• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintah yang Bersih dan Demokratis (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemerintah yang Bersih dan Demokratis (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

“ Pemerintah Yang Bersih dan Demokratis “

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Bambang Widiyahseno, M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

Sri Latifah (16441274 ) 1.

Arum Listiani (16441275 ) 2.

Febri Dwi Susanti (16441277 ) 3.

Bayu Aji Wisnu P (16441278 ) 4.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Pemerintah yang Bersih dan Demokratis “ ini dengan baik meskipun banyak kekurangan

didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Bambang selaku dosen mata kuliah Kewarganegaraan UMP yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Pemerinntahan yang Bersih dan Demokratis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, seperti kata pepatah

tiada gading yang tak retak. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Ponorogo, 29 September 2017

(3)

DAFTAR ISI

Cover... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi...iii

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang... 1 1.1

Rumusan Masalah... 1 1.2

Tujuan Penulisan... 2 1.3

BAB II Pembahasan

Pengertian Pemerintah... 3 2.1

Pemerintahan yang Bersih...3 2.2

Sistem Demokrasi dalam Pemerintahan...5 2.3

Sistem Pemilihan...7 2.4

Sistem Kepartaian... 8 2.5

Peranan Organisasi Non-Partai... 9 2.6

Media Masa... 9 2.7

Anti Korupsi...10 2.8

Kepastian Hukum...11 2.9

2.10 Otonomi Daerah... 12

BAB III Penutup

Kesimpulan... 14 3.1

Saran...14 3.2

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah dibentuk dengan maksud untuk membangun peradaban dan menjaga sistem ketertiban social sehingga masyarakat bisa menjalani kehidupan bernegara. Dalam perkembangannya, konsep pemerintahan mengalami transformasi paradigma dari yang serba Negara ke orientasi pasar (market or public interest), dari pemerintah yang kuat, besar dan otoratorian ke orientasi small and less government, egalitarian dan demokrasi, serta transformasi sistem pemerintahan dari yang sentralistik ke disentralistik

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi penyusunan dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena demokrasi ditandai dengan menguatnya kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan, sememtara fenomena globalisasi ditandai dengan saling ketergantungan antara bangsa, terutama dalam pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi dan aktivitas dunia usaha.

Pemerintah yang bersih dan demokratis merupakan keniscayaan dari berlakunya nilai-nilai demokratis dan masyarakat madani pada level kekuasaan negara. Nilai-nilai-nilai masyarakat madani tidak hanya dikembangkan dalam masyarakat, tetapi juga harus dikembangkan dalam level negara. Sehingga sistem kenegaraan yang dibangun menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dalam perwujudan masyarakat madani, termasuk dalam pemerintahan yang demokratis dan bersih. Keduanya kekutan sipil dan negara, saling mendukung dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

Bagaimana pengertian pemerintahan itu? 1.

Bagaimanakan pemerintah yang bersih itu ? 2.

Apa saja sistem demokrasi dalam pemerintahan ? 3.

Apa saja sistem pemilihan yang dikembangkan di negara demokrasi ? 4.

Apa saja macam-macam sistem kepartaian ? 5.

Bagaimanakah peranan organisasi non partai dalam pemerintahan ? 6.

Bagaimanaka peran media massa dalam pemerintahan ? 7.

Bagaimanakah menumbuhkan budaya anti korupsi ? 8.

Bagaimanakah peran kepastian hukum dalam membangun pemerintahan yang bersih 9.

dan demokratis?

(5)

bersih dan demokratis?

1.3 Tujuan

Makalah ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: Mengetahui definisi pemerintahan

1.

Mengetahui pemerintah yang bersih dan demokratis 2.

Mengetahui sistem demokrasi dalam pemerintahan 3.

Mengetahui sistem pemilihan yang dikembangkan di negara demokrasi 4.

Mengetahui macam macam sistem kepartaian 5.

Mengetahui peranan organisasi non partai dalam pemerintahan 6.

Mengetahui peran media massa dalam pemerintahan 7.

