• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM 4aadad4b05 BAB IVBAB 4 Kondisi Sosial Ekonomi Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM 4aadad4b05 BAB IVBAB 4 Kondisi Sosial Ekonomi Lingkungan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

| IV-1

BAB IV

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI

DAN LINGKUNGAN

4.1

ANALISIS SOSIAL

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

• Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan social juga dilakukan dengan

memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

• Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional

dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UU No. 2/2012 Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

(2)

| IV-2

• Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014:

• Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan

untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

• Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi

perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

• Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

• Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna

terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

1. Pemerintah Pusat:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

(3)

| IV-3

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

2. Pemerintah Provinsi:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

4.1.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Seruyan

(4)

| IV-4

Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidangCipta Karya.

Tabel IV.1

Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Seruyan

No. Program/ Kegiatan

Lokasi Tahun Bentuk keterlibatan/A

kses

Tingkat Partisipasi Perempuan/

Jumlah

Kontrol Pengambilan Keputusan Oleh

perempuan

Manfaat Permasalahan Yang Perlu Di antisipasi di masa yang akan

datang

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1. Pemberdayaan masyarakat

a. PNPM

Perkotaan

b. PISEW

c. PAMSIMAS

d. PPIP

e. RIS PNPM

f. SANIMAS

2. Non Pemberdayaan Masyarakat

a. Penyusunan

RTBL

4.1.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Seruyan

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

1. Konsultasi masyarakat

(5)

| IV-5

2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

Tabel IV.2

Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali

No. Komponen Program dan Kegiatan

Tahap-1 Tahap-2 Arahan Lokasi Konsultasi Pemindahan

Penduduk/Pemberian Konpensasi

Permukiman Kembali

Sebelum Pemindahan

Setelah Pemindahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengembangan Permukiman

▪ Pembangunan perumahan baru

untuk mengalokasikan masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh

▪ Penataan permukiman dan peremajaan permukiman di kawasan perkotaan

▪ Peningkatan kualitas sarana dan prasarana

▪ Pengaturan status kepemilikan lahan

▪ Pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan

▪Penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman

▪ Pembangunan perumahan dan

permukiman melalui pendekatan Kasiba/Lisiba

▪ Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman

▪Pengawasan pembangunan

(6)

| IV-6

No. Komponen Program dan

Kegiatan

Tahap-1 Tahap-2 Arahan Lokasi Konsultasi Pemindahan

Penduduk/Pemberian Konpensasi

Permukiman Kembali

Sebelum Pemindahan

Setelah Pemindahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

permukiman

▪ Pembangunan perumahan baru

untuk mengalokasikan masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh

▪ Penataan permukiman dan peremajaan permukiman di kawasan perkotaan

▪ Peningkatan kualitas sarana dan prasarana

▪ Pengaturan status kepemilikan lahan

▪ Pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan

▪Penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman

▪ Rehabilitasi

▪ Restrukturisasi (redevelopment relokasi,peremajaan,perwujuda n sempadan dalam bentuk inspeksi

▪Pembuatan Perda yang mengatur dan melarang pendirian bangunan baru di atas kawasan sempadan sungai

▪ Pembangunan Sarana Ibadah

▪ Pembangunan Rumah Jabatan

▪Pembangunan Gedung Kantor

▪ Penambahan TPS dan system sampah serta sanitasi

▪ Penambahan hidran/kran kebakaran dan tendon air beserta menara air

▪Peningkatan kualitas prasarana yang sudah ada

2. Penataan Bangunan dan

Lingkungan

▪Pembangunan Sarana Dan

Prasarana Olah Raga

3. Pengembangan Air Minum

▪Pembangunan Sarana Dan

Prasarana Air Bersih Pedesaan

4. Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman 1). Pembangunan Saluran

Drainase/Gorong-Gorong 2). Pembangunan Jalan dan

Jembatan Pedesaan 3). Pembangunan Sarana Dan

Prasarana Air Limbah Pedesaan

4.1.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

(7)

| IV-7

sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

Tabel IV.3

Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Seruyan

No. Sektor Program/ Kegiatan

Lokasi Tahun Jumlah Penduduk yang memanfaatkan

Keterangan

(1) (2) (4)

