari: • Berbagai pendekatan dalam fasilitasi • Proses perkembangan kelompok

• Berbagai metode fasilitasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan

2) Uraikan juga bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan ke-1, yaitu Ceramah dan Tanya Jawab Pendekatan Fasilitasi

3) Tanyakan kepada peserta bagaimana kira – kira mereka akan melakukan fasilitasi dalam pelaksanaan PNPM Madiri Perkotaan ? . Tuliskan jawaban peserta pada kertas plano.

Berikan penjelasan bahwa pendekatan dalam memfasilitasi ada dua yaitu pendekatan individu dan pendekatan kelompok. Pendekatan individu dilakukan dengan kunjungan rumah, ‘dialog dengan orang perorang’, dll ; pendekatan kelompok dilakukan dalam pertemuan – pertemuan kelompok baik yang sengaja dibentuk maupun dalam kelompok yang sudah ada sebelumnya.

4) Bagikan lembar kerja ( matriks ) kepada setiap peserta , mintalah mereka menganalisis kekuatan dan kelemahan dari masing – masing pendekatan tersebut.

5) Lakukan pembahasan dari hasil pengisian lembar kerja tersebut di atas. Berikan penekanan pendekatan kelompok jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan lain.

PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan pendampingan dengan penenkanan pada pendekatan kelompok melalui Komunitas Belajar Kelurahan, diskusi – diskusi dan musyawarah dengan masyarakat, BKM/LKM, KSM, Forum BKM/LKM dan sebagainya.

(35)

Permainan dan Diskusi Membangun dan Memfasilitasi

Kelompok

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan ke 2 dari Modul yang sama yaitu : Permainan Membangun dan Memfasilitasi Kelompok. dan apa yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini;

2) Jelaskan kepada peserta, bahwa mereka dibagi ke dalam 2 kelompok untuk melakukan permainan ‘Meniup Bola Kapas’.

3) Jelaskan kepada peserta aturan main dalam permainan ini (lihat LK - Petunjuk Permainan ‘Meniup Bola Kapas’ ).

4) Setelah permainan selesai ajak peserta untuk merefleksikan pengalamannya dalam melakukan permainan tadi . hubungkan hasil refleksi dengan proses pembentukan kelompok dan dinamika kelompok .

5) Berikan penegasan

Proses pembentukan kelompok :

ƒ Identifikasi kebutuhan , penekanan bahwa kepentingan dan kebutuhan yang sama dapat menjadi pengikat dan menjadi sebab terbentuknya kelompok.

ƒ Musyawarah pembentukan kelompok.

ƒ Dalam pertemuan ini harus dihadirkan pihak – pihak yang berkepentingan . Dalam pertemuan ini diharapkan dihasilkan kesepakatan untuk membentuk kelompok. ƒ Menentukan tujuan dan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan.

ƒ Pelaksanaan kegiatan. ƒ Pemantauan dan evaluasi

Dinamika kelompok

ƒ Jelaskan kepada peserta dengan mengulas proses permainan tadi mengenai :

Faktor yang dapat menyatukan kelompok, yaitu :

o Kerjasama, biasanya akan terjadi apabila angota kelompok memiliki kesamaan pandangan, kesamaan kepenting, kesamaan kebutuhan dan masalah, dan kesamaan tujuan.

o Apabila para anggota kelompok berusaha menghilangkan batas – batas yang membedakan di antara mereka.

Faktor yang bisa memecah belah kelompok :

o Peraingan yang tidak sehat, biasanya kalau ada anggota kelompok ingin bersaing, maka dia akan berupaya agar dirinya mempunyai kesempatan lebih dulu dan dia akan mendominasi.

o Konflik yang meruncing, yaitu pertentangan dua pihak atau lebih yang mengarah kepada pertikaian.