Mengetahui cara menumbuhkan budaya anti korupsi 8.

Mengetahui peran kepastian hukum dalam membangun pemerintahan yang bersih dan 9.

demokratis

Mengetahui peran otonomi daerah kaitannya dengan membangun pemerintah yang 10.

bersih dan demokratis

(6)

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemerintah

Arti pemerintah dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:

1. Pemerintah dalam arti sempit adalah pelaksana penguasaan negara yang merupakan kegiatan penyelenggaraan eksekutif untuk memberikan pelayanan umum dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Pemerintah dalam arti luas adalah seluruh kegiatan penguasaan negara oleh lembaga pemegang kekuasaan negara baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif dalam rangka mencapai tujuan negara.

Arti pemerintah menurut para ahli, adalah:

1. Suradinata berpendapat bahwa pemerintah adalah organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam suatu negara yang mencakup urusan masyarakat, teritorial, dan urusan kekuasaan dalam rangka mencapai tujuan negara.

2. Ndraha berpendapat bahwa pemerintah adalah segenap alat perlengkapan negara atau lembaga-lembaga kenegaraan yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah adalah sekelompok individu yang mempunyai wewenang tertentu untuk melaksanakan kekuasaan.

Sedangkan pemerintahan dalam arti luas dalam konteks UUD 1945 adalah seluruh kegiatan penguasaan negara oleh Presiden, MPR, DPR, DPD, BPK, MA, MK, dan KY. Dan arti pemerintahan menurut para ahli, adalah:

1. Syafiie berpendapat bahwa, pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal, atau urusan dari badan yang memerintah tersebut.

2. Affan mengemukakan bahwa, pemerintahan adalah kegiatan yang terorganisir mengenai rakyat/ penduduk di wilayah negara itu yang berdasarkan kepada dasar negara dan bersumber kepada kedaulatan untuk mencapai tujuan rakyat/ penduduk di wilayah itu sendiri.

Maka berdasarkan pengertian diatas, terdapat perbedaan antara pemerintah dan pemerintahan. Pemerintah dapat diartikan sebagai kekuasaan memerintah suatu negara, sedangkan pemerintahan sebagai cara perbuatan atau cara dalam memerintah.

2.2 Pemerintahan yang Bersih

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Pasal 1 Ayat 2 “Penyelenggara Negara yang bersih adalah Penyelenggara Negara yang

menaati asas-asas umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktik korupsi,

kolusi, dan nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya”. Korupsi adalah perbuatan

(7)

Kolusi adalah bentuk kerjasama antara pejabat pemerintah dengan oknum lain secara ilegal untuk mendapatkan keuntungan material bagi mereka. Nepotisme adalah pemanfaatan jabatan untuk memberikan pekerjaan dan kesempatan atau penghasilan bagi keluarga atau kerabat dekat pejabat sehingga menutup kesempatan bagi orang lain.

| P e m e r i n t a h a n Y a n g B e r s i h D a n D e m o k r a t i s |

Hukum Administrasi Negara (HAN) dapat dijadikan instrument/ alat demi terselenggaranya pemerintahan yang baik, karena hubungan anatara pemerintahan dengan masyarakat akan terlihat lebih konkrit dan dapat dijadikan ukuran apakah sebuah penyelenggaraan pemerintahan sudah baik atau belum. Salah satu hakikat HAN adalah untuk menjalankan fungsinya dan melindungi adminstrasi negara dari melakukan perubuatan yang tidak sesuai menurut hukum.

Asas-asas mengenai penyelenggaraan negara yang bersih sebagaimana diatur

dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN pasal 3, antara lain: 1. Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara.

2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keselerasan dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.

3. Asas Kepentingan Umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

4. Asas Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

5. Asas Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.

6. Asas Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

7. Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat yang merupakan pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(8)

jabatan untuk memberi pekerjaan, kesempatan, atau penghasilan bagi keluarga atau kerabat dekat pejabat, sehingga menutup kesempatan bagi orang lain. Pemerintahan yang penuh dengan gejala KKN biasanya tergolong kedalam pemerintahan yang tidak bersih dan demikian pula sebaliknya.