1. Pengembangan Permukiman

2. Penataan Bangunan dan

Lingkungan

3. Pengembangan Air Minum SPAM Pedesaan Desa Mekar

Indah

Spam Pedesaan Desa Mekar

Indah

2014 1 unit

Spam Pedesaan Desa Mekar

Indah

2014 1 unit

Spam Pedesaan Desa Mekar

Indah

2014 1 unit

4. Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman

Pembangunan MCK Plus Desa Bahaur

Desa Bahaur 2014 1 unit

Pembangunan MCK Plus Desa Tumbang Bai

Desa Tumbang Bai

2014 1 unit

Pembangunan MCK Plus Desa Rungau Raya

Desa Rungau Raya

2014 1 unit

Pembangunan MCK Plus Desa Durian Tunggal

Desa Durian Tunggal

2014 1 unit

Pembangunan MCK Plus Desa Panimba Raya

Desa Panimba Raya

2014 1 unit

Pembangunan MCK Plus Desa Gantung Pengayuh

Desa Gantung Pengayuh

2014 1 unit

MCK Komunal Bio Digester

Kec. Seruyan Hilir

2010 120 0rg 1 unit

MCK Plus Desa Kartika Bhakti

Kec. Seruyan hilir Timur

2012 100 0rg 1 Unit

MCK Plus Desa Pematang Panjang

Kec. Seruyan hilir Timur

2012 / 2013

200 0rg 2 Unit

MCK Plus Keluruhan Kuala Pembuang I

Kec. Seruyan Hilir

2010 / 2013

120 0rg 1 Unit

MCK Plus Keluruhan Kuala Pembuang II

Kec. Seruyan Hilir Tumbang Bai

Kec. Seruyan Tengah

2014 100 0rg 1 Unit

(8)

| IV-8

No. Sektor Program/

Kegiatan

Lokasi Tahun Jumlah Penduduk yang memanfaatkan

Keterangan

(1) (2) (4)

Rungau Raya Seluluk

MCK Plus Desa Durian Tunggal

Kec. Seruyan Tengah

2014 110 0rg 1 Unit

MCK Plus Desa Panimba Raya

Kec. Danau Seluluk

2014 110 org 1 Unit

MCK Plus Desa Gantung Pengayuh

Kec. Seruyan Tengah

2014 120 org 1 Unit

Kegiatan Peningkatan Operasi dan

Pemeliharaan Prasarana dan Sarana

Persampahan

Seruyan Hilir 2014 1 Unit

Pembangunan Drainase Jln. Bakrie Entong Kecamatan Hanau

2014 1 Paket

Pembangunan Drainase Jalan harapan Desa Pembuang Hulu I

2014 1 Paket

Lanjutan pembangunan drainase

Lanjutan Pembangunan Drainase

Lanjutan Pembangunan Drainase Primer

(Kuala Pembuang)

2014 1 Paket

Lanjutan Pembangunan Drainase Jalan Patimura

Jalan Patimura

2014 1 Paket

Lanjutan Pembangunan Drainase

Jalan Budi Utomo

2014 1 Paket

Lanjutan Pembangunan Drainase

Lanjutan Pembangunan Drainase Jalan Pelantan Raya

Jalan Pelantan Raya

2014 1 Paket

Lanjutan Pembangunan Drainase

Jalan SMK 2014 1 Paket

Lanjutan Pembangunan Drainase

Depan SDN 4 Kuala Pembuang I

2014 1 Paket

Lanjutan Pembangunan Drainase

Jalan Aromani

2014 1 Paket

Lanjutan Pembangunan Drainase Gg. Abadi III Kuala Pembuang

Gg. Abadi III Kuala Pembuang

(9)

| IV-9

4.2

ASPEK EKONOMI

Aspek ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Tabel IV.4

Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Seruyan

No. Lokasi Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan Yang Sudah Dilakukan secara umum: Nelayan, pedagang, buruh, tani

Kondisi

lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu,beton Status kepemilikan hunian secara umum: SKT, SHM

Tingkat pendidikan yang rendah dan mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan, buruh dan sebagian tani. Ketergantungan terhadap musim untuk nelayan pencari ikan sehingga sumber penghasilan terbatas. Banjir musiman berbulan-bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan

kesehatan

- Perencanaan Waterfront City, Penataan kawasan fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi secara umum: Nelayan, pedagang, buruh, tani

Kondisi

lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu,beton Status kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM

Tingkat pendidikan yang rendah dan mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan, buruh dan sebagian tani. Ketergantungan terhadap musim untuk nelayan pencari ikan sehingga sumber penghasilan terbatas. Banjir musiman berbulan-bulan yang merusak lahan pertanian,

(10)

| IV-10

penurunan hasil

tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi

lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu,beton Status kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM

Tingkat pendidikan yang rendah dan mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani. Banjir musiman berbulan-bulan yang merusak lahan pertanian,

penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan sarana air bersih. secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi

lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status

kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM

Tingkat pendidikan yang rendah dan mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. Banjir musiman berbulan-bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan sarana air bersih. 5. Kecamatan

Hanau

402 KK Mata Pencaharian secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi

lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status

kepemilikan

Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. Banjir musiman berbulan-bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya

(11)

| IV-11

hunian secara

umum:SKT,SHM

beli dan membayar pelayanan

kesehatan

drainase dan irigasi secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi

lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status

kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM

Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. Banjir musiman berbulan-bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi

lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status

kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM

Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan sumber air bersih 8. Kecamatan

Batu Ampar

192 KK Mata Pencaharian secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi

lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status

kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM

(12)

| IV-12

sumber air bersih secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi

lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status

kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM

Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. Banjir musiman berbulan-bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan sumber air bersih secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi

lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status

kepemilikan hunian secara umum:SKT,SH

Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan sumber air bersih Sumber KK Miskin : Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Seruyan, Tahun 2014

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

(13)

| IV-13

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

4.3

ASPEK LINGKUNGAN

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten Seruyan telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1 UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara

lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup SPPLH)”

2 UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip

-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

(14)

| IV-14

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu

lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tamping lingkungan;

peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

4 Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

5 Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

(15)

| IV-15

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan

daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.2

4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan hidup KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan. Bagian ini berisikan quick assement KLHS RPIJM. Diagram alir pentahapan pelaksanaan KLHSdari Sumber: Permen LH No.9 Tahun 2011

(16)

| IV-16

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut. Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) usulan program/kegiatan bidang cipta karya di Kabupaten Seruyan seperti ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel IV.5

Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Pengembangan Permukiman

No Kriteria Penapisan Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan : (Signifikan/Tidak)

(1) (2) (3) (4)

1. Perubahan Iklim Secara langsung tidak ikut

mempengaruhi terjadinya perubahan iklim.

Tidak

2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Pembukaan lahan untuk

pengembangan permukiman bisa terjadi kemerosotan keanekaragaman hayati

Signifikan

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

Dapat terjadi banjir, longsor dan kebakaran lahan

Signifikan

4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumberdaya alam

a. Dapat menyebabkan ketersediaan sumberdaya alam menurun contoh tanaman sejenis yang banyak tumbuh di tebang untuk lahan permukiman

Signifikan

5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

Banyak lahan gambut yang digunakan untuk permukiman dan usaha

Signifikan

6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

Pembukaan lahan permukiman disekitar masyarakat yang tergolong kurang mampu sebagai tempat untuk bercocok tanam atau lahan bertani dapat mengancam mata pencahrian masyarakat

Signifikan

7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Dapat terjadi karena kepadatan pembuangan sampah atau limbah yang dapat menyebabkan kondisi

lingkungan yang kotor

(17)

| IV-17

Tabel IV.6

Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Penataan Bangunan Dan Lingkungan

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan : (Signifikan/Tidak)

(1) (2) (3) (4)

1. Perubahan Iklim Tidak berpengaruh lansung Tidak

2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Akan menimbulkan kemerosotan keanekaragaman seperti tumbuhan yang sejenis

Signifikan

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

Terjadi perubahan struktur tanah Signifikan

4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumberdaya alam

Terjadi kekurangan kelimpahan sumberdaya alam

Signifikan

5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

Terjadi perubahan alih fungsi yang digunakan untuk permukiman

Signifikan

6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

Dapat menyebakan terpinggirnya penduduk yang hanya mengandalkan matapencahrian disekitar lokasi

Sginifikan

7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Dapat terjadi pemusatan penduduk dan semakin banyak limbah yang dihasilkan

Signifikan

Tabel IV.7

Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Pengembangan Air Minum

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan : (Signifikan/Tidak)

