• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pengolahan Citra. Image Thinning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Pengolahan Citra. Image Thinning"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Pengolahan Citra

Image Thinning

Kelompok 11

Aldiantoro Nugroho

(1201000083)

Cininta

(1201000261)

Dhini Fitriani

(1201000342)

N. Rifka N. Liputo

(1201000768)

Yoga Lestyaningrum

(1201001098)

November 2003

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Indonesia

(2)

ABSTRAK

Pembahasan mengenai image thinning membuka penelitian ke arah aplikasi pemrosesan image yang lain. Dengan algoritma image thinning, berbagai contoh penerapan pada proses pengolahan citra menjadi makin bervariasi dan sangat membantu proses pengenalan sebuah citra sebagaimana yang dibahas pada contoh aplikasi. Pada makalah ini pertama-tama akan dijelaskan beberapa istilah yang menyangkut image thinning pada pengolahan citra dijital, kemudian baru diberikan definisi dari image thinning dan algoritma untuk melakukan proses

image thinning pada suatu citra dijital. Di bab berikutnya baru diberikan

contoh-contoh pemakaian image thinning yang ada hubungannya antara bidang ilmu komputer dengan bidang ilmu lain.

Bagaimana kaitan antara konsep morfologi yang dibahas di bab 2 dengan algoritma zhang suen yang dibahas di bab 3?? Kemudian di bab 4 kok contoh menggunakan morfologi dan

(3)

DAFTAR ISI

Abstrak ... 2

Daftar Isi ... 3

Bab 1 Pendahuluan ... 4

1.1. Latar Belakang ... 4

1.2. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 4

1.3. Ruang Lingkup Penulisan ... 4

Bab 2 Image Thinning ... 5

2.1. Pendahuluan: Definisi Beberapa Terminologi... 5

2.2. Definisi, Tujuan dan Manfaat Thinning ... 6

Bab 3 Algoritma Image Thinning ... 8

3.3. Algoritma dan Proses Thinning... 8

3.3.1. Thinning dengan Algoritma Zhang Suen ... 8

Bab 4 Aplikasi Image Thinning ... 10

4.1. Ekstraksi Cacing Filaria ... 10

4.2. Pengenalan Citra Daun ... 13

Penutup ... 15

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak kemunculan pertama gambar digital tahun 1920, terutama munculnya aplikasi dalam teknologi komputer dalam memproses gambar digital tahun 1960 pemoresaan sebuah gambar dalam komputer menjadi lebih mudah. Teknologi pencitraan komputer yang berkembang dengan cepat dan mencapai hasil yang hebat dalam menggantikan, bahkan melampaui kehebatan penglihatan manusia.

Teknologi pemrosesan citra oleh komputer banyak digunakan pada berbagai aplikasi, baik kedokteran, biologi, geografis, dan banyak lainnya. Salah satu teknologi pemrosesan citra yang digunakan dalam berbagai bidang tersebut adalah penipisan gambar, yang lebih dikenal dengan image thinning. Dalam sebuah aplikasi biasanya image thinning dikombinasikan dengan berbagai fungsi lain, seperti skeletoning, region filling, hit or miss, dan sebagainya.

1.2. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan mengetahui bagaimana proses image thinning, algoritma yang digunakan, dan apa saja contoh aplikasinya dalam dunia komputer. Tujuan lain dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pengolahan citra mengenai image thinning.

1.3. Ruang Lingkup Penulisan

Penulisan makalah ini terbatas pada pengertian image thinning dan beberapa terminologi yang berkaitan dengan image thinning, algoritma, dan contoh aplikasi image thinning.

(5)

BAB 2

IMAGE THINNING

2.1. Definisi Beberapa Terminologi

Thinning merupakan salah satu algoritma perubahan citra dalam morphological operation. Oleh karena itu sebelum membahas tentang thinning pada pengolahan

citra, kami akan membahas sedikit tentang konsep morphological operation yang berkaitan dengan thinning. Definisi singkat beberapa terminologi yang terlibat dengan pemahaman konsep thinning juga akan dicantumkan pada subbab ini.

Berdasarkan etimologi bahasa, morphology berasal dari kosakata bahasa Jerman yaitu morphologie yang terdiri dari morph+logie/logy 1. Morph adalah suatu kata kerja yang berupa singkatan dari metamorphose yang artinya perubahan bentuk atau karakter akibat perubahan pada struktur atau komposisi (transformasi). Sesuai dengan arti dasarnya, konsep Morphological Operation pada pengolahan citra adalah operasi-operasi perubahan bentuk pada binary image atau grayscale

image. Berbagai jenis Morphological Operation antara lain : Erosion, dilation, opening, closing, thinning dan thickness, namun pembahasan makalah ini hanya

akan berfokus pada konsep Thinning.

