• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. minimnya pemimpin yang mengakar di masyarakat. Berbagai alasan kemudian muncul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. minimnya pemimpin yang mengakar di masyarakat. Berbagai alasan kemudian muncul"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I A. LATAR BELAKANG

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses dan strategi Gerakan Indonesia Mengajar dalam merespon para pelaku pendidikan yang minim dedikasi dan minimnya pemimpin yang mengakar di masyarakat. Berbagai alasan kemudian muncul tentang pentingnya tema ini untuk kita kaji yaitu karena sesungguhnya pendidikan itu tidak akan lepas dari kehidupan politik. Plato menyebutkan secara umum tujuan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari tujuan negara. Karena itu pendidikan dan politik tidak bisa dipisahkan. Sarana untuk mencapai rakyat adil dan bahagia ialah pendidikan.1

Di sisi lain secara konstitusional dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2 berbunyi “Setiap

warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”, artinya pendidikan adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi

dalam kehidupan warga negara di Indonesia. Sama artinya bahwa pendidikan bukan lah permasalahan yang bisa dikesampingkan. Pendidikan menjadi salah satu instrumen strategis guna meningkatkan kapasitas diri, memacu kualitas diri dan potensi untuk turut berpartisipasi dalam perkembangan segala aspek kehidupan berbangsa dan

1 Revrison Baswir dkk. Pembangunan Tanpa Perasaan (Evaluasi Pemenuhan Hak Ekonomi Sosial Budaya Orde Baru). 1999. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal.120 dalam Nuraeni Dramayanti. Aksesbilitas Pelayanan Pendidikan Bagi Penduduk Miskin Di Era Desentralisasi:Studi Tentang Aksesibilitas Pelayanan Pendidikan Formal Anak dari Keluarga Petani Miskin Dusun Sekaro, Desa Girimulyo, Kulonprogo. 2004. Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Sosiatri Universitas Gadjah Mada, tidak

(2)

bernegara. Hal ini penting melihat Indonesia yang tergolong sebagai negara berkembang dengan kualitas sumber daya manusia yang juga masih rendah.

Ada beberapa poin permasalahan guru yang hingga kini masih belum terselesaikan dari pemerintah pusat maupun daerah. Permasalahan ini terkesan nyaris tidak diperhatikan oleh pemerintah. Sementara pendidikan juga termasuk dalam agenda politik bangsa untuk bersaing di kancah dunia. Beberapa poin permasalahan tersebut ialah2, pertama

masalah guru itu sendiri dimana pendidikan yang didapat oleh guru masih jauh dari ideal sehingga mengakibatkan kualitas dan kompetensi guru yang kurang. Hal ini sungguh disayangkan jika kemudian tidak diperhatikan, karena guru adalah komponen utama dalam pelaksanaan pendidikan dan masa depan anak bangsa. Kedua, permasalahan pengembangan kompetensi yang tidak berjalan sesuai tujuan. Dalam kenyataannya banyak guru yang telah lulus dari lembaga pendidikan justru menurun kompetensinya, sehingga perlu adanya standar kompetensi untuk disiapkan, dijaga, dan dibina. Ketiga, system pengangkatan guru yang tidak berdasarkan pada kebutuhan. Bahkan masih terdapat tindakan KKN dalam pengangkatannya. System pengangkatan guru akhirnya juga berdampak pada distribusi guru itu sendiri. Masih banyak permasalahan tidak meratanya jumlah guru di daerah Indonesia terutama di daerah terpencil. Akibatnya, daerah tersebut kekurangan guru dan proses pendidikan terhadap anak-anak menjadi terhambat. Sementara pada poin permasalahan yang terakhir ini

2

http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/26/1337430/4.Masalah.Utama.Guru.yang.Tak.Kunjung.Se lesaidiunduh pada tanggal 17 Juni 2013 pukul 09.30

(3)

adalah masalah yang paling banyak dipersoalkan namun tidak ada penyelesaian konkrit selama ini.

Pemerataan guru menjadi isu penting dalam problematika pendidikan di Indonesia, sementara guru adalah instrument penting dalam pelaksanaan pendidikan. Masih banyak ditemukan keterbatasan aksesibilitas SDM yaitu tenaga pendidik yang akan sangat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan di seluruh daerah di indonesia terkhusus daerah terpencil. Jika tenaga pendidik tidak tersebar secara merata maka yang terjadi pun kualitas SDM dengan berbagai potensinya juga tidak akan tersebar merata di seluruh Indonesia. Kemudian yang terjadi hanya daerah-daerah tertentu yang mampu merasakan kemajuan dari berbagai aspek karena memiliki kualitas SDM yang memadai dimana mereka mendapatkan pendidikan yang layak sebelumnya.

