• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT SERANGAN

WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.)

BERDASARKAN FAKTOR IKLIM

(Studi Kasus : 10 Kabupaten Endemik di Provinsi Jawa Barat)

SYAHRU ROMADHON

G24103044

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ANALISIS TINGKAT SERANGAN

WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.)

BERDASARKAN FAKTOR IKLIM

(Studi Kasus : 10 Kabupaten Endemik di Provinsi Jawa Barat)

OLEH :

SYAHRU ROMADHON

G24103044

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Program Studi Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Menyetujui :

Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

NIP. 131473999

Mengetahui :

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

NIP. 131473999

Tanggal Lulus :

Judul

:

Analisis Tingkat Serangan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata

lugens Stal.) Berdasarkan Faktor Iklim

(Studi Kasus : 10 Kabupaten Endemik di Provinsi Jawa Barat)

Nama

:

Syahru Romadhon

(4)

ABSTRAK

SYAHRU ROMADHON. Analisis Tingkat Serangan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens

Stal.) Berdasarkan Faktor Iklim (Studi Kasus : 10 Kabupaten Endemik di Provinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh YONNY KOESMARYONO.

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan berbagai faktor iklim dengan tingkat serangan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal) sebagai landasan prediksi serangan WBC di wilayah Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2007 di Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA-IPB.

Wereng Batang Coklat (WBC) merupakan salah satu hama yang sangat penting pada tanaman padi, terutama di wilayah Asia Pasifik yang serangannya sporadis dan sangat merusak pertanaman padi. Hama ini mampu membentuk populasi cukup besar dalam waktu singkat dan merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan. Kerusakan tanaman disebabkan oleh kegiatan makan dengan menghisap cairan sel tanaman.

Iklim dan cuaca telah diketahui pengaruhnya terhadap kehidupan dari serangga sejak dua setengah abad yang lalu, tetapi penelitian mengenai hal itu baru dilakukan 80 tahun kemudian. Iklim dan cuaca memiliki peranan penting baik langsung maupun tidak langsung pada penyebaran, pemencaran, kelimpahan, dan perilaku serangga, termasuk WBC .

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa setiap kabupaten endemik WBC memiliki fluktuasi faktor iklim yang mempengaruhi luas serangan yang berbeda-beda tiap bulannya tergantung pada stadia WBC. Kabupaten Cirebon, Indramayu, Karawang dan Subang merupakan kabupaten yang terserang WBC paling sering dan paling luas. Setiap kabupaten endemik juga memiliki koefisien determinasi (R2) yang bervariasi berdasarkan faktor iklimnya. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh relatif kecil disebabkan oleh faktor data luas serangan WBC yang hanya menyerang pada bulan-bulan tertentu. Setiap stadia (fase) hidup WBC mendapat pengaruh faktor iklim yang berbeda-beda pada tiap kabupaten.

Jika dikelompokkan berdasarkan curah hujan dan ketinggiannya, di dataran rendah (0-100 mdpl) serangan WBC cenderung terjadi di musim hujan, sedangkan di dataran tinggi (>300 mdpl) serangan WBC cenderung terjadi di musim kemarau.

Dari hasil analisis diketahui faktor iklim yang paling dominan dalam mempengaruhi luas serangan berturut-turut adalah curah hujan musim hujan, suhu maksimum, curah hujan musim kemarau, kelembaban udara, suhu rata-rata dan suhu minimum. Fase WBC yang paling dipengaruhi faktor iklim secara umum adalah telur dan imago. Kabupaten endemik yang faktor iklimnya berperan paling besar terhadap luas serangan menurut analisis regresi linier berganda adalah kabupaten Sukabumi yang keeratannya mencapai 26.6% pada waktu tunda dua bulan (stadia telur). Hal ini dapat disebabkan faktor lain, khususnya tata cara pengolahan pertanian termasuk teknik pengendalian WBC di kabupaten ini tidak seketat pengendalian di kabupaten-kabupaten di wilayah Pantura yang luas serangannya lebih besar, sehingga pengaruh faktor iklim lebih kuat.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Mei 1986 sebagai anak keenam dari enam bersaudara, anak dari pasangan Bapak Sukaryanto dan Ibu Daryati..

Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SMUN 35 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis berhasil masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Berkaitan dengan salah satu mata kuliah wajib mahasiswa Program Studi Meteorologi, penulis melakukan kegiatan Praktek Lapang di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Departemen Pertanian Jakarta dari bulan Juli-Agustus 2006.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini. Untuk itulah, penulis hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu. Terutama untuk :

1. Kedua orangtua, bapak dan ibu yang telah memberikan kasih sayang dan doa tulus yang tiada hentinya untuk penulis, serta seluruh keluarga yang telah mendukung apa yang dilakukan oleh penulis.

2. Bapak Prof.Dr.Ir.Yonny Koesmaryono, MS sebagai pembimbing skripsi atas bantuan, konsultasi, saran, bimbingan dan nasehat yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi, dan juga sebagai pembimbing akademik selama penulis menyelesaikan studi di IPB. 3. Bapak Ir.Impron, M.Agr,Sc dan bapak Dr.Ir.Imam Santosa, MS yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menjadi penguji dalam sidang skripsi.

4. Bapak I Putu Santikayasa,S.Si,M.Sc atas bimbingannya dalam menyelesaikan laporan Praktek Lapang, serta seluruh dosen pengajar di Departemen GFM atas ilmu-ilmu yang telah diberikan selama ini.

5. Bapak Dedi Saefuddin beserta staf UPTD BPTPH Provinsi Jawa Barat di Bandung dan juga BMG Darmaga untuk penyediaan data-data yang dibutuhkan penulis.

6. “Ateu” Eva Nurhayati, teman setia selama penelitian. Terima kasih untuk kebersamaan dalam mencari data, canda tawa serta saling bertukar pikiran.

7. My second family di Wisma Aulia : ”Mamah” Qq, “Om” Kolay, “Papa” Latief untuk semua bantuan, dukungan, cerita-cerita dan candatawa. Bapak dan ibu Marmo serta teman-teman lainnya di Wisma Aulia terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya. 8. Kakak-kakak kelas: K’Ferly untuk konsultasi jarak jauhnya, A Erwin untuk saran-

sarannya, K’Linda untuk buku hamanya, K’Away untuk pinjaman laptopnya selama seminar dan sidang, K’Ipit, K’Nita dan K’Lupi untuk cerita-ceritanya, “Paman” Samba untuk cerita dan candaannya, serta kakak-kakak lainnya yang telah memberikan bantuan. 9. Teman-teman seangkatan GFM 40, terima kasih untuk segala kebersamaan, cerita-cerita

dalam suka dan duka selama empat tahun ini. Ayo tetap semangat!!!

10. Staf administrasi Departemen GFM: Mas Azis, Pa Toro, Bu Inda, Pa Djun, Pa Pono, Pa Udin, Mba Wanti dan Mba Icha, terimakasih untuk segala bantuannya.

11. Staf di dekanat FMIPA IPB : Bu Fitri, Pa Sudin, Pa Maman dan yang lainnya. Terima kasih untuk bantuannya.

12. Pa Aris Pramudia dan teman-reman di lab Agromet, serta terima kasih juga untuk semua orang yang telah memberikan bantuan baik moril dan imateriil namun penulis tidak dapat sebutkan satu persatu disini.

Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kelemahan dalam tulisan ini, saran dan masukannya sangat dihargai. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi orang lain. Terima Kasih.

Bogor, Agustus 2007

(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... vi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Asumsi ... 1 1.3 Tujuan ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) ... 2

2.2 Unsur-unsur Iklim yang Berpengaruh pada Serangga dan Wereng Batang Coklat.. 3

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat... 5

3.2 Bahan dan Alat... 5

3.3 Metode... 5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Wilayah Kabupaten Endemik WBC di Provinsi Jawa Barat... 6

4.2 Uji Koefisien dalam Penentuan Peubah Suhu yang Signifikan Terhadap Luas Serangan ... 23

4.3 AnalisisPerbandingan Hubungan Faktor Iklim dengan Luas Serangan WBC Berdasarkan Ketinggian ... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(8)

iii

DAFTAR TABEL

No. Hal.

Tabel 1. Kabupaten Endemik WBC di Provinsi Jawa Barat ... 5

Tabel 2. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005

di Kabupaten Bekasi ... 6

Tabel 3. Nilai R2 Luas Serangan versus Faktor Iklim di Kabupaten Bekasi ... 6

Tabel 4. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005

di Kabupaten Cianjur ... 8

Tabel 5. Nilai R2 Luas Serangan versus Faktor Iklim di Kabupaten Cianjur... 8

Tabel 6. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005

di Kabupaten Cirebon ... 10

Tabel 7. Nilai R2 Luas Serangan versus Faktor Iklim di Kabupaten Cirebon ... 10

Tabel 8. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005

di Kabupaten Garut ... 11

Tabel 9. Nilai R2 Luas Serangan versus Faktor Iklim di Kabupaten Garut... 11

Tabel 10. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005 di Kabupaten Indramayu... 13

Tabel 11. Nilai R2 Luas Serangan versus Faktor Iklim di Kabupaten Indramayu ... 13

Tabel 12. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005 di Kabupaten Karawang ... 14

Tabel 13. Nilai R2 Luas Serangan versus Faktor Iklim di Kabupaten Karawang ... 14

Tabel 14. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005 di Kabupaten Majalengka ... 15

Tabel 15. Nilai R2 Luas Serangan versus Faktor Iklim di Kabupaten Majalengka... 16

Tabel 16. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005 di Kabupaten Subang ... 17

Tabel 17. Nilai R2 Luas Serangan versus Faktor Iklim di Kabupaten Subang... 18

Tabel 18. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005 di Kabupaten Sukabumi... 19

Tabel 19. Nilai R2 Luas Serangan versus Faktor Iklim di Kabupaten Sukabumi... 19

Tabel 20. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005 di Kabupaten Tasikmalaya ... 21

Tabel 21. Nilai R2 Luas Serangan versus Faktor Iklim di Kabupaten Tasikmalaya ... 21

Tabel 22. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda antara Luas Serangan

dan Lima Faktor Iklim yang Berperan Terhadap Luas Serangan... 23

Tabel 23. Hasil Analisis Faktor Iklim yang Paling Berperan Terhadap Luas Serangan.... 23

(9)

iv

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

Gambar 1. Padi hopperburn akibat serangan WBC ... 2

Gambar 2. Telur WBC ... 2

Gambar 3. Nimfa WBC ... 3

Gambar 4. Imago makroptera dan brakhiptera WBC... 3

Gambar 5. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Maksimum di Kabupaten Bekasi (kuadratik) ... 7

Gambar 6. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum di Kabupaten Bekasi (kuadratik) ... 7

Gambar 7. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata di Kabupaten Bekasi (kuadratik) ... 7

Gambar 8. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara di Kabupaten Bekasi (kuadratik) ... 7

Gambar 9. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan di Kabupaten Bekasi (linier)... 7

Gambar 10. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Maksimum di Kabupaten Cianjur (kuadratik) ... 8

Gambar 11. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum di Kabupaten Cianjur (kuadratik) ... 9

Gambar 12. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata9 di Kabupaten Cianjur (kuadratik) ... 9

Gambar 13. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara di Kabupaten Cianjur (kuadratik) ... 9

Gambar 14. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan di Kabupaten Cianjur (linier)... 9

Gambar 15. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Maksimum di Kabupaten Cirebon (kuadratik) ... 10

Gambar 16. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum di Kabupaten Cirebon (kuadratik) ... 10

Gambar 17. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata di Kabupaten Cirebon (kuadratik) ... 10

Gambar 18. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara di Kabupaten Cirebon (kuadratik) ... 11

Gambar 19. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan di Kabupaten Cirebon (linier)... 11

Gambar 20. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Maksimum di Kabupaten Garut (kuadratik)... 12

Gambar 21. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum di Kabupaten Garut (kuadratik)... 12

Gambar 22. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata di Kabupaten Garut (kuadratik)... 12

Gambar 23. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara di Kabupaten Garut (kuadratik)... 12

Gambar 24. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan di Kabupaten Garut (linier)... 12

Gambar 25. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Maksimum di Kabupaten Indramayu (kuadratik) ... 13

Gambar 26. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum di Kabupaten Indramayu (kuadratik) ... 13

Gambar 27. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata di Kabupaten Indramayu (kuadratik) ... 13

Gambar 28. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara di Kabupaten Indramayu (kuadratik) ... 14

Gambar 29. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan di Kabupaten Indramayu (linier) ... 14

Gambar 30. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Maksimum di Kabupaten Karawang (kuadratik) ... 15

(10)

v

Gambar 31. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum

di Kabupaten Karawang (kuadratik) ... 15 Gambar 32. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata

di Kabupaten Karawang (kuadratik) ... 15 Gambar 33. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara

di Kabupaten Karawang (kuadratik) ... 15 Gambar 34. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan

di Kabupaten Karawang (linier) ... 16 Gambar 35. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Maksimum

di Kabupaten Majalengka (kuadratik)... 16 Gambar 36. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum

di Kabupaten Majalengka (kuadratik)... 17 Gambar 37. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata

di Kabupaten Majalengka (kuadratik)... 17 Gambar 38. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara

di Kabupaten Majalengka (kuadratik)... 17 Gambar 39. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan

di Kabupaten Majalengka (linier)... 17 Gambar 40. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Maksimum

di Kabupaten Subang (kuadratik)... 18 Gambar 41. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum

di Kabupaten Subang (kuadratik)... 18 Gambar 42. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata

di Kabupaten Subang (kuadratik)... 18 Gambar 43. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara

di Kabupaten Subang (kuadratik)... 19 Gambar 44. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan

di Kabupaten Subang (linier)... 19 Gambar 45. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Maksimum

di Kabupaten Sukabumi (kuadratik)... 20 Gambar 46. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata

di Kabupaten Sukabumi (kuadratik)... 20 Gambar 47. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum

di Kabupaten Sukabumi (kuadratik)... 20 Gambar 48. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara

di Kabupaten Sukabumi (kuadratik)... 20 Gambar 49. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan

di Kabupaten Sukabumi (linier) ... 21 Gambar 50. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Maksimum

di Kabupaten Tasikmalaya (kuadratik) ... 21 Gambar 51. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum

di Kabupaten Tasikmalaya (kuadratik) ... 22 Gambar 52. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata

di Kabupaten Tasikmalaya (kuadratik) ... 22 Gambar 53. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara

di Kabupaten Tasikmalaya (kuadratik) ... 22 Gambar 54. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan

Referensi

Dokumen terkait

Segenap dosen Prodi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo yang telah memberikan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis

a) Periode pengumpulan; pada tahapan ini dikumpulkan data sebanyak mungkin dengan berbagai instrument yang memungkinkan dilakukan seperti, wawancara dengan menggunakan

Pengaruh Sistem Seleksi Calon Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri..

pendapatan daerah melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, penyusunan rencana pendapatan asli daerah, bagi hasil dan lain-lain pendapatan daerah yang sah,

dicuci dengan akuades, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 120 °C selama 3 jam dilanjutkan kalsinasi pada suhu 550 °C dengan aliran gas N2, dioksidasi pada.. suhu 350 °C

Melalui diskusi, tanya jawab, penugasan, dan presentasi peserta didik dapat memahami melalui penerapan tentang ruang lingkup biologi (permasalahan pada

“Ragu - ragu” dengan indeks persentase sikap pada level “cukup” kemudian meningkat setelah mengikuti kegiatan menjadi masuk ke dalam kriteria “yakin”.

2 Mendukung kegiatan pada tingkat pusat maupun daerah untuk membangun dan mengembangkan sektor kelautan dan perikanan yang berkelanjutan sesuai dengan prinsip Ekonomi Biru. 3