Sejak Indonesia memasuki era transisi menuju demokrasi di tahun 1999, citra negeri ini di dunia internasional terus terpuruk. Antara tahun 1999 hingga 2003, Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat korupsi yang sangat buruk, bahkan paling buruk diseluruh asia. Agar pemerintah bebas dari rongrongan KKN , maka para pejabat pemerintah dan politisi baik di tingkat eksekutif, birokrasi, badan legislatif, pusat maupun daerah, hendaknya mengindahkan nilai-nilai moralitas.

Sudah barang tentu moralitas politik saja tidak akan cukup untuk menegakkan pemerintahan yang bersih dari pelanggaran moralitas atau etika politik, tetapi diperlukan sebuah sistem politikdan hukum yang egaliter dan adil untuk menopang kerangka sistematik masyarakat madani. Untuk menegakkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa diperlukan berbagai kondisi dan mekanisme hubungan yang berpotensi menopang pertumbuhan moralitas politik. Tentunya, budaya demokrasi pun perlu dikembangkan dalam proses pemerintahan di negeri ini, sehingga terwujud pula pemerintahan yang demokratis.

2.3 Sistem Demokrasi dalam Pemerintahan

Ada beberapa sistem yang dikembangkan dalam mekanisme pengelolaan proses pemerintahan seperti :

Sistem pemerintahan perlementer a.

Salah satu sistem pemerintahan yang dikenal dan dipraktekkan dibanyak negara adalah sistem parlementer. Sistem ini tumbuh dari tradisi politik inggris yang kemudian menyebar ke berbagai pelosok dunia, seiring dengan meluasnya kolonisasi inggris dimasa lalu. Negara-negara bekas jajahan inggris pada umumnya menerapkan sistem pemerintahan parlementer dengan berbagai variasinya.

Prinsip utama dari sistem perlementer adalah adanya fusi kekuasaan eksekutif dan legisatif. Dalam sistem parlemen antara fungsi eksekutif dan legislative terdapat hubungan yang menyatu dan tak terpisahkan. Eksekutif adalah apa yang sering kita sebut sebagai pemerintahan. Kepala eksekutif dalam sistem parlemen adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara berada ditangan ratu sebagai symbol kepemimpinan negara.

(9)

Sistem ini menekankan pada pentingnya pemilihan presiden secar langsung sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat langsung dari rakyat. Bandingkan dengan sistem parlemen dimana perdana mentri mendapatkan mandatnya tidak langsung dari rakyat, tetapi dari partai mayoritas di parlemen.

Pada sistem presidensial kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan) sepenuhnya berada ditangan presiden. Oleh karena itu presiden adalah kepala eksekutif sekaligus menjadi kepala Negara, presiden adalah penguasa sekaligus symbol kepemimpinan negara.

Kekuasaan eksekutif terbatas c.

Persoalan mendasar baik dalam sistem parlemen maupun presidensial adalah sejauh mana masyarakat memberi batasan bagi kekuasaan eksekutif. Apapun sistem politik yang diterapkan, jika masyarakat masih menoleransi kekuasaan eksekutif yang tidak terbatas, eksekutif cenderung melakukan sentralisasi kekuasaan. Proses sentralisasi kekuasaan yang tidak terbendung akan menghasilakan sebuah pemerintahan otoriter.

Pemberdayaan Badan Legislatif d.

Pemberdayaan badan legislatif merupakan sebuah agenda penting lain dalam mengembangkan pemerintahan yang bersih dan demokratis. Badan legislatif pada rezim otoriter pada umumnya lebih banyak memainkan peran sebagai tukang stempel saja. Badan legislatif semacam ini sangat jarang melakukan kritik terhadap eksekutif.

Badan legislatif menduduki posisi sentral, karena anggota badan legislatif merupakan politisi yang mendapat mandat dari rakyat pemilih untuk mewakili kepentingan mereka. Dengan demikian, hanya badan legislative yang secara sah dapat melakukan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintahan. Mereka dapat mendukung atau menolak usulan kebijaan yang diajukan oleh pemerintah.

Pemberdayaan badan legislatif sudah tentu tidak sekedar ditandai dengan semakin banyaknya usulan presiden yang ditolak, atau semakin besar kecnderungan DPR untuk menghukum eksekutif tiap eksekutif dipandang keliru dalam menjalankan kebijakan. Pemberdayaan memerlukan sebuah upaya untuk melembagakan pola hubungan kerjasama yang disetujui bersama antara kedua belah pihak dan diterima secara luas oleh masyarakat politik. Persoalan lain yang menyangkut pemberdayaan legislatif adalah peningkatan profesionalsme anggota legislatif.

(10)

mempertimbangkan pendidikan, latar belakang professional, serta usia calon anggota legislatif dalam proses pencalonan (recruitmen) anggota legislatif.

2.4 Sistem Pemilihan

Sistem pemilihan adalah cara untuk menentukan siapa politisi atau partai yang memenuhi syarat untuk menduduki jabatan di badan legislative atau eksekutif (presiden). Ada beberapa jenis pemilihan yang dikembangkan di negara demokrasi :

Sistem Proporsional 1.

Sistem proporsional adalah sistem pemilihan yang membuka peluang bagi banyak partai politik untuk duduk di dalam pemerintahan. Dalam sisitem proporsional ini, setiap partai bersaing untuk mendapatkan sebanyak mungkin suara pemilih dalam setiap daerah pemilihan.

Setiap daerah pemilihan menyediakan banyak kursi untuk diperebutkan oleh partai-partai yang ada di daerah pemilihan tersebut. Jika jumlah partai peserta pemilihan cukup banyak, biasanya akan muncul cukup banyak partai pula yang dapat mengumpulkan suara pemilih. Partai yang banyak suaranya memperoleh kursi lebih banyak, sedangkan partai yang sedikit perolehan suaranya sedikit pula perolehan kursi di badan legislatif.

Sistem Distrik 2.

Sistem pemilihan distrik adalah sistem pemilihan di mana setiap daerah pemilihan disbut sebagai distrik. Dalam distrik hanya ada satu kursi yang dipeerebutkan. Distrik adalah bagian dari sebuah negara bagaian atau propinsi. Jumlah distrik dalam negara bagian atau propinsi tergantung pada banyak sedikitnya jumlah penduduk.

Dengan sistem distrik, setiap calon harus mendapatkan suara paling banyak untuk merebut kursi distrik tersebut. Dalam setiap distrik, hanya ada satu calon dari satu partai yang dapat merebut kursi dari distrik tersebut.

Sistem Multiple-Distrik 3.

Dalam sistem ini, setiap distrik terdiri lebih dari satu kursi yang diperebutkan. Dengan menambah banyak kursi yang diperebutkanm ada lebih dari satu partai yang dapat mendapatkan kursi di distrik yang bersangkutan. Sistem multiple-distrik berfungsi untuk mempertahankan persaingan antar calon dengan memberi kesempatan lebih banyak kepada partai politik.

2.5 Sistem Kepartaian

(11)

lebih demokratis daripada sistem partai yang lain. Sistem Dua-Partai

1.

Sistem dua partai memudahkan partai pemenang pemilu. Sebab, segera setelah sebuah partai memenangkan pemilihan, dengan sendirinya program partai pemenang pemilu dapat diterapkan secara langsung menjadi program pemerintah. Sistem dua-partai juga mempermudah pemilih dalam menjatuhkan hukuman bagi partai yang gagal menjalankan pemerintahan. Satu partai yang berkuasa dan gagal dalam menjalankan pemerintahan akan lebih mudah dihukum melalui pemilihan.

Sistem Multi-Partai 2.

Sistem multi-partai sering dianggap sebagai sumber instabilitas politik karena kabinet sulit menjalankan agenda pemerintahan yang terdiri dari banyak partai politik. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pengalaman beberapa sistem multi-partai di Eropa membuktikan tiadanya kesulitan bagi sistem multi-partai untuk mengembangkan sebuah sistem demokrasi yang stabil dan produktif.

Fragmentasi Partai 3.

Dalam jangka menengah (sekitar 10 tahun), pertumbuhan sistem multi-partai yang tidak terkendali akan menimbulkan permasalahn serius, yakni fragmentasi partai. Gejalan inilah yang membuahkan kritik atas sistem multi-partai. Banyaknya partai politik di eksekutif maupun legislative, ternyata memang benar-benar menyulitkan pemerintahan demokrasi baru dalam menjalankan pemerintahan mereka.

Budaya Koalisi 4.

Persoalan lain yang tumbuh dan menjadi persoalan adalah tak adanya budaya koalisi di negara-negara demokrasi baru. Dengan adanya banyak partai, mustahil sebuah partai mampu membentuk pemerintahan. Jalan termudah bagi partai untuk berkuasa adalah dengan membentuk koalisi dengan partai lain. Persoalnnya adalah bahwa koalisi-koalisi yang dibentuk pada awal pemerintahan demokrasi pada umumnya didasari oleh pertimbangan pragmatis yang sangat kuat.

Budaya Oposisi 5.

Persoalan lain lagi yang muncul dari sistem multi-partai dalam tahap perkembangan adalah kesulitan membangun budaya oposisi. Peran partai oposisi sesungguhnya sangat besar. Bila seluruh partai terlibat kedalam pemerintahan dan tidak ada partai oposisi di DPR-bila partai berkuasa terlibat dalam tindakan KKN-bisa dipastikan mereka akan saling membela dan melindungi, tanpa ada partai oposisi yang secara tegas menyatakan diri sebagai oposisi, DPR dengan sendirinya akan lumpuh karena tidak akan bersedia melakukan kritik terhadap partai yang berkuasa.

(12)

Organisasi non-partai adalah organisasi yang tidak menjadikan perebutan jabatan publik sebagai tujuan utama mereka. Organisasi ini antara lain adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi, lembaga riset, organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan kelompok kepentingan lain.

Organisasi non-partai inilah yang menjadi salah satu ujung tombak perjuangan untuk membangun pemerintahan yang bersih dan demokratis dimasa depan. Organisasi Non-Partai tidak bergantung pada birokrasi, norma, dan kepentingan-kepentingan lain yang sering mengikat politisi dieksekutif maupun legislatif. Mereka juga tidak bergantung pada model sentralisme birokrasi sehingga organisasi non-partai lebih fleksibel dalam menentukan agenda pengawasan terhadap eksekutif maupun legislatif. Secara organisional, mereka lebih ramping dan ditompang oleh tenaga professional. Kelebihan ini membuat organisasi non-partai mampu bekerja lebih efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pejabat dan kebijakan yang dihasilkannya.

Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa organisasi non-partai juga tidak terikat oleh waktu pelaksanaan pemilihan, berbeda dengan partai yang lebih banyak menyampaikan program mereka menjelang pelaksanaan peemilihan organisasi non-partai dapat setiap saat menyampaikan program dan langsung melaksanakan program tersebut. Kemudahan ini membuat organisasi non-partai lebih cepat menjalankan kegiatan mereka dibanding partai politik di DPR yang terikat oleh berbagai aturan dan kepentingan.

2.7 Media Massa

Media massa merupakan salah satu pemain penting dalam proses transisi menuju demokrasi. Dewasa ini, peristiwa-peristiwa politik maupun non-politik dapat dengan cepat dapat diketahui publik lewat media massa. Tingkat kebebasan media massa yang cukup tinggi menciptakan masyarakat yang dapat menyadari apa yang sesungguhnya terjadi. Kebebasan media saat ini memungkinkan masyarakat mendapatkan beragam pilihan berita.

Media massa juga dapat memainkan peran dalam merumuskan agenda publik yang tidak selalu menjadi perhatian para politisi. Tingkat kemampuan dan sarana yang terbatas dari kalangan politisi menyebabkan kontribusi media massa menjadi diperlukan. Hampir bisa dipastikan bahwa sebagian besar komunikasi yang berlangsung di masyarakat ditopang oleh media massa. Bahkan para politisi maupun tokoh masyarakat lain sangat bergantung pada media massa dalam menyebarkan pesan-pesan mereka kepada khalayak yang lebih luas. Pengembangan pemerintahan yang bersih bergantung pada kemampuan media menyalurkan pemikiran tentang pemerintahan yang bersih. Namun, pemasok gagasan untuk media juga memainkan peran strategis sebagai sumber informasi yang akan disebarkan kepada pemerintah dan publik.

(13)

Dalam mewujudkan pemerintah yang bersih dan demokratis, gagasan anti-korupsi merupakan tema yang sangat penting untuk dikembangkan dalam era menuju demokrasi di Indonesia. Hal ini tentu saja, didasarkan pada realitas budaya korupsi yang menggejala di pemerintahan maupun di masyarakat.

Di Indonesia, fenomena korupsi muncul dalam dua bentuk, yaitu state capture

dan korupsi administratif. State capture adalah aksi-aksi illegal oleh perusahaan ataupun individu untuk mempengaruhi penyusunan hukum, kebijakan dan peraturan demi keuntungan mereka sendiri. Korupsi administratif adalah pemberlakuan secara sengaja ( baik oleh negara maupun perilaku non negara ) untuk mendistorsi hukum, kebijakan dan peraturan yang ada demi keuntungan pribadi.

Korupsi di Indonesia telah menyatu dengan sistem kehidupan masyarakat. Penyimpangan ini meliputi wilayah-wilayah sebagai berikut :

wilayah penegak hukum : berupa keadilan yang diperdagangkan, rendahnya 1.

anggaran pengadilan, campur tangan politik, dan lemahnya yurisdiksi

wilayah bisnis : berupa campur tangan politik, manajemen yang buruk dan 2.

kekebalan hukum pada perusahaan-perusahaan besar.

Wilayah partai politik : berupa sumbangan yang tidak terpantau, memeras uang 3.

dari pelaku bisnis, dan tidak adanya kebijakan apapun dari partai berkenan dengan hal-hal yang berpeluang terjadi distorsi.

Wilayah pegawaian : meliputi patronase dan nepotisme, skala gaji yang kacau, 4.

kelebihan pegawai dan jual beli posisi.

Wilayah lembaga legislatif : meliputi anggota DPR menerima suap, anggota DPR 5.

tidak punya kode etik, anggota DPR tidak mewakili pemilih, dan tidak adanya pengawasan terhadap anggota DPR.

Wilayah kelompok masyarakat sipil : berupa campur tangan politik, modalitas 6.

yayasan digunakan dengan curang dan LSM “plat merah” atau LSM non-sipil. Wilayah pemerintah daerah : berupa warisan korupsi dari pemerintah pusat, 7.

eksekutif penyuap legislatif, dan DPRD yang tidak dapat dilakukan supervisi kepada eksekutif.

Wilayah sikap dan perilaku : berupa kelemahan dalam pelaksanaan standar-8.

standar etika, toleransi, terhadap perilaku illegal, penerimaan terhadap orang atau insitusi yang kebal hukum, dan kelemahan dalam menjalankan kekuasaan.

Wilayah lain yang juga menjadi lahan korupsi : adalah manajemen SDM, 9.

manajemen pengeluaran public, manajemen tata peraturan, dan wilayah audit public seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau lembaga audit lain.

Begitu luas dan kompleksnya problem korupsi di Indonesia, sehingga hal ini menuntut jalan keluar yang sistematik. Istilah yang lebih tepat untuk gerakan anti-korupsi adalah menghancurkan sistem yang mendukung praktik anti-korupsi, bukan sekedar mengontrol praktik korupsi.