(36)

Jadi di dalam kelompok yang kita fasilitasi bisa terjadi kerjasama atau konflik, fasilitasi yang dilakukan oleh fasilitator adalah fasilitasi untuk membangun kerjasama dalam kelompok. Membangun kerjasama artinya membangun komunikasi dialogis di antara anggota kelompok (warga masyarakat) sehingga tumbuh saling pemahaman, berbagi informasi dan nilai – nilai di anatara mereka. Oleh karenanya teknik fasilitasi yang dikembangkan memakai pendekatan pembelajaran partisipatif dengan komunikasi yang partisipatif pula.

6) Jelaskan kepada peserta, dalam memfasilitasi proses pembelajaran di masyarakat kita harus mempertimbangkan karakteristik peserta (warga belajar) baik dari tingkat pendidikan, kemampuan baca tulis, latar belakang sosial ekonomi, mata pencaharian, usia, jenis kelamin dan sebagainya.

7) Mintalah peserta untuk membaca ”Strategi Pembelajaran” yang ada dalam Bahan Bacaan Modul, kemudian mintalah sukarelawan untuk menjelaskan tahapan (strategi) pembelajaran secara umum.

8) Bahas dan refleksikan bersama.

Berlatih Membuat Pertanyaan

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan membahas kegiatan 3 dalam modul ini yaitu berlatih membuat pertanyaan dalam memfasilitasi.

2) Ingatkan kepada peserta bahwa sesuai fungsinya orang yang memfasilitasi akan lebih banyak memberikan ’pertanyaan’ kepada peserta bukan ’pernyataan’. Pertanyaan – pertanyaan yang dilontarkan haruslah merangsang daya pikir peserta.

3) Jelaskan bahwa sekarang kita akan mencoba berlatih untuk membuat daftar pertanyaan berdasarkan kepada daur belajar dari pengalaman (pengalaman berstruktur). Ingatkan kembali kepada tahapan daur belajar dari pengalaman. Kasus yang akan dibahas adalah memfasilitasi kelompok perempuan untuk mendiskusikan permasalahan kemiskinan yang dialami oleh warga. Bagilah peserta menjadi 3 kelompok, kemudian mintalah kepada :

• Masing – masing anggota kelompok 1 untuk menuliskan daftar pertanyaan – pertanyaan untuk membantu warga (kelompok perempuan) untuk MENGUNGKAPKAN pengalaman – pengalaman kemiskinan yang dihadapi mereka. Dalam kartu metaplan, satu kartu untuk satu pertanyaan.

• Masing – masing anggota kelompok 2 menuliskan daftar pertanyaan untuk membantu warga (komunitas perempuan) MENGANALISA apa yang menjadi faktor penyebab kemiskinan yang terjadi pada mereka.

(37)

• Masing – masing anggota kelompok 3 menuliskan daftar pertanyaan untuk membantu warga (komunitas perempuan) untuk MENYIMPULKAN hasil dari pembahasan yang dilakukan mengenai kemiskinan yang dialami mereka.

4) Tempelkan kartu – kartu metaplan tersebut berdasarkan kelompok kemudian bahas bersama 5) Refleksikan bersama, pakailah bahan bacaan ”Teknik Bertanya” dan ’Mendengar dan

Mendengarkan’ sebagai acuan

Kegiatan 4

belajaran

Diskusi Kelas : Media Pem

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 4 dalam modul ini, yaitu membahas media pembelajaran yang biasa digunakan untuk mempermudah proses fasilitasi. 2) Ingatkan kepada peserta bahwa pada dasarnya proses fasilitasi adalah proses komunikasi,

pada pembahasan dasar – dasar komunikasi sudah dibahas bahwa media memegang peranan penting untuk mempermudah proses komunikasi. Tanyakan kepada peserta media – media pembelajaran apa saja yang selama ini dikenal oleh mereka ?. Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano.

3) Ajaklah peserta untuk menganalisa fungsi setiap media (gunakan tabel di bawah ini sebagai alat bantu)

• Membantu memudahkan penjelasan? • Dapat mendorong/merangsang diskusi? • Membuat kegiatan belajar jadi lebih menarik?

• Mengurangi terlalu banyak tulisan/teks yang membosankan? • Menyajikan gambar – gambar yang menggugah perasaan? • Memperlihatkan hal – hal yang sulit dibaw atau diperhatikan? • Pesan menjadi lebih mudah diingat?

• Merangsang partisipasi peserta?

Jenis Media Fungsi

4) Perkaya jenis – jenis media dengan pengetahuan yang dipunyai oleh pemandu dan analisa juga fungsinya.

(38)

Media yang dipilih untuk kegiatan belajar harus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Tetapi selain memilih media yang tepat, perlu juga diperhatikan cara menggunakan media secara baik dan benar. Sebab bentuk media apapun yang digunakan meskipun dirancang dengan baik, tanpa difasilitasi dengan baik proses diskusinya , media tersebut tidak akan menghasilkan dampak seperti yang diharapkan. Untuk itu keterampilan memfasilitasi diskusi dengan menggunakan media merupakan faktor yang menentukan bagi pengguna media.

Kegiatan 5

Diskusi Kelompok Berbagai Metode Pembelajaran

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan ke 5 dari Modul Fasilitasi dan Pembelajaran yaitu membahas metode pembelajaran.

2) Ajak peserta untuk curah pendapat merumuskan daftar jenis – jenis metode pembelajaran yang biasa dipakai dalam pembelajaran masyarakat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Tulis tiap jawaban peserta pada kertas plano .

Metode pembelajaran : Brainstorming ( curah pendapat ), ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, diskusi pleno, penugasan/praktek, permainan, bermain peran, analisis situasional dan simulasi, dll (lihat Bahan Bacaan 1).

3) Bagi peserta menjadi 3 kelompok, beri tugas tiap kelompok untuk membahas tujuan, kelebihan dan kekurangan dari 3 jenis metode pembelajaran yang telah dirumuskan bersama. 4) Setelah selesai diskusi kelompok, minta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

5) Bahas dan refleksikan bersama peserta hasil pleno kelas dan berikan penegasan dari pemandu apabila diperlukan.

• Dalam pemilihan metode pambelajaran , fasilitator perlu memilih metode yang memungkinkan warga belajar mengalami 4 tahap proses belajar ( pengalaman nyata, pengamatan dan refleksi, konseptualisasi, penerapan/ujicoba), dan mempraktekan metode tersebut dalam sebuah proses belajar yang menyenangkan. • Untuk dapat memilih metode yang tepat fasilitator perlu mengetahui karakteristik

(39)

Ranah belajar Metode

Pengetahuan Sikap Keterampilan

Wawancara/tanya jawab 9 Curah pendapat 9 Ceramah 9 Diskusi kelompok 9 Diskusi kelompok terfokus (FGD) 9 9 Penugasan/praktek 9 Permainan 9 Bermain peran 9 Analisis situasional 9 Kunjungan silang 9 Simulasi 9

Setiap metode balajar tidak bisa berdiri sendiri, kombinasi antar metode akan membuat proses belajar semkin menarik dan tidak membosankan.

Pemilihan metode juga harus berdasarkan beberapa pertimbangan : ƒ Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai.

ƒ Fasilitator mampu menjalankan metode tersebut.

ƒ Warga belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebu.t ƒ Murah, artinya tidak terlalu memakan alat bantu yang banyak. ƒ Besarnya kelompok yang difasilitasi.

(40)

LK 1– Fasilitasi dan Pembelajaran

Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Ceramah dan Tanya Jawab

Pendekatan Fasilitasi”

Pendekatan

Fasiltiasi Kekuatan Kelemahan

Pendekatan Individu

Pendekatan Kelompok

(41)

.

LK 2 – Fasilitasi dan Pembelajaran

Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Permainan Membangun

Kelompok”

“ Permainan Meniup Bola Kapas “

Permainan ini untuk menciptakan sebuah tim kerja, untuk mendorong perencanaan dan untuk menyemangati peserta untuk berpikir analitis.

Langkah – langkah :

1) Peserta dibagi menjadi empat kelompok (sekitar lima anggota dalam setiap kelompok)

2) Setiap tim diberi sebuah bola kecil terbuat dari kapas. Bola kapas tersebut ukuran dan beratnya lebih kurang sama.

3) Setiap tim harus menunjuk seorang pengamat yang akan mengawasi dan mencatat tentang bagaimana kelompok ini bermain. Si pengamat ini tidak ikut bermain dalam permainan. Dia harus mencatat hal – hal yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan mereka dalam permainan ini. Contohnya, peran yang jelas dari setiap anggota.

4) Tugas kelompok : (1) Menjaga bola kapas tetap melayang.; (2) setiap tim diberi waktu 5 menit untuk berdiskusi di antara mereka tentang bagaimana agar bola kapas tetap terapung di udara.; (3) Semua akan memulai permainan pada waktu yang sama. Waktu permainan 5 menit; (4) Siapa saja yang berhasil paling lama menjaga bola kapas tetap melayang di udara dialah pemenangnya; (5) Permainan ini bisa dimainkan sampai beberapa putaran.

5) Setelah permainan selesai tiap pengamat dari masing-masing kelompok tadi menyampaikan hasil pengamatan mereka

6) Peserta kemudian harus menjawab pertanyaan tersebut di bawah ini : ƒ Bagaimanakah perasaan peserta melakukan permainan ini ?

ƒ Bagaimanakah Kelompok dapat membuat bola kapas melayang di udara ?

ƒ Apakah ada anggapan yang mengira kalau tidak mampu membuat bola kapas terus melayang di udara ? Mengapa ?

(42)

LK 3 Fasilitasi dan Pembelajaran

Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan Diskusi Kelompok Berbagai

Metode Pembelajaran

1) Peserta mengikuti curah pendapat untuk merumuskan daftar jenis – jenis metode pembelajaran yang biasa dipakai dalam pembelajaran masyarakat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Jawaban peserta ditulis pada kertas plano .

2) Bagi peserta menjadi hanya 3 kelompok, tiap kelompok membahas tujuan, kelebihan dan kelemahan dari 3 jenis metode pembelajaran yang telah dirumuskan bersama.

3) Setelah selesai diskusi kelompok, tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

(43)

BEBERAPA JENIS MEDIA SERTA KEKUATAN DAN KELEMAHANNYA ¾Memerlukan peralatan khusus untuk menggunakannya; ¾Penayangan terbatas karena konsentrasi penonton juga terbatas.

¾Bisa merangsang minat dan menarik perhatian warga belajar;

¾Efektif untuk kelompok sedang (20-25 orang);

¾Pesan yang disampaikan dapat lebih terperinci Film Slide

¾Kurang efektif untuk digunakan peserta yang jumlahnya lebih dari 15 orang;

¾Pesan yang disampaikan terbatas, karena masa tayang dan konsentrasi pendengar juga terbatas.

¾Pesan yang disampaikan dapat dibuat lebih menarik karena dapat dibuat secara percakapan sesungguhnya;

¾Dapat merangsang minat dan perhatian warga belajar;

¾Komunikasi bisa dua arah;

¾Mudah dibawa dan dipindah-tempatkan Kaset Rekaman

Kelemahan Kelebihan

Jenis Media

¾Untuk alat peraga yang ukurannya besar atauterlalu kecil menjadi tidak praktis;

¾Mudah hilang.

¾Bisa dipercaya, karena barangnya terlihat nyata;

¾Bisa dikenali dan mudah diingat, karena bisa dilihat, dipegang, dan dirasakan;

¾Alat peraga yang mengguna-kan bahan setempat, akan lebih murah dan mudah diperoleh;

¾Tidak memerlukan keterampilan baca-tulis. Alat Peraga

¾Kurang efektif untuk khalayak yang jumlahnya lebih dari 10 orang.

¾Pesan yang disampaikan dapat lebih terperinci;

¾Dapat menarik perhatian khalayak; ¾Tidak membutuhkan keterampilan baca-tulis.2 Lembar Balik Kelemahan Kelebihan Jenis Media Slide 1 Slide 2 ¾Pesan yang disampaikan terbatas;

¾Perlu keahlian untuk menafsirkan;

¾Beberapa poster perlu keterampilan baca-tulis.

¾Dapat menarik perhatian warga belajar;

¾Dapat dibuat dalam waktu relatif singkat. Poster ¾Membutuhkan alat dalam pengembangannya (kamera); ¾Membutuhkan keterampilan baca tulis.

¾Lebih menarik dan mudah dicerna dibandingkan dengan media cetak lainnya;

¾Mudah dibawa dan disebarluaskan;

¾Dapat digunakan untuk perseorangan sampai kelompok cukup besar. Komik-Strip/ Totonovela Kelemahan Kelebihan Jenis Media ¾Membutuhkan keterampilan baca-tulis; ¾Proses pengembangan cukup lama.

¾Pesan yang disajikan lebih lengkap;

¾Mudah dibawa dan disebarluaskan. Buklet

¾Perlu keterampilan khusus bagi pembawa cerita;

¾Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pembuatannya.

¾Tidak memerlukan keterampilan baca tulis;

¾Dapat merangsang minat khalayak.

Cerita Boneka

¾Perlu keterampilan untuk menafsirkan gambar.

¾Mudah dibawa dan disebarluaskan; ¾Tidak memerlukan keterampilan baca-tulis; ¾Dapat merangsang diskusi. Poster Seri Kelemahan Kelebihan Jenis Media Slide 3 Slide 4

(44)

¾Memerlukan keterampilan baca-tulis;

¾Mudah hilang dan rusak;

¾Pesan yang disampaikan terbatas.

¾Proses pengembangan relatif cepat;

¾Efektif untuk pesan yang singkat dan padat;

¾Mudah dibawa dan disebarluaskan. Leaflet

¾Membutuhkan alat dalam pengembangannya (kamera);

¾Hanya efektif untuk kelompok kecil atau sedang.

¾Tidak memerlukan keterampilan baca-tulis;

¾Dapat merangsang minat karena memperlihatkan hal sesungguhnya;

¾Mudah dibawa dan disebarluaskan. Foto Kelemahan Kelebihan Jenis Media Slide 5

Referensi

Dokumen terkait

o Alasan mengapa mengikuti pelatihan. Alasan ini dapat saja datang dari luar berupa perintah/penugasan, atau ingin tahu, dsb. o Motifasi yang mendorong peserta mengikuti

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai Modul Sosialisasi dan musyawarah pengembangan KSM yang terdiri dari dua kegiatan

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan melanjutkan pembahasan dengan mendiskusikan peran UPK dalam mengawal terlaksananya PJM Pronangkis bidang ekonomi dan monitoring

ƒ Bahwa bis hanya bisa digerakkan bila kekuatan pendorong lebih besar dari beban yang ada. Perubahan hanya akan bisa mencapai tujuannya jika bisa mengatasi kekuatan anti

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan sampaikan bahwa sebagai BKM/LKM dan UP, penting bagi peserta untuk betul-betul memahami apa itu KSM, mengapa harus memfungsikan KSM,

Jelaskan bahwa kita mulai dengan Kegiatan 1 yaitu memahami prinsip – prinsip anggota BKM/LKM. Tanyakan kepada peserta apa kriteria yang harus dipunyai oleh anggota BKM/LKM, tuliskan

Dalam program pengentasan kemiskinan, keberhasilan pelaksanaan sangat tergantung kepada faktor-faktor organisasi & pelaksananya, program kerja yang disusun serta tak

4) Mintalah masing – masing kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya kemudian bahas bersama. Berikan tips – tips yang menyangkut teknik fasilitasi dan penegasan yang