1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki musim yang cukup panjang untuk bercocok tanam sehingga menjadikan pertanian sebagai sektor primer. Menurut Mosher (1984:19), pertanian adalah suatu bentuk proses produksi yang sudah khas yang didasarkan pada proses pertumbuhan daripada hewan dan tumbuhan. Sektor pertanian yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah tanaman pangan (crops), perkebunan (plantation), peternakan (animal husbandry), perikanan (fishery), kehutanan (forestry), dan lain-lain (others).
Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini merupakan perusahaan sektor pertanian yang konsisten terdaftar di BEI periode 2008-2012, mempublikasikan laporan keuangan audit periode 2008-2012, dan dapat diakses dari situs BEI dan Kantor Perwakilan BEI Bandung, Jawa Barat, sehingga didapatkan perusahaan yang akan diteliti sebagai berikut:
1. PT BISI International Tbk (BISI)
Bergerak di sub sektor tanaman pangan, perusahaan ini fokus kepada penjualan berbagai macam bibit pertanian dan pestisida. Didirikan pada tanggal 22 Juni 1983 dan terdaftar di BEI pada tanggal 28 Mei 2007. 2. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
AALI terdaftar di BEI tanggal 9 Desember 1997. Perusahaan yang telah berdiri sejak tanggal 3 Oktober 1988 ini dan disebut sebagai produsen kelapa sawit terbesar di Indonesia di tingkat perusahaan terbuka. 3. PT Gozco Plantations Tbk (GZCO)
Tahun 2001 bernama PT Surya Gemilang Sentosa dan diganti menjadi PT Gozco Plantations di tahun 2007, bergerak di sub sektor perkebunan. Perusahaan ini terdaftar di BEI pada tanggal 6 Mei 2008. Ruang lingkup
2
kegiatan GZCO adalah bidang usaha pertanian, perdagangan, perindustrian dan jasa yang berkaitan dengan agrobisnis dan agroindustri. 4. PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
LSIP terdaftar di BEI pada tanggal 5 Juli 1996. Selain minyak kelapa sawit, sebagai perusahaan sub sektor perkebunan LSIP juga memproduksi karet, teh, dan kakao. Lahannya tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
5. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO)
Terdaftar di BEI pada tanggal 18 Juni 2007 , perusahaan ini bergerak di sub sektor perkebunan kelapa sawit, karet, dan sagu. Tahun 2014, perusahaan ini berencana untuk memperluas lahannya sebanyak 10.000 hektar.
6. PT Sinas Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR)
Memiliki lahan terbesar di Sumatra diikuti Kalimantan, perusahaan yang bergerak di sub sektor perkebunan yaitu kelapa sawit, terdaftar di BEI pada tanggal 20 November 1992. Kegiatan utamanya meliputi penanaman dan pemanenan kelapa sawit, pengolahan CPO dan penyulingan CPO menjadi produk bernilai tambah seperti minyak goreng dan margarin.
7. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
Didirikan tanggal 22 Desember 1973, perusahaan ini menjual minyak goreng kelapa sawit, minyak goreng kelapa, minyak kelapa, CPO, dan sabun, serta perkebunan kelapa sawit, nanas, jeruk, kelapa hibrida, dan tebu. Pada tanggal14 Februari 2000 terdaftar di BEI dan masuk dalam sub sektor perkebunan.
8. PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP)
Perusahaan yang berfokus pada pengolahan dan perdagangan hasil tanaman dan industri ini merupakan salah satu perusahaan perkebunan yang tertua dan mendaftar sebagai perusahaan go public pada tanggal 6 Maret 1990 di BEI. UNSP merupakan perusahaan sub sektor perkebunan.
3 9. PT Central Proteinaprima Tbk (CPRO)
Produk perusahaan ini meliputi udang beku, pakan udang, benur, dan probiotik, serta merupakan perusahaan sub sektor perikanan yang terdaftar di BEI pada tanggal 28 November 2006. CPRO pertama kali didirikan pada tahun 1980.
