• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permohonan Narasumber Viveka 6 - STFT Jakarta 1 message

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Permohonan Narasumber Viveka 6 - STFT Jakarta 1 message"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

26/05/21 08.56 Gmail - Permohonan Narasumber Viveka 6 - STFT Jakarta

Page 1 of 2 https://mail.google.com/mail/u/0?ik=b1f0e11fcc&view=pt&search…ad-f%3A1624685293908020001&simpl=msg-f%3A1624685293908020001

Rahel Daulay <daulayrahel@googlemail.com>

Permohonan Narasumber Viveka 6 - STFT Jakarta

1 message

STTJ Public Relations <sttj.pr@gmail.com> Wed, Feb 6, 2019 at 9:37 AM To: Rahel Daulay <daulayrahel@gmail.com>

Salam Sejahtera,

STFT Jakarta kembali mengadakan Program Studi Teologi bersertifikat VIVEKA untuk kali keenam pada semester genap di tahun akademik 2018-2019 ini dengan tema

besar LITURGI YANG MENGGAIRAHKAN.

Untuk itu, kami hendak mengundang Ibu Rahel Daulay, MM sebagai salah satu narasumber kegiatan tersebut dengan topik “Menyanyikan Gairah Allah dan Umat-Nya” pada:

Hari/tanggal : Selasa, 28 Mei 2019 Waktu : 18.00 – 20.00 WIB

Tempat : Ruang Lab Kotbah Gedung C, Lantai 2 STFT Jakarta, Jl. Proklamasi No. 27, Jakarta Pusat

Narasumber diharapkan menyiapkan paper (3000-4000 kata) dan bahan powerpoint untuk presentasi. Kami juga mengharapkan agar paper dapat dikirimkan ke sttj.pr@gmail.com selambatnya seminggu sebelum kelas/pertemuan dilaksanakan agar dapat kami kirimkan kepada peserta untuk dibaca terlebih dahulu sebelum kelas dimulai dan untuk kami

perbanyak.

Demikianlah undangan ini kami sampaikan. Kami menantikan respons dari ibu. Atas

perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Tuhan memberkati pelayanan dan pekerjaan kita.

--

Erich von Marthin E. Hutahaean, M.Th Public Relations Staff

Adjunct Faculty (Christian Education)

Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta (STT Jakarta) sttj.pr@gmail.com Jl Proklamasi 27 Jakarta 10320 INDONESIA Telp. 021.3904237 ext.203 Mobile Ph. +62 813.5763.8828

(2)

26/05/21 08.56 Gmail - Permohonan Narasumber Viveka 6 - STFT Jakarta

Page 2 of 2 https://mail.google.com/mail/u/0?ik=b1f0e11fcc&view=pt&searc…ad-f%3A1624685293908020001&simpl=msg-f%3A1624685293908020001

TOR VIVEKA Season 6 STFT Jakarta - 2019.docx 26K

(3)

VIVEKA, 28 Mei 2019

Menyanyikan Gairah Allah dan UmatNya

Rahel Daulay Bernyanyi adalah kegiatan yang penting dalam ibadah Kristen. Sepanjang sejarah pertumbuhan gereja, nyanyian memiliki peranan penting di dalamnya. Nyanyian berperan dalam meningkatkan spiritualitas umat, baik dalam hal praktis maupun teologis. Nyanyian juga merupakan prophetic art; di dalamnya tidak hanya terdapat unsur-unsur seni musik yang praktikal tetapi juga pesan kenabian yang dapat dimaknai serta dapat membangun gairah berteologi melalui nyanyian. Dengan demikian, dalam sebuah nyanyian terkandung baik gairah Allah dan juga gairah manusiawi. Yang mana keduanya perlu untuk dihidupkan agar nyanyian tersebut optimal ketika dinyanyikan. Bernyanyi memang haruslah bergairah; jika bernyanyi tanpa gairah, itu artinya hanya membunyikan notasi dan ritme semata. Bernyanyi dengan gairah artinya kita mampu menghidupkan baik isi syair maupun lagu (notasi), serta mampu memberikan dorongan kepada orang lain supaya mereka mau menyanyikan lagu yang sama. Sebagai contoh, nyanyian yang berisi tentang keadilan, maka kita yang menyanyikan harus mampu menghidupkan pesan keadilan yang terkandung di dalamnya dan menyanyikannya dengan gairah agar mendorong supaya setiap umat menyuarakan keadilan itu. Bernyanyi bukan sesuatu yang sulit untuk dipelajari. Jika ada keseriusan untuk berlatih serta membuka pikiran untuk memahami apa yang dinyanyikan maka kita bisa menghidupkan sebuah nyanyian. Paling tidak, sebagai manusia (umat) ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam rangka menghidupi sebuah nyanyian: 1. Sing with a good understanding (Bernyanyilah dengan pemahaman yang baik) Pemahaman yang baik akan sebuah nyanyian menolong kita untuk mampu mengapresiasi nyanyian tersebut, baik dari segi sejarah, bentuk lagu, bahkan isi dari syairnya (Eskew dan McElrath 1995, ix). Secara khusus untuk nyanyian yang digunakan dalam ibadah jemaat. Pemahaman yang baik dan benar akan menolong baik para pemimpin nyanyian, pemusik begitu juga dengan jemaat mampu menyanyikan sebuah lagu dengan baik. Apa saja yang perlu dipahami dalam sebuah nyanyian: a. Syair; Kita perlu memahami kandungan teologi yang ada di dalam syair dan ayat Alkitab yang menjadi dasar jika syair tersebut disadur dari Alkitab. Hal ini menolong kita untuk dapat menempatkan nyanyian dengan tepat dalam sebuah peribadahan. Bentuk sebuah nyanyian pun perlu dipahami. Dari sekian banyak bentuk nyanyian yang kita warisi saat ini, bentuk seperti apa yang tepat untuk digunakan sesuai dengan konteks jemaat kita masing-masing, strophic (nyanyian dengan beberapa bait) atau cyclic (nyanyian yang berulang-ulang). Masing-masing bentuk ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Nyanyian berbait akan menolong kita untuk mendapatkan banyak pesan dalam sebuah lagu, sementara bentuk yang berulang-ulang memiliki sedikit pesan namun cenderung lebih mudah untuk diingat.

(4)

b. Musik; Ini merupakan media yang menghantar syair agar dapat dipahami. Oleh sebab itu, jika media mengalami kendala maka kemungkinan besar syair tidak tersampaikan dengan baik atau dengan kata lain nyanyian tidak dapat dihidupkan. Hal apa saja yang perlu dipahami dalam musik? Musik tidak hanya melibatkan mood (rasa) tetapi juga melibatkan mind (pikiran). Untuk memahami musik dalam sebuah nyanyian paling sedikit kita perlu memiliki ilmu musik seperti mengenal notasi, ritme, birama dan ketukan, serta tanda baca musik yang terdapat dalam sebuah nyanyian. c. Genre/Gaya; Untuk mendorong jemaat bernyanyi dengan baik, maka mereka perlu diberikan nyanyian dengan gaya yang tepat utuk dinyanyikan. Ada beberapa genre yang terdapat dalam nyanyian jemaat, antara lain: Hymns (nyanyian dengan bait); Chorus (Nyanyian dengan lirik yang singkat dan sering diulang); Rounds (Nyanyian yang berulang seperti canon); Refrains (nyanyian yang biasa menyatu dengan bait, yang mana bagian ini dapat diulang-ulang) (Brian Wren 2000, 100-103). 2. Sing with a good enthusiasm (Bernyanyilah dengan antusiasme yang baik) Selain daripada bernyanyi dengan pemahaman, bernyanyi dengan antusias yang dipimpin oleh Roh akan lebih memaksimalkan fungsi dari nyanyian tersebut. Nyanyian menjadi terasa natural, mengikuti natur jemaat yang menyanyikannya. John Wesley, dalam 7 arahan bernyanyi, mengatakan bahwa di atas semua hal-hal yang lain bernyanyilah dengan Roh. Pandanglah Tuhan dalam setiap kata yang engkau nyanyikan. Senangkan Tuhan melebihi dirimu sendiri. Jangan terbuai dengan musik tetapi tetaplah terarah kepada Tuhan (UMH 1989, vii). Sebagai seorang teolog sekaligus himnolog, Wesley ingin mengatakan bahwa dalam bernyanyi mudah sekali kita terjebak ke dalam subjektifitas pribadi dan melakukan apa yang menurut saya nikmat untuk didengar dan dinyanyikan. Oleh sebab itu, dia pun menekankan supaya umat perlu berhati-hati dan selalu arahkan hati dan pikiran kepada Tuhan ketika bernyanyi. 3. Sing with a good interpretation (Bernyanyilah dengan interpretasi yang baik) Menginterpretasi sebuah nyanyian adalah kemampuan untuk mendalami nyanyian baik dari sisi syair maupun lagu. Interpretasi yang tepat akan menolong umat dalam bernyanyi. Umat perlu mendapat gambaran umum tentang syair secara keseluruhan dan bagaimana syair tersebut berinteraksi dengan lagu, termasuk istilah-istilah yang digunakan serta gaya bahasa yang dipakai (Wren 2000, 170). Salah satu contoh dalam menentukan tempo sebuah lagu. Tempo atau cepat-lambatnya sebuah lagu dinyanyikan sangat bergantung kepada interpretasi terhadap syair dan lagu tersebut. Natur manusiawi dalam bernyanyi akan menuntun kita pada penentuan tempo yang tepat. Maka dari sinilah kemudian lahir gairah bernyanyi. (KK 77 Mampirlah Dengar Doaku)