Pada paragraf sebelumnya telah disinggung tentang binary image dan grayscale

image. Definisi binary image adalah citra yang direpresentasikan sebagai

himpunan dari pixel-pixel foreground(obyek depan)2. Binary image merupakan citra yang hanya mempunyai dua informasi intensitas warna, yaitu hitam dan putih. Konvensi untuk menentukan intensitas warna pada binary image bisa berbeda-beda, namun pada umumnya digunakan konvensi yang mendeskripsikan nilai 0 sebagai warna hitam dan nilai 1 atau 255 sebagai warna putih. Warna putih biasanya juga digunakan untuk warna foreground, sedangkan warna hitam adalah warna background, namun sekali lagi ketentuan ini bukan merupakan

1 Main Entry: mor·phol·o·gy;Pronunciation: mor-'fä-l&-jE;Function: noun;Etymology: German Morphologie, from morph- + -logie –

logy;Date: 1830;1 a : a branch of biology that deals with the form and structure of animals and plants b : the form and structure of an organism or any of its parts;2 a : a study and description of word formation (as inflection, derivation, and compounding) in language b : the system of word-forming elements and processes in a language;3 a : a study of structure or form b : STRUCTURE, FORM;4 : the external structure of rocks in relation to the development of erosional forms or topographic features;- mor·pho·log·i·cal /"mor-f&-'lä-ji-k&l/ also mor·pho·log·ic /-'lä-jik/ adjective.

Main Entry: morph;Function: verb;Etymology: short for metamorphose;Date: 1975;transitive senses : to change the form or character of : TRANSFORM;intransitive sense : to undergo transformation [Merriam-Webster].

(6)

keharusan tergantung dari binary image yang dihasilkan. Binary image seringkali dihasilkan dari proses thresholding suatu grayscale image (citra yang memiliki informasi tingkat keabuan) dan color image (citra yang memiliki informasi intensitas warna yang bervariasi).

Pada setiap operasi morphology selalu diperlukan adanya structuring element/SE atau yang biasa disebut dengan kernel, yaitu basis atau matriks yang menentukan detil-detil tertentu akibat pengaruh suatu operator pada citra. SE/Kernel mempunyai bermacam-macam ukuran/dimensi/orde matriks, masing-masing mempunyai satu origin yang bisa terletak dimana saja, namun pada umumnya origin terletak di entry tengah pada matriks. SE juga memiliki satu atau lebih entry kosong (empty spots) yang dianggap don’t care.

Contoh structuring element/ kernel :

2.2. Definisi, Tujuan dan Manfaat Thinning

Definisi image thinning adalah proses morphology image yang merubah bentuk

asli binary image menjadi image yang menampilkan batas-batas

obyek/foreground hanya setebal satu pixel. Algoritma thinning secara iteratif ‘menghapus’ pixel-pixel pada binary image, dimana transisi dari 0 ke 1 (atau dari 1 ke 0 pada konvensi lain) terjadi sampai dengan terpenuhi suatu keadaan dimana satu himpunan dari lebar per unit (satu pixel) terhubung menjadi suatu garis. Morphological thinning dari binary image oleh SE juga melibatkan proses

hit-or-miss transform.

Sepintas, image thinning mempunyai kemiripan dengan edge detection dalam hal output dari citra yang dihasilkan, kedua proses tersebut sama-sama menampilkan batas obyek pada citra. Namun, tetap saja ada perbedaaan antara

Image Thinning dengan Edge Detection dari segi prinsip kerjanya, yaitu :

• Edge detection : merubah graylevel image atau color image menjadi image yang menampilkan batas-batas/boundaries obyek berdasarkan kekontrasan warna antar pixel.

• Image Thinning : mereduksi pixel-pixel pada obyek binary image menjadi

(7)

binary image dengan informasi berupa batas-batas obyek berdasarkan pixel

dengan ketebalan satu pixel.

Tujuan image thinning adalah untuk menghilangkan pixel-pixel yang berada didalam obyek depan (foreground object) pada binary images.

Manfaat image thinning adalah sebagai berikut : • biasanya diterapkan pada proses skeletonisasi.

• berguna untuk merapikan/menyempurnakan hasil output proses edge

(8)

BAB 3

ALGORITMA IMAGE THINNING

3.1. Algoritma dan Proses Thinning

Ada beberapa algoritma yang digunakan dalam proses thinning. Diantaranya adalah metode Stentiford dan metode Zhan-Suen.

Stentiford method menggunakan template-based mark-and-delete thinning

algorithm. Algoritma ini menggunakan template matching, dimana jika bagian

dari gambar sesuai dengan template, hapus pixel yang di tengah.

Zhan-Suen method menggunakan metode iterasi, yang berarti nilai yang baru didapat dari proses sebelumnya. Cara ini mudah untuk diimplementasikan.

3.3.1 Thinning dengan Algoritma Zhang Suen

gambar 1

Langkah-langkahnya:

a. Beri tanda semua piksel 8-tetangga yang memenuhi kondisi (1) sampai dengan (4).

b. Hapus piksel tengahnya.

c. Beri tanda semua piksel 4-tetangga yang memenuhi kondisi (5) sampai dengan (8).

d. Hapus piksel tengahnya.

Lakukan langkah a sampai d berulang kali, sampai tidak ada perubahan.

Kondisi:

(1) 2 ≤ N(p1) ≤ 6 (2) S(p1) = 1 (3) p2 • p4 • p6 = 0

(9)

(4) p4 • p6 • p8 = 0 (5) 2 ≤ N(p1) ≤ 6 (6) S(p1) = 1 (7) p2 • p4 • p8 = 0 (8) p2 • p6 • p8 = 0 Dimana:

N(p1) = jumlah dari tetangga p1 yang tidak nol S(p1) = jumlah transisi 0 – 1 dalam urutan p2, p3, ...

Penamaan piksel :

p9 p2 p3 p8 p1 p4 p7 p6 p5

(10)

Bab 4

APLIKASI IMAGE THINNING

4.1. Ekstraksi Cacing Filaria

Pada contoh berikut ini, image thinning digunakan untuk mengekstraksi citra cacing filaria dari suatu citra yang didapat. Berikut adalah langkah-langkahnya:

(Gambar 1) Gambar di atas adalah citra mikroskopik dari transmiter cacing filaria.

(Gambar 2: Closing by reconstruction) Berikutnya pada citra tersebut dilakukan filter morfologis untuk memisahkan bagian-bagiannya yang terlihat berlubang.

Filtering ini dilakukan dengan closing by reconstruction.

(Gambar 3: Subtraction) Selanjutnya dilakukan morphological subtraction gambar 1 dari gambar 2 yang menghasilkan gambar 3.

(11)

(Gambar 4: Thresholding) Berikutnya dilakukan thresholding pada gambar, yang menghasilkan gambar 4.

(Gambar 5: Skeletonization) Sekarang tujuannya adalah untuk membedakan cacing filaria dari obyek yang lain. Hal itu dapat dilakukan dengan mengingat fakta bahwa cacing filaria lebih panjang daripada obyek lain. Sehingga kita tinggal mencari tanda untuk obyek terpanjang dari binary image. Kita aplikasikan

skeleton dengan cara thinning pada gambar 4.

(12)

(Gambar 7: Skeletonization) Tail dari citra di atas bisa menjadi tanda yang kita inginkan. Untuk mendapatkannya, kita bisa mengaplikasikan skeleton yang akan menghabiskan citra pada gambar 6.

(Gambar 8: Subtraction) Dan kurangkan citra gambar 7 dari citra gambar 6 yang akan menghasilkan gambar 8.

(Gambar 9: Opening by reconstruction) Untuk menyelesaikannya, kita hanya harus merekonstruksikan gambar cacing filaria dari tail. Ini dilakukan dengan

opening by reconstruction yang hasilnya adalah gambar 9.

(Gambar 10: Citra kombinasi) Gambar di atas adalah gambar kombinasi antara citra cacing filaria yang terekstraksi dan citra asli.

(13)

4.2. Pengenalan Citra Daun

Contoh kedua adalah pada aplikasi Leaves Recognition mengenai penggunaan

image thinning untuk mengenali citra daun yang belum diketahui agar dapat

menspesifikasikan spesies daun tersebut. Tujuan dari program ini yaitu untuk menunjukkan bahwa frame luar dari suatu daun dan Backpropagation Network sudah cukup untuk memberikan pernyataan mengenai spesies suatu daun.

Sebelum melakukan thinning pada citra daun, dilakukan dulu Prewitt Edge

detection agar dapat mengenali frame luar secara tepat. Prewitt Edge detection

mengenali egde dengan preconfigured threshold. Lalu algoritma thinning akan memperkecil threshold-based edge ini menjadi frame satu garis. Setelah itu baru dapat dilakukan token recognition. Pemakaian algoritma thinning di sini akan memproses citra secara rekursif dan memperkecil garis-garis yang ditemukan menjadi garis-garis selebar satu piksel dengan cara membandingkan keadaan piksel yang sesungguhnya dengan pola tertentu lalu memperkecilnya.

Ide transformasi dari bentuk citra daun menjadi bentuk jaringan syaraf yaitu karena sinus dan kosinus dari sudut daun merepresentasikan kriteria dari pengenalan pola.

(14)

Citra di atas menunjukkan bagian citra daun yang telah diproses dengan edge

detection dan algoritma thinning.

• Garis hijau menunjukkan bentuk citra daun setelah dilakukan edge detection dan thinning.

• Persegi-persegi merah menunjukkan titik-titik pada citra daun yang akan dihubungkan dengan garis biru.

• Garis biru yang menghubungkan persegi-persegi merah akan digunakan untuk menghitung sinus dan kosinus dari sudut-sudut yang terbentuk. Garis biru tersebut adalah representasi dari leaf token.

Gambar yang diperbesar menunjukkan gambar segitiga siku-siku yang dapat merepresentasikan leaf token yang akan digunakan untuk menghitung jaringan syaraf.

Gambar di atas adalah representasi dari token sebuah citra daun. Sudut-sudut A dan B adalah bagian penting yang akan dicocokkan dengan lapisan jaringan syaraf. Dengan kedua sudut ini, dapat direpresentasikan arah dari hipotenusa dari titik P1 ke titik P2 yang sangat penting untuk representasi citra daun.

(15)

PENUTUP

Dari berbagai pembahasan yang telah dilakukan di atas, dapat dilihat bahwa

image thinning seringkali berhubungan dengan proses pengolahan citra yang lain,

seperti subtraction, reconstruction, skeletoning, dan sebagainya. Dan proses

thinning juga sangat berguna untuk pengenalan citra tertentu, seperti yang

(16)

referensi

Extraction of Filarial Worms [on-line]. Didapat dari

http://www.dca.fee.unicamp.br/projects/khoros/mmach/tutor/application/bi

ological/fila/fila.html

;

Internet; diakses tanggal 15 November 2003.

Leaves Recognition v1.0 [on-line]. Didapat dari

http://damato.light-speed.de/lrecog/ ; Internet; diakses tanggal 16 November 2003.

Mathematical Morpohology [on-line]. Didapat dari

www.imm.dtu.dk/~jmc/02501/lectures/02501_morphology.pdf; Internet;

diakses tanggal 14 November 2003.

Merriam-Webster Dictionary [on-line]. Didapat dari

http://www.m-w.com/cgi-bin/dictionary; Internet; diakses tanggal 15 November 2003.

Performance Evaluation of Shape Simplification Methods [on-line]. Didapat dari

http://www.tcs.auckland.ac.nz/~btech/btech2002/ktom006/

index_files/Project%20Report.doc; Internet; diakses tanggal 14 November 2003.

Selected Morphological Algorithm [on-line]. Didapat dari

http://documents.wolfram.com/applications/digitalimage/UsersGuide/6.5.ht ml Internet; diakses tanggal 15 November 2003.

Thining [on-line]. Didapat dari

http://vision.cse.psu.edu/resources/hipr/html/thin.htm; Internet; diakses

tanggal 14 November 2003.

http://www.eng.fiu.edu/me/robotics/elib/am_st_fiu_ppr_2000.pdf; Internet;

diakses tanggal 14 November 2003.

lki-www.informatik.uni-hamburg.de/~neumann/BV-SS-2002/BV-L8.pdf; Internet;

diakses tanggal 14 November 2003.

http://www.cs.aue.auc.dk/~vok/ap/6._Morphological_Operators.ppt; Internet;

Referensi

Dokumen terkait

di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki masuk dalam kategori memiliki sikap yang baik dalam

Sebagaimana yang telah diuraikan, kajian ini dilakukan untuk menganalisis sistem distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di daerah penelitian, untuk menganalisis sikap

Merancang sistem informasi check in dan check out berbasis akuntansi yang penulis anggap sebagai solusi dalam pemecahan masalah yang akan digunakan untuk penginputan

dalam menilai karyawan, apa yang dipersepsikan oleh penilai sebagai karakteristik atau perilaku baik atau buruk akan berpengaruh secara signifikan terhadap penilaian tersebut.

Sementara pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis keterlaksanaan assessment pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru IPA SMP Negeri 01 Gresik melalui

Pada bulan Januari 2017, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,56 persen apabila dibandingkan bulan Desember 2016 yaitu dari 98,62 menjadi 98,07, hal ini terjadi karena

Kemampuan yang dituntut pada seorang guru tidaklah sekedar tugas dan kewajiban sebagai pendidik atau pengajar yang menyajikan materi didepan kelas, akan tetapi

Penelitian lain yang dilakukan untuk mengevaluasi efek pembukaan jalan arteri Porong terhadap volume kendaraan harian di jalan tol Waru-Gempol [4], Namun pada