(1) (2) (3) (4)

1. Perubahan Iklim Secara langsung tidak menimbulkan perubahan

Tidak

2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Pembangunan sarana air minum dapat mengurangi keanekaragaman hayati

Siginfikan

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

Pembukaan lahan untuk sarana dan prasarana akan meningkatkan intensitas kekeringan

Signifikan

4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumberdaya alam

Dapat terjadi degradasi mutu Sigifikan

5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

Terjadi pembukaan lahan Signifikan

6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

Jika air tercemar dan matapencahrian terancam

Signifikan

7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Jika terjadi kontaminasi sumber air dengan limbah industri

(18)

| IV-18

Tabel IV.8

Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan : (Signifikan/Tidak)

(1) (2) (3) (4)

1. Perubahan Iklim Tidak secara langsung Tidak

2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Pembukaan lahan untuk pembangunan persampahan

Sginfikan

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

Pembangunan sarana dan prasarana Signifikan

4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumberdaya alam

Pembangunan dan perluasan areal Signifikan

5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

Kawasan semakin sempit Signifikan

6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

Bergesernya pola kehidupan masyarakat dari kehidupan mata pencahrian di sungai atau danau/rawa

Signifikan

7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Limbah yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan polusi

Sgnifikan

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM. Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM

didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;

2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

(19)

| IV-19

4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel IV.9

Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya Masyarakat dan Pemangku Kepentingan

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tabel IV.10

Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Cipta karya Penjelasan Singkat

(1) (2)

Lingkungan Hidup Permukiman Isu 1 :

Kecukupan air baku untuk air minum. Terjadi intrusi air asin pada saat musim kemarau di Kuala Pembuang, pembuangan

(20)

| IV-20

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Cipta karya Penjelasan Singkat limbah rumah tangga yang menyebabkan

terjadi penurunan kualitas air.

sungai, maupun saluran air. Pencemaran yang diakibatkan oleh SPAL sebesar 46,50% sedangkan yang tidak mencemari sebesar 53,50%, pada saat kemarau PDAM kesulitan mengatasi masuknya air asin sebagai sumber air minum ke masyarakat.

Isu 2:

Pencemaran lingkungan Pembuangan air limbah dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat sekitar terutama daerah yang dialiri DAS dan selalu tergenang banjir

Daerah yang di aliri sungai dan daerah yang tergenang banjir:

Kecamatan Seruyan Hilir yaitu Kelurahan Kuala Pembuang I, Kelurahan Kuala Pembuang II, Desa Persil Raya, dan Desa Sungai Undang.

Kecamatan Hanau yaitu Desa Pembuang Hulu I dan Desa Pembuang Hulu II

Kecamatan Seruyan Hulu yaitu Desa Tumbang Manjul

Secara umum air limbah di Kabupaten Seruyan belum ada pengelolaan secara baik dan benar, baik oleh pemerintah daerah, pihak swasta maupun masyarakat. Pada umumnya air limbah domestik di wilayah Kabupaten Seruyan di olah dengan sistem setempat (on site) yaitu langsung ke tangki septik, untuk pemukiman yang berada di sepanjang aliran sungai langsung di buang ke sungai. Sedangkan tangki penampungan limbah tinja yang dimiliki masyarakat masih belum septik (cubluk). Seringkali ditemukan letak sumur sumber air berdekatan dengan septictank sehingga tidak memenuhi standar kebersihan dan kesehatan. Hal tersebut akan berdampak terhadap penyebaran penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Ecoli.

Isu 3:

Dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan

Kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan

Kawasan kumuh secara data visual masih banyak ditemukan di daerah bantaran sungai di desa Sungai Undang dan Keramat

Ekonomi Isu 4:

Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan

Pencemaran air mengurangi

kesejahteraan nelayan di pesisir dan di daerah bantaran sungai maupun danau

Mata pencahrian masyarakat bantaran sungai dan danau yang sebagian besar adalah nelayan perairan umum sehingga pencemaran yang sering terjadi dari limbah perusahaan perkebunan akan menimbulkan matinya biota danau dan sungai.

Sosial Isu 5:

Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Dapat menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

Kondisi kesehatan penduduk akan terancam jika terjadi pemcemaran air terutama dari limbah domestic yang menyebar dikawasan-kawasan tergenang banjir.

(21)

| IV-21

Tabel IV. 11 Tabel Identifikasi KRP

No.

Komponen Kebijakan/Rencana/

Program

Kegiatan Lokasi

(kecamatan/kelurahan)

(1) (2) (3) (4)

1. Pengembangan Permukiman

Pembangunan Kawasan Perumahan Dan Permukiman Baru di Perkotaan/Pusat Kota

▪ Pembangunan rumah secara efektif : Rumah mewah dan menengah, RSS dan RSH serta Kasiba/Lisiba

▪ Penertiban investasi rumah

▪ Pembangunan rumah secara swadaya

▪ Pembuatan regulasi yang memuat tata cara mendirikan bangunan di pusat kota ▪ Pembangunan sarana dan prasarana dasar

perumahan dan permukiman

Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur, Hanau, Seruyan Tengah

Pembangunan kawasan perumahan dan permukiman baru di kawasan yang bercirikan pinggiran kota

▪ Pembangunan perumahan dan permukiman melalui pendekatan Kasiba/Lisiba

▪ Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman

▪ Pengawasan pembangunan kawasan perumahan dan permukiman

Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur, Hanau, Seruyan Tengah

Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman

1. Peningkatan kualitas secara umum perumahan dan permukiman kumuh

▪ Pembangunan perumahan baru untuk mengalokasikan masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh

▪ Penataan permukiman dan peremajaan permukiman di kawasan perkotaan ▪ Peningkatan kualitas sarana dan

prasarana

▪ Pengaturan status kepemilikan lahan ▪ Pelibatan masyarakat dalam proses

perencanaan

▪ Penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman

Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur, Hanau, Seruyan Tengah

2. Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman di daerah genangan

▪ Rehabilitasi Seruyan Hilir, Seruyan

Hilir Timur, Hanau, Seruyan Hulu

3. Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman di kawasan sempadan sungai

▪ Restrukturisasi (redevelopment relokasi,peremajaan,perwujudan sempadan dalam bentuk inspeksi ▪ Pembuatan Perda yang mengatur dan

melarang pendirian bangunan baru di atas kawasan sempadan sungai

Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur, Hanau, Seruyan Tengah, Seruyan Hulu

Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur

▪ Pembangunan Sarana Ibadah Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur,Danau Sembuluh, Seruyan Tengah, Suling Tambun, Seruyan Hulu, Batu Ampar, Danau Seluluk, Seruyan Raya

(22)

| IV-22

No.

Komponen Kebijakan/Rencana/

Program

Kegiatan Lokasi

(kecamatan/kelurahan)

▪ Pembangunan Gedung Kantor Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur,Seruyan Tengah, Batu Ampar, Suling Tambun, Seruyan Hulu

Pengembangan prasarana

▪ Penambahan TPS dan system sampah serta sanitasi

▪ Penambahan hidran/kran kebakaran dan tendon air beserta menara air

▪ Peningkatan kualitas prasarana yang sudah ada

Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur, Hanau, Seruyan Tengah, Seruyan Hulu

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

▪ Program Penyediaan Sarana Dan Prasarana Olah Raga

▪ Pembangunan sarana prasarana olahraga Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur,Hanau,Danau Sembuluh, Seruyan Tengah, Batu Ampar, Suling Tambun, Danau Seluluk, Seruyan Raya 3. Pengembangan Air

Minum ▪ Program

pembangunan infratruktur pedesaan

▪ Pembangunan Sarana Dan Prasarana Air Bersih Pedesaan

Seruyan Hilir Timur, Danau Sembuluh, Seruyan Tengah, Batu Ampar, Seruyan Raya, Seruyan Hulu

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman ▪ Program

Pembangunan Saluran drainase/gorong-gorong

▪ - Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong

Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur,Hanau,Danau Sembuluh, Seruyan Tengah, Batu Ampar, Suling Tambun, Danau Seluluk, Seruyan Raya, Seruyan Hulu

▪ Program pembangunan infratruktur pedesaan

▪ Pembangunan Jalan dan Jembatan Pedesaan

Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur,Hanau,Danau Sembuluh, Seruyan Tengah, Batu Ampar, Suling Tambun, Danau Seluluk, Seruyan Raya, Seruyan Hulu