(14)

keseluruh lapisan masyarakat tentang praktik-praktik korupsi dan dampak yang di akibatkannya. Perlu dibentuk berbagai organisasi masyarakat yang ditujukan untuk menjadi pengawas (watch) bagi instansi-instansi negara yang dianggap paling korup dengan membeberkan praktik-praktik korupsi yang ada. Masyarakat perlu ikut serta untuk menjamin transparansi dalam keputusan-keputusan yang berdampak luas bagi masyarakat, misal masalah APBD, Renstra, Perda, Pemilihan kepala daerah , dan sebagainya. di samping itu, perlu juga membangun instansi-instansi multi-mitra

(multi-stake-holders). Untuk melawan korupsi , misalnya kerja sama sinergi antara legislatif, eksekutif, yudikatif, universitas, organisasi sosial, organsasi adat, organisasi agama, serikat pekerja, serta sektor swasta.

2.9 Kepastian Hukum

Ketidakpastian hukum di negara transisi merupakan faktor penghambat utama dari menciptakan pemerintahan yang bersih dan demokratis. Para penegak hukum yang mudah tergoda oleh insentif materi dalam jumlah melimpah menyebabkan mereka tidak peka terhadap tuntutan keadilan yang sangat sering di serukan publik. Para hakim, jaksa, pengacara, dan polisi sering kali bekerja sama dengan politisi dan pengusaha untuk membuat proses pengadilan terhadap tersangka tindak korupsi tidak berjalan lancar. Perilaku anti hukum para penegak hukum sendiri dan kelemahan kontrol terhadap lembaga yudikatif menyebabkan para penegak hukum leluasa berdiri diatas hukum. Mereka memperlakukan ketentuan-ketentuan hukum sesuai dengan kepentingan mereka sendiri maupun kelompoknya. Dengan kata lain, keadilan sering kali dikorbankan demi kepentingan jangka pendek mereka.

Ketidakpastian hukum ini tentu mempersulit upaya untuk mengembangkan pemerintahan bersih dan demokratis yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kesamaan warga di depan hukum. Dalam kenyataan, maling ayam sering kali mendapat hukuman berbulan-bulan, sementara para koruptor dapat menikmati kehidupan di alam bebas tanpa khawatir ditangkap penegak hukum. Kondisi ketimpangan hukum ini sudah tentu sama sekali tidak kondusif bagi pengembangan pemerintahan yang bersih dan demokratis. Sebaliknya, kondisi ini menjadi salah satu penghalang utama proses pengembangan tersebut.

2.10 Otonomi Daerah

(15)

Berdasarkan pada visi tersebut, konsep otonomi daerah (berdasarkan UU No.22 tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999) meliputi beberapa hal sebagai berikut ( Syaukani, dkk.,2002):

Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintahan dalam hubungan 1.

domestik kepada daerah. Kecuali kewenangan bidang keuangan dan moneter, politik luar negeri, peradilan, pertahanan, keagamaan dan beberapa kebijakan pemerintah yang bersifat strategis nasional, pada dasarnya semua bidang pemerintahan lainnya dapat di desentralisasikan.

Penguatan peran DPRD dalam proses pemilihan dan penetapan kepala daerah. 2.

Karenanya kewenangan DPRD dalam menilai keberhasilan atau kegagalan kepemimpinan kepala daerah mesti dipertegas. Demikian juga, pemberdayaan fungsi-fungsi DPRD dalam hal legislasi, representasi dan penyaluran aspirasi masyarakat mutlak dilakukan. Dengan demikian DPRD bisa menjadi lembaga penyalur aspirasi rakyat daerah yang benar-benar kredibel dan berkualitas.

Pembangunan tradisi politik yang sejalan dengan kultur lokal demi menjalin 3.

tampilnya kepemimpinan dan pemerintahan yang berkualifikasi tinggi dengan tingkat akseptabilitas masyarakat yang tinggi pula.

Peningkatan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan melalui pembenahan organisasi 4.

dan institusi yang dimiliki sesuai dengan ruang lingkup kewenangan yang telah di desentralisasikan, setara dengan bebas tugas yang dipikul, selaras dengan kondisi daerah, serta lebih responsif terhadap kebutuhan daerah.

Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah, pengaturan yang lebih jelas 5.

terhadap sumber-sumber pendapatan negara dan daerah, pembagian pendapatan (

revenue) dari sumber penerimaan yang berkaitan dengan kekayaan alam, pajak dan retribusi, dan tata cara serta syarat untuk pinjaman dan obligasi daerah.

Perwujudan desentralisasi fiskal melalui pembesaran alokasi subsidi dari 6.

pemerintah pusat yang bersifat block-grant, pengaturan pembagian sumber-sumber pendapatan daerah, pemberian keleluasaan kepada daerah untuk menetapkan prioritas pembangunan serta optimalisasi pemberdayaan masyarakat melalui lembaga-lembaga swadaya pembangunan yang ada.

Pembinaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga dan nilai-nilai lokal yang 7.

(16)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemerintahan yang bersih dan demokratis merupakan dambaan bangsa Indonesia sejak lama. Mengingat semenjak Indonesia memasuki era transisi menuju demokrasi di tahun 1999, citra negeri ini di dunia internasional terus terpuruk. Antara tahun 1999 hingga 2003, Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat KKN yang sangat buruk, bahkan paling buruk diseluruh asia. Agar pemerintahan bebas dari rongrongan KKN tersebut, maka para pejabat pemerintah dan politisi baik di tingkat eksekutif, birokrasi, badan legislatif, pusat maupun daerah, hendaknya mengindahkan nilai-nilai moralitas.

Pemerintahan yang bersih dan demokratis adalah budaya yang tentunya tidak bisa diperoleh dengan cara yang instan hanya dengan kesadaran morald dari para pelakunya saja, akantetapi dibutuhkan suatu proses yang berkesinambungan yang melibatkan suatu sistem besar yang diantaranya juga melibatkan masyarakat luas.

3.2 Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Chamim, Asyukri Ibn, Bambang Cipto, Haedar Nashir, Istianah ZA, Khoiruddin Bashori, 1.

Lilis Setiartiti, Muhammad Azhar, dan Said Tuhuleley. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Eprints.undip.ac.id>BAB_I-II diunduh pada jum’at, 29 September 2017 jam 13:49 2.

www.academia.edu diunduh pada minggu, 08 Oktober 2017 jam 21:34

Referensi

Dokumen terkait

g. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi... Guru menanggapi hasil diskusi peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya...

Program ANAK MAHARGA/BEASISWA GKPS CIKOKO Tahun ajaran 2016/2017 masih di buka. Bantuan ini akan di salurkan bagi siswa siswi SMP/SMA GKPS di Sumatera Utara yang

Konseli :kalo sering sih endak kak cuman kadang kadang saja, tergantung kalo mengajak biasanya saya mau, apalagi pas kalo ada pelajaran yang tidak saya sukai wah pas ituu,

Selain itu juga dilakukan pemodelan jaringan syaraf tiruan dengan menggunakan grid yang secara konsisten nyata berpengaruh pada panjang musim hujan baik untuk suhu muka laut pada

pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara.. belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan

Dilihat berdasarkan hasil analisis dan dibandingkan dengan kisaran kadar alamiah dalam sedimen (RNO, 1981 dalam Razak, 1986) menunjukkan bahwa batasan kadar logam dari semua

Bu araştırma kapsamında çevre eğitimi konulu okul öncesi döneme uygun resimli çocuk kitaplarının çevre ile ilgili hangi konuları kapsadığı ve kitapların çevre eğitiminin

Perjalanan ‘Abd al-Ra’ūf yang cukup panjang dalam menuntut ilmu di Timur Tengah tidak menjadikannya sebagai tokoh yang datang ke Nusantara dengan membawa tradisi