10. PT Dharma Samudra Fishing Industries Tbk (DSFI)
Pertama kali didirikan pada tanggal 2 Oktober 1973 sebagai perusahaan kecil, perusahaan yang bergerak di sub sektor perikanan ini terdaftar di BEI pada tanggal 24 Maret 2000. Kegiatan utamanya adalah mengelola dan menjual hasil tangkapan perairan lokal untuk ekspor. 11. PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP)
Sub sektor perikanan, terdaftar di BEI pada tanggal 20 Oktober 2002. Didirikan pada tahun 1986, dahulu bernama Inti Kapuas Arowana, perusahaan bergerak di bidang bisnis penangkaran ikan hias, khususnya ikan Arowana dan merupakan satu-satunya perusahaan penangkaran dan perdagangan ikan arowana yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
12. PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK)
Perusahaan sub sektor lainnya ini didirikan pada tanggal 6 Juni 2001 dan terdaftar di BEI pada tanggal 14 Mei 2004. Kegiatannya meliputi bioteknologi agrikultural, general trading, industri, dan servis. Perusahaan ini memiliki Planting Forest Industry yang berfungsi menyediakan dan menanam bibit pohon untuk hutan.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Dalam perkembangannya, menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian Ir. Mukti Sardjono, M.Src, pertanian memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara dan mempunyai peran strategis dalam struktur pembangunan nasional, terutama perkebunan, yang memberikan kontribusi cukup besar dimana tahun 2011 tercatat devisa ekspor
4
perkebunan mencapai lebih dari US$ 25 miliar yang sebagian besar bersumber dari kelapa sawit dan karet (www.dnaberita.com).
Di sisi lain, meskipun pertanian disebut sebagai penghasil devisa negara, kendala-kendala yang terjadi pada sektor pertanian dapat berupa konversi lahan pertanian, terbatasnya aspek infrastuktur penunjang seperti pembangunan dan pengembangan waduk, terbatasnya akses layanan usaha terutama di permodalan (www.detik.com), dan krisis ekonomi global seperti yang terjadi pada awal tahun 2008 sampai pertengahan pertama (dari berbagai sumber). Krisis global pada tahun 2008 berawal dari Amerika yang mengalami krisis subprime mortgage (BI Jurnal Ekonomi, 2010:378) yaitu krisis yang disebabkan kredit kepemilikan rumah yang ditujukan untuk masyarakat Amerika yang tidak mampu namun para kreditor tidak mampu membayar cicilannya sehingga perusahaan kredit perumahan mengalami kebangkrutan (www.detik.com). Rambatan dari krisis tersebut melalui jalur perdagangan (financial channel) serta perdagangan (trade channel). Kedua hal ini bersama-sama mengakibatkan kontraksi aktivitas perekonomian domestik, yang akhirnya menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) (BI Jurnal Ekonomi, 2010:378).
Efek krisis ekonomi global masih mempengaruhi kinerja sektor pertanian tahun 2009, bahkan laju inflasi tercatat 2,78%, jauh lebih rendah dibandingkan target pemerintah saat itu yakni 4,5% (www.kompas.com). Selain itu di tahun 2009, pemerintah Indonesia telah membuat Undang-Undang (UU) Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Namun kenyataannya luas lahan pertanian di Indonesia menyusut tiap tahunnya disebabkan alih fungsi pertanian ke non pertanian seperti pembangunan infrastuktur (www.antaranews.com) dengan pengurangan luas lahan sekitar 3.199,92 ha per tahun, per 2009 (indonesian.irib.ir).
Lahan pertanian yang beralih fungsi tersebut berpengaruh pada produktivitas sejumlah komoditas yang menyebabkan pemerintah harus
5
melakukan impor. Sebagai contoh, sejak tahun 2010 impor teh yang dilakukan pemerintah Indonesia semakin meningkat (www.neraca.co.id) dengan volume impor 10.800 ton (www.okezone.com) sedangkan tahun 2011 mencapai 19.812 ton (www.sustainabletea.org). Krisis ekonomi global kembali terjadi pada tahun 2012. Krisis pada tahun 2012 awalnya terjadi di Yunani karena krisis utang dan diikuti oleh beberapa negara Eropa lainnya seperti Spanyol, Italia, dan Portugal (www.kompasiana.com). Hal ini menyebabkan penurunan kinerja ekspor Indonesia karena Eropa merupakan salah satu negara tujuan ekspor bagi Indonesia (www.detik.com) walaupun pemerintah melakukan diversifikasi dengan mengekspor produk ke Afrika dan Amerika Selatan, namun belum cukup kuat untuk mengantisipasi imbas krisis tahun 2012 (www.pajak.go.id).
Sejumlah perusahaan pada penelitian ini juga memiliki kinerja keuangan yang bersifat fluktuatif terhadap kebijakan pertanian yang dibuat oleh pemerintah. Dalam menghadapi masalah sektor pertanian seperti krisis global ekonomi, pemerintah Indonesia melakukan beberapa kebijakan seperti kebijakan pemasaran yaitu membangun Badan pemasaran (seperti Badan Pemasaran Lada) oleh pemerintah yang berfungsi untuk mengatur distribusi dan memperkuat daya saing petani. Pemerintah berusaha menciptakan persaingan yang sehat antara pedagang dengan melayani kebutuhan petani sehingga petani dapat membeli sarana produksi (seperti pupuk dan pestisida) dengan harga terjangkau (Jurnal Universitas Terbuka, 2012). Hasil laba bersih perusahaan sektor pertanian sendiri ditunjukkan pada grafik berikut ini:
6
Sumber: Laporan Keuangan Per Perusahaan (data diolah) Gambar 1.1
Laba Bersih Perusahaan Pertanian di BEI 2008-2012
Pada gambar 1.1, terlihat bahwa AALI memiliki laba bersih tertinggi diantara perusahaan sektor pertanian lainnya walaupun pernah mengalami penurunan laba yang cukup tajam pada tahun 2009. Sedangkan CPRO memiliki laba bersih yang paling rendah diantara perusahaan sektor pertanian lainnya, bahkan selama lima tahun CPRO memiliki laba yang bernilai negatif.
7
Perusahaan lain yang pernah memiliki laba bernilai negatif adalah UNSP tahun 2012, DSFI tahun 2008 dan 2009, IIKP tahun 2009 sampai 2012, dan BTEK tahun 2008 sampai 2011. Pertumbuhan laba perusahaan sektor pertanian dari tahun 2008 ke 2009 adalah -26,81%, 2009 ke 2010 sebesar 42,31%, 2010 ke 2011 sebesar 7,41%, dan 2011 ke 2012 menurun lagi sebesar -12,93%, semua angka ini didapat dari rata-rata laba bersih setiap tahun selama periode 2008 sampai 2012. Setiap perusahaan melakukan strategi untuk mempertahankan kinerja keuangan perusahaannya dari masalah sektor pertanian seperti krisis global ekonomi, dengan cara berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan produksi untuk pasar domestik dan tetap melakukan ekspor, dan berkontribusi menciptakan kegiatan produktif agar menarik investor (prasetya.ub.ac.id).
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat dilihat bahwa sektor pertanian secara umum dan perusahaan sektor pertanian itu sendiri mengalami kendala dalam kinerja keuangannya. Jika kendala tersebut tidak dapat diatasi oleh perusahaan secara terus-menerus, perusahaan dapat menghadapi situasi yang buruk seperti kebangkrutan padahal salah satu tujuan perusahaan adalah mempertahankan kelangsungan usahanya.