Laporan Education for All Global Monitoring Report yang dirilis UNESCO 2011 menyebutkan, tingginya angka putus sekolah menyebabkan peringkat indeks pembangunan Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara dalam Education Development Index. Kurangnya kualitas dan kualifikasi guru untuk mengajar pun belum cukup di Indonesia, ditambah dengan tidak meratanya distribusi guru di Indonesia sehingga masih banyak kekurangan guru di daerah terpencil di Indonesia. Sementara Indonesia bukanlah negara yang kekurangan guru. Rasio Guru dan murid yang dimiliki saja sudah mengalahkan rasio di AS dan Korea. Di tahun 2011 Indonesia

(4)

memiliki rasio guru dan murid 1:18 sementara AS 1:20 dan Korea 1:30.3 Hal ini

memperlihatkan bahwa aksesibilitas masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang cukup terutama pendidikan dasar masih terhambat oleh berbagai permasalahan tersebut.

Seperti yang dilansir dalam media edukasi Kompas, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Bapak Sulistiyo sendiri merasa bahwa kekurangan guru SD yang terjadi di nusantara saat ini tak kunjung mendapat perhatian dari pemerintah. Pada Agustus lalu menyebutkan 94 persen daerah mengalami kekurangan guru SD, tak ada perubahan hingga sekarang. Bahkan, hingga saat ini tercatat kebutuhan guru sekitar 96 persen kabupaten dan kota di seluruh Indonesia tak terpenuhi. Bapak Sulistiyo menambahkan bahwa kekurangan guru SD ini sudah lama terjadi. Dari 497 kabupaten kota, hanya dua kabupaten kota saja yang sudah terpenuhi.4

Di media lain tahun 2013 ini juga menyebutkan bahwa Bapak Sulistyo mengungkapkan, dari hasil survey PGRI di seluruh Indonesia, tidak satupun kabupaten/kota yang guru SD-nya mencukupi kebutuhan. Anehnya, pemerintah terus mengklaim bahwa Indonesia kelebihan guru. Saat ini kekurangan guru tersebut diisi oleh guru honor. Rata-rata sekolah SD yang memiliki enam kelas, guru yang ada hanya untuk tiga. Setelah dikalkulasi PGRI, kekurangan guru SD nasional bisa mencapai

3http://www.jpnn.com/read/2011/11/23/108927/Rasio-Guru-Siswa-RI-Kalahkan-AS- diunduh

tanggal 2 Maret 2013 pukul 9.30 WIB

4http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/26/1644489/Pemerintah.Tak.Serius.96.Persen.Daerah.M

(5)

40 persen dari jumlah guru yang mestinya ada. Kekurangan guru SD ini juga disebabkan tingginya angka pensiun guru SD Inpres. Puncaknya akan berlangsung tahun 2015, 2016, 2017. Jika tidak dirancang pemenuhan guru kekurangan itu, maka dunia pendidikan akan berada dalam posisi bahaya.5

Hal ini menjelaskan betapa mirisnya kondisi pemerataan guru di daerah Indonesia dan belum terselesaikan dengan baik. Dengan solusi mengangkat guru honorer saja sebenarnya masih memunculkan permasalahan, karena kepegawaian maupun kesejahteraannya saja masih belum diperhatikan. Di sisi lain kita mengenal MDGs

(Millenium Development Goals) sebagai sebuah paradigma pembangunan global,

dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000, (A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals).6 MDGs memiliki delapan agenda penting dalam

pembangunan, dan salah satunya adalah agenda pendidikan, dimana disebutkan terkait Pencapaian Pendidikan Dasar Untuk Semua di urutan kedua. Ini seharusnya mampu menjadi acuan dan motivasi bagi pelaku pendidikan dan pelaku kebijakan sebagai solusi untuk mencapai target dan perbaikan pendidikan di Indonesia terutama dalam hal guru.

5http://www.jpnn.com/read/2013/01/10/153915/Seluruh-Daerah-Kekurangan-Guru-SD- diunduh

tanggal 18 Maret 2013 pukul 10.59 WIB

(6)

Menjadi sangat penting untuk dicapai karena pencapaian tujuan dari agenda ini memiliki tenggat waktu hingga tahun 2015, waktu yang cukup singkat dalam sebuah pembangunan suatu negara. Hal ini lah yang kemudian diamati oleh para pengamat-pengamat dan kelompok-kelompok yang peduli dengan pendidikan Indonesia untuk segera bergerak dan melakukan perubahan. Karena melalui pendidikan pula, Indonesia mampu bertarung di kancah internasional. Di sini lah tantangan kepemimpinan Indonesia. Dimana banyak fenomena memperlihatkan bahwa masih sedikit pemimpin yang mampu mengakar di masyarakat dan berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan. Banyak pemimpin yang bermain di tataran taktis teoritis namun praktis nya sangat jarang dilakukan hingga daerah-daerah terpencil.

Dari situ kemudian muncul gerakan-gerakan sosial atau kelompok yang bergerak dalam bidang pendidikan untuk turut serta dalam pembangunan pendidikan Indonesia dan pencapaian tujuan dari MDGs ini. Pendidikan dasar yang merata hingga ke seluruh pelosok Indonesia menjadi focus utama gerakan sosial di Indonesia, karena secara hak yang wajib dipenuhi, pendidikan dasar adalah kebutuhan yang harus didapat oleh semua warga negara Indonesia.

Pendidikan adalah instrument yang paling penting dalam mendorong pembangunan nasional. Penelitian ini di rancang untuk mengkaji salah satu problema pendidikan yang memang belum ada penyelesaian secara maksimal oleh pemerintah dan diambil alih melalui proses mempengaruhi cara pandang masyarakat dan pemerintah mengenai urgensi permasalahan pendidikan dalam hal ini guru dan kepemimpinan. Hal ini yang

(7)

kemudian menjadi sebab kemunculan gerakan-gerakan sosial itu sendiri yang peduli terhadap pendidikan Indonesia dan berusaha bergerak untuk turun tangan merespon permasalahan ini. Sebut saja Gerakan Indonesia Mengajar yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan guru di daerah yang membutuhkan dan sebagai wahana belajar kepemimpinan yang sudah hampir empat tahun ini bergerak di ranah grassroot untuk memperbaiki pendidikan dan kepemimpinan Indonesia. Gerakan Indonesia Mengajar melalui aksi kolektif nya berupaya merubah cara pandang masyarakat dan pemerintah untuk lebih peduli terhadap masa depan pendidikan dan kepemimpinan Indonesia.

Pada dasarnya gerakan sosial muncul karena ada dorongan keinginan akan perubahan. John Markoff menyatakan dalam bukunya bahwa suatu gerakan sosial dapat dikatakan terbuka apabila ada pernyataan yang secara eksplisit mengajak ke arah perubahan.7

Suatu gerakan sosial juga dikatakan kolektif ketika di sana terdapat sekelompok orang yang memiliki visi yang sama untuk melakukan perubahan. Gerakan sosial juga merupakan bentuk dari adanya aksi kolektif. Mereka muncul karena suatu tujuan yang ingin dicapai yaitu mempengaruhi cara pandang para pelaku pendidikan dan pelaku kebijakan agar tumbuh kesadaran akan permasalahan yang terjadi.

Dengan melihat berbagai kegelisahan dari permasalahan guru, gerakan sosial muncul dengan berbagai aksi dan strategi. Gerakan Indonesia Mengajar sebagai aksi kolektif

7 John Markoff. Gelombang Demokrasi Dunia: Gerakan Sosial dan Perubahan Politik. 2002. Pustaka

(8)

di sini menjadi locus yang dipilih peneliti untuk mengetahui strategi guna merespon minimnya dedikasi pelaku pendidikan dan pemimpin yang mengakar di akar rumput.

B. RUMUSAN MASALAH

“Bagaimana strategi Gerakan Indonesia Mengajar sebagai aksi kolektif mampu mempengaruhi cara pandang atau perilaku para pelaku pendidikan ?”

C. TUJUAN PENELITIAN

 Mengetahui dinamika Gerakan Indonesia Mengajar dalam rangka mencari solusi atas kegelisahan permasalahan minimnya dedikasi guru dan pemimpin yang mengakar.

 Menjelaskan gambaran strategis Gerakan Indonesia Mengajar sebagai sebuah aksi kolektif dalam membingkai isu dan menyelesaikan permasalahan dengan perangkat strategis dan taktis

 Mengetahui peran serta Gerakan Indonesia Mengajar dalam mengatasi permasalahan pendidikan terkait guru di daerah terpencil Indonesia dan masalah kepemimpinan Indonesia.

 Mengetahui strategi Gerakan Indonesia Mengajar dalam mempengaruhi cara pandang pelaku pendidikan terkait pendidikan dan kepemimpinan Indonesia.

(9)

D. KERANGKA TEORI

D.1 Membangun Gerakan Sosial Aksi Kolektif

Lima puluh tahun terakhir ini memang banyak sekali studi mengenai gerakan sosial dan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya banyak publikasi dan penelitian tentang gerakan sosial. Studi mengenai gerakan sosial tidak lagi hanya menjadi studi ilmu sosiologi namun kini sudah cukup berkembang menjadi studi bidang ilmu yang lain salah satunya yaitu studi ilmu politik. Hal ini dikarenakan memang gerak dari gerakan sosial sesungguhnya merupakan cara untuk mempengaruhi tatanan pemerintahan yang telah berlangsung. Pada akhirnya ada proses saling mempengaruhi dan relasi kuasa antar aktor dimana semua itu sangat kental dengan aktifitas-aktifitas politik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) disebutkan bahwa pengertian dari gerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat disertai program terencana dan ditujukan kepada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada. Maksud dari pengertian ini kemudian mencoba menjelaskan bahwa gerakan sosial yang ada bukanlah gerakan yang muncul sebagai sebuah aksi massal seperti kerumunan (crowd), mob atau kerusuhan (riot). Gerakan ini adalah gerakan yang terorganisir dan terencana sehingga bisa dikatakan bahwa gerakan ini lebih berbasis pada pengorganisasian internal bukan gerakan spontan tanpa pengorganisasian yang jelas.

(10)

Pada 1950-an dan pertengahan 1960-an psikologi sosial yang didominasi oleh kajian tentang gerakan sosial dan bersandar pada pendekatan collective behavior (perilaku kolektif) memang memandang gerakan sosila sebagai “bentuk dari kerumunan dan kepanikan sosial yang berkepanjangan.”8 Namun karena

berkembangnya studi-studi yang dilakukan akademisi kemudian mengkritik teori tersebut dan mulai memformulasikannya lewat gagasan-gagasan dengan prinsip terorganisir dan sistematis dalam sebuah gerakan sosial.