▪ Pembangunan Sarana Dan Prasarana Air Limbah Pedesaan

Seruyan Hilir, Seruyan Hilir Timur,Hanau,Danau Sembuluh, Seruyan Tengah, Batu Ampar, Suling Tambun, Danau Seluluk, Seruyan Raya, Seruyan Hulu

Hasil olahan konsultan, 2014

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

(23)

| IV-23

maka dikembangkan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:

a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.

d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel IV.12

Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

No. Komponen Kebijakan,

Rencana dan/ atau Program Kegiatan

Alternatif Penyempuraan KRP

(1) (2) (3) (4)

1. Pengembangan Permukiman ▪ Pembangunan Kawasan

Perumahan Dan Permukiman Baru di Perkotaan/Pusat Kota

▪Pembangunan rumah secara efektif : Rumah mewah dan menengah, RSS dan RSH serta Kasiba/Lisiba ▪Penertiban investasi rumah

▪Pembangunan rumah secara swadaya ▪Pembuatan regulasi yang memuat tata

cara mendirikan bangunan di pusat kota ▪ Pembangunan sarana dan prasarana

dasar perumahan dan permukiman

-

▪ Pembangunan kawasan perumahan dan permukiman baru di kawasan yang bercirikan pinggiran kota

▪Pembangunan perumahan dan permukiman melalui pendekatan Kasiba/Lisiba

▪Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman ▪Pengawasan pembangunan kawasan

perumahan dan permukiman

-

Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman

1. Peningkatan kualitas secara umum perumahan dan permukiman kumuh

▪Pembangunan perumahan baru untuk mengalokasikan masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh ▪Penataan permukiman dan peremajaan

permukiman di kawasan perkotaan ▪Peningkatan kualitas sarana dan

prasarana

▪Pengaturan status kepemilikan lahan ▪Pelibatan masyarakat dalam proses

perencanaan

▪Penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman

-

2. Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman di daerah genangan

(24)

| IV-24

No. Komponen Kebijakan,

Rencana dan/ atau Program Kegiatan

Alternatif Penyempuraan KRP

(1) (2) (3) (4)

3. Peningkatan kualitas perumahan dan

permukiman di kawasan sempadan sungai

▪Restrukturisasi (redevelopment relokasi,peremajaan,perwujudan sempadan dalam bentuk inspeksi ▪Pembuatan Perda yang mengatur dan

melarang pendirian bangunan baru di atas kawasan sempadan sungai

-

▪ Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur

▪Pembangunan Sarana Ibadah ▪Pembangunan Rumah Jabatan ▪Pembangunan Gedung Kantor

-

▪ Pengembangan prasarana ▪Penambahan TPS dan system sampah serta sanitasi

▪Penambahan hidran/kran kebakaran dan tendon air beserta menara air ▪Peningkatan kualitas prasarana yang

sudah ada

-

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

▪ Program Penyediaan Sarana Dan Prasarana Olah Raga

▪Pembangunan sarana prasarana olahraga

-

3. Pengembangan Air Minum ▪ Program pembangunan

infratruktur pedesaan

▪ Pembangunan Sarana Dan Prasarana Air Bersih Pedesaan

-

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman ▪ Program Pembangunan

Saluran drainase/gorong-gorong

▪ Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong

-

▪ Program pembangunan infratruktur pedesaan

▪ Pembangunan Jalan dan Jembatan Pedesaan

-

▪ Pembangunan Sarana Dan Prasarana Air Limbah Pedesaan

-

3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Tabel IV.13

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

No. Komponen Kebijakan, Rencana dan/ atau Program Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintergasian KLHS

(1) (2) (4)

1. Pengembangan Permukiman -

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan -

3. Pengembangan Air Minum -

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman -

Gambar

Tabel IV.1
Tabel IV.2
Tabel IV.3
Tabel IV.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak

Usulan program investasi infrastruktur bidang Cipta Karya tidak dapat dipergunakan mendukung mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap

Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Sumber : Analisa Tim Satgas RPIJM.. Penjabaran regulasi dan

Kondisi jalan lingkungan tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun terdapat juga jalan paving maupun aspal

alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tamping lingkungan. ii.segala usaha dan/atau kegiatan

RPIJM Bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi di Kota Pariaman tidak banyak mengalami kendala dan hambatan terhadap masyarakat. Hal ini dikarenakan lokasi pembangunan

5) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan