• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PRESTASI BELAJAR DAN METODE DRILL. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, dalam Kamus Besar Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PRESTASI BELAJAR DAN METODE DRILL. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, dalam Kamus Besar Bahasa"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: “Pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.1

“Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.2

Menurut Morgan, sebagaimana yang dikutip Sumadi Suryabrata, dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan, mengatakan bahwa: “Belajar adalah setiap pembahasan yang menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan atau pengalaman”.3

Menurut Conny R. Semiawan, dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, mengatakan bahwa: ”belajar adalah proses eksperimental (pengalaman) yang menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen yang tidak dapat dijelaskan dengan keadaan sementara kedewasaan, atau tendensi alamiah”.4

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2003), Cet. 3, hlm. 700.

2 Ibid, hlm. 17.

3 Sumadi Sumabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 2001), hlm. 231.

4 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar

(Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), hlm. 2.

(2)

Menurut Asri Budiningsih, dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, belajar adalah „perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau tidak bewujud konkrit yaitu tidak dapat diamati‟.5 Menurut Melly Sri Sulastri, “belajar adalah perubahan tingkah laku yang diproleh dengan latihan atas dasar kematangan dari orang yang sedang belajar itu”.6

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pengertian “prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian”.7

Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari belajar peserta didik yang diperoleh dari kegiatan sekolah setelah peserta didik berlatih atau belajar dan ditentukan melalui pengukuran atau penilaian. Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan di sekolah yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Prestasi belajar dapat diukur dengan keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran yakni tingkat penguasaan dan perubahan tingkah laku yang dapat diukur tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk skor.

5

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 21.

6 Melly Sri Sulastri Rifai, Bimbingan Perawatan Anak (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003),

hlm. 1.

7

(3)

2. Macam-Macam Prestasi Belajar

Benyamin S. Bloom secara garis besar membagi prestasi belajar dalam 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas 5 aspek, yaitu menerima, menjawab, menilai, organisasi, karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Ranah psikomotorik berhubungan dengan ketrampilan. Yang termasuk dalam ranah psikomotorik diantaranya adalah gerak reflek, gerak fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresi.8 a. Ranah kognitif

1) Tipe prestasi belajar Pengetahuan

Tipe prestasi belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkatan rendah yang paling rendah. Namun tipe prestasi belajar ini menjadi pra syarat bagi tipe prestasi belajar berikutnya. Hafal menjadi pra syarat bagi pemahaman. Dalam tipe prestasi belajar ini siswa dituntut untuk menghafal atau mengingat secara garis besarnya saja, tanpa harus memahami apa yang diajarkan oleh guru. Tipe prestasi belajar ini banyak diterapkan bagi siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

8

(4)

2) Tipe prestasi belajar Analisis

Tipe prestasi belajar analisis adalah usaha memilah suatu integritas unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkhinya dan atau susunanya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian yang tetap terpadu. Dalam tipe prestasi belajar ini maka siswa dituntut untuk mampu memahami apa yang telah diajarkan oleh guru dengan penjelasan dan arahan dari guru. Tipe prestasi belajar ini diterapkan bagi siswa sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas.

3) Tipe prestasi belajar Sintesis

Tipe prestasi belajar sintesis merupakan jalan satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Dalam tipe prestasi belajar ini maka selain siswa dituntut untuk menghafal dan memahami dituntut pula logika berpikirnya untuk menemukan ide-ide kreatif yang siswa kembangkan berdasarkan pengetahuan yang telah diterimanya dari guru. Tipe prestasi belajar ini banyak dikembangkan pada siswa perguruan tinggi, karena seorang mahasiswa banyak dituntut untuk berpikir kreatif dalam proses pembelajaran.

(5)

4) Tipe prestasi belajar Evaluasi

Tipe prestasi belajar evaluasi adalah perubahan keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi, dan lain-lain. Pada tipe prestasi belajar ini siswa juga dituntut untuk mengevaluasi hasil belajar yang telah ditempuh. Evaluasi dilakukan bersama-sama dengan guru selaku pembimbing materi. Tipe prestasi belajar evaluasi digunakan oleh semua tingkatan pendidikan mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar hingga perguruan tinggi, karena dalam tipe prestasi belajar ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan hasil yang telah dicapai dari pembelajaran, serta sebagai refleksi pengajaran ke depan. Dengan evaluasi ini pulalah akan diketahui metode pengajaran yang tepat bagi peserta didik.

b. Ranah Afektif

Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberap ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Selama ini penilaian prestasi belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Tipe prestasi belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas kebiasaan belajar dan hubungan-hubungan sosial lainnya.

(6)

c. Ranah Psikomotorik

Prestasi belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan, yakni:

1) Gerak refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan perceptual dan bidang fisik. 4) Gerakan-gerakan skill.

5) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.9 3. Manfaat Prestasi Belajar

a. Manfaat bagi guru

Dengan mengetahui prestasi belajar, maka guru akan dapat:

1) Mengetahui sampai seberapa bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi yang lama).

2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.

3) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang diberikan.

9 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja

(7)

b. Manfaat bagi pengembangan materi

Dari prestasi belajar, maka akan dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:

1) Apakah materi yang telah diberikan merupakan materi yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.

2) Apakah materi tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan pra syarat yang belum diperhitungkan.

3) Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang dicapai.

4) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

c. Manfaat bagi siswa

Prestasi belajar juga bermanfaat bagi siswa, diantaranya:

1) Untuk mengetahui apakah siswa sudah mempunyai bahan program secara menyeluruh.

2) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan, maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar.

(8)

3) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya.

4) Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, ketrampilan atau konsep.10

Menurut Dimyati dan Mudjiono, bahwa hasil dari kegiatan evaluasi belajar pada akhirnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk keperluan hal-hal sebagai berikut: untuk diagnostik dan pengembangan, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas, dan untuk penempatan.11

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Suharsimi Arikunto, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal. Selain itu, juga dipengaruhi oleh faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor eksternal.12 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

10

Daryanto, Op.Cit., hlm. 39-41.

11 Dimiyati dan Mudjiono, .Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Depdiknas, 2004),

hlm. 11.

12 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),

(9)

a. Faktor Internal 1) Kecerdasan

Intelegensi atau kecerdasasan ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.13 Dalam buku Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran karya Ngalim Purwanto, William Stern mengemukakan batasan bahwa intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.14

2) Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.15

Dalam belajar hendaknya siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat, hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi dapat berupa

13

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Karya, 2001), hlm. 52.

14 Ibid., hlm. 53.

15 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

(10)

dorongan-dorongan dasar atau interval dan intensif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat para siswa.

3) Bakat

Bakat adalah potensi atau kemampuan apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata. Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.16

Bakat dapat dipengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu, setiap murid mempunyai bakat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Apabila bakat itu disalurkan, maka tidaklah mustahil ia akan mencapai prestasi yang tinggi, dalam hal ini orang tua harus pandai-pandai dalam menyalurkan bakat anak ke sekolah yang sesuai dengan bakat mereka. Tetapi tidak jarang orang tua menyekolahkan anak mereka ke jalur yang tidak sesuai hanya karena keinginan membantu anak berprestasi sebaik mungkin.17

16 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 2005), hlm. 213.

17 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT. Remaja

(11)

4) Kondisi Fisik

Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif. Seorang murid yang biasanya sering mengalami kesulitan dalam belajar tidak bisa berkonsentrasi pada pelajarannya yang akhirnya mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan demikian kondisi fisik perlu sehat untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan.18

5) Konsentrasi

Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan, kurang konsentrasi merupakan keluhan yang paling umum di kalangan mahasiswa di dalam belajar. Apakah itu di dalam kelas ataupun di rumah. Diperlukan konsentrasi yang tinggi. Jika dalam mengikuti pelajaran, pikiran kita melayang kemana-mana maka besar kemungkinan kita tidak dapat menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

6) Ambisi dan Tekad

Ambisi merupakan tenaga dalam yang sangat besar potensinya. Ambisi dan tekad ini sangat erat hubungannya dengan motivasi. Ambisi perlu dimiliki kalau kita ingin sukses. Tekad sedikit mirip dengan ambisi. Tekad melicinkan ambisi mencapai sukses. Menurut Walter Paule, ada 3 resep mujarab untuk sukses

18

(12)

diantaranya: intelegensi, kemauan kerja, konstruktif, dan tekad.19 Ambisi dan tekad untuk sukses merupakan faktor yang sangat menentukan prestasi belajar. Ambisi yang kuat namun tidak berlebihan dapat meningkatkan keyakinan diri. Keyakinan diri ini akan melicinkan jalan mencapai sukses.

b. Faktor Eksternal 1) Lingkungan

a) Lingkungan Alam

Keadaan alam di sekitar tempat belajar sangat mempengaruhi hasil belajar murid-murid. Keadaan alam yang tenang, sejuk membuat murid merasa nyaman untuk belajar, ia tidak terganggu dengan hawa yang panas, udara yang pengap dan lain-lain, sehingga memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi.

b) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial dapat berpengaruh besar terhadap siswa, pengaruh lingkungan dapat berdampak positif ataupun negatif, itu tergantung mana yang kuat.20 Dari lingkungan keluarga, jika keadaan keluarga kurang harmonis, orang tua atau kakak-kakak kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa dan keadaan ekonomi yang parah sekali bisa

19 Hasbullah Thorony, Pustaka Sukses Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2003), hlm. 35.

20

(13)

menyebabkan prestasi siswa kurang baik. Lingkungan masyarakat dan teman juga tidak kalah besar pengaruhnya, kalau siswa bergaul dengan orang pandai, dia bisa ikut pandai, tetapi kalau ia bergaul dengan teman-teman yang berman tanpa mengenal waktu sekolah maka prestasi belajarnya akan terganggu.

2) Faktor Instrumental a) Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran sangat mempengaruhi prestasi siswa. Jika bahan pelajaran adalah sesuatu yang sulit bagi siswa, maka siswa akan enggan untuk mempengaruhinya, siswa tersebut akan lambat dalam belajar mengenai mata pelajaran itu, makin sulit sesuatu bahan pelajaran, maka makin lambatlah orang mempelajarinya. Sebaliknya semakin mudah bahan pelajaran, maka makin cepatlah orang dalam mempelajarinya.

Bahan pelajaran yang terlalu panjang juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk belajar. Panjangnya waktu belajar dapat menimbulkan beberapa interferensi atas bagian-bagian materi yang dipelajari. Interferensi dapat diartikan sebagai gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran reproduksi antara kesan lama dengan kesan baru.

(14)

Kedua kesan itu muncul bertukaran sehingga terjadi kesalahan maksud yang tidak disadari.21

b) Guru/Pengajar

Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar siswa melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. c) Sarana dan Fasilitas

Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan di dalam belajar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi siswa. Jika sudah terpenuhi sarana belajarnya, terpenuhi bisa mencapai prestasi yang baik, kadang justru ada siswa yang keadaan ekonominya terbatas, sehingga ia menggunakna sarana seadanya, akan tetapi tetap giat belajar, jadi tidaklah sulit untuk mencapai prestasi yang baik.

21 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),

(15)

4. Usaha-Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar

Dalam belajar tidak bisa melepaskan diri dari berbagai hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar.22 Syaiful Bahri Djamarah memberikan beberapa usaha-usaha untuk meningkatkan prestasi belajar antara lain:

a. Belajar Dengan Teratur. Belajar yang teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu.23

b. Disiplin dan Semangat. Webster’s New World Dictionary memberikan batasan disiplin sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan setertib dan efisien.24

c. Konsentrasi. Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau obyek.25

d. Pengaturan Waktu. Waktu diatur menurut kehendak sendiri. Oleh karena itu pengaturan pembagian waktu belajar, bermain, bekerja dan beristirahat hanya dapat diatur oleh dirinya sendiri.26

e. Istirahat dan Tidur. Istirahat dan tidur sangat berguna untuk menghilangkan kelelahan, ketegangan pikiran, ketidak tenangan jiwa dan sebagainya.27

22 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Puspa Swara, 2000), hlm. 1.

23 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),

hlm. 21.

24

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: PT. Dunia Pustika Jaya, 2001), hlm. 158.

25 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm. 15. 26 Thursan Hakim, Op.Cit., hlm. 20. 27

(16)

Prestasi belajar seseorang ternyata tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus direncanakan dan diusahakan melalui berbagai cara dan usaha, yang kesemuanya itu tetap bermuara pada satu tujuan yaitu dalam rangka peningkatan prestasi belajar.

5. Cara Evaluasi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang diadakan oleh guru. Yang dimaksud tes hasil belajar adalah tes dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswanya, dosen kepada mahasiswa dalam jangka waktu tertentu.28 Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar dan mengajar, dapat digunakan dua macam tes, yakni tes lisan dan tes tertulis. Namun pada umumnya seorang guru lebih cenderung menggunakan tes tertulis untuk menguji siswanya. Tes tertulis ini terbagi atas dua, yaitu tes essay dan tes objektif. Tes essay (tes subjektif) merupakan sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan pembahasan atau uraian kata-kata. Soal bentuk essay ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasikan, dan menghubungkan pengertian yang dimiliki. Dengan kata lain, tes essay menuntut siswa untuk mengingat kembali juga harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi.29

28 Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 33. 29

(17)

Bentuk tes objektif bermacam-macam, antara lain:

a. Tes benar salah (true false) yang soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statemen) jawaban yang diberikan, tinggal menandai pada huruf B atau S.

b. Tes pilihan ganda (multiple choice). Suatu tes yang terdiri dari keterangan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih dari beberapa kemungkinan jawa ban yang disediakan.

c. Menjodohkan (matching test) yaitu tes yang terdiri atas satu pertanyaan dan satu seri jawaban masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.

d. Tes Isian (completion test). Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang hilang, bagian yang hilang tersebut harus diisi oleh siswa.30

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut:

a. Tes Formatif. Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

b. Tes Subsumatif. Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk

30

(18)

memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport.

c. Tes Sumatif. Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan-bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.31

Menurut Saifudin Azwar dalam bukunya yang berjudul Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pngukuran Prestasi Belajar merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut:

a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksi atau pengajaran.

c. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

31 Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zein, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka

(19)

d. Tes prestasi dirancang agar cocok dengan tujuan penggunaan hasilnya. e. Tes prestasi harus dibuat sereliabel mungkin dan harus ditafsirkan

hasilnya dengan hati-hati.

f. Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa.32 Adapun prosedur penilaian secara keseluruhan dalam satu semester yang dimasukkan dalam raport merupakan gabungan dari berbagai penilaian yang sudah dilakukan guru, yaitu dari hasil nilai tes semester, tes sumatif maupun subsumatif yang diadakan. Hasil tes-tes tersebut akan menentukan hasil prestasi siswa dalam satu catur wulan atau semester. Namun satu hal yang harus diakui, terkadang nilai raport anak subjektif dimana seorang guru kadang mempertimbangkan keberadaan seorang siswa yang dinilai dari beberapa aspek, yaitu aspek kognitif, efektif dan psikomotorik.

Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, aspek kognitif memegang peranan paling utama yang menjadi tujuan pengajaran di SD, SMP dan SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut Taksonomi Bloom, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Pengukuran ranah afektif, meliputi jenjang kemampuan, yaitu: menerima, menjawab, menilai, organisasi, dan karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks lain. Pengukuran ranah psikomotor dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yaitu:

32 Saifudin Azwar, Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi

(20)

a. Keterampilan motorik, yaitu memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan, dan sebagainya.

b. Manipulasi benda, seperti menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya.

c. Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya. 33

B. Metode Drill

1. Pengertian Metode Drill

Penggunaaan istilah drill (latihan siap) dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu menjadi milik siswa dan dapat dikuasai sepenuhnya, adapun metode drill itu sendiri memuat beberapa pendapat memiliki arti sebagai berikut:

a. Metode drill ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.34

b. Metode drill atau disebut latihan dimaksud unutk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat dapat disempurnakan dan dapat disiap siagakan.35

33 Daryanto, Op.Cit., hlm. 100.

34 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 125. 35 Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajarn Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press,

(21)

c. Metode drill ialah suatu cara belajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan ketrampilan.36

d. Suatu rencana menyeluruh tentang penyajian materi secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan dengan cara latihan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.37

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill adalah suatu cara menyajikan bahan pengajaran dengan jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.

2. Tujuan Metode Drill

Teknik latihan mengajar ini biasanya digunakan untuk tujuan siswa agar :

a. Memiliki ketrampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunaan alat/membuat sesuatu beanda; melaksanakan gerak dalam olahraga;

b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencocokkan. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran metematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.

36 Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran Buku 1 (Yogyakarta: STAIN

Press, 2009), hlm. 122.

37 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Study Kompetensi Guru

(22)

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal yang lain, seperti hubungan sebab akibat banyak hujan-banjir; antara benda huru dan bunyi-ng-ny dan sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain.38

3. Langkah-langkah Penerapan Metode Drill

a. Drill hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis b. Latihan harus memiliki arti dalam rangka yang lebih luas

1) Sebelum diadakan latihan anak didik perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu sendiri

2) Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna unuk kehidupan mereka selanjutnya

3) Siswa harus mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar

c. Latihan-latihan itu pertama harus dilakukan diagnosa

1) Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang mengurus 2) Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul 3) Respon yang benar artinya harus dikenal siswa

4) Siswa memerlukan waktu mewarisi latihan perkembangan arti dan kontrol

5) Di dalam latihan, pertama-tama ketepatan kemudian kecepatan dan pada akhirnya keduanya harus tercapai

38

(23)

d. Masa latihan harus relatif singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu yang lain

e. Masa latihan harus menarik, gembira dan menyenangkan 1) Agar hasil latihan memuaskan, minat intrinsif diperlukan 2) Setiap kemajuan siswa harus jelas

3) Hasil latihan terbaik, dengan sedikit menggunakan emosi f. Pada waktu latihan harus mendahulukan proses yang essensial

g. Proses latihan dan kebutuhan harus disesuaikan dengan perbedaan individual

1) Tingkatan yang diterima pada suatu saat tidak harus sama

2) Latihan secara perseorangan sangat perlu untuk menambah latihan kelompok.39

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Drill a. Kelebihan metode drill

1) Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya

2) Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu ketrampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari;

3) Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan

39 Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metode Metode Bagi Pendidikan Islam (Jakarta:

(24)

memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa disaat berlangsungnya pengajaran;

4) Dapat memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat;

5) Dapat memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol dan sebagainya;

6) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.40

b. Kekurangan metode drill

1) Dapat menghambat inisiatif siswa, dimana inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya;

2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. Dalam kondisi belajar ini pertimbangan inisiatif siswa selalu disorot dan tidak diberikan keleluasaan. Siswa menyelesaikan tugas secara status sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru;

3) Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah siswa melakukan sesuatu secara mekanis dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan bertindak secara otomatis;

4) Dapat menimbulkan Verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal dimana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan

40

(25)

pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan hafalan tersebut tanpa suatu proses berpikir secara logis;

5) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian;

6) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan;

7) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan;

Referensi

Dokumen terkait

ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) CABANG SURAKARTA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PREMI TAHUN 2014-2016” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan guna

Pengembangan tenaga kerja dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja sehingga dapat mengurangi ketergantungan organisasi untuk menarik tenaga kerja baru dan

After giving the treatment, the result of the post test indicated that most of the students were in good and fairly good classification. The percentage of post test as we

The Storm default scheduler assigns component executors as evenly as possible between all the workers (supervisor slots) assigned to a given topology. Let's consider a sample

Desa Karanganyar sendiri merupakan salah satu desa di !ilayah kabupaten Cirebon yang memiliki  potensi ekonomi di dalam desanya sendiri.. Karena masyarakat di desa

Praktek penulisan karya tulis ilmiah TM 2 x 50’ TT 2x50’ TMd 2x60’ Mahasiswa mampu mempraktekkan penulisan karya tulis ilmiah sederhana (terbimbing). 16 Ujian Akhir

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses persembuhan tulang dengan implan tulang HA-Kitosan dengan HA-TKF yang diujicobakan pada domba lokal dilihat dari

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro dan Mikro Ekonomi terhadap Likuiditas Bank Syariah di Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan