• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus penduduk menunjukkan bahwa pada pada periode 1971 hingga 1980 laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 2,31 persen per tahun, sedangkan pada periode 1980 hingga 1990 turun menjadi 1,85 persen per tahun. Pada periode tahun 1990 hingga tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk Indonesia turun menjadi 1,45 persen per tahun, selanjutnya hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan angka yang hampir sama pada laju pertumbuhan penduduk Indonesia yaitu 1,49 persen per tahun (BPS, 2012). Angka pertumbuhan penduduk ini meskipun cenderung menurun, namun dianggap masih cukup tinggi karena untuk mencapai penduduk stasioner laju pertumbuhan penduduk harus mendekati atau mencapai angka nol (zero growth).

Menurut Mantra (1984:2) pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Pada skala nasional migrasi tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk karena tidak banyak warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri, begitu juga warga asing tidak banyak yang bertempat tinggal di Indonesia. Namun, pengaruh komponen migrasi di Indonesia dapat dirasakan pada provinsi-provinsi tertentu misalnya Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Lampung dan sebagainya (Mantra, 1998:48).

Persebaran penduduk yang tidak merata di Indonesia telah terjadi jauh sebelum masa penjajahan Belanda, di mana penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Berdasarkan data hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2010 menunjukkan persebaran penduduk yang masih belum merata. Dari jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa, sebanyak 49,79 persen diantaranya bertempat tinggal di daerah perkotaan, sedangkan penduduk yang tinggal di daerah perdesaan sebanyak 50,21 persen. Persebaran penduduk menurut pulau-pulau besar juga tidak merata, berikut perkembangan persebaran penduduk Indonesia menurut pulau:

(2)

2 Tabel 1.1 Persebaran Penduduk Indonesia Menurut Pulau Tahun 1971-2010 Pulau/ Kepulauan Luas wilayah

(%) Penduduk (%) 1971 1980 1990 2000 2010 Sumatera 25,2 17,5 19,0 20,4 21,0 21,3 Jawa-Bali 7,1 65,6 63,6 61,5 60,4 59,1 Nusa Tenggara 3,5 3,8 3,7 3,7 3,9 3,9 Kalimantan 28,5 4,3 4,6 5,1 5,5 5,8 Sulawesi 9,9 7,2 7,1 7,0 7,2 7,3 Maluku 4,1 0,9 1,0 1,0 1,0 1,1 Papua 21,8 0,8 0,8 0,9 1,1 1,5 INDONESIA 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber: BPS, 2012 diolah

Dari Tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa-Bali yang luasnya hanya 7,1 persen dari luas total wilayah Indonesia. Meskipun cenderung menurun namun persentase jumlah penduduk yang tinggal di Pulau Jawa-Bali tetap besar yaitu 65,6 persen pada tahun 1971 kemudian turun hingga 59,1 persen pada tahun 2010. Sedangkan Pulau yang memiliki wilayah terluas diantara pulau-pulau lainnya di Indonesia yaitu Pulau Kalimantan yang luasnya mencapai 28,5 persen, hanya didiami kurang dari 6 persen penduduk, begitu juga dengan Pulau Papua dengan luas wilayah 21,8 persen hanya didiami kurang dari 2 persen penduduk.

Persoalan persebaran penduduk yang tidak merata tersebut telah disadari sejak lama, sehingga dibuatlah program redistribusi penduduk melalui kolonisasi (pada masa Belanda) atau transmigrasi (setelah kemerdekaan), untuk memindahkan penduduk dari wilayah yang terlalu padat penduduknya ke wilayah yang lebih jarang penduduknya. Program transmigrasi ini sangat marak dilakukan hingga masa orde baru.

Selain mobilitas penduduk yang disebabkan oleh campur tangan pemerintah, mobilitas spontan juga terus meningkat hingga saat ini sebagai dampak dari laju pembangunan di segala bidang di berbagai wilayah di Indonesia. Menurut Toersilaningsih (2009) mobilitas penduduk akan mempengaruhi proses pembangunan dan sebaliknya pembangunan akan mempengaruhi pola, bentuk dan arah mobilitas penduduk. Oleh sebab itu apabila pemerataan pembangunan antar daerah belum terwujud maka mobilitas penduduk akan terus terjadi.

Mobilitas penduduk sebagai salah satu komponen utama dalam studi demografi disadari sudah lama terjadi. Sebagian ahli berpendapat bahwa mobilitas penduduk di

(3)

3 Indonesia sudah terjadi sejak zaman kerajaan-kerajaan besar berkuasa di Indonesia, ditandai dengan banyaknya ekspansi untuk menguasai berbagai wilayah baru. Meskipun mobilitas penduduk sudah lama terjadi, dibandingkan dengan komponen demografi lainnya, komponen ini relatif baru diteliti, hal ini disebabkan pada awal perkembangan ilmu demografi komponen tingkat fertilitas dan mortalitas relatif sangat tinggi, sedangkan tingkat mobilitas dianggap belum mendesak untuk dikaji karena angkanya masih rendah (Tjiptoherijanto, 1998).

Mobilitas penduduk yang dimaksud adalah mobilitas horizontal (geografis) yaitu meliputi semua pergerakan penduduk yang melintas batas wilayah tertentu dalam waktu tertentu (Mantra, 1991:151). Mobilitas penduduk menurut keinginan untuk menetap dapat dikelompokkan menjadi mobilitas permanen (migrasi) dan mobilitas non-permanen (musiman dan ulang alik). Mobilitas non-permanen (migrasi) juga dapat dibedakan menurut batas wilayah yang dilewati yaitu migrasi internal (dalam negeri) dan migrasi internasional.

Data Sensus Penduduk menyediakan berbagai informasi mengenai mobilitas penduduk terutama mobilitas (migrasi) internal meliputi migrasi seumur hidup (lifetime migration) dan migrasi risen (recent migration). Migran seumur hidup (lifetime migrant) adalah orang yang tempat ia dilahirkan berbeda dengan tempat tinggalnya pada saat pencacahan sedangkan migran risen (recent migrant) adalah orang yang provinsi tempat tinggal lima tahun yang lalu berbeda dengan tempat tinggal pada saat pencacahan. Analisis mengenai migrasi risen lebih bersifat dinamis karena dapat mencerminkan dinamika spasial migrasi penduduk pada kurun waktu 5 tahun terakhir, sedangkan analisis mengenai migrasi seumur hidup bersifat lebih statis karena hanya memberikan gambaran mengenai banyaknya penduduk yang pernah melakukan migrasi semasa hidupnya. Kedua jenis migrasi ini sangat penting untuk diteliti polanya dari waktu ke waktu untuk melihat kecenderungan volume maupun arahnya secara spasial.

Analisis mengenai arus migrasi (dalam hal ini migrasi internal) dari waktu ke waktu sangat penting untuk dilakukan, karena pengamatan terhadap naik-turunnya arus migrasi dari satu tempat ke tempat lainnya selain dapat digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku migrasi penduduk, juga dapat menggambarkan perubahan yang terjadi pada peta kekuatan ekonomi di berbagai pulau atau provinsi, mengingat ekonomi merupakan motif utama bagi migran untuk masuk ke dalam arus migrasi (Mantra dkk.,

(4)

4 1988). Dengan demikian kecenderungan jumlah kegiatan migrasi yang akan dilakukan penduduk di suatu wilayah sepanjang hidupnya serta berapa kali lagi kegiatan migrasi akan dilakukan oleh penduduk pada kelompok umur tertentu hingga akhir hidupnya dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi wilayah. Dengan memperhatikan hubungan antara keduanya, masing-masing wilayah dapat mempersiapkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan migrasi penduduk.

Dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah memasukkan dimensi kewilayahan dalam rencana pembangunan, salah satunya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Pada RPJMN terbaru (periode 2015-2019) dan RKP tahun 2015, agenda pembangunan kewilayahan diwujudkan dalam satu buku tersendiri yaitu pada buku 3. Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan pada upaya mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar daerah dan memajukan daerah, hal tersebut dijadikan sebagai sendi utama dalam merumuskan tujuan, arah kebijakan dan strategi serta prioritas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah melalui kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah di setiap wilayah. Untuk itu, rencana pengembangan wilayah dirumuskan melalui pembagian 7 (tujuh) wilayah pembangunan yaitu: 1) Wilayah Papua; 2) Wilayah Maluku; 3) Wilayah Nusa Tenggara; 4) Wilayah Sulawesi; 5) Wilayah Kalimantan; 6) Wilayah Jawa-Bali; dan 7) Wilayah Sumatera. Pembagian wilayah tersebut didasarkan pada potensi keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif daerah, serta posisi geografis strategis masing-masing pulau.

Seperti yang diungkapkan oleh Mantra, dkk (1988) bahwa pengamatan terhadap dinamika migrasi dapat menggambarkan perubahan yang terjadi pada peta kekuatan ekonomi di berbagai pulau atau provinsi, maka pengamatan terhadap dinamika migrasi berdasarkan pembagian wilayah pembangunan dalam RPJMN tentu akan sangat menarik dan juga bermanfaat sebagai dasar perumusan kebijakan pembangunan ke depan. Selain itu, penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai basis penelitian selanjutnya dalam menilai keberhasilan upaya pemerintah dalam mewujudkan pemerataan pembangunan.

(5)

5 Selain itu, upaya untuk mewujudkan pemerataan pembangunan juga dilakukan melalui penerapan kebijakan otonomi daerah yang mengubah sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Salah satu tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembangunan daerah sehingga dapat memacu tingkat perkembangan ekonomi wilayahnya. Dalam seminar “Analisis Dampak Kependudukan Terhadap Pembangunan Tahun 2014”, Bappenas (Deputi Bidang Sumber Daya Manusia) menyatakan bahwa dalam hal migrasi dan persebaran penduduk selama 10 tahun pasca diberlakukannya kebijakan desentralisasi persebaran penduduk belum menunjukkan perubahan yang berarti. Pulau Jawa masih menjadi tujuan favorit penduduk sehingga penduduk menjadi terkonsentrasi di pulau tersebut yang luasnya hanya 7 persen dari luas total Indonesia.

Selain itu, pola distribusi penduduk di pulau-pulau lainnya juga relatif tidak menunjukkan perubahan berarti padahal desentralisasi dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan sekaligus sumberdayanya kepada masyarakat. Selanjutnya, pola distribusi penduduk yang cenderung tidak mengalami perubahan ini dinilai akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai perubahan pola dan arah migrasi terkait dengan berbagai kebijakan yang telah diberlakukan tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tindak lanjut permasalahan ketidakmerataan distribusi penduduk.

1.2. Permasalahan Penelitian

Selama kurun waktu 1971 sampai dengan 2005 persebaran penduduk di Indonesia mengalami perubahan meskipun tidak signifikan. Persentase jumlah penduduk di Pulau Papua dan Kalimantan cenderung mengalami peningkatan, sementara itu di Pulau Jawa-Bali persentase jumlah penduduk cenderung menurun. Migrasi penduduk melalui program pemerintah (transmigrasi) tidak lagi marak setelah berakhirnya masa pemerintahan orde baru, sehingga migrasi penduduk yang banyak terjadi saat ini adalah migrasi spontan. Berbeda dengan program migrasi pemerintah yang sudah terencana dan dikoordinasikan dengan baik, migrasi spontan cenderung tidak terencana dan tidak terkoordinasi sehingga lebih sulit untuk dipantau volume maupun arahnya. Hal ini tentu akan menyebabkan terciptanya pola migrasi yang cenderung acak dan tidak terpantau dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan

(6)

6 identifikasi dan pemantauan terhadap pola yang terbentuk dari waktu ke waktu, sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan pengaturan dan pengendalian migrasi penduduk baik pada level nasional maupun regional.

Selain pemantauan terhadap pola dari waktu ke waktu perkiraan yang lebih rinci mengenai kegiatan migrasi yang akan terjadi kedepan juga sangat penting untuk perencanaan pembangunan. Jika mengikuti asumsi bahwa motif utama penduduk melakukan migrasi adalah motif ekonomi untuk mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik maka tingginya angka rata-rata migrasi dan perkiraan angka migrasi yang akan dilakukan penduduk pada umur tertentu merupakan indikasi masih adanya ketimpangan antar wilayah baik dalam hal ekonomi, kesempatan kerja maupun upah. Oleh karena itu perencanaan yang lebih baik diperlukan bagi daerah-daerah yang merupakan kantong penghasil ataupun penerima migran agar semua dampak positif dari migrasi dapat diperoleh dan dampak negatifnya dapat diminimalkan.

Permasalahannya adalah saat ini belum ada perhitungan yang rinci mengenai berapa kali rata-rata penduduk Indonesia melakukan migrasi sepanjang hidupnya dan berapa kali lagi penduduk pada kelompok umur tertentu akan melakukan migrasi sampai mereka masuk dalam kelompok umur terakhir.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dinamika pola migrasi seumur hidup penduduk antar provinsi di Indonesia pada periode 1971-2010.

2. Mengetahui dinamika pola migrasi risen penduduk antar provinsi di Indonesia pada periode 1971-2010.

3. Mengetahui berapa kali rata-rata penduduk Indonesia melakukan migrasi sepanjang hidupnya (migra-production rate) dan berapa kali lagi migrasi akan dilakukan oleh penduduk pada setiap kelompok umur hingga akhir hidupnya (migration expectancy) menurut provinsi.

(7)

7 1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

a. Memberikan gambaran mengenai dinamika pola migrasi internal penduduk Indonesia dengan memanfaatkan data sensus penduduk dan supas.

b. Memberikan gambaran mengenai rata-rata jumlah kegiatan migrasi yang dilakukan penduduk Indonesia sepanjang hidupnya serta berapa kali lagi migrasi akan dilakukan oleh penduduk pada masing-masing kelompok umur dan hubungannya dengan kondisi ekonomi wilayah.

2. Manfaat Pragmatis:

Memahami kecenderungan perkembangan pola migrasi penduduk secara nasional bagi pemerintah pusat dan kecenderungan arus keluar-masuk migran di daerah masing-masing bagi pemerintah daerah, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan pengaturan migrasi penduduk secara nasional dan regional.

1.5. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian terdahulu mengenai mobilitas penduduk antara lain penelitian yang dilakukan oleh Mantra pada tahun 1984 dan tahun 1988. Penelitian Mantra pada tahun 1984 menggunakan data Sensus Penduduk Tahun 1971 dan Tahun 1980, dan penelitiannya pada tahun 1988 pada dasarnya menggunakan data SUPAS 1985, namun untuk melihat tren mobilitas penduduk digunakan juga data Sensus 1971 dan 1980. Sama halnya dengan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini bersumber dari Sensus Penduduk mulai dari tahun tahun 1971 hingga 2010 yang merupakan data hasil sensus penduduk terbaru. Dalam Penelitiannya Mantra menggunakan beberapa publikasi khusus dari data SUPAS 1985, namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan data publikasi umum Sensus yang berjudul Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk, sehingga penulis tidak akan melakukan analisis terhadap karakteristik migran seperti yang dilakukan oleh Mantra (1984 dan 1988). Untuk lebih jelasnya perbedaan antara penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa metode yang digunakan pada masing-masing penelitian dalam menganalisis pola dan dinamika mobilitas/ migrasi penduduk yaitu menggunakan analisis deskriptif, komparatif, tabulasi silang dan pemetaan untuk

(8)

8 melihat pola spasialnya. Begitu juga dengan penelitian ini menggunakan metode yang sama dengan penelitian lainnya.

Muflikhah (2010) juga melakukan penelitian mengenai dinamika migrasi penduduk menggunakan data sekunder, periode data yang digunakan lebih kompleks yaitu data Sensus Penduduk Tahun 1980, 1990, 2000 dan data SUPAS tahun 1985, 1995 dan 2005. Namun, lingkup penelitian yang dilakukan oleh Muflikhah (2010) hanya pada Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saja.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan data Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010. Dengan jangka waktu pengamatan yang cukup panjang tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai dinamika migrasi penduduk dengan lingkup wilayah seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain sebelumnya adalah penelitian ini akan dilengkapi dengan analisis mengenai migraproduction rate dan angka harapan migrasi (migration expectancy).

Beberapa studi mengenai migrasi internal juga dilakukan di negara lain, misalnya India. Penelitian yang dikukan oleh R. Lusome dan R.B. Bhagat ini juga menggunakan data hasil sensus penduduk yaitu Sensus Penduduk India tahun 1971, 1981 dan tahun 2001. Metode analisis yang digunakan juga hampir sama yaitu analisis deskriptif, namun analisis yang dilakukan adalah analisis umum pada level negara India, bukan analisis migrasi antar batas wilayah administrasi tertentu. Analisis yang dilakukan ditekankan pada tipe wilayah asal dan wilayah tujuan misalnya migrasi antar daerah perdesaan, migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan, migrasi antar kota, dan migrasi dari daerah perkotaan ke daerah perdesaan dan kemudian dibedakan menjadi di dalam distrik, antar distrik dan antar negara tanpa disebutkan nama distrik ataupun negara secara signifikan.

(9)

9 Tabel 1.2 Perbandingan antara Penelitian yang Dilakukan dengan Penelitian

Sebelumnya

No Judul Penulis Tujuan Metode

Analisis Sumber Data 1. Analisis Migrasi Indonesia berdasarkan data Sensus 1971, dan 1980. Ida Bagus Mantra, Kasto, ed.

1. Meneliti arah dan arus migrasi penduduk tahun 1971-1980 2. Meneliti perubahan-perubahan

arah migrasi penduduk antara kedua sensus penduduk tersebut. 3. Memperkirakan migrasi netto

antar sensus penduduk (1971-1980) dengan memperhatikan indeks kelangsungan hidup (survival rasio index) yang diperkirakan berdasarkan tingkat kematian menurut kelompok umur penduduk di suatu daerah.

4. Menghitung besarnya migrasi 5 tahun yang lalu sebelum sensus penduduk dilaksanakan

5. Menghitung besarnya migrasi kembali.

6. Meneliti karakteristik migran untuk migrasi semasa hidup, migrasi total, migrasi kembali dan migrasi 5 tahun yang lalu.

analisis deskriptif dan komparatif Sensus 1971, dan sensus 1980. 2. Analisis Migrasi Penduduk Berdasarkan Data SUPAS 1985. Ida Bagus Mantra; Nasrudin Harahap; Sunarti

1. Mengungkap arus dan pola migrasi penduduk berdasarkan data SUPAS 1985

2. Membandingkan dengan sensus 1971 dan 1980 untuk tren perpindahan

3. Mengetahui karakteristik migran dan alasan pindah

analisis deskriptif, komparatif dan pemetaan SUPAS 1985, Sensus 1971, Sensus 1980. 3. Dinamika dan Arus Migrasi Penduduk Provinsi DIY berdasarkan Sensus 1980, 1990,2000, dan data Supas 1985, 1995, 2005. Akhati Muflikhah

1. Untuk mengetahui dinamika migrasi semasa hidup dan migrasi risen masuk dan keluar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui arus migrasi

semasa hidup dan migrasi risen masuk dan keluar di Provinsi DIY.

analisis deskriptif Sensus 1980, 1990, 2000, dan data Supas 1985, 1995, 2005.

(10)

10

No Judul Penulis Tujuan Metode

Analisis Sumber Data 4. Trends and Patterns of Internal Migration in India, 1971-2001 R. Lusome and R.B Bhagat.

1. Untuk mengetahui tren dan pola migrasi internal di India pada periode 1971-2001

2. Untuk mengetahui perubahan komposisi dalam migrasi internal 3. Untuk mengetahui perbedaan

pertumbuhan migrasi menurut jenis kelamin.

4. Untuk mengetahui perubahan arus migrasi selama periode tersebut. analisis deskriptif dan komparatif Census of India 1981, 1991, 2001. 5. Commuting Patterns and Places of Work of Canadians, 2006 Census. Minister Responsible for Statistics Canada

Untuk mengetahui pola mobilitas ulang alik (commuting) para pekerja di Canada jarak dan moda transportasi yang digunakan untuk mencapai lokasi tempat mereka bekerja. analisis deskriptif dan komparatif Canadian Census Data 2006. 6. Analisis Mobilitas Penduduk Indonesia berdasarkan Data Sensus Penduduk 1971-2010.

Heriza Leni 1. Mengetahui dinamika pola

migrasi seumur hidup

penduduk antar provinsi di Indonesia pada periode 1971-2010.

2. Mengetahui dinamika pola migrasi risen penduduk antar provinsi di Indonesia pada periode 1971-2010.

3. Mengetahui berapa kali rata-rata penduduk Indonesia melakukan migrasi sepanjang hidupnya dan berapa kali lagi migrasi akan dilakukan oleh

penduduk pada setiap

kelompok umur hingga akhir hidupnya menurut provinsi

analisis deskriptif, analisis spasial, teknik penghitungan migra-production rates dan migration expectancy Sensus Penduduk 1971-2010 1.6. Batasan Operasional

1. Dinamika adalah perubahan yang terjadi pada suatu fenomena secara terus menerus pada jangka waktu tertentu.

2. Pola adalah suatu kekhasan sebaran (distribusi) objek atau fenomena tertentu, baik berupa titik-titik, garis-garis, atau area.

3. Migrasi internal penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu provinsi ke provinsi lainnya tanpa melampaui batas administrasi negara (dalam satu negara).

(11)

11 4. Dinamika pola migrasi internal penduduk adalah perubahan yang terjadi pada pola perpindahan penduduk antar provinsi dari waktu ke waktu dalam periode penelitian.

5. Sensus Penduduk adalah kegiatan pencacahan penduduk untuk memperoleh berbagai informasi secara langsung (bukan sampel/perkiraan). Di Indonesia, Sensus Penduduk telah dilaksanakan pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990 dan 2010.

6. Migran adalah penduduk yang melakukan perpindahan tempat tinggal melewati batas wilayah provinsi dalam kurun waktu lima tahun sebelum sensus penduduk dilaksanakan.

7. Migran Seumur Hidup adalah penduduk yang pindah dari tempat lahir ke tempat tinggal sekarang tanpa melihat kapan pindahnya. Dalam teori ini migrasi diperoleh dari keterangan tempat lahir dan tempat tinggal sekarang, jika kedua keterangan ini berbeda maka termasuk migran seumur hidup.

8. Migran Risen adalah penduduk yang pernah pindah dalam kurun 5 tahun terakhir (mulai dari 5 tahun sebelum pencacahan). Keterangan ini diperoleh dari pertanyaan tempat tinggal 5 tahun yang lalu dan tempat tinggal sekarang. Jika kedua tempat berlainan maka dikategorikan sebagai migran risen.

9. Arus migrasi (migration stream) adalah jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.

10. Migration Expectancy adalah jumlah kegiatan migrasi yang diperkirakan akan

dilakukan oleh penduduk pada kelompok umur tertentu di suatu wilayah hingga sisa masa hidupnya dengan asumsi bahwa berlaku tingkat mortalitas dan tingkat migrasi secara umum.

11. Migra-production Rates adalah jumlah rata-rata migrasi yang dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 3pada sub variabel masa kerja terlihat p-value = 0,669 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti

Kedua, kendala yang dihadapi ketika pelaksanaan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika yaitu pemuda dalam rapat menganggap pendapatnya lebih baik dari pendapat orang lain,

kebij akan fiskal, k eseim bangan pendapat an nasion al t idak

Rancang Bangun Alat Pencetak Briket dan Kompor Briket (Menganalisa Pengaruh Variasi Tekanan Pencetakan Terhadap Karakteristik Thermal1. Biobriket

Menunda berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009 tentang Bentuk Formulir

Seorang Komisaris Nominee ²terlepas dari kenyataannya bahwa dia adalah organ komisaris fiktif belaka yang tidak mempunyai kewenangan apapun baik dalam pengawasan atas

However, the observation that researchers do, there are some shortcomings and problems that led to the conclusion that the use of the LAN for the processing of customer data Bank

2014 menyatakan Pelelangan Gagal dengan mengacu pada Dokumen Pengadaan Nomor : 266.2/03.LU/Pokja- I/KLP-BKP/2014 Tanggal : 8 Agustus 2014 Bab III nomor 28.7 bahwa " Apabila