• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. kerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kinerja

Konsep tentang kinerja atau prestasi kerja telah banyak dikemukakan oleh para ahli seperti Hasibuan dalam Yamin (2010), menyatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan.

Adam (1983), yang mengutip pendapat Hammer dan Orgen menjelaskan bahwa prestasi kerja atau kinerja adalah fungsi perkalian motivasi dengan kemampuan. Jika dijabarkan lebih luas, berarti prestasi kerja seseorang bergantung pada keinginan untuk berprestasi dan kemampuan yang bersangkutan untuk melakukannya. Oleh karena itu apabila ada prestasi seseorang rendah, maka ini dapat diduga mungkin akibat dari motivasi yang rendah atau kemampuannya tidak baik atau hasil kedua komponen (motivasi dan kemampuan) yang rendah.

Kinerja ialah cara melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Jadi kinerja ialah hal–hal yang dikerjakan dan cara mengerjakannya. Kinerja (prestasi kerja) ialah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara dan Prabu, 2000). Menurut Sulistiyani (2003)

(2)

kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dinilai dari hasil kerjanya.

Kinerja dapat diartikan sebagai hasil dari suatu pekerjaan yang dapat dilihat dan dirasakan. Kinerja bisa diukur melalui standar kompetensi kerja dan indikator keberhasilan yang dicapai seseorang dalam suatu jabatan/ pekerjaan tersebut (Padmowihardjo, 2010). Kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan ketiga aspek perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selama kinerja yang dimiliki petugas dengan kinerja yang dituntut oleh jabatannya terdapat kesenjangan, petugas tersebut tidak dapat berprestasi dengan baik dalam menyelesaikan tugas pokoknya.

Menurut Sastrohadiwiryo (2003), penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen/penyelia untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja dengan uraian/deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu. Menurut Susilo (2002), pengertian pengukuran kinerja merupakan suatu proses mengkuantifikasikan secara akurat dan valid tingkat efisien dan efektifitas suatu kegiatan yang telah terealisasi dan membandingkannya dengan tingkat prestasi yang direncanakan.

Adapun ketiga aspek perilaku yang dikembangkan dalam rangka memperbaiki kinerja petugas dapat dilakukan melalui pelatihan, baik pelatihan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kesenjangan yang berkaitan dengan pekerjaan petugas dalam rangka jabatannya didalam suatu organisasi diidenfikasi untuk mengetahui permasalahan nyata dari kinerja. Selanjutnya, dilakukan upaya peningkatan

(3)

kemampuan berbagai aspek tersebut dalam menunjang pekerjaan petugas (Hickerson dan Middleton dalam Sari, 2013).

2.1.1 Unsur – unsur yang dinilai

Pada umumnya unsur- unsur yang perlu diadakan dalam penilaian kinerja menurut pasal 4 PP No. 10 Tahun 1979 adalah:

1) Kesetiaan yaitu tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan serta mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. 2) Prestasi kerja yaitu kinerja yang dicapai oleh seseorang tenaga kerja dalam

melaksanankan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3) Tangung jawab, adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul resiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukan.

4) Ketaatan, merupakan kesanggupan seseorang tenaga kerja untuk menaati segala ketetapan, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan.

5) Kejujuran, adalah ketulusan hati seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

(4)

6) Kerja sama adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna yang sebesar-besarnya.

7) Prakarsa

Prakarsa merupakan kemampuan seorang karyawan untuk mengambil keputusan, langkah-langkah, serta melaksanakannya sesuai tindakan yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok, tanpa menunggu perintah atasan.

8) Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan seorang karyawan untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain, sehingga orang-orang tersebut dapat digerakan secara maksimal untuk melaksanakan tugas-tugas yang ada.

2.1.2 Tujuan penilaian kinerja

Menurut Susilo (2002), penyelenggaraan penilaian kinerja yang efektif adalah kesadaran bahwa keberhasilannya paling tidak dipengaruhi oleh masalah prosedur dan proses maupun jenis, bentuk atau sistem pencatatan standar yang digunakan. Seringkali perusahaan khususnya manajemen penilai terlalu menitik beratkan pada bagaimana penilaian yang tepat dan sangat langka yang memperhatikan bagaimana sebenarnya penilaian kinerja dilaksanakan. Tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

1) Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan jangka panjang bagi perusahaan atau instansi terkait.

(5)

2) Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam perusahaan atau instansi.

3) Alat untuk memberikan umpan balik yang mendorong kearah kemajuan dan kemungkinan memperbaiki kualitas kerja bagi para tenaga kerja.

4) Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seseorang pemegang tugas dan pekerjaan.

5) Landasan/ bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan lainnya. 2.1.3 Sistem manajemen kinerja

Menurut Randall (1996), sistem manajemen kinerja merupakan seluruh kegiatan yang mendukung pengembangan dan pemanfaatan penilaian kinerja. Sistem penilaian kinerja yang efektif umumnya menjalankan dua tujuan yaitu tujuan evaluasi yang membuat orang tahu dimana posisinya dan tujuan pengembangan yang memberikan informasi dan arahan tertentu kepada individu, sehingga dapat memperbaiki kinerjanya.

Oleh karena itu, penilaian kinerja berhubungan dengan kegiatan-kegiatan SDM lainya seperti kompensasi, promosi, perencanaan, pengembangan, dan pelatihan serta validasi sistem seleksi untuk ketaatan hukum. Meskipun terdapat berbagai pendekatan terhadap penilaian kinerja, secara umum dapat digolongkan kedalam tiga kategori besar yaitu pada norma, standar absolut dan berdasarkan output.

Manajemen sumber daya manusia harus dipandang sebagai perluasan dan pandangan tradisional untuk mengelola orang secara efektif sehingga membutuhkan

(6)

pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan mengelolanya. Oleh sebab itu penyusunan strategi SDM harus relevan terhadap penyusunan strategi bisnis yang berkualitas dan berkompetensi (Susilo, 2002).

Wibowo (2007), manajemen kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif. Manajemen kinerja memfokuskan pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer, dan pekerja untuk berhasil. Manajemen kinerja adalah bagaimana kinerja dikelola untuk memperoleh sukses. Menurut Bacal dalam Yamin (2010) memandang kinerja sebagai proses komunikasi yang dilakukan secara terus-menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Proses komunikasi merupakan suatu sistem yang memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikut sertakan, apabila manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer, dan karyawan.

2.2 Penyuluhan Pertanian

Penyuluh pertanian merupakan orang yang mengemban tugas memberikan dorongan kepada para petani agar mau merubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya yang lama dengan cara-cara yang lebih sesuai dengan perkembangan peran yang dimilikinya sebagai pendidik, pemimpin dan penasehat (Kertasapoetra, 1994).

Depertemen Pertanian Republik Indonesia (2008) mendefinisikan penyuluhan sebagai suatu upaya pemberdayaan petani dan keluarganya serta masyarakat pelaku

(7)

agribisnis terutama melalui pendidikan nonformal dibidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial, dan politik sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya, pendapatan dan kesejahteraan mereka. Sebagai kegiatan pendidikan, penyuluhan pertanian adalah upaya untuk membantu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi petani dan keluarganya, agar mereka dinamis dan berkemampuan untuk memperbaiki kehidupannya dengan kekuatan sendiri sehingga mampu mewujudkan agribisnis yang sejahtera (Badan Pengembangan Sumber daya Manusia Pertanian, 2003).

Margono Slamet (2001), mengaplikasikan konsep penyuluhan dalam konteks yang lebih luas yaitu konteks pembangunan dengan mengembangkan ilmu penyuluhan pembangunan yang didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari bagaimana pola perilaku manusia dapat berubah atau diubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan yang lama dan menggantikannya dengan perilaku baru yang berakibat kualitas kehidupan orang yang bersangkutan menjadi lebih baik.

Menurut Jabal (2003), proses pendidikan dan dorongan yang dilakukan pada penyuluhan pertanian ditujukan pada : (1) menimbulkan perubahan dalam hal pengetahuan, kecakapan, sikap dan motif tindakan kepada petani kearah tujuan yang telah ditentukan; (2) menuntun, mempengaruhi pikiran, perasaan, dan kelakuan petani kearah mencapai jarak dan tingkat semangat yang lebih baik; (3) menimbulkan dan memilihara semangat para petani supaya selalu giat memperbaiki usahataninya dan (4) membantu para petani agar mereka mampu memecahkan dan menyelasikan masalah-masalah yang dihadapinya.

(8)

Menurut Mardikato dalam Yamin (2010), tujuan penyuluhan adalah terjadinya perubahan perilaku sasarannya. Hal ini merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung dengan indera manusia. Dengan demikian, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar mereka memiliki pengetahuan, kemampuan dan kemauan serta memiliki ketrampilan dalam melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan prooduksi, pendapatan dan perbaiki kesejahteraan masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian. Dengan kata lain, penyuluhan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana pola perilaku manusia terbentuk, perilaku manusia dapat berubah atau dirubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan yang lama dan menggantikannya dengan perilaku baru yang meningkatkann kualitas kehidupan yang lebih baik.

2.2.1 Azas, tujuan dan fungsi penyuluhan pertanian

Penyuluhan pertanian diselenggarakan berazaskan, (UU No. 16 SP3K, 2006) : 1) Demokrasi, yaitu penyuluhan yang diselenggarakan dengan saling menghormati

pendapat antara pemerintah, pelaku umum dan pelaku usaha lainnya.

2) Kesetaraan, yaitu hubungan antara penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha yang harus merupakan mitra sejajar.

3) Keterpaduan, adalah penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan secara terpadu antara kepentingan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.

4) Keseimbangan, yaitu setiap penyelenggaraan penyuluhan harus memperhatikan keseimbangan antara kebijakan, inovasi teknologi dengan kearifan masyarakat

(9)

setempat, pengaruh kesetaraan gender, keseimbangan pemanfaatan sumber daya dan kelestarian lingkungan, dan keseimbangan antara kawasan yang maju dengan kawasan yang relative masih tertinggal.

5) Keterbukaan, yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang dilakukan secara terbuka antara penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha.

6) Kerjasama, yakni penyelenggaraan penyuluhan harus dselenggarakan secara sinergis dalam kegiatan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan serta sektor lain yang merupakan tujuan bersama antara pemerintah dan masyarakat. 7) Partisipatif, yakni penyeleggaraan penyuluhan yang melibatkan secara aktif pelaku

utama dan pelaku usaha serta penyuluh sejak perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

8) Kemitraan, yakni penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip saling menghargai, saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling membutuhkan antara perilaku utama dan pelaku usaha yang difasilitasi penyuluh. 9) Keberlanjutan, yakni penyelenggaraan penyuluhan dengan upaya secara

terus-menerus dan berkesinambungan agar pengetahuan, ketrampilan, serta pelaku utama dan pelaku usaha semakin baik dan sesuai dengan perkembangan sehingga dapat terwujudnya kemandirian.

10) Berkeadilan, adalah penyelenggaraan penyuluhan yang memposisikan pelaku utama dan pelaku usaha berhak mendapat pelayanan secara proporsional sesuai dengan kemampuan, kondisi, serta kebutuhann pelaku utama dan pelaku usaha.

(10)

11) Pemerataan, merupakan penyelenggaraan penyuluhan harus dapat dilaksanakan secara merata bagi seluruh wilayah Republik Indonesisa dan segenap lapisan pelaku utama dan pelaku usaha.

12) Bertanggung jawab, yakni bahwa evaluasi kinerja penyuluhan dikerjakan dengan membandingkan pelaksanaan yang telah dilakukan dengan perencanaan yang telah dibuat dengan sederhana, terukur, dapat dicapai, rasional, dan kegiatannya dapat dijadwalkan.

Tujuan sistem penyuluhan meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial, (UU No. 16 SP3K, 2006) yaitu :

1) Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan.

2) Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, pendampingan serta fasilitasi.

3) Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan gender berwawasan luas kedepan, berwawasan lingkungan, dan bertanggung jawab yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

(11)

4) Memberikan perlindunggan, keadilan, dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan.

5) Mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

Fungsi sistem penyuluhan, (UU No. 16 SP3K, 2006) yaitu : 1) Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha.

2) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya.

3) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha.

4) Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh kembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan.

5) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mmengelola usaha. 6) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian

fungsi lingkungan

7) Melembagakan nilai- nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama serta berkelanjutan.

(12)

Kelembagaan sistem penyuluhan terdiri atas kelembagaan penyuluhan pemerintah dan kelembagaan penyuluhan swasta. Kelembagaan penyuluhan pemerintah meliputi: (1) badan yang menangani penyuluhan (Bapus) di tingkat pusat, (2) Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) di tingkat provinsi, (3) Badan Pelaksanaan Penyuluhan (Bapeluh) di tingkat kabupaten/ kota dan (4) di tingkat kecamatan berbentuk badan Penyuluhan Pertanian (BPP). Kelembagaan penyuluhan tingkat swasta dapat dibentuk oleh pelaku usaha dengan memperhatikan kepentingan pelaku utama serta pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan setempat. Kelembagaan penyuluh swadaya dapat dibentuk atas dasar kesepakatan antara pelaku utama dan pelaku usaha. Kelembagaan penyuluhan pada tingkat desa/kelurahan berbentuk pos penyuluhan desa/kelurahan yang bersifat non struktural, (UU No. 16 SP3K, 2006).

2.2.3 Program penyuluhan

Definisi program penyuluhan pertanian menurut undang – Undang No. 16 Tahun 2006 adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujaun penyuluhan. Inti program adalah rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang disusun melalui sebuah lokakarya partisipatif berdasarkan potensi wilayah dan masalah/kebutuhan petani serta dukungan instansi/ pihak terkait. Isi program ini adalah kegiatan – kegiatan utama dalam penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di wilayah kerja penyuluhan pertanian selama satu tahun (Badan Pengembangan Sumber Daya Pertanian, 2009).

(13)

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian di wilayah kerja penyuluhan pertanian (WKPP) oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) dapat berjalan dengan baik, apabila pelaksanaannya berpedoman pada program penyuluhan pertanian. Program penyuluhan pertanian dibuat setelah penyuluh mengetahui gambaran umum tentang kondisi dan situasi usahatani yang dilakukan di perdesaan terutama mengenai masalah–masalah yang dihadapi oleh para petani, sehingga dapat diprioritaskan kegiatan penyuluh tersebut (Kertasapoetra, 1994).

Menurut Jabal (2003), sinkronisasi program penyuluhan pertanian dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi penyuluhan pertanian meliputi: (1) melakukan kegiatan penyuluhan untuk mengembangkan kemampuan petani/nelayan dalam menguasai materi penyuluhan, (2) memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, (3) berusahatani lebih menguntungkan dan (4) membina kehidupan berkeluarga yang sejahtera.

2.3 Kelompok Tani

Menurut Sherif dalam Yamin (2010), kelompok sosial adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua individu atau lebih yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut.

Departemen pertanian Republik Indonesia (2008), kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan

(14)

serta mengembangkan usaha anggota. Jumlah anggota kelompok tani terdiri atas 20-25 orang atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat dan usahataninya yang dipimpin oleh seorang ketua.

2.4 Penyelenggaraan Program Usaha Mina Perdesaan Perikanan Budidaya (PUMP - PB)

2.4.1 Tujuan, sasaran dan indikator keberhasilan PUMP – PB

PUMP – PB bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha dan kesejahteraan, pengembangan wirausaha anggota kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) serta meningkatnya kualitas lingkungan. Sasaran PUMP –PB yaitu berkembangnya kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) di kabupaten atau kota.

Indiktor keberhasilan outputantara lain:

1. Tersalurnya bantuan langsung masyarakat (BLM) kepada kelompok pembudidaya ikan (pokdakan).

2. Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kelembagaan pokdakan melalui sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan penyuluhan.

Sedangkan indikator outcome yaitu meningkatkan produksi, pendapatan, dan pertumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan serta meningkatnya kualitas lingkungan didalam kelompok mandiri.

2.4.2 Pola dasar dan strategi pelaksanaan PUMP – PB a. Pola dasar

Pola dasar PUMP – PB dirancang untuk meningkatkan kemampuan pokdakan untuk mengembangkan usaha produktif dalam rangka mendukung peningkatan

(15)

produksi, kemampuan dan pendapatan, peyerapan tenaga kerja dan penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan.

Untuk mencapai tujuan di atas, komponen utama pengembangan PUMP-PB adalah:

1. Keberadaan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan); 2. Keberadaan tenaga pendamping;

3. Sosialisasi, pelatihan, penyuluhan/ pendampingan, dan lokakarya; 4. Penyaluran dana bantuan langsung masyarakat (BLM);

5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Gambar 2.1

Pola Dasar Pelaksanaan PUMP – PB (PERMEN-KP NO. 2, 2013) b. Strategi dasar dan strategi pelaksanaan

Strategi dasar PUMP – PB adalah :

MenteriKelautandanPerikanan Tim Koordinasi KelompokKerja Tim Koordinasi Tim Pembina

Tim Koordinasi Tim

Teknis

Tim Koordinasi Penyaluran

BLM

Tim Koordinasi POKDAKAN

Tim Koordinasi

Tenaga Pendamping

(16)

1. Peningkatan kemampuan kelembagaan pokdakan dalam mengelola BLM, 2. Optimalisasi potensi usaha kelautan dan perikanan di perdesaan

3. Fasilitasi bantuan usaha bagi kelompok budidaya ikan

4. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia tenaga pendamping dan kelompok pembudidaya ikan melalui pembekalan dan pelatihan/penyuluhan

5. Pendampingan pokdakan dalam manajemen usaha, pemanfaatan teknologi dan kemitraan serta peningkatan kualitas lingkungan dan sumber daya.

Strategi operasional PUMP – PB adalah:

1. Sosialisasi tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten / Kota 2. Rekruitmen tenaga pendamping

3. Penyiapan sumber daya manusia melalui pelatihan teknis dan manajemen usaha untuk tenaga pendamping

4. Identifikasi calon kelompok pembudidaya ikan penerima BLM oleh tenaga pendamping untuk kemudian dilakukan seleksi, verifikasi dan selanjutnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal terkait selaku penanggung jawab program melalui keputusan Direktur Jenderal.

5. Verifikasi RUB PUMP – PB oleh tenaga pendamping dan tim teknis sebagai dasar pengusulan pencairan BLM.

2.4.3 Kriteria seleksi pokdakan penerima PUMP – PB

Kriteria umum pokdakan penerima PUMP – PB adalah : 1. Kelompok pembudidaya ikan merupakan kelompok usaha mikro

(17)

2. Pengurus dan anggota bukan perangkat desa/kelurahan, PNS, TNI/Polri, dan penyuluhan perikanan Tenaga Kontrak (PPTK)

3. Berada dalam satu desa yang sama atau desa yang berdekatan 4. Terdaftar di dinas kabupaten/ kota

5. Setiap anggota kelompok tidak boleh menerima lebih dari satu BLM PUMP – PB

6. Kelompok harus memiliki anggota baru yang merupakan tambahan kerja baru (minimal sebanyak 20% dari jumlah anggota).

2.4.4 Tugas penyuluh pendamping

Tenaga pendamping terdiri dari penyuluh perikanan PNS dan/ atau PPTK (Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak).

Tenaga pendamping mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Membantu tim teknis melakukan identifikasi dan seleksi Kelompok pembudidaya ikan calon penerima BLM

2. Melakukan identifikasi kelayakan kelompok pembudidaya ikan calon penerima BLM

3. Memberikan bimbingan manajemen usaha perikanan kepada kelompok

4. Membantu dan mendampingi kelompok dalam penyusunan RUB dan dokumen administrasi lainnya

5. Membantu memfasilitasi kemudahan akses kelompok terhadap permodalan usaha, sarana produksi, teknologi dan pasar.

(18)

6. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok pembudidaya ikan

7. Fasilitasi penguatan kelembagaan kelompok pembudidaya ikan 8. Pendampingan manajemen, teknis dan pemasaran

9. Membantu kelompok pembudidaya ikan dalam membuat laporan perkembangan 10. Membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan pendampingan setiap bulan kepada

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu tanaman di Indonesia yang sering digunakan sebagai bahan pengobatan alami yaitu daun kucai.Tanaman kucai (Allium schoenoprasum L.).daun dari tanaman kucai

Jadi, metode dakwah adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum maksimalnya implementasi kebijakan tentang pengelolaan perpustakaan oleh pegawai perpustakaan dalam upaya meningkatkan minat

Kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di madrasah dapat dimulai dari proses rekrutmen sumber daya manusia termasuk guru dan staf, membentuk tim kerja yang solid

Hasil uji analisis korelasi ketinggian dan kemiringan lereng terhadap berat biji basah pada Tabel 5, ketinggian menunjukan hubungan keeratan yang sangat lemah dengan

Kisah Daniel beritahukan bahwa kita harus memiliki suatu kasih yang baru kepada Allah - kasih tidak pernah berkesudahan, kasih yang akan rela untuk korbankan apapun. Kotak A

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Paparan Karbon Monoksida

Majene dalam menyelesaikan soal dalam pokok bahasan program linear berada pada kategori sedang, dengan kemampuan memahami masalah berada pada kategori tinggi yaitu