Apabila manajemen perusahaan bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal, maka tindakan penghematan bisa dilakukan, misalnya dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari (Hanafi dan Halim, 2009:261). Ida dan Santoso (2010:18) berpendapat bahwa prediksi kebangkrutan penting dilakukan oleh perusahaan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan akan merugikan banyak pihak antara lain: investor yang berinvestasi dalam bentuk saham maupun obligasi, kreditur yang dirugikan karena terjadinya default (gagal bayar), karyawan perusahaan karena terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta manajemen perusahaan itu sendiri. Karena itu diperlukan model atau metode yang digunakan untuk pendeteksian dini atau early warning system atas kebangkrutan.
8
Model kebangkrutan yang telah diciptakan menggunakan analisis diskriminan dan analisis regresi. Penulis menggunakan model Altman Z-Score yang diciptakan oleh Dr. Edward I. Altman pada tahun 1968 dengan Multiple Discriminant Analysis (MDA), dan model Zmijewski yang diciptakan pada tahun 1983 dengan probit analysis (jenis dari analisis regresi). Keunggulan Altman adalah model ini diklaim dapat memprediksi dengan tingkat akurasi 95% (Mastuti, et al, 2013:1). Selain itu, Hadi dan Anggraeni (2008) yang melakukan penelitian pada perusahaan di BEI kecuali perusahaan sektor keuangan dan perbankan, mengatakan bahwa model Altman merupakan alat prediksi kebangkrutan yang terbaik dengan perolehan berdasarkan hipotesis bahwa Altman lebih baik dibandingkan Springate dan Zmijewski dapat diterima. Sedangkan menurut Zmijewski keunggulan modelnya adalah dapat digunakan pada banyak jenis perusahaan dan dapat digunakan tanpa harus menggunakan objek yang berpasangan (Rismawaty, 2012:16). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rismawaty (2012) menunjukkan bahwa Zmijewski merupakan alat prediksi kebangkrutan yang terbaik dengan tingkat keakuratan 83,33%, diikuti oleh Springate 81,25%, Altman 62,5%, dan Ohlson 45,83% dengan perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur sebanyak 48 perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Surahman (2012) menghasilkan bahwa Zmijewski mempunyai tingkat akurasi 97,5% pada perusahaan manufaktur sedangkan Altman hanya 45%.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang prediksi kebangkrutan dengan judul “Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Model Altman Z-Score dan Zmijewski X-Score (Studi pada Perusahaan Sektor Pertanian yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012)”.
9 1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka perumusan masalah dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimana prediksi kebangkrutan perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di BEI periode 2008-2012 menggunakan model Altman Z-Score? 2. Bagaimana prediksi kebangkrutan perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di BEI periode 2008-2012 menggunakan model Zmijewski X-Score?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah:
1. Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di BEI periode 2008-2012 menggunakan model Altman Z-Score. 2. Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan perusahaan sektor pertanian yang
terdaftar di BEI periode 2008-2012 menggunakan model Zmijewski X-Score.
1.5 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1.5.1 Aspek Teoritis
1. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi para akademisi yang tertarik pada topik penelitian ini yaitu kinerja keuangan dan bankruptcy, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai konfirmasi dari konsep dan teori analisis laporan keuangan.
10 1.5.2 Aspek Praktis
1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan dan potensi kebangkrutan dalam perusahaan tersebut.
2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk pengambilan keputusan berinvestasi.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan memberikan uraian yang lebih rinci dan terarah, maka skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang masing-masing bab terdiri atas beberapa sub bab. Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pertama yang menjelaskan tentang gambaran objek penelitian, latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan topik
penelitian dan mendukung solusi permasalahan, rangkuman penelitian sebelumnya, hipotesis yang digunakan, serta berisi kerangka pemikiran berdasarkan tahap-tahap penelitian ini. BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan jenis penelitian, variabel penelitian, tahapan penelitian, teknik pengambilan data dan sampel, serta teknik penyelesaian analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan dari keseluruhan penelitian.
11
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian, berisi tentang kesimpulan berdasarkan bab sebelumnya dan saran sebagai perbaikan baik untuk penulis maupun pihak lain.