• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREATIVITAS GURU DALAM MENGKONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 2 GUNUNG JATI KABUPATEN CIREBON SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KREATIVITAS GURU DALAM MENGKONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 2 GUNUNG JATI KABUPATEN CIREBON SKRIPSI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

KREATIVITAS GURU DALAM MENGKONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 2

GUNUNG JATI KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

APRILIANI SHOLEHA

NIM. 2015.1.18.1.02045

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM

IAI BUNGA BANGSA CIREBON

(2)

ii

(3)
(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul“Kreativitas guru dalam mengkonstruksi pendidikan karakter melalui pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon.”Oleh Apriliani Sholeha NIM. 2015.1.18.1.02045, telah diajukan dalam Sidang Munaqosah program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon tanggal....

Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.P.d) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

Cirebon, Desember 2019 Sidang Munaqosah,

Ketua Sekertaris,

Merangkap Anggota, Merangkap Anggota,

Dr. H. Oman Faturrohman,M.A Drs. Sulaiman,M. Mpd

NIDN. 8886160017 NIDN. 2118096201

Penguji I Penguji II

... ... NIDN. ... NIDN. ...

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Persoalan yang ditemui dalam ranah pendidikan yaitu adanya guru yang kurang terlatih, karena guru merupakan pekerjaan yang bersifat profesional yang hanya dilakukan oleh mereka yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungisnya sebagai guru secara maksimal. Maka guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman di bidangnya. Maksud dari terdidik dan terlatih bukan hanya memiliki pendidikan formal, tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) serta menguasai dan memahami landasan - landasan kependidikan yang tercantum dalam kompetensi guru.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kreativitas guru dalam upaya mengkonstruksi pendidikan karakter melalui pembelajaran PAI dan Mengetahui relevansinya antara kreativitas guru PAI dan peran guru BK mengahadapi kasus pembullyan dalam rekonstruksi pendidikan karakter di sekolahnya di SMP Negeri 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam dengan beberapa narasumber. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, lalu penyajian data, dan akhirnya data dapat ditarik kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan tringulasi.

Hasil penelitian menunjukkan kreativitas guru dalam mengkonstruksi pendidikan karakter di kelas melalui pembelajaran PAI, dengan menggunakan metode pembelajaran yang variatif disetiap kelas. Metode disesuaikan dengan melihat perbedaaan konsentrasi atau keminatan siswa disetiap kelas, memperhatikan waktu pembelajaran sehingga motivasi dan stamina siswa tetap terjaga. Upaya guru untuk kreatif dalam pembelajaran karakter melalui kegiatan belajar di luar kelas dengan suasana lebih segar melihat taman, atau duduk melingkar di dalam mushola sekolah. Peran guru BK mengahadapi kasus pembullyan dalam rekonstruksi pendidikan karakter di sekolah dilakukan dengan membangun karakter siswa di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.

Implikasi dri penelitian ini adalah bahwa seorang guru yang kreativ akan membanngun dan membentuk para siswanya menjadi seorang yang beradab dan berkualitas. Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak yang memiliki fungsi membentuk kepribadian, sosial, sikap, dan agama anak. Agama Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin memberikan perhatian dan rambu-rambu dalam pelaksanaan kependidikan kepada guru dan orang tua.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta nikmat, baik nikmat jasmani maupun rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan skripsi dengan judul“

Kreatifitas Guru dalam Mengkonstruksi Pendidikan Karakter melalui Pembelejaran PAI di SMP Negeri 2 Gunung jati Kabupaten Cirebon.

Penyusunan skripsi ini, penyusun telah menerima banyak bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang tak ternilai harganya. Jasa baik mereka tentu tidak dapat penyusun lupakan begitu saja, pada kesempatanini penyusun mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Oman Fathurahman, M.A selaku Rektor IAI Bunga Bangsa Cirebon

2. Bapak Drs. Sulaiman, M. M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

3. Bapak Agus Dian Ali Rahman, M. Pd.I Selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

4. Bapak Dosen Barnawi dan bapak Dosen Oman selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan membimbing penyususnan skripsi ini dengan sabar dan penuh perhatian.

5. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon yang telah bersedia memberikan ijin dan fasilitas selama penyususn melakukan penelitian.

(8)

viii

6. Kedua orangtua dan keluarga yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang dan motivasi baik secara moril dan materil sampai detik ini kepada penulis.

7. Sahabat, teman dan orang-orang terdekat yang selalu memberikan motivasi. 8. Segenap Dosen dan Staft IAI Bungan Bangsa Cirebon yang telah

memberikan yang terbaik, baik ilmu, pelajaran berharga dan lain-lain kepada penulis selama mengikuti bangku perkuliahan.

penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka semua yang ikut mendoakan meskipun tidak disebutkan dalam daftar tersebut. Apresiasi yang sebesar-besarnya penulis haturkan konstribusi mereka semua terhadap selesainya skripsi ini. semoga amal baik mereka semua mendapatkan balasan yang sangat besar dari Allah SWT.

akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya bagi para pembaca umumnya.

cirebon, Februari 2020 penyusun,

(9)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

NOTA DINAS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I:PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Fokus Masalah dan Subfokus ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Kegunaan Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II : LANDASAN TEORI ... 14

A. Deskripsi Teoritik ... 14

1. Pengertian Guru ... 14

2. Kreativitas Guru ... 15

3. Bagaimana menjadi guru yang kreativ ... 16

4. Kurikulum 2013 ... 17

5. Konstruksi dalam Pendidikan Karakter ... 18

6. Pendidikan Karakter ... 20

a. Pengertian Pendidikan ... 20

b. Tujuan Pendidikan ... 21

(10)

x

d. Study kasus Bulliyimg ... 23

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN ... 25

C. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL ... 26

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Desain Penelitian ... 29

B. Setting Penelitian/Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Data dan Sumber Data ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Jenis penelitian ... 31

2. Metode Pengumpulan Data ... 32

a. Metode observasi ... 32

b. Metode demokrasi ... 32

c. Metode dokumentasi ... 33

d. Metode Interview... 33

e. Teknik Analisis Data ... 33

E. Teknik Pengolahan Data ... 34

1. Reduksi Data ... 34

2. Penyajian Data Display ... 35

a. Teks Naratif... 35

b. Model ... 35

c. Penarikan Kesimpulan/verifikasi ... 35

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 36

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 53

1.Kreativitas Guru ... 53

2.Kurikulum 2013 ... 54

(11)

xi

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Simpulan ... 57

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang telah diterapkan melalui kurikulum 2013 ini mengutamakan pembentukan akhlak jasmani, rohani maupun budi pekerti agar pribadi siswa lebih berarti dari sebelumnya, sehingga mengurangi krisis moral dalam negeri ini. Pendidikan karakter

lebih cenderung pada sikap dan keterampilan dibandingkan ilmu pengetahuan lainnya. Pendidikan ini juga mengutamakan pembentukan moral yang sangat penting dalam mendukung pendidikan karakter.1

Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

Berdasarkan observasi peneliti yang dilakukan saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada bulan Januari hingga Maret 2019 terdapat karakter siswa yang saling membully entah itu dengan sengaja maupun ikut-ikutan teman yang memprovokasi terlebuh dahulu

(13)

2

Menurut Ibu Erni salah satu guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 2 Gunung Jati Kabupeten Cirebon pada tanggal 5 Februari 2019, menginformasikan bahwa sekolah SMP Negeri 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon sudah hampir 3 tahun terahir menerapkan sistem zonasi yang mengharuskan peserta didik untuk menempuh pendidikan di sekolah yang memiliki radius terdekat dari domisilinya masing-masing, dari faktor tersebut pada kenyataannya anak-anak yang berada di zonasi sekolah adalah anak-anak yang notabene memiliki orang tua yang berprofesi sebagai nelayan, jadi sistem ini menyulitkan sekolah untuk mengadakan tes seleksi siswanya dalam rangka memilih siswa yang karakternya baik maupun kurang baik, karena asal domisili siswa dekat dengan sekolah maka dia berhak masuk tanpa tes terlebih dahulu.2

Pengembangan karakter bisa dilakukan dengan cara menerapkan teori yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh pendidikan karakter, Thomas Lickona adalah tokoh pendidikan karakter. Thomas Lickona merumuskan pendidikan karakter yang melibatkan seluruh aspek dalam pendidikan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan karakter yang dikemukakan oleh Thomas Lickona mendasar pada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Thomas Lickona menegaskan bahwa karakter yang baik adalah apa yang kita inginkan untuk anak-anak kita. Menurut Lickona, karakter mulia

(14)

(good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (desiring the good), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (doing the good)3

Pendidikan karakter dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam mempunyai relevansi dalam beberapa hal, yaitu: guru sebagai subyek pendidikan karakter, peserta didik sebagai subyek yang dibiasakan dalam pendidikan karakter, kurikulum sebagai fondasi dasar pendidikan karakter, metode sebagai praktik pendidikan karakter dan evaluasi sebagai proses yang tidak pernah berhenti.

Pembentukan karakter siswa membutuhkan kehadiran guru yang sangat diperlukan dalam mensukseskan pendidikan berkarakter dan menjadi faktor utama dalam pendidikan karakter, guru harus mengetahui tujuannya mengajar, yaitu tak hanya memenuhi kewajiban berprofesi sebagai guru, namun kesadaran yang murni untuk mengabdi ini dapat melahirkan kreativitas guru dalam mengajar dan membentuk karakter siswa yang bermoral.

Persoalan yang ditemui dalam ranah pendidikan yaitu adanya guru yang kurang terlatih, karena guru merupakan pekerjaan yang bersifat profesional yang hanya dilakukan oleh mereka yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungisnya sebagai guru secara maksimal. Maka guru profesional adalah

3Thomas lickona, charter matters, pen. Juma Abdu Wamaungo, (Jakarta: Bumi aksara 2016) h. 5

(15)

4

orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman di bidangnya, yang dimaksud dari terdidik dan terlatih bukan hanya memiliki pendidikan formal, tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) serta menguasai dan memahami landasan - landasan kependidikan yang tercantum dalam kompetensi guru.

Kriteria mengajar guru yang baik membutuhkan inspirasi, intuisi dan kreativitas guru. Kesulitan dalam mengajar adalah menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan tidak membosankan, agar siswa menyukai pelajaran yang diperkenalkannya, semua itu membutuhkan daya fikir yang tinggi atau kreativitas dari guru dalam mewujudkannya.

Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, UU No. 20 tahun 2003 menegaskan kembali fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu peningkatan iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia peserta didik. Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Ketentuan undang-undang tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan nasional mendorong terwujudnya generasi penerus bangsa

(16)

yang memiliki karakter religius,berakhlak mulia, cendekia, mandiri, dan demokratis.Seiring dengan tujuan pendidikan ini pula, pemerintah telah mencanangkan pembangunan karakter bangsa dengan empat nilai inti, yaitu jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.5

Alternatif yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pendidikan karakter disekolah adalah mengoptimalkan pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam (PAI). Peran pendidikan agama sangatlah strategis dalam mewujudkan pembentukan karakter siswa. Pendidikan agama islam diharapkan mampu menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa dan berakhlak mulia mencakup etika budi pekerti atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan.6

Landasan pendidikan karakter atas dasar apa pendidikan karakter ini lahir Aspek yang pertama dan utama dalam pengembangan pendidikan karakter adalah landasan. Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan karakter. Dasar dari pendidikan karakter adalah al-Qur’an , Al-hadits, dengan kata lain dasar-dasar yang lain senantiasa dikembalikan kepada alQur’an ,al-Hadis serta ketakwaan kepada Allah SWT.7

5 Anggi Fitri, “pendidikan karakter perspektif al-qur’an dan hadits”, Jurnal studi

pendidikan Islam, Vol. 1 No. 2 Juli 2018

6permendikmas No 22 Tahun 2006, tentang standar isi untuk satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah, h.2

7 Media Indonesia, Keterlibatan Orang Tua Dalam Mendidik Anak.

(17)

6

Pendidikan karakter memliki peranan penting dalam membentuk manusia yang berperilaku baik dengan mengerjakan amal sholeh. sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an surat At-Tin ayat 4-5

ْنِْلْا اَنْقَلَخ ْدَقَل

ِفِ َناَس

( ٍيمِوْقَ ت ِنَسْحَأ

4

َر َّمثُ )

ينِلِفاَس َلَفْسَأ مهَنَْدَد

(

5

)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.8

Implementasi pendidikan karakter dalam Islam tersimpul dalam karakterpribadi Rasulullah SAW. Pribadi Rasulullah, bersemai nilai-nilai akhlak yang agung dan mulia. Al Qur’an surat Al-Ahzab: 21 yang berbunyi:

َك ََّللَّا َرَكَذَو َرِخلآا َمْوَ يْلاَو ََّللَّا ومجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسمأ َِّللَّا ِلومسَر ِفِ ْممكَل َناَك ْدَقَل

اًيرِث

(

٢١

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.9

8 Depag RI, Al-Quran Surat At-Tin Ayat 4-6

(18)

Kasus-kasus yang terjadi menunjukkan bangsa Indonesia saat ini memang tengah mengalami kemerosotan karakter, seperti yang bisa dilihat dalam dua kasus berikut:

Pertengahan Januari 2019, dunia maya digegerkan dengan beredarnya kabar yang dialami seorang remaja berusia 15 tahun di Denpasar Bali, yang tega membunuh temannya sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku kerap menjadi target bullying korban sejak kelas satu SMP.10

Kasus ini membawa kepada penjelasan bahwa masyarakat khususnya harus lebih faham mengenai bullying. Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana terjadi pemaksaan secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih lemah oleh seseorang atau sekelompok orang.11

Penyebabnya harus diketahui, serta pemecahannya dan bagaimana bangsa ini dibangun untuk masa depan yang lebih baik, serta sukses di dunia dan bahagia di akhirat.12 Pendidikan di Indonesia lebih menitikberatkan pada pengembangan intelektual atau kognitif semata sedangkan aspek akademik sebagai unsur utama pendidikan karakter bangsa belum diperhatikan secara optimal bahkan cenderung diabaikan.13

10 Witri Nasuha, Kasus Kekerasan dan Bullying di Sekolah Awal 2019, dimuat di akun

okenews.com, diakses pada Selasa 12 Februari 2019 15:54 WIB

11Djuwita,Jurnal pengalaman intervensi dari beberapa kasus bullying, 2009, dimuat dalam journal.unpad.ac.id

12 Enco Mulyasa, Anang Solihin Wardan, Pengembangan dan Implemesntasi Kurikulum

(Jakarta : PT Remaja Rosdakarya 2013) h. 4

(19)

8

Mengembangkan kreativitas guru dari kasus di atas yang sudah saya paparkan bahwa guru sangat berpengaruh dalam pendidikan siswa. Dalam arti luas suksesnya siswa dalam belajar bergantung pada cara penyampaian guru. Guru yang kreatif biasanya bercirikan lincah, kuat mental dan dapat berfikir dari segala arah. Guru juga diharapkan mempunyai keluesan konseptual, orisinalitas dan menyukai kerumitan agar siswa selalu diajak berfikir secara luas atau keseluruhan tentang suatu pelajaran.

Pendidikan juga sangat penting dalam memajukan kesejahteraan bangsa. Jika generasi penerus bangsa memiliki kualitas yang baik , maka masa depan bangsa akan terjamin kemajuannya. Pengaruh dari guru akan sangat membantu perubahan bangsa.

Proses pelaksanaan kurikulum pendidikan karakter mengalami banyak hambatan yang menjadi dilema dunia pendidikan, antara mengejar kepentingan tes dan mengutamakan pembentukan karakter siswa. Proses pendidikan siswa harus ditanamkan nilai dan karakter bangsa.

Indikasi merosotnya moralitas, yang seharusnya dijunjung tinggi demi terwujudnya manusia yang bermoral. Sehingga yang tercipta sekarang ini adalah sebuah ras yang non manusiawi, dan inilah mesin

(20)

berbentuk manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan kehendak alam yang fitrah.14

Pembentukan karakter sekarang ini, pada umumnya masih pada taraf menghafal atau memperkenalkan nilai tapi belum sampai pada tingkat penghayatan nilai-nilai itu apalagi sampai pada tingkat menjadikan nilai-nilai itu sebagai komitmen pribadi di dalam kehidupan.15 Tentu cukup banyak lulusan dari lembaga pendidikan formal maupun informal yang berakhlak baik, tetapi juga banyak yang tidak. Sehingga perlu menyiapkan para lulusan dari lembaga pendidikan supaya menjadi warga negara yang percaya diri, tanggung jawab, punya motivasi kuat, siap bekerja keras, ikhlas, jujur, sederhana, rendah hati, berwawasan luas, saling percaya dan mampu bekerjasama. Akan lebih ideal apabila mereka dipersiapkan menjadi pemimpin yang efektif dan berkarakter baik dan kuat dalam menghadapi semua masalah yang terjadi.

Pembentukan karakter peserta didik tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab para orang tua dan pendidik. Orang tua membentuk karakter anaknya dari mulai dalam kandungan sampai dewasa dalam lingkup kehidupan di rumah. Pendidik memiliki tanggungjawab membentuk karakter peserta didiknya dengan memberikan pemahaman dan penghayatan tentang nilai-nilai karakter yang baik sehingga dapat

14 Ummu Ihsan Choiruyah dan Abu Hasan Al – atsary, Mencetak Generasi Rabbani

(Bogor: Darul Ilmi 2010)

15 Tesis Samasirin Tahun 2012 dengan judul Nilai – nilai Pendidikan Karakter Menurut

(21)

10

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan lembaga pendidikan maupun di lingkungan masyarakat.

Seorang pendidik diharapkan mampu menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang memungkinkan menanamkan karakter kepada peserta didiknya. Oleh karena itu, dibutuhkan pendidik yang berkarakter. Pendidik yang berkarakter bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan, tetapi juga mampu menanamkan nilainilai yang diperlukan untuk mengarungi hidupnya. Hal ini berarti, pendidik tidak hanya memiliki kemampuan yang bersifat intelektual tetapi juga memiliki kemampuan secara emosi dan spiritualn sehingga pendidik mampu membuka hati peserta didik untuk belajar, yang selanjutnya ia mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat penulis simpulkan identifikasi masalah dalam penelitian ini

1. Perbedaan karakter antar siswa.

2. Faktor latar belakang keluarga yang berbeda-beda. 3. Strata keluarga yang variatif.

C. Fokus Masalah dan Subfokus

Fokus adalah batasan masalah dalam penelitian kualitatif, dimana peneliti akan membatasi bidang kajian dan bidang temuannnya.

(22)

Maka peneliti menetapkan fokus pada penelitian pembentukan karakter di SMP Negeri 2 Gunung Jati Cirebon lewat studi kasus bulliying yang terjadi pada pemaparan kasus yang disajikan oleh peneliti.

Subfokus masalah dalam penelitian ini anatara lain :

1. Bagaimana kreativitas guru terhadap pendidikan karakter di sekolah SMP Negeri 2 Gunung Jati Cirebon.

2. Pembinaan sikap spiritual mengenai moralitas siswa dalam studi kasus bulliying.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang saya paparkan di atas, maka rumusan masalah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana kreativitas guru dalam membangun pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon ?

2. Bagaimana relevansinya antara kreativitas guru PAI dan peran guru BK mengahadapi kasus bullying dalam rekonstruksi pendidikan karakter di sekolahnya ?

(23)

12

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kreativitas guru dalam upaya mengkonstruksi pendidikan karakter melalui pembelajaran PAI.

2. Mengetahui relevansinya antara kreativitas guru PAI dan peran guru BK mengahadapi kasus bullying dalam rekonstruksi pendidikan karakter di sekolahnya di SMP Negeri 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian ini adalah untuk mengungkapkan sejauh mana upaya guru mempunyai kreativitas agar bisa membangun karakter pendidikan karakter menjadi lebih baik lagi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini dan agar dapat dipahami dalam pembahasannya, maka penulisan mencantumkan sistematika penulisannya sebai berikut :

Bab I tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, indentifikasi masalah, fokus masalah dan sub fokus, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II tentang deskripsi teoritik, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka pemikiran/konseptual.

(24)

Bab III tentang desain penelitian, setting penelitian/tempat dan waktu penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan pemeriksaan keabsahan data.

Bab IV tentang deskripsi data hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.

(25)

14 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik profesional yang mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usaha dini, pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menenengah, dan pendidikan atas.Untuk itu guru harus menyatu, menjiwai dan menghayati tugas– tugas keguruannya.16

Guru dalam bahasa Jawa adalah seseorang yang harus menunjuk seseorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa diyakini dan dipercaya sebagai kebenaran oleh semua murid. Ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya.

Menurut pemahaman tradisional guru adalah seseorang yang berada di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru sebagai pendidik dan pengajar anak, guru didibaratkan sebagai seorang ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, hanya saja ruang

(26)

lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.

Menurut Noor Jamaluddin Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah kholifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. 17

a. Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. b. Menurut Undang – undang No. 14 tahun 2005 adalah pendidikan

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan atas.

2. Kreativitas Guru

Kreativ merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki kemampuan daya cipta. Seseorang yang memiliki kemampuan daya cipta dan memiliki kreasi yang tinggi, Berarti orang tersebut memiliki

17 Abdul Aziz, kurikulum pedoman PAI di sekolah umum (Bandung : PT Syamil Cipta

(27)

16

sifat untuk menciptakan sesuatu. Biasanya menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Maksudnya, sebuah kreasi merupakan hasil buah pikiran atau kecerdasan akal manusia. Secara singkat kreativ atau kreativitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan mencipta yang dimiliki seseorang.

Kreativitas dalam kehidupan guru yaitu menjadikan guru untuk kreativ dalam dunia pekerjaannya yang mampu membawa kondisi kelas pembelajaran lebih kondusif secara keseluruhan.18

3. Bagaimana Menjadi Guru yang Kreativ

Pengertian Kreativitas Guru Menurut Baron yang dikutip oleh M. Ali, kreativitas adalah “kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya”.19

Cukup banyak dan beragam kreativitas yang dapat kita lakukan dalam kaitannya dengan tugas dan peran kita sebagai guru. Beberapa aspek yang mungkin diberdayakan akan dibahas dalam bagian ini, baik yang berkaitan dengan perencanaan maupun pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM). Dalam perencanaan dan pelaksanaan PBM terdapat beberapa komponen yang terkait langsung, yaitu bahan ajar, metode dan pendekatan sangat menentukan kualitas

18 Hamzah B.Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. (Jakarta:

Bumi Aksara, 2012), h.154-156

19 Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.

(28)

pembelajaran khususnya dalam perencanaan pengalaman belajar, sarana dan prasarana akan membantu menciptakan iklim yang kondusif untuk pembelajaran yang bermakna ini mengukur Kecerdikan guru dalam pengelolaan kelas, keterampilan dasar mengajar, dan asesmen (Suatu penilaian yang komprehensif untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan dalam mengetahui hasil beajar siswa) yang bervariasi.

4. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang terintegrasi, maksudnya adalah suatu model kurikulum yang mampu mengintegrasikan skill, themes, concepts, and topics baik bentuk within single diciplenes, across several diciplines and within and across learns. 20

Kurikulum dengan kata lain merupakan sebuah konsep yang dapat dikatakan sebagai sebuah sistem dan pendekatan yang melibatkan beberapa disiplin ilmu mata pelajaran/bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna dan luas pada peserta didik.

Konsep kurikulum terpadu, dimaknai bahwa peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu secara utuh dan realistis. Dikatakan luas karena yang mereka peroleh tidak hanya

20 Loekloek Indah Poewarti, Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013 (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya,2013 ), h. 28

(29)

18

dalam satu ruang lingkup saja melainkan semua lintas disiplin yang dipandang antar satu sama lain. 21

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis karakter dan kompetensi peserta didik berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bisa didemonstrasikan oleh peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya konstektual.

Kurikulum 2013 juga menetukan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik juga perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil belajar, sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dan karakter tertentu, sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke tingakat penguasaan kompetensi berikutnya.

5. Konstruksi dalam Pendidikan Karakter

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Mempertanyakan pengetahuan bagaimana kita mendapatkan sesuatu di dunia pendidikan umum telah terjadi pergeseran pradigma baru dari pradigma lama, yaitu berkembangnya aliran

(30)

konstruktivistik yang menggaris bawahi bahwa pengetahuan dan perilaku manusia akan tumbuh dalam dirinya sendiri seiring dengan pengalaman, interaksi sosial, interaksi dengan alam.22

Prinsip konstruksi dalam pendidikan adalah inti dari filsafat pendidikan William James dan John Dewey. Menekankan pada individu agar secara aktif menyusun dan membangun (to construct) pengetahuan dan pemahaman. Menurut pandangan konstruktivis, guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak untuk mengekplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berpikir secara kritis Brooks & Brooks.23

Konstruktsi dan implikasi dalam pendidikan menunjukkan bahwa pengetahuan adalah konstruksi dari kegiatan/tindakan seseorang yang terus menerus dan berevolusi, berubah dari waktu ke waktu. Pemikiran ilmiah adalah sementara, tidak statis dan merupakan proses. Pemikiran ilmiah merupakan proses konstruksi dan reorganisasi yang terus menerus. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada di luar tetapi ada dalam diri seseorang, jadi pengetahuan merupakan produk dari pengalaman seseorang yang pada akhirnya menciptakan seseorang cerdas dan menjadi dirinya sendiri.

22 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan (Yogyakarta : kunisius 2001)

h.86

(31)

20

6. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh orang dewasa dalam pergaulannya terhadap anak didik menuju kedewasaannya.24

Menurut ahli lain juga mengatakan “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat”. 25

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan agar anak mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.

Pengertian di atas mengindikasikan betapa peranan pendidikan sangat besar dalam mewujudkan manusia yang utuh dan mandiri serta menjadi manusia yang mulia dan bermanfaat bagi lingkungannya. Pendidikan yang baik akan menciptakan manusia yang paham bahwa dirinya itu sebagai makhluk yang

24 Waini Rasyadin, Pedagogik Teoritis (Jakarta : Rosda 2014) h.38

(32)

dikaruniai kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Bagi negara, pendidikan memberi kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta membangun watak bangsa (nation character building).

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan Menurut Unesco Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni:

(1) learning to Know (2) learning to do (3) learning to be

(4) learning to live together.

Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

c. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

Thomas Lickona mengemukakan bahwa karakter adalah “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way” yang berarti suatu watak terdalam yang dapat diandalkan untuk

(33)

22

merespons situasi dengan cara yang menurut moral baik. Selanjutnya, Lickona menambahkan,“Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Menurut Lickona, karakter mulia (good character) meliputipengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), lalu menimbulkan (niat) terhadap kebaikan (desiring the good), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (doing the good)26

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Karakter juga dipahami dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis (keadaan dimana Tubuh mempengaruhi Jiwa) yang dimilki individu sejak lahir. karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap ciri atau karakteristik gaya atau sifat yang khas dari diri seseorang, yang bersumber dari bentukan – bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya pengaruh keluarga, pada masa keci dan bawaan sejak lahir.27

Pendidikan karakter sejatinya sudah ada dalam praktik pendidikan, dilihat dari berbagai praktik pendidikan, baik formal, informal maupun non formal, atau pada kegiatan kurikuler atau ekstra kurikuler. Nilai dari karakter yang kerap diinternalisasikan dalam setiap kegiatannya seperti kejujuran, keberanian, kemandirian dan

26Thomas lickona, charter matters, pen. Juma Abdu Wamaungo, (Jakarta: Bumi aksara 2016) h.

27Doni koesoema, pendidikan karakterdizaman global (Yogyakarta: Pedagogia

(34)

tanggung jawab. Dalam konteks berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, pendidikan di Indonesia perlu diperluas hingga dapat menyentuh citra budaya keindonesiaan yang majemuk dan senantiasa berkembang dari zaman ke zaman.28

Pendidikan karakter berpijak pada karakter dasar manusia yang bersumber dari moral universal yang memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak pada nilai – nilai karakter dasar tersebut. Menurut ahli psikologi beberapa nilai karakter dasar tersebut antara lain cinta kepada Allah SWT, ciptaan jujur, hormat dan santun, kasih sayangdan rendah hati.29

d. Studi kasus Bullying

Bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang merunduk kesana kemari. Secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah, Sedangkan secara terminology menurut Definisi bullying menurut Ken Rigby adalah “sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak

28 Bagus Mustaskim, Pendidikan Karakter (Yogyakarta : Samudra biru 2013) h. 41 29 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah

(35)

24

bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang”.30

Bullying juga merupakan tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya. Korban bullying jika itu terjadi pada seorang anak yang berusia Remaja maka ini akan berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.

Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana terjadi pemaksaan secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih “lemah”

oleh seseorang atau sekelompok orang. Pelaku bullying yang biasa disebut bully yang dilakukan per seorangan, atau bisa juga sekelompok orang, mereka mempersepsikan dirinya memiliki

30Ela Zain Zakiyah, Sahadi Humaedi, Meliyanni Budiarti Santoso, “ faktor yang mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying”, Jurnal penelitian&PPM, Vol.4 No:2,

(36)

power (kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Korban juga mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang lemah, tidak berdaya dan selalu merasa terancan oleh bully. B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penulis skripsi ini, akan menjelaskan tentang “kreatifitas guru dalam mengkonstruksi pendidikan karakter melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP N 2 Gunung Jati pada tahun 2019/2020”.

Penelitian sebelumnya dalam kajian semacam ini telah mendahului penelitian, yaitu Skripsi Nur Aini Farida (Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga Yogyakarta) yang berjudul “Konsep

pendidikan karakter menurut Thomas Lickona dalam buku educating for character: how our schoolscan teach respect and responsibility dan relevansinya dengan pendidikan agama islam”. Dalam skripsi tersebut Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemikiran pendidikan karakter menurut Thomas Lickona merupakan usaha yang melibatkan tiga aspek kecerdasan yaitu kognitif melalui moral knowing, afektif melalui moral feeling, dan psikomotorik melalui moral acting. Pendidikan karakter dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam mempunyai relevansi dalam beberapa hal, yaitu: guru sebagai subyek pendidikan karakter; peserta didik sebagai subyek yang dibiasakan dalam pendidikan karakter; kurikulum sebagai fondasi dasar pendidikan karakter; metode

(37)

26

sebagai praktik pendidikan karakter dan evaluasi sebagai proses yang tidak pernah berhenti.31

C. Kerangka Pemikiran Konseptual

Era globalisasi yang sangat pesat dan menggemparkan ini, membawa tantangan serius bagi dunia pendidikan. Globalisasi menyebabkan liberalisme, moral, pemikiran dan perilaku yang merontokkan norma dan etika yang selama ini dijunjung tinggi. Inilah yang menjadi tanggung jawab semua komponen bangsa untuk mengembalikan nilai – nilai tradisonal yang relevan dengan dunia modern yang semakin instan, liberal, dan sekuler. Berbagai tantangan globalisasi harus diantisipasi sedini mungkin untuk menentukan langkah – langkah visioner aplikatif. Mengingat perubahan di era globalisasi terus terjadi sepanjang waktu, dan sulit diprediksi.32

Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku yang berjudul The Return of Character Education kemudian disusul bukunya, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibilit.33 Melalui

buku-buku itu, ia menyadarkan dunia Barat akan pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona

31Nur Aini Farida, “konsep pendidikan karakter menurut thomas lickona dalam

buku educating for character: how our schools can teach respect and responsibility dan relevansinya dengan pendidikan agama islam” 2014, Skripsi, Fakultas Ilmu tarbiyah dan

keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, h. 5 32 Ibid

33 Thomas Lickona, Educating for Character, terj. Juma Abdu Wamaungo (Jakarta : PT

(38)

mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).34

Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Jadi, pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral.

Kreativitas guru dapat diartikan sebagai kemampuan guru sebagai seorang pendidik untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang mengimplikasi terjadinya eskalasi dalam kemampuan berfikir, yang ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diferensiasi dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.

Kreativitas guru juga sebagai suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontunuitas, dan

(39)

28

diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.35

35 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniawati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada anak

(40)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Skripsi ini menggunakan penelitian kulaitatif. kualitatif adalah data yang diwujudkan dalam kata keadaan atau kata sifat yanf terlaksana melalui penjabaran deskriptif.36Istilah deskriptif atau deskripsi berasal dari kata Bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan suatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain – lain.

Metode penilitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.37 salah

satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kualitatif itu gejalanya bersifat holistik menyeluruh, tidak dapat dipisah – pisahkan, sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergi.

Luasnya masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum yang dinyatakan sebagai obyek penelitian yang terjadi didalamnya, menagamati aktivitas obyek siapa saja orang – orangnya dan ada pada tempatnya,38

36 Suharsimi Arikunto, Posedur Penelitian, suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2014) Cet-15 h. 21

37 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung :

Alfabeta, 2016) h 14

(41)

30

Obyek penelitian kualitatif dalam penelitian ini berada pada situasi sosial di lingkungan sekolah. Sumber data penelitian kualitatif secara garis besar peneliti mengambil data primer dalam bentuk verbal39 atau kata-kata

yang diucapkan secara lisan lewat proses wawancara anatara peneliti dan subjek penelitian (informan). Dilengkapi pula dengan data sekunder sebagai bukti adanya dokumen, notulen rapat, grafis maupun catatan guru tentang apa saja yang terkait pada kebutuhan peniliti dalam menggali informasi.

B. Setting Penelitian/ Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang kreativitas guru dalam konstruksi pendidikan karakter ini dilaksanakan di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon. Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya proposal penelitian serta surat izin penelitian.

C. Data dan Sumber Data

Data kualitatif memiliki kemampuan yang dituntut agar peneliti memiliki kemampuan untuk bisa menyakinkan prinsip-prinsip keilmiahan lewat penjabaran deskripsinya sehingga penelitiannya dapat dikatakan berkualitas apabila data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu:

(42)

1. Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (Informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, dll), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda yang dapat memperkaya data primer.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini penulis menggunakan pendekatan lapangan, karena dalam penelitian mencoba mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, dan tidak menggunakan data atau angka atau perhitungan.40

Menurut jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana penelitian harus menggunakan diri mereka sebagai instrumen, mengikuti data. Dalam berupaya mencapai wawasan imajinatif kedalam dunia responden, peneliti diharapkan fleksibel dan reflektif tetapi tetap menfamnil jarak.

Hakekatnya penelitian kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan anatara lain : pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih

(43)

32

mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan anatara peneliti dan responden, ketiga metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman, pengaruh bersama dari pola – pola yang dihadapi.41 Adapun pendekatan yang dgunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) yaitu suatu penelitian yamg dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu lembaga atau gejala sesuatu.

2. Metode pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Metode observasi yaitu penyelidikan yang dilakukan dengan mengadakan pengindraaan kepada objeknya drngan sengaja dan mengadakan pencatatan – pencatatan.42 metode ini dilakukan dengan jalan mengadakan engamatan secara sistematik terhadap objek, baru kemudian dilakukan pencatatan setelah penelitian itu selesai.

b. Metode demokrasi

Metode pengumpulan data yaitu dengan cara mencari data atau informasi, yang sudah dicatat atau dipublikasikan dalam beberapa

41 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yoyakarta : PT. Andi Jaya 3 2000), h. 10 42 Surasimi, op. cit, h. 229

(44)

dokumen yang ada, seperti buku induk, buku pribadi dan surat – surat keterangan lainnya.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal variabel yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, metode cepat, legenda dan lain sebagainya.

d. Metode Interview

Sutrisno Hadi mengatakan : "Interview adalah sebagai suatu proses tanay jawab diamana dua orang atau lebih berhadap – hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat yang lain dapat mendengarkan dengan telinganya sendiri tampaknya merupakan alat pengumpul informasi langsung terhaadap beberapa jenis data sosial". 43

e. Teknik Analisis Data

Menganalisis data kualitatif yang penulis peroleh dari observasi (penelitian), interview, dan dokumentasi penulis menggunakan teknik analisis Deskriptif Kualitatif. Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah penyajian dan analisis data.44 Menganalisis data ini digunakan teknik yang sesuai dengan data yaitu, data deskriptif. Maksud data deskriptif menurut Winarno Sukhmat adalah menntukan dan menafsirkan data yang ada. Misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang nampak, pertentangan yang meruncing dan sebagainya.

43 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka

Cipta, 2014) Cet-15 h. 64

(45)

34

Data yang terkumpul, kemudian disimpulkan dan ditafsirkan, sehingga terdapat berbagai masalah yang timbul dapat diuraikan dengan tepat dan jelas. Menurut Miles dan Huberman ada tiga pokok metode dalam analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, model data, penarikan/verifikasi kesimpulan.45

E. Teknik Pengolahan Data 1. Reduksi data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian "data mentah" yang terjadi dalam catatan – catatan lapangan yang tertulis. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data terjadi secara kontinue melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif. Faktanya, bahkan "sebelum" data secara aktual dikumpulkan.

Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis, dalam pengembangan ceritanya. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data pada suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverivikasikan.

(46)

2. Penyajian Data/Data display

Penyajian data adalah suatu kegiatan ketika sekumpulan informasi yang disusun. seperti yang disebutkan Emzir dengan penelitian sebuah tayangan membantu kita memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu ananlisis lanjutan atau tindakan yang didasarkan pada pemahaman tersebut. bentuk penyajian data kualitatif :

a. Teks Naratif : berbentuk catatan lapangan

b. Model diatas mencakup berbagai jenis matrik, grafis, jaringan kerja, dan bagan. Semua dirancang untuk merakit informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu, dan praktis.

Pada umumnya teks tersebut terpencar – pencar, bagian demi bagian, tersusun kurang baik. Pada kondisi seperti itu peneliti mudah melakukan suatu kesalah atau bertindak secara ceroboh dan sangat gegabah dalam mengambil keputusan yang cenderung memihak, tersekat – sekat dan tidak berdasar. Kecenderungan kognitifnya adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif atau konfigurasi yang mudah dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah makna sesuatu, yang mencatat keteraturan, pola – pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal dan proporsi

(47)

36

– proporsi. Peneliti yang komponen dapat menangani kesimpulan ini

secara jelas memelihari kejujuran dan kecurigaan.

Kesimpulan mungkin tidak akan terjadi sehingga pengumpulan data selesai, tergantung pada catatan lapangan, pengalaman peneliti, dan ketika seorang peneliti menyatakan telah memproses secara induktif.

F. Keabsahan Data

Penelitian kualitatif dalam data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Peneliti harus memilih dan menentukan cara – cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Pengumpulan data yang beragam tekniknya harus sesuai dan tepat untuk menggali data yang benar – benar diperlukan bagi penelitian.

Pelaksanaan teknik pemerikasaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Validitas dan reliabilitas data yang akan digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data lain. Lebih spesifik tringulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tringulasi dengan sumber.

Tringulasi sumber, yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

(48)

yang berbeda dalam alat penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan jalan/cara membandingkan hasil wawancara narasumebr atau informan satu dengan narasumber/informan penelitian yang lain.46

(49)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan tiga informan sesuai obyek masalah. Penelitian ini mengambil satu orang informan tringulasi sebagai perbanding narasumber atau informan. Berikut ini merupakan data dari informan yang peneliti ambil :

1. Erni, S.Pd.I sebagai Guru mata pelajaran PAI

2. Hermawan, M.Pd. sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum 3. Nurlaelah, S.Pd.I sebagai guru Bimbingan Konseling kelas 8.

Data yang diperoleh dari hasil interview berupa jawaban informan atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti melalui panduan wawancara yang dilakukan secara tatap muka langsung dengan informan, yang kemudian data jawaban tersebut disajikan dalam bentuk kutipan hasil wawancara. Kutipan hasil wawancara tersebut memaparkan jawaban responden yang beragam mengenai kreativitas guru dalam mengkonstruksi pendidikan karekter di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon. Guna menjawab rumusan masalah seberapa penting kreativitas guru dalam membangun pendidikan karekter dari informan penelitian tersebut secara lebih rinci diuraikan serta dijelaskan dalm sub bab hasil penelitian, adapun hasil penelitian terlampir.

(50)

1. Erni, S.Pd.I sebagai guru mata pelajaran PAI (Data hasil penelitian kreativitas guru dalam mengkonstruksi pendidikan karakter melalui pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Gunung Jati)

a. Metode baru

1) Bagaimana ibu menerapkan metode pembelajaran dalam rangka membangun pendidikan karakter di kelas ibu ?

Menerapkan metode, kalau menerapkan metodekan sudah saya katakana dulu yah, sesuai dengan materi misalkan materinya shalat ya mba yah saya pake metode demonstrasi, tapi setiap satu materi itu tidak satu metode ada dramanya, ada latihannya ada merangkumnya juga, jadi setiap materi di sesuaikan dengan materi itu.

2) Metode apa saja yang menurut ibu cocok diterapkan di kelas untuk membangun pendidikan karakter dalam pembelajaran PAI?

Metode itu kan sesuai setiap kelas beda-beda yah, kalo kelasnya anteng pasti kelasnya kondusif, ya sebenernya sih sama semua ya karena RPP nya parallel, misalnya nih anak ini tuh diem kalo pakai metode ini ya kita pakai metode itu.

3) Apakah ada perbedaan dengan menggunakan metode di setiap kelas yang ibu ampuh?

Perbedaannya, tadi karena kita sudah bikin satu RPP berarti kita sudah menentukan RPP nya yah, misalnya materi tentang wudhu ya berarti pake metode demonstrasi ya pakenya seperti itu untuk penguatannya, ya mungkin ada latihannya juga ada ceramahnya juga, di

(51)

40

setiap kelas di samakan. tapi disesuaikan juga tinggal di tambahkan misalnya pake metode ceramah.

4) Bagaimana ibu mengukur keberhasilan metode yang digunakan?

Metode yang digunakan kalau misalnya untuk mengukur nilai, ya liat secara klasikal saja kalau anak itu kondusif berarti anak itu suka dengan metode kita, kalau kita nilainya dengan angka ya berrarti menggunakan metode latihan, kalau misalkan nih, kayanya materi ini anak tuh antusias berarti kita terapkan metode itu, kalau misalkan anak tidak antusias maka kita rubah untuk besoknya misalkan masih dengan materi itu, jadi liat antusiasnya bagaimana seperti itu.

5) Seberapa pentingkah ibu menggunakan metode dalam pembelajaran?

Sangat sangat penting, kalo metode tuh harus. mislakan materi SKI, kalau misalkan ceramah aja tuh anak ngantuk, kita buat anak supaya tidak ngantuk kita membuat permainan atau drama anak di suruh persiapakan materi hari ini misalkan tentang Nabi Muhammad atau tentang tokoh siapa saja yang mau memerankan biasanya anak lebih senang seperti itu, kalo misalkan sejarah anak lebih senang seperti itu.

6) Adakah kesulitan yang ibu hadapi dalam menerapkan metode pembelajaran PAI ?

Kesulitanya itu anak kondusif tidak, antusias tidak jadi kita harus bisa merubah sesuai anak, misalkan metode main mapping anak biasanya suka untuk membuat gambar yang disambung.

(52)

7) Apakah dengan motivasi dari temanya berpengaruh bagi anak yang minat belajarnya kurang?

Ada anak yang kalau lagi belajar melihat anak yang pasif biasanya di ajak oleh temannya sesama kelompok karena setiap kelompok menginginkan nilai atau prestasinya lebih baik. intinya harus saling mendukung.

b. Menciptakan suasana kondusif di dalam kelas

1) Bagaiman mencari solusi jika motede yang digunakan antara metode satu dan metode lainnya setelah diterapkan ternyata efektivitasnya untuk murid hasilnya 50% 50% ?

Solusinya, harus merubah metode yang kira kira harus 90/80% untuk mengetahui berhasil tidak metode itu. Jadi sebelum menggunakan metode harus di rancang sesuai dengan tingkat keaktifan kelas yang berbeda-beda.

2) Bagaimana cara membangun suasana kelas yang kondusif?

Membangun suasana kelas yang kondusif itu di terapkan dengan suatu metode, misalkan kalau pagi anak masih gampang di atur tapi kalau sudah siang anak sudah sulit untuk di atur, tapi kalau saya pas masuk supaaya anak kondusif maka mengaji dulu lalu baru di absen, kecuali kalau ulangan.

(53)

42

3) Apakah terdapat menejemen kelas yang berbeda dalam rangka mewujudkan suasana kelas yang kondusif ?

PTS atau ulangan, anak sudah tahu untuk bisa meyasuaikan dalam keadaan kondusif dengan sendirinya. guru mengajar menggunakan RPP yang kegiatan awal sebelum pembelajaran dimuali kita adakan kegiatan mengaji dari juzz ‘Amma sesekali ada hafalannya. Lalu untuk

tempat saya ga selalu monoton di kelas saja sesekali dibawa ke mushola untuk merubah suasana belajar saja barangkali anak itu jenuh.

c. Keterampilan guru dalam menilai siswa

1. Apa kriteria ibu dalam penilaian sikap siswa dalam pelajaran PAI ?

Kriteria untuk penilaian PAI itu bukan hanya di kelas tapi di luar kelas juga, misalnya informasi dari teman-temannya. misalkan di luar sekolah kita jarang beretemu dengan anak. karena sekarang kan zonasi jadi susah. jadi informasi nya dari anak-anak. penilaian nya dari dalam dan luar sekolah. selain dari temannya kita dapat informasi dari orang tuanya juga.

2. Apakah ibu menggunakan rubrik, observasi kelas atau hasil pengamatan saja dalam menentukan penilaian dari sisi karakter siswa ?

Sekarang yang namanya kurtilas itu ada yang namanya lampiran penilaian jadi setelah itu kita masukan ke jurnal juga.

(54)

3. Aapakah ibu menggunakan penilaian teman sejawat siswa ?

Iya tentu saja, karena kita untuk mengetahui informasi anak tidak cukup dengan pinalian atas dasar pengamatan kita di kelas saja, jika ada informasi mengenai anak yang suka shalat dhuha suka mengaji dari temannya jadi itu nilai plus untuk anak, kita menilai anak bukan hanya nilai secara teori saja tapi menyeluruh. Sikap kepada orang tua bagaimana untuk anak yang bermasalah saja. tapi kita juga tahu jika anak bolos sekolah dari teman-temannya. Itukan termasuk sikap tidak baik juga.

2. Hermawan, M.Pd. selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum (kurikulum 2013 berbasis pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Gunung Jati)

a. Kurikulum yang mampu mengintegrasikan skill, concepts, and topics 1) Sejak kapan SMPN 2 Gunung Jati menerapkan kurikulum 2013 ?

Sejak tahun pertama disahkannya untuk diganti yaitu pada tahun 2013 2) Bagaimana cara bapak menerapkan kurikulum 2013 di sekolah SMPN 2

Gunung Jati dari kurikulum sebelumnya ?

Mengarahkan guru-guru kita agar mengikuti pelatihan yang diadakan oleh kemendikbud guna mensosialiasikan kurikulum baru pada saat itu, pelatihannya waktu itu di tempatkan di kota bandung, dengan mengirimkan setiap guru mata pelajaran secara bergantian.

(55)

44

3) Adakah kesulitan yang bapak hadapi dalam menerapkan kurikulum 2013 ini ?

Kesulitanya di bagian penilaian yang begitu banyak komponenya, jadi penilaianya itu di pecah sebelum di satukan. Komponenya meliputi sikap, pengetahuan, keterampilan, dll yang membuat kita bekerja lebih ekstra dalam memperhatikan semua apa yang ada di diri siswa begitu detailnya agar kita bisa menentukan nilai siswa. 4) Keberhasilan dalam bentuk apa yang bapak rasakan dari penerapan

kurikulum 2013 yang mampu mengintegrasikan dari guru dan murid ? Mengenai keberhasilan belum terlihat oleh saya, selaku penanggung jawab bagian kurikulum di sekolah ini, karena masih proses penerapanya secara maksimal dan membutuhkan waktu yang panjang dari sekian tahun yang akan datang. Selain itu dari pemerintahnya memberikan jangka waktu 10 tahun untuk melihat hasil dari penerapan kurikulum 2013 ini.

b. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter

1) Bagaimana internalisasi karakter yang terdapat di kurikulum 2013 ini ? Berbicara tentang karakter internal siswa di sekolah kami tahun kemarin kita mendapat sistem zonasi penerimaan siswa baru di sekolah ini, dimana kita menerima siswa baru harus diutamakan kepada siswa yang jarak tempat tinggalnya dekat dengan sekolah, tapi karena zonasi ini ternyata baru kita ketahui anak-anak sekitar sini banyak kurangnya dalam sikap dan karakter yang menjadi misi utama yang kita harapkan kepada

(56)

murid-murid kita. Jadi setelah kurikulum 2013 ini di munculkan dengan basis pendidikan karakter di dalamnya saya selaku bagian kurikulum merespone cepat dalam menerima pelatihan penerapan kurikulum 2013 di tahun setelah di sahkan nya kemendikbud. Sehingga dari respone cepat itu sekolah kita mendapat julukan sekolah yang pertama menerapkan kurikulum 2013 ini se wilayah kabupaten Cirebon.

2) Bagaimana bapak mensosialisasikan kepada pada guru disini di saat kurikulum 2013 ini dilakukan.?

Saya sering update menunggu informasi tentang perkembangan yang di berikan kantor pusat untuk menginstruksikan kepada para wakasek kurikulum di Cirebon ini agar langsung disampaikan kepada guru-guru disini untuk mengikuti pelatihan atau hanya perlu dirubah atau ditambahkan mengenai kurikulum 2013 di bagian RPP materi pembelajaran atau sistem penilaianya.

3. Ela, S.Pd. selaku guru BK kelas VIII di SMP Negeri 2 Gunung Jati (tentang studi kasus bullying)

a. Perilaku Bullying

1) Kasus pembuliyan yang terjadi di Indonesia, bagaimana tanggapan ibu? Melihat dari kasusnya itu apa, bullying karena hal apa,dan ini orang terdekat korban dan pelaku menurut saya kasus ini terencana dilihat dari takaran kebencian yang timbul dan unsur balas dendam. ini juga dipengaruhi bagaimana lingkungan di rumah, keluarga dan teman di sekolah. Lingkungan teman disekolah begitu sangat mempengaruhi

(57)

46

karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah atau bermain Bersama temannya di luar rumah. Solusinya Dikuatkan oleh didikan orang tua yang sudah diberikan kepada anak ketika dirumah, tanamkan kepada anak bahwa kepercayaan kepada teman tidak boleh percaya 100% adanya.

2) Seberapa tinggi frekuensi bullying di SMP N 2 Gunung Jati ?

Pertahunnya itu bias dihitung secara grafis bahwa hasilnya makin kesini makin menurun karena kasus bullying di sekolah kami masih bias dikontrol, melalui faktor SDM (sumberdayamanusia) disetiap angkatan yang baru atau angakatan lama. Contohnya dari kelas 7 anak baru ini tingkat pembullyan yang masuk kecatatan kami sungguh sangat luar biasa jumlahnya ini dikarenakan diusia kelas 7 ini masa peralihan usia yang menu remaja awal jika lingkungan saat ini dia memilih tteman – temannya membully dia akan ikut – ikuttan dari sana catatan kita

menambah terus, kalau di kelas 8 tingkatnya masih bias saya arahkan dengan menyelidiki kasus yang terjdi dan solusi yang kitaterapkan dengan jalur menasihati atau berlakukan sanksi setelah itu akantertutupi kasus bullying yang terjadi karena seluruh siswa sudah kita himbau jika melakukannya lagi maka sanksinya akan berbeda dengan cara itu, kalau di kelas 9 itu sudah jarang terjadi karena mereka sudah 3 tahun bersekolah, sudah faham mau lulus jadi mereka bias dihandle oleh kita kalau mau lulus yaa harus baik sikapnya dari situ tingkat penurnan terjadinya frekuensi kasus bullying di sekolh kita.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa dari tujuh genotipe cabai yang ditanam di lahan gambut terlihat keragaan yang berbeda antar genotipe terutama pada diameter batang, panjang buah,

Jobdiscribtion : Pemilik saham terbesar, sebagai dewan Pengawasan dan Evaluasi seluruh rumah makan PTM. Serta menjadi atasan para pimpinan RM PTM setiap cabang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Hubungan net profit margin dengan harga saham. 2) Hubungan total assets turnover dengan harga saham. 3) Hubungan financial leverage

Tema yang diharapkan pada Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli ini adalah arsitektur kontekstual harmoni dengan mengambil langgam Art Deco pada bangunannya

Persentase pemasukan dokumen ( response rate ) survei dengan pendekatan non rumah tangga non usaha 2.a.Persentase Kepuasan Konsumen terhadap pelayanan data BPS

Hari ini ketika kita memperingati hari Pentakosta, hari turunNya Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Krsitus, sesuai dengan apa yang telah dijanjikanNya, maka

Permasalahan utamanya adalah: (1) Intensitas beberapa penyakit menular dan tidak menular serta malnutrisi makin meningkat dan terjadi Penyebaran beberapa penyakit menular (

Volume pengembangan tertinggi pada cookies verkadeyaitu 0,73% diperoleh dari perlakuan rasio tepung terigu : tepung sorgum (3:1) dan konsentrasi bubuk kayu manis 10%, sedangkan