Prinsip tersebut akhirnya oleh pemikiran Gerry van Klinken9 (2007) dibentuk

ke dalam beberapan karakteristik bahwa ada beberapa perkembangan terbaru dalam teori gerakan-gerakan sosial. Bahkan merupakan hal yang wajar ketika kekerasan muncul dari sebuah politik. Dalam konsep ini, Klinken menilai ada lima poros yang terlibat dan paling tidak untuk sebuah gerakan sosial harus mencakup setidaknya 3 diantaranya. Kelima poros itu adalah, pertama, tindakan kolektif. Kedua, tujuan-tujuan atau klaim-klaim yang berorientasi pada perubahan. Ketiga, sesuatu tindakan kolektif yang bersifat ekstra institusional atau non institusional. Keempat, organisasi sampai tingkat tertentu. Kelima, keberlanjutan dalam hal waktu, sampai pada tingkat tertentu.

Poros tersebut menjadi sebuah karakter dari gerakan sosial itu sendiri bahwa kemudian ada sebuah aksi kolektif yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan

8 Gary T. Marx & Douglas McAdam, Collective Behavior and Social Movements: Process adan Structure. 1994. dalam Burhanuddin Muhtadi. Dilema PKS: Suara dan Syariah. 2012. Kepustakaan

Populer Gramedia: Jakarta. Hal. 50

(11)

tertentu. Aksi Kolektif merupakan sebuah bentuk dari gerakan sosial itu sendiri. Konsep aksi kolektif ini sendiri muncul karena adanya mekanisme mobilisasi yang tidak bisa lepas dari gerakan sosial. McCarthy menyatakan bahwa struktur mobilisasi menjadi kendaraan kolektif dimana di dalamnya terdapat sejumlah kelompok gerakan sosial melebur dalam aksi kolektif, termasuk di dalamnya taktik atau strategi gerakan dan organisasi gerakan sosial.10 Dari sini kemudian dapat dipahami bahwa aksi kolektif

merupakan sebuah hasil usaha memobilisasi masyarakat untuk turut aktif dalam strategi yang dilancarkan oleh sebuah gerakan sosial guna mencapai tujuannya.

Aksi kolektif sesungguhnya bisa mengambil banyak bentuk, yang singkat maupun berkelanjutan, terlembagakan atau cepat bubar, membosankan atau dramatis. Soliditas atas kesamaan visi menjadi poin penting dalam pembentukan aksi kolektif ini. Bisa jadi soliditas yang terbangun memiliki arah pandangan ke depan untuk membuat gerakan menjadi berkelanjutan. Aksi kolektif menjadi salah satu jalan konkrit sebuah gerakan dalam mencapai tujuan-tujuannya. Sebuah aksi kolektif sudah jelas disanalah tempat berkumpul dan bergabungnya individu-individu yang memiliki kesamaan konsep, fikir dan gerak dalam sebuah kegelisahan masalah.

Dalam sejarahnya, gerakan sosial dalam hal ini aksi kolektif yang mampu bertahan secara relative dalam runtutan sejarah merupakan hasil dari perubahan cara memobilisasi orang dan perubahan kapasitas negara.11 Artinya, sebuah aksi kolektif

10 Abdul Wahib Situmorang. Gerakan Sosial: Studi Kasus Beberapa Perlawanan. 2007. Pustaka Pelajar.

Hal. 7

(12)

akan terekam jejak dan memiliki pengaruh besar ketika ia mampu dengan sukses dalam mengajak dan menggerakkan individu-individu yang sekiranya potensial dan memiliki arah tujuan yang sama. Sehingga yang terjadi kemudian dengan usaha mengajak dan menggerakkan individu-individu mampu memberikan pengaruh terhadap kekuasaan pemerintah atau negara dalam memberikan kebijakan publik kepada masyarakat dan bernilai besar bagi kebaikan di masyarakat.

Aksi kolektif pada dasarnya memiliki tiga poin penting12, pertama berlangsung

dalam institusi ketika orang-orang yang tergabung di dalamnya bertindak untuk mencapai tujuan bersama. Kedua, memiliki nuansa penentangan ketika aksi itu dilakukan oleh orang-orang yang kurang memiliki akses ke institusi untuk mengajukan klaim baru. Ketiga, aksi kolektif yang melawan merupakan basis dari gerakan sosial, karena aksi itu seringkali merupakan satu-satunya sumber daya yang dimiliki oleh orang-orang awam dalam menentang pihak-pihak lain yang kuat yaitu negara. Di dalam aksi kolektif terdapat sumber daya manusia yang tergabung dalam satu visi dan misi, mencoba menembus batas masyarakat dan pemerintah. Hingga harapannya dampak yang dihasilkan kemudian adalah suatu bentuk kepuasaan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat bahkan mereka yang memiliki keterbatasan akses.

D.2 Strategi Aksi Kolektif

12 Suharko. Gerakan Sosial: Konsep, Strategi, Aktor, Hambatan dan Tantangan Gerakan Sosial di Indonesia. 2006. Program Penguatan Simpul Demokrasi Kabupaten Malang Pla CID’s (Public Policy

Analysis and Community Development Studies) Averroes dan KID (Komunitas Untuk Indonesia): Malang.

(13)

Dalam organisasi atau LSM akar rumput, mereka menggunakan berbagai macam strategi untuk mencapai apa yang menjadi tujuan yang ingin mereka capai. Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam konteks ini strategi adalah rencana tindakan untuk mempengaruhi kebijakan, program, perilaku dan praktik publik. Strategi untuk mempengaruhi tersebut pada dasarnya perlu ada visi ideal tentang masyarakat dan analisis permasalahan, isu, stakeholder, dan kekuasaan. Di dalam strategi juga mengandung 1) tujuan, sasaran, dan target yang jelas, 2) serangkaian taktik dan kegiatan yang terkait, 3) dilaksanakan dengan cara terorganisir dan sistematis.13 Hal ini jelas menjadi komponen penting dalam menentukan strategi

dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya. Di sisi lain pengelolaan juga tersistematis baik dari sisi isu, sasaran, konstituen, pembiayaan, dan tujuan.

Ada berbagai macam strategi yang dilakukan oleh berbagai gerakan sosial. Namun dalam penelitian ini strategi gerakan sosial yang dilakukan cenderung mengarah pada strategi advokasi karena dilihat dari proses yang dialami oleh gerakan sosial itu sendiri. Strategi advokasi, dimana ia merupakan strategi utama yang digunakan oleh NGO. Strategi ini seringkali dipakai untuk mendesak perubahan-perubahan sosial, seperti mereformasi tata pemerintahan yang demokratis, melindungi sumberdaya alam, memajukan pembangunan berkelanjutan dan lain sebagainya.14 Ia akan menjadi

13 VallerieMiller & Jane Covey. Pedoman Advokasi: Perencanaan, Tindakan, dan Refleksi. 2005.

Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Hal.12

(14)

strategi jitu untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah ketika mampu secara kuat membawa isu-isu yang mereka buat. Di sini juga penting adanya keterlibatan massa sehingga bentuk aksi kolektif merupakan jalan konkrit yang kemudian mampu menjadi salah satu kendaraan untuk mencapai tujuan-tujuan yang disepakati.

Dalam strategi ini, sebuah gerakan sosial akan diamati dan dikaji melalui beberapa tahap yang kemudian mampu memberikan pemahaman atas geraknya untuk mempengaruhi cara pandang sasaran tujuan. Melalui strategi advokasi sebagai kerangka untuk memahami bahwa ada beberapa tahap yang dilalui oleh gerakan sosial yaitu dimulai dari proses pembentukan aktor inti, penentuan isu dan tujuan, framing, penggalangan massa dan aliansi, pengorganisasian gerakan sosial, dan akhirnya pada tahap melancarkan strategi-strategi gerakannya.

Pada akhirnya strategi inilah yang menjadi repertoire of contention atau pilihan bentuk taktik dan strategi aksi dalam menjelaskan aksi kolektif sebagai usaha mempengaruhi cara pandang sasaran tujuan terhadap pendidikan. Harapannya kemudian mampu menjadi cara untuk menyadarkan publik atas urgensi permasalahan pendidikan khususnya di daerah terpencil untuk segera di atasi tanpa harus menunggu pemerintah namun penting akhirnya mampu menggerakkan masyarakat melalui gerakan sosial.

E. LANDASAN KONSEPTUAL E.1 Gerakan Sosial Aksi Kolektif

(15)

Aksi kolektif sejatinya tak akan lepas dari gerakan sosial. Gerakan sosial dan aksi kolektif saling berkaitan, dan keduanya menjadi karakteristik yang menonjol satu sama lain. Aksi kolektif adalah sejumlah individu yang menjadi satu dimana di dalamnya terdapat mekanisme mobilisasi untuk menggerakkan masyarakat agar aktif dalam taktik atau strategi yang dilakukan oleh sebuah gerakan sosial. Aksi kolektif adalah sekumpulan individu yang terorganisir, memiliki visi dan misi yang sama dimana mereka bergerak untuk memobilisasi aktor-aktor di dalam maupun diluar kelompok mereka guna mencapai tujuan. Di dalamnya terdapat sumber daya manusia yang tergabung dalam satu irama gerakan yang kemudian berusaha menembus batas kekuasaan pemerintah dengan mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap suatu masalah. Aksi kolektif menjadi kendaraan gerakan sosial untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya.

E.2 Strategi Aksi Kolektif

Strategi adalah serangkaian rencana konkrit yang tersusun rapi serta terkelola dari sebuah gerakan. Artinya ada suatu langkah konkrit yang direncanakan dan akan dilakukan dan didalamnya terdapat penggagas gerakan, isu, basis dukungan, bentuk, evaluasi, dan target untuk mencapai apa yang menjadi tujuan. Dalam menentukan strategi, sebuah gerakan harus mampu memahami medan, yaitu dengan melihat berbagai sisi yang penting seperti yang tersebut sebelumnya. Penggagas dalam membentuk konsep advokasi dan membentuk gerakan, isu sebagai dasar menentukan tujuan pencapaian, basis dukungan sebagai modal untuk memperkuat gerakan. Strategi

(16)

aksi kolektif melalui pendekatan advokasi adalah sebuah rangkaian strategi yang mampu mengakomodasi berbagai tahap yang dilalui gerakan sosial dalam mempengaruhi cara pandang sasaran tujuannya melalui mobilisasi massa.

F. LANDASAN OPERASIONAL

Yang menjadi focus kajian dari penulisan skripsi ini adalah terkait strategi Gerakan Indonesia Mengajar dalam mempengaruhi cara pandang masyarakat juga pemerintah mengenai pentingnya permasalahan guru di Indonesia, khususnya daerah terpencil. Telah dibahas di bab sebelumnya terkait alasan permasalahan guru di Indonesia yang kemudian memunculkan gerakan yang mencoba turut mencari solusi melalui strateginya. Untuk menjawab pertanyaan penelitian dapat dilihat dari beberapa capaian atau indikator yaitu :

F.1 Gerakan Sosial Aksi Kolektif

1. Adanya sebuah aksi kolektif yang dilahirkan melalui program Gerakan Indonesia Mengajar.

2. Memiliki tujuan untuk mempengaruhi cara pandang masyarakat akan minimnya dedikasi para pelaku pendidikan.

3. Memiliki tujuan untuk mempengaruhi cara pandang masyarakat akan minimnya pemimpin yang mengakar hingga akar rumput.

(17)

F.2 Strategi Aksi Kolektif

1. Adanya sebuah rencana dan sistem yang menjadi langkah dalam proses mempengaruhi cara pandang masyarakat.

2. Adanya penggagas gerakan, tujuan, basis dukungan, konstituen, isu dan target dalam susunan rencana strategi.

3. Ada sebuah hasil dari proses mobilisasi massa dalam bentuk aksi kolektif dalam mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap pentingnya guru dan pemimpin yang mengakar.

G. METODE PENELITIAN G.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini akan dirancang dengan metode kualitatif dengan mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa melalui metode ilmiah dengan menggunakan metode studi kasus. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deksriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Studi kasus menurut Creswell (1998) adalah sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang terikat atau suatu kasus yang beragam yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam suatu konteks. Sumber yang bisa digunakan untuk melakukan studi kasus ada beberapa seperti observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan. Untuk

(18)

penulisan skripsi ini akan menggunakan wawancara, dokumentasi dan studi pustaka untuk mendapatkan sumber data.

Dalam penelitian ini, metode kasus yang dipilih menggunakan studi kasus deskriptif dimana penulis menjelaskan strategi dalam menjawab masalah pendidikan lewat berdirinya Gerakan Indonesia Mengajar. Alasan mengapa penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena yang menjadi rumusan pertanyaannya adalah “bagaimana” dimana penulis mencoba menjawab pertanyaan dengan menguraikan serta menjelaskan sebuah proses dan cara. Strategi mempengaruhi cara pandang masyarakat yang menjadi focus pertanyaan di sini lebih sesuai jika ditulis dengan menguraikan dan menjelaskan serta menganalisis proses yang dilakukan Gerakan Indonesia Mengajar. Deskripsi yang diuraikan harapannya mampu memberi pemahaman kepada pembaca untuk mengamati gerak Gerakan Indonesia Mengajar sebagai sebuah aksi kolektif.

G.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dimaksud ialah tempat dimana peneliti mengamati kondisi gerakan pendidikan. Lokasi yang dipilih adalah Jakarta yang menjadi simpul utama dari Gerakan Indonesia Mengajar dan Yogyakarta menjadi konstituen dan basis kuat dalam arus gerak Gerakan Indonesia, serta para pengajar muda yang pernah bergabung dalam gerakan ini kebanyakan berasal dari salah satu universitas terbaik di Yogyakarta dan di Indonesia yaitu UGM. Tidak hanya itu, Kemendikbud juga akan menjadi lokasi penelitian dalam rangka mendapat sumber data statistik terkait persebaran guru dan rasio guru di seluruh Indonesia atau beberapa kota besar di Indonesia.

(19)

G.3 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ilmiah, sumber data dibagi menjadi dua yakni data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara melalui metode indepth interview dengan pihak pengurus Gerakan Indonesia Mengajar termasuk pimpinannya dan para pengajar muda yang berada di Yogyakarta yang pernah dikirim menjadi tenaga pendidik di berbagai daerah di Indonesai. Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi antara peneliti dengan responden. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.15 Secara langsung wawancara dilakukan dengan face to face antara

peneliti dengan responden. Secara tidak langsung peneliti mengirimkan daftar pertanyaan kepada responden, namun dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara tidak langsung melalui chating media sosial. Sementara untuk data sekunder diperoleh dari hasil membaca dan menganalisis berbagai literatur baik buku, dokumen, jurnal, maupun website yang mendukung tema penelitian ini.

Untuk sumber data primer diambil dengan melakukan wawancara dengan pihak Gerakan Indonesia Mengajar guna mengetahui tujuan serta strategi advokasi yang dicanangkan gerakan tersebut dalam rangka menyelesaikan persoalan dan kepemimpinan di Indonesia melalui aksi kolektif. Melihat tujuan gerakan ini dari sisi sosial maupun politik dalam kerangka permasalahan guru dan kepemimpinana

(20)

Indonesia. Di sisi lain melihat keterlibatan para pengajar muda dalam menyelesaikan persoalan guru ini dengan mereka menjadi tenaga pendidik yang bersedia dikirim hingga ke pelosok tanah air. Terakhir yakni dengan pihak Kemendikbud untuk mendapatkan data statistik persebaran guru di Indonesia atau beberapa kota besar di Indonesia dengan rasio guru dan murid yang ada di setiap daerahnya.

Untuk data sekunder penelitian ini diperoleh dari kajian pustaka di berbagai sumber. Penelitian ini akan membutuhkan banyak referensi mengenai gerakan sosial, strategi advokasi dan aksi kolektif sehingga membutuhkan referensi tersebut untuk menuliskan konten penelitian. Referensi tersebut sangat mendukung dalam pengolahan data yang telah di dapat dari hasil wawancara. Dengan konsep teori dan hasil wawancara akan di coba di relasikan dan ditarik kesimpulan dalam rangka menyelesaikan persoalan melalui strategi aksi kolektif yang dilakukan.

G.3.1 Cara Mengumpulkan Data

Pengumpulan data dilakukan secara teratur dan simultan antara data primer dan sekunder dengan data yang di dapat di literatur yang berasal dari berbagai pihak. Data primer dan sekunder merupakan aspek penting yang cukup mempengaruhi penelitian skripsi ini. Data literature yang di dapat menjadi basis yang akan digunakan dalam pertanyaan wawancara kepada pihak yang akan dijadikan sumber. Format wawancara yang digunakan kepada nara sumber adalah indepth interview yaitu wawancara

(21)

mendalam, menggunakan pertanyaan yang telah disusun tetapi juga tidak menghindari fleksibilitas untuk dimodifikasi saat wawancara.

Melalui metode snowball sampling yaitu pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya sedikit lama-lama menjadi besar karena dari jumlah sumber data yang sedikit belum memberikan data yang memuaskan.16 Dalam prosesnya peneliti mencari

responden yang awalnya mudah dihubungi kemudian meminta rekomendasi dari responden awal terkait pihak mana saja yang bisa dihubungi untuk diwawancarai. Wawancara dilakukan pertama kali kepada para pengajar muda yang memang mudah ditemukan di sekitaran civitas akademika Universitas Gadjah Mada mengenai keterlibatan mereka dalam gerakan pendidikan yang dibuat oleh Indonesia Mengajar. Mencoba mendapatkan informasi terlebih dahulu melalui mereka guna mendukung susunan pertanyaan yang memang ingin didapatkan informasinya dari Gerakan Indonesia Mengajar.

Kemudian setelah menemukan data dari para pengajar muda, penulis akan mencari data statistic mengenai permasalahan dan persebaran guru di Indonesia dan beberapa kota besar serta rasio guru dan murid yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah memang jumlah guru yang ada di Indonesia lebih banyak terfokus dan nyaman di daerah perkotaan yang notabene memiliki aksesibilitas tinggi. Setelah mendapat data tersebut, penulis akan banyak mencari dan menggali data di titik simpul Indonesia

16 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. 2012. Penerbit Alfabeta: Bandung.

(22)

Mengajar dan wawancara dengan berbagai pihak terkait disana, akan lebih baik pula jika penulis berhasil wawancara dengan pihak pendiri yaitu Bapak Anies Baswedan sebagai inisiator gerakan pendidikan yang telah terorganisir ini yaitu Indonesia Mengajar. Mencoba menggali lebih dalam proses dan strategi yang dilakukan penulis kembali melakukan wawancara dengan pengajar muda yang memang terjun langsung di lapangan dalam prosesnya mempengaruhi cara pandang masyarakat.

G.4 Teknik Analisis Data

Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini disusun dan dirangkai menjadi proses ilmiah yang cukup mendalam. Data primer maupun sekunder dikumpulkan dalam berbagai wawancara yang dilakukan serta referensi-referensi yang digunakan sebagai bahan bacaan yang mendukung penulisan substansi dari penelitian ini. Setelah data primer dan data sekunder terkumpul maka tahap selanjutnya adalah mengolah nya. Pengolahan data dilakukan dengan mengkategorisasikan hasil wawancara sesuai kebutuhan dan dijadikan sebuah draft hasil wawancara. Untuk studi literature, pengolahan data dikategorisasikan menjadi beberapa bab sesuai kebutuhan bab yang akan ditulis dalam skripsi.

Pada dasarnya analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang

(23)

dapat diceritakan kepada orang lain.17 Data dari hasil wawancara ini di analisis, data

yang telah terkumpul dan diolah kemudian dianalisis agar mencapai luaran yang diharapkan. Analisis ini dilakukan secara deskriptif mengacu pada data yang sudah ada baik wawancara maupun literatur. Hasil luaran yang diharapkan yaitu adanya argument yang kuat terhadap analisis yang ada dimana kemudian mampu menjawab rumusan permasalahan yang telah dibuat. Analisis data memperhatikan referensi data sekunder yang diperoleh. Dengan demikian, ada proses pengayaan data (enrichment) atas analisis kajian. Ini merupakan bagian dari kritik sumber dan verifikasi data yang berjalan secara simultan ketika memulai proses analisis.

G.5 Jadwal Kegiatan Penelitian N

o. Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan Bulan III

I II II I V I I II III V I I II III V I 1. Pengumpulan Data 2. Pengolahan Data 3. Analisis Data 4. Penulisan Laporan 17 Ibid., hal. 334

(24)

H. KERANGKA BERFIKIR

Strategi Aksi Kolektif GIM

Bagan pertama akan menjelaskan bagian teoritis dari isi penelitian. Bagian ini akan memberikan paparan dasar bagi bahasan-bahasan selanjutnya. Berisikan pandangan teoritis mengenai masalah sehingga dapat mengantarkan pembaca untuk memahami konteks dari masalah yang akan dikaji. Selain itu juga menjelaskan permasalahan pendidikan yang menjadi kegelisahan dan latar belakang kajian penelitian ini yaitu tentang permasalahan guru di Indonesia yang tidak merata. Di bagian ini akan dipaparkan data statistic dari persebaran guru di Indonesia atau beberapa kota besar di Indonesia dan rasio guru dan murid. Data tentang persebaran guru ini akan dikaji lebih dalam sebagai basis analisis persoalan guru di daerah terpencil yang akhirnya memunculkan kegelisahan dan reaksi masyarakat seperti munculnya Gerakan

Realita Pendidikan dalam hal guru Kebijakan pemerintah gagal untuk menyelesaikan permasalahan guru a. Konsolidasi aksi kolektif (penggagas, basis dukungan, SDM) b. Mengemas bentuk dan strategi aksi kolektif c. Mempengaruhi cara pandang masyarakat dan pemerintah tentang guru dan kepemimpinan Aksi Kolektif GIM sebagai Model menyelesaik an permasalah an guru dan kepemimpin an Indonesia mulai dari akar rumput.

(25)

pendidikan Indonesia Mengajar ini. Kemunculan Gerakan Indonesia Mengajar ini merupakan cara untuk merespon minimnya dedikasi para pelaku pendidikan dan pelaku kebijakan dalam mengatasi permasalahan pendidikan dan kepemimpinan.

Kemunculan Indonesia Mengajar sebagai sebuah organisasi kolektif yang nantinya akan memiliki pengaruh penting dalam merubah cara pandang masyarakat mengenai permasalahan pendidikan di Indonesia melalui strategi aksi kolektifnya. Bagan ini menjelaskan awal pembuka pembahasan strategi yang dilakukan oleh Gerakan Indonesia Mengajar melalui geraknya. Proses konsolidasi aksi kolektif yang dilakukan oleh Gerakan Indonesia Mengajar juga menjadi pembahasan penting untuk memahami proses yang mereka lakukan. Dilanjutkan tentang bagaimana bentuk dan strategi Gerakan Indonesia Mengajar melalui program dan tujuan yang dicanangkan serta gerak dari pihak-pihak yang bergabung di Indonesia Mengajar. Mulai dari proses membangun gerakan dan memformat konsep gerakan guna proses advokasi. Para pengajar muda yang memiliki pengalaman terjun langsung ke lapangan akan menjadi sumber penting dalam melihat strategi dan proses pelaksanaan kebijakan yang dibuat oleh Indonesia Mengajar dalam mencapai tujuan. Akhir dari bagian ini akan dipaparkan mengenai lahirnya pemahaman bahwa Gerakan Indonesia Mengajar sebagai aksi kolektif mampu menjadi model bagi masyarakat maupun pemerintah dalam mengatasi permasalahan pendidikan dan kepemimpinan di Indonesia.

Terakhir, akan mengantarkan pembaca pada bagian akhir penelitian ini yang memuat generalisasi, analisis dan kesimpulan dari pembahasan sebelumnya. Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Penulis : “Menurut pendapat bapak, dengan penggunaan Teknologi Informasi adakah pengaruhnya terhadap hasil akhir pekerjaan anda saat ini?”. Informan 11 :

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul PENGARUH PROFITABILITAS, GROWTH,

Untuk itulah maka seharusnya perusahaan menerapkan Activity Based Management System (ABM) dalam proses produksi dan perhitungan biaya aktivitas produksinya agar

Penelitian ini dilakukan pada ibu pasca salin normal pada bulan September 2013 sampai Maret 2014 di Dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik,

Inspeksi pertama setelah proses produksi berjalan lancar, diambil dalam waktu 15 menit dan berjumlah 5 sampel, apabila staf Line Quality Control (LQC) tidak melihat adanya

Panitia Pembangunan GKI Karawaci atas nama Majelis Jemaat GKI Karawaci menyampaikan ucapan terima kasih kepada jemaat yang telah tergerak untuk membantu

Puji Syukur dan terimakasih penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yesus Kristus yang baik, karena atas rahmat dan pertolongan-Nya penulis mampu menyusun dan

1) Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi acuan pemahaman bagi perusahaan mengenai pengungkapan sustainability report dan pengaruh