• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IMPLEMENTASI STRATEGI GLOBAL LAYERING PADA JARINGAN 2G GSM 900/1800 (STUDI KASUS PT. TELKOMSEL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH IMPLEMENTASI STRATEGI GLOBAL LAYERING PADA JARINGAN 2G GSM 900/1800 (STUDI KASUS PT. TELKOMSEL)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 E 31

PENGARUH IMPLEMENTASI STRATEGI GLOBAL LAYERING PADA JARINGAN 2G

GSM 900/1800 (STUDI KASUS PT. TELKOMSEL)

Nur Azis Salim

Jurusan Teknik Elektro FT UGM

Jalan Grafika 2 Yogyakarta 55281 INDONESIA

email : aziesta@gmail.com

ABSTRAK

Perkembangan dunia telekomunikasi belakangan ini semakin pesat diikuti dengan semakin tingginya jumlah pengguna dan tingkat persaingan operator, oleh karena itu dibutuhkan suatu upaya optimasi untuk menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi. Optimasi dilakukan dengan tujuan menjaga dan meningkatkan performa jaringan, dalam penelitian ini performa yang yang akan dianalisis adalah accessibility, retainability dan integrity yang diwakili dalam 5 KPI (key performance Indicator).

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menemukan seberapa jauh pengaruh implementasi strategi global layering pada jaringan 2G GSM 900 dan GSM 1800 terhadap performa jaringan GSM. Strategi optimasi yang dibahas dalam penelitian ini adalah strategi global layering. Implementasi dari strategi global layering melibatkan semua cell yang ada dalam suatu wilayah dengan memprioritaskan trafik ke jaringan GSM 1800 daripada ke jaringan GSM 900 baik dalam kondisi idle maupun dedicated.

Hasil penelitian menunjukkan pada lima KPI yang dijadikan ukuran, 4 KPI mengalami kenaikan performa yang siginifikan dan hanya KPI DL TBF establishment success rate yang mengalami degradasi, hal ini disebabkan penanganan trafik data yang tidak seimbang antara GSM 900 dan GSM 1800.

Kata kunci : 2G GSM, optimasi, global layering, key performance Indicator.

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia telekomunikasi belakangan ini semakin pesat, diikuti dengan meningkatnya jumlah pengguna dan tuntutan akan jaringan telekomunikasi yang berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan suatu upaya untuk menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi.

Saat ini pada jaringan 2G GSM trafik yang ada dilayani oleh dua jenis jaringan, yaitu GSM 900 dan GSM 1800. Pelayanan trafik saat ini lebih diprioritaskan untuk dilayani oleh GSM 1800, baik dalam kondisi idle (kondisi sebelum pengguna melakukan panggilan) maupun dedicated (kondisi ketika pengguna sedang melakukan panggilan).

Performa jaringan 2G GSM dijaga dan ditingkatkan dengan kegiatan optimasi pada masing-masing operator seluler, tolok ukur performa jaringan atau key performance indicator (KPI) ini diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu

Accessibility, Retainability dan Integrity. Accessibility.

Kegiatan optimasi yang sudah dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan performa jaringan saat ini meliputi optimasi secara fisik, perubahan pengaturan parameter dari planning awal, atau perpaduan dari keduanya.

Pada penelitian VenkataSai Sireesha, Dr.S.Varadarajan, Vivek and Naresh (2011) fokus optimasi meningkatkan KPI call success rate. Optimasi dilakukan berdasarkan data keluhan pelanggan, analisis data drive test, dan performa

cell yang paling buruk. Optimasi dilakukan dengan

cara mengubah beberapa parameter dan frekuensi

cell, merekomendasikan cell baru, dan

merekomendasikan perubahan arah dan derajat kemiringan antena. Kendala yang dihadapi adalah KPI yang dijadikan patokan hanya 1 saja, sama seperti penelitian oleh Syed Imran Basha, Idrish Shaik (2013) yang fokus hanya pada KPI handover

success rateI. Kendala yang dihadapi adalah KPI

yang dijadikan patokan hanya 1 saja, dan menjadi mahal dan lama apabila sampai terjadi rekomendasi

cell baru dan mengubah posisi antenna

Sedangkan menurut Mudassar Ali, Asim Shehzad, Dr. M.Adeel Akram (2010) dan Bilal haider, M.Zafrullah, M.K. Islam (2009), optimasi dilakukan dengan kombinasi perubahan parameter & fisik, penelitian ini mengoptimasi cell-cell berdasarkan dengan performa per KPI paling buruk dalam suatu wilayah, keluhan pelanggan, dan detail data statistik performa cell dan drive test. Optimasi dilakukan dengan cara mengaudit semua

parameter terkait dengan cell, audit tersebut

mencakup neighbour list audit, BCCH dan

frequency hoping audit, radio performance audit, sites physical parameter dan RF parameter audit.

Kendala yang dihadapi dalam optimasi ini adalah dibutuhkan waktu yang lebih lama, dikarenakan langkah-langkah optimasi yang sangat banyak dan informasi data pada awal optimasi melibatkan tiga variable.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada kegiatan optimasi sebelumnya, maka diperlukan suatu terobosan optimasi baru yang bersifat global, memperhatikan peningkatan atau penurunan semua KPI yang ada,. Salah satu strategi optimasi yang

(2)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 E 32 dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan

optimasi sebelumnya adalah strategi global layering.

Strategi ini dipilih karena penerapan layering tidak memerlukan tambahan biaya, penambahan perangkat keras atau perangkat lunak dan hanya mengandalkan sumber daya yang telah ada. Selain itu eksekusi perubahan parameter juga dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, dan jika terjadi degradasi performa di suatu cell maka perubahan pengaturan parameter ke pengaturan sebelumnya dapat dilakukan dalam waktu yang cepat.

METODE PENELITIAN

Bertolak dari masalah dan tujuan penelitian maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka dengan mengambil data-data pelaporan OSS statistik yang telah diproses oleh vendor terkait.

Model eksperimen dipilih dengan alasan untuk mengetahui seberapa signifikan perubahan performa jaringan 2G GSM 900 dan GSM 1800 pada PT. Telkomsel sebelum dan sesudah dilakukan implementasi strategi global layering. A. Alat Penelitian

Alat yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini adalah Microsoft access, Microsoft excel, Mapinfo dan OSS tools. Perangkat lunak Microsoft access dan Microsoft excel berfungsi sebagai database dan perangkat untuk mengolah data yang ada. Sedangkan Mapinfo merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan pemetaan dan analisis sebelum dan sesudah implementasi dilakukan.

OSS tools sendiri merupakan perangkat yang terdiri dari beberapa perangkat lunak, perangkat tersebut adalaha putty, tang, dan Netact. Fungsi dari OSS tools adalah untuk alat dalam pengambilan data dan sebagai alat untuk melakukan eksekusi perubahan parameter.

Alat penunjang lainya yang mendukung terselenggaranya penelitian ini dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Komputer dengan spesifikasi cukup untuk menjalankan perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan penarikan data dan eksekusi perubahan parameter.

2. VPN yang berfungsi sebagai koneksi dalam melakukan proses penarikan data maupun eksekusi perubahan parameter.

B. Bahan Penelitian

Bahan yang dibutuhkan dalam menunjang penelitian ini adalah keadaan jaringan sebelumya, performa jaringan, serta data-data pendukung analisis pada PT Telkomsel di area OUTER JABODETABEK.

Data-data yang menunjang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Gcell data 2. KPI Tinem 3. TQM 4. ND 916 5. ND 153 6. ND 232 7. Alarm C. Jalan Penelitian

Skenario pada penelitian ini, dapat digambarkan pada diagram alir yang terdapat pada Gambar 3.1 KPI OK? Analisis dan optimasi Eksekusi strategi global layering Perhitungan atau penentuan baseline Pengumpulan Data Awal dan observasi Mulai Stop Penentuan parameter yang diubah Pembuatan script perubahan parameter Y N

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Berikut penjelasan masing-masing tahap pada Gambar 3.1 :

1. Pengumpulan data awal dan observasi

Pengumpulan dan pengamatan data KPI sebelum implementasi global layering

dilakukan untuk mengetahui tren dari performa yang ada di suatu wilayah dan menganalisisnya. Hal lain yang dilakukan adalah pencekan kondisi perangkat keras. 2. Perhitungan atau penentuan baseline Pada penelitian ini baseline yang digunakan adalah nilai rata-rata KPI pada minggu ke 26, nilai

baseline dipilih karena eksekusi terakhir perubahan

parmeter di cluster CIBINONG CIKARANG pada hari terkahir minggu ke 26. Berikut nilai baseline yang diambil dari minggu ke 26 ditunjukkan pada Tabel 3.1

(3)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 E 33 Tabel 3.1 Nilai baseline cluster CIBINONG

CIKARANG

KPI Nilai Baseline (%)

SDSR 94.72352838

TDR 0.932200897

HOSR 96.99146929

TBF Establishment Success Rate 99.42025616

TCH Blocking 0.498238536

3. Penentuan parameter yang diubah

Pada tahap ini menentukan detail parameter yang akan di ubah, parameter tersebut meliputi BTS parameter yang mengatur masalah idle/cell reselection, HOC parameter yang mengatur kontrol handover, dan ADCE parameter yang mengatur masalah neighbor

parameter.

4. Pembuatan script perubahan parameter Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan

script untuk proses eksekusinya dan script fallback.

5. Eksekusi strategi global layering

Waktu implementasi dimulai pada tanggal 26 juni 2011 atau akhir minggu ke 26 dan berakhir pada tanggal 1 agustus 2011. Total

cell berjumlah 1098 cell, dengan komposisi

680 (62%) cell yang menggunakan sistem GSM 900 dan 418 (38%) cell yang menggunakan sistem GSM 1800. Detail distribusi cell per BSC ditunjukkan pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Data distribusi cell per BSC

BSC T o ta l C el l GS M 9 0 0 GS M 1 8 0 0 IG ( in d o o r GS M 9 0 0 ) IG ( in d o o r GS M 1 8 0 0 ) IG ( o u td o o r GS M 1 8 0 0 ) CARIU 151 114 36 CIKARANG3 163 87 75 1 CKRNG_HC 216 120 87 1 6 2 STA_DEPOK 148 93 54 1 TGCIBINONG 151 84 66 1 TGCIBINONG2 108 69 39 TGCIBINONG3 162 111 48 3

Peta daerah, posisi cell, dan batas tiap BSC pada

cluster CIBINONG CIKARANG yang menjadi

tempat strategi global layering ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Area JABODETABEK LUAR untuk implementasi strategi global layering 6. Analisis dan Optimasi

Setelah implementasi selesai dieksekusi oleh tim OSS, maka dari KPI akan terlihat tren peningkatan atau penurunan performa di level

cluster atau BSC pada suatu jenis KPI

tertentu.

Proses optimasi setelah implemantasi dilakukan secara umum ditunjukkan pada diagram alir pada gambar 3.3

KPI OK? Eksekusi parameter baru Analisis degradasi Menentukan kontributor degradasi Mulai Stop Porpose Tune Parameter Y N Cek Hardware OK Ekskalasi ke BSS Hardware OK? NOK NOK OK

Gambar 3.2 Diagram alir proses optimasi pasca implentasi global layering

Berikut penjelasan masing-masing tahap pada Gambar 3.2 :

Menentukan kontibutor degradasi

Langkah awal adalah menentukan contributor degradasi dari BSC dan kemudian dilanjutkan ke

cell level.

1. Analisis degradasi

Pada tahap ini yang harus dilakukan pertama kali adalah memeriksa kondisi perangkat keras, jika tidak ada masalah maka dilanjutkan

(4)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 E 34 dari sisi parameter dengan menggunakan

data-data pendukung analisis. 2. Propose tune parameter

mempersiapkan setting parameter yang baru untuk mengatasi penurun performa yang terjadi.

3. Eksekusi parameter baru

Langkah terakhir adalah mengeksekusi

propose setting parameter yang baru dan

mengamati hasilnya. Jika hasilnya belum maksimal maka kembali lagi ke langkah analisis degradasi.

DATA DAN PEMBAHASAN

Dari hasil Impelemntasi global layering penentuan nilai baseline adalah rata-rata nilai KPI pada minggu ke 26 seperti tercantum pada table 3.8. Sedangkan minggu untuk penentuan hasil akhir dipilih pada minggu ke 31, hal ini di karenakan pada minggu-minggu sebelum itu terdapat masalah kerusakan perangkat ataupun masalah tranmisi jaringan. Selain itu dalam rentang waktu minggu ke 27 sampai minggu ke 31 juga di manfaatkan untuk optimasi cell level, dan pada minggu ke 31 semua kegiatan optimasi cell level sudah selesai.

Berikut detail KPI setelah implentasi;

Tabel 4.1 Perbandingan performa pada cluster sebelum dan sesudah implementasi

KPI minggu 26 minggu 31 Remark SDSR 94.72 94.98 Improved TDR 0.93 0.83 Improved HOSR 96.99 97.87 Improved DL TBF Establishment SR 99.42 99.32 Degraded TCH Blocking rate 0.50 0.07 Improved

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 diperoleh grafik hasil yang memperlihatkan pencapaian KPI sebelum dan sesudah implementasi global layering yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 sampai dengan Gambar 4.3.

Gambar 4.1 Grafik performa Accessibility KPI Pada Gambar 4.1dari KPI performa Accessibility, SDSR dan TCH Block mengalami peningkatan sedangkan TBF Establisment Success Rate

mengalami penurunan.

Gambar 4.2 Grafik performa Reatainbility KPI Pada Gambar 4.2 dari KPI performa Reatainbility, TDR mengalami peningkatan.

Gambar 4.3 Grafik performa Integrity KPI

Pada Gambar 4.3 dari KPI performa Integrity,

HOSR mengalami peningkatan.

Salah satu tujuan utama dalam implementasi strategi global layering adalah memindahkan traffic dari GSM 900 ke GSM 1800 dengan harapan bisa

(5)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 E 35 memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh GSM

1800 dan meningkatnya performa jaringan 2G secara keseluruhan.

Detail sebaran traffic sebelum dan sesudah implementasi layering dengan menggunakan perbandingan minggu ke 26 dan minggu ke 31 ditunjukkan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Tren TCH traffic sebelum dan sesudah implementasi (daily performance)

KESIMPULAN A. Kesimpulan

1. Secara umum performa jaringan pada daerah

Outer JABODETABEK mengalami

peningkatan, dari 5 KPI yang menjadi patokan hanya 1 KPI yang mengalami penurunan. KPI yang mengalami penurunan adalah DL TBF

establishment success rate.

2. Penurunan performa pada cell kontributor disebabkan oleh beberapa faktor berikut: - kerusakan pada perangkat khususnya TRX - perubahan tren traffic yang sangat

siginifikan - overshooting. B. Saran

1. Penurunan yang terjadi pada KPI DL TBF

establishment success rate dapat diatasi

dengan cara pengaturan pembagian traffic yang lebih merata pada masing-masing cell. 2. Kerusakan hardware agar segera diatasi,

sehingga peningkatan performa yang yang didapatkan akan menjadi lebih tinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan PT Telkomsel yang telah mengijinkan penulis untuk meneliti pengaruh iplementasi dari strategi global layering pada performa jaringan 2G GSM 900 dan GSM 1800 di area OUTER JABODETABEK.

DAFTAR PUSTAKA

AIRCOM International, 2002, “GSM System Overview”, England.

Bilal haider, M.Zafrullah, M.K. Islam, 2009, “Radio Frequency Optimization and QOS

Evaluation in Operational GSM Network”, World Congress on Engineering and Computer Science Vol 1.

Mudassar Ali dkk, Asim Shehzad, and Adeel Akram, 2010, “Radio Access Network Audit & Optimization in GSM”,

International Journal of Engineering & Technology IJET-IJENS vol. 10 no. 01.

Murat Topcu, 2003, “General Nokia BSS Parameter”, NOKIA.

L. Wardhana, 2011, “2G/3G RF Planning & Optimization”, Nulisbuku, Jakarta

Silvia Bertozzi & Asli Tokgoz, 2007, “NOKIA Base Station Subsystem Parameters”, Nokia. Syed Imran Basha, Idrish Shaik, 2013, “Reducing Handover Failure Rate by RF Optimization”, International Journal of

Engineering and Innovative Technology (IJEIT) vol 2, issue 11.

VenkataSai Sireesha, Dr.S.Varadarajan, Vivek and Naresh, 2011,

“Increasing of Call Success Rate in GSM Service Area Using RF Optimization”, International

Journal of Engineering Research and Application (IJERA) vol. 1 issue.4, pp. 1479-1485.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
Gambar 3.2  Area JABODETABEK LUAR untuk  implementasi strategi global layering
Tabel 4.1 Perbandingan performa pada cluster  sebelum dan sesudah implementasi
Gambar  4.4  Tren    TCH  traffic  sebelum  dan  sesudah  implementasi (daily performance)

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga sangat penting menjaga keberlangsungan hidup bayi baru lahir dengan cara mencegah kehilangan panas, karena hipotermia dapat terjadi pada kelahiran dimana

Melihat kondisi ruang terbuka hijau taman kota di Makassar sebenarnya cukup memadai dari segi luasan lahan dan peruntukkan hanya saja jika dibandingkan terhadap

Arif Nugroho ( 2002 ) dengan penelitian “Pengaruh carburizing arang kayu jati dan arang cangkang kelapa dengan austempering pada mild steel (baja lunak) produk

Menurut Gliford (1987), Psikologi lingkungan memiliki arti sebagai suatu studi dari transaksi antara individu-individu dengan keadaan fisik sekitarnya, dimana

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 18 ayat (2) huruf a, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2 0 0 1 ,

Keikutsertaan dalam melaksanakan presentasi hasil belajar merupakan bagian yang paling akhir dari rangkaian pengamatan terhadap aspek aktivitas dalam pelaksanaan teknik

Ibu hamil haruslah mempunyai keberdayaan atau kemandirian untuk mengambil sikap melakukan pemeriksaan antenatal care, sehingga dapat diketahui terjadinya masalah preeklampsia

Koran Kedaulatan rakyat Jul 2006 Penulis Tunggal Hasil Pemikiran 40 MPR, Harmonisasaikan Fungsi DPR Koran Kedaulatan Rakyat Jun 2001 Penulis Tunggal Hasil Pemikiran