(5)

Dalam kesempatan ini, saya akan mengajak kita untuk mengamati serta kemudian mengalami gairah yang terkandung dalam nyanyian yang ada dalam buku Kidung Keesaan1. Semangat kebersatuan sangat terasa di dalam pilihan-pilihan nyanyian yang terdapat dalam buku ini. Semangat itu pun muncul dalam kata sambutan yang disampaikan oleh MPH PGI; Melalui Kidung Keesaan, gereja-gereja di Indonesia dengan kepelbagaian denominasi dan latar belakang budaya dapat memuliakan Tuhan dalam semangat kebersamaan sebagai tubuh Kristus yang satu (KK 2017, iii). Ut Omnes Unum Sint (supaya mereka menjadi satu) Yohanes 17:21, “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Bersatu tidak hanya bicara tentang keragaman Suku dan Bahasa, tetapi juga mewakili keragaman situasi dan kondisi yang dialami oleh setiap orang. Mampukah kita untuk tetap menyuarakan kebersatuan dengan mereka yang mengalami ketidakadilan, bagi mereka yang berbeda pendapat dan paham ideologi, bagi alam yang dirusak tanpa bertanggungjawab, dsb? Sebagai umat manusia, kita perlu bersuara bersama dengan mereka yang mengalaminya. Nyanyian menolong kita untuk melakukannya. Gairah kebersatuan merupakan gairah Allah yang kita serukan melalui nyanyian. Kali ini, kebersatuan itu kita bagi dalam beberapa hal: 1. Kebersatuan dengan mereka yang berbeda suku, adat, dan golongan. (KK 598 Insan Diciptakan) 2. Kebersatuan dengan alam ciptaan Tuhan yang telah dirusak secara tidak bertanggungjawa. (KK 730 Hutan dan Rimba) 3. Kebersatuan dengan mereka yang berjuang untuk keadilan dan merindukan aksi damai (KK 580 Until All Are Fed, KK 103 Tama Ngakau Marie) 4. Bersatu dengan gereja yang mewarisi cara bermazmur yang berbeda (KK 317 Tuhanlah Gembalaku, KK 570 Alangkah Baik Dan Indahnya) 5. Kebersatuan bersama dengan saudara kita yang memiliki tradisi yang berbeda (KK 384 “Ting” Petik Sasando) 6. Dll. Cara mengajarkan Nyanyian baru kepada jemaat, menurut Brian Wren (Wren 2000, 124-125): o Pengajar nyanyian yang baik adalah yang dapat terlihat jelas oleh umat o Yakinlah pada suara Anda sebagai alat untuk mengajarkan nyanyian 1 Kidung Keesaan merupakan buku nyanyian yang diterbitkan oleh Yamuger, yang didasari oleh kerinduan akan kebersatuan. Banyaknya keragaman nyanyian dan buku nyanyian di berbagai tempat ternyata membawa dampak pada pesekutuan antar Gereja/Sinode. Merasa prihatin dengan itu, maka Yamuger dan PGI menggagas pelaksanaan Konsultasi Nasional Musik Gereja yang kemudian dilaksanakan di Jakarta, 16-18 Juni 2014. Dari situ kemudian lahir semangat untuk merealisasikan Kidung Keesaan (KK 2017, viii).

(6)

o Percayalah bahwa orang lain dapat bernyanyi seperti Anda, dan yakinkan hal itu pada mereka o Ajarkan nyanyian sebelum ibadah, bukan ketika ibadah berlangsung o Perkenalkan nyanyian baru dengan antusias, jangan dengan rasa bersalah o Sebelum mengajarkan nyanyian baru kepada umat, pelajarilah melodi dengan telinga dan hati o Ajarkan melodi dengan jelas o Biarkan umat melihat Anda menyanyikan melodi dan bukan sekadar membaca partitur o Gunakan suara alami Anda dan tunjukkan bahwa Anda suka dengan nyanyian tersebut dan ingin membagikannya kepada yang lain. Penutup Kidung Keesaan (KK) menolong kita sebagai gereja untuk berseru dan bersatu bersama saudara-saudari kita yang tersebar tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. KK menolong kita untuk saling merangkul, termasuk merangkul mereka yang berjuang dalam kondisi tertentu. Allah tidak pernah membatasi kita dalam bernyanyi, bahkan Pemazmur berkata selagi kita masih punya nafas, naikkanlah pujian bagi Allah (Mazmur 150:6). Gereja perlu menyadari bahwa saat ini kebutuhan akan nyanyian jemaat yang kontekstual dan merangkul semua kalangan sangat diperlukan. Akhirnya, saya merekomendasikan KK untuk menjadi buku pegangan selain daripada buku-buku nyanyian yang sudah/akan diterbitkan oleh sinode masing-masing, oleh karena buku nyanyian ini tidak hanya menyadarkan akan kekayaan kita sebagai bangsa Indonesia, dan warisan kekristenan yang tampak dalam nyanyian gerejawi juga sangat banyak, tetapi juga bermanfaat untuk mempersatukan kita, umat di mana saja, sebagai satu tubuh Kristus. Daftar Acuan Eskew, Harry dan Hugh T. McElrath. 1995. Sing With Understanding. Tennessee: Church Street Press. The United Methodist Church. 1989. The United Methodist Hymnal. Tennessee: The United Methodist Publishing House. Wren, Brian. 2000. Praying Twice. Kentucky: Westminster John Knox Press. Yamuger. 2017. Kidung Keesaan. Jakarta: Yayasan Musik Gereja Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menurut Wong (2008), seseorang yang mememiliki tingkat religiusitas tinggi dalam mengikuti aktivitas keagamaan serta memiliki sikap etis lebih baik dalam kehidupan

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

ii. dan telah ditetapkan, dengan alokasi digunakan untuk memaksimumkan laba perusahaan dengan kendala teknologi produksi. Poin i sampai poin iv merupakan asumsi

Hasil uji beda warna (L,a,b) seperti terlihat pada Tabel 2 untuk parameter a* dari semua sampel uji menghasilkan nilai +a* yang menunjukkan bahwa pewarnaan

sumber risiko yang terdapat pada kegiatan produksi atau budidaya tanaman bunga potong krisan di Perusahaan Natalia Nursery, menganalisis besarnya risiko yang terjadi pada

Data hasil pengamatan produksi kakao pada perlakuan predator (sarang buatan) dibandingkan tanpa perlakuan predator dapat dianalisis dengan menggunakan uji-t pada taraf

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti tentang pemahaman perawat tentang penerapanRJPdipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, pendidikan,