• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) sebagai alternatif peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD): studi kasus di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) sebagai alternatif peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD): studi kasus di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM SIDOARJO BERSIH DAN HIJAU (SBH) SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DESA (PAD)

(Studi Kasus Di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) dalam Bidang

Sosiologi

Oleh:

Bilvana Merry Suhenmin

NIM. I73215026

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

APRIL 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Bilvana Merry Suhenmin, 2019, Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH) Sebagai Alternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) Di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH), Alternatif, Pendapatan Asli Desa (PAD)

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu bagaimana bentuk program (SBH) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo pasca adanya penerapan program SBH dan Bagaimana program sidoarjo bersih dan hijau mampu untuk meningkatkan pendapatan asli desa di Desa Jatikalang. Dengan tujuan untuk mengetahui program (SBH) yang ada di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah fungsionalisme structural Talcott Parsons untuk melihat fenemona yang terjadi pada program (SBH) sebagai alternatif peningkatan pendapatan asli desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) program (SBH) di bentuk oleh pemerintahan yang bertujuan untuk mewujudkan sidoarjo bebas sampah di tahun 2018. Yang pada mulanya program (SBH) ini hanya diperuntukan sebagai ajang kompetisi namun lama-lama Dengan progam (SBH) ini juga dapat membantu merubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya mengelolah sampah dengan baik dan benar (2) kemudian program (SBH) ini dijadikan program oleh pemerintah desa dengan membentuk stuktur-struktur di dalamnya yang membantu masyarakat mengerti akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengelolahnya agar lebih bermanfaat lagi seperti kesuksesan program (SBH) ini menjadikan program tersebut sebagai penambahan pendapatan asli desa (PAD) dengan melalui kegiatan-kegiatan dalam program (SBH)

(7)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii PENGESAHAN ... iii MOTTO ... iv PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konseptual ... 6

F. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II: Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) Sebagai Alternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSONS ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) ... 15

C. Pendapatan Asli Desa (PAD) ... 16

D. Kerangka Teori ... 18

BAB III : METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

C. Pemilihan Subyek Penelitian ... 26

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 33

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 34 BAB IV : SIDOARJO BERSIH DAN HIJAU (SBH) SEBAGAI

ALTERNATIF PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DESA (PAD) STUDI KASUS DESA JATIKALANG KECAMATAN KRIAN KABUPATEN SIDOARJO: TINJAUAN TALCOTT PARSONS

...

37

A. ... P rofil Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo Dan Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) di Desa Jatikalang

(8)

... 37

B. ... Pe ran Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) di Desa Jatikalang ... 42 C. ... Pr

ogram Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) di Desa Jatikalang ... 48 D. ... Pe

ningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang ... 63 E. ... A nalisis Data ... 66 BAB V : PENUTUP ... 85 A. ... Ke simpulan ... 85 B. ... Sa ran ... 87 DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara

2. Jadwal Konsultasi Dosen Pembimbing

3. Jadwal Penelitian

4. Lampiran Foto

5. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian)

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Data Informan Peneliti ... 29

Tabel 4.1 : Batas-batas desa Jatikalang ... 38

Tabel 4.2 : Orbitasi ... 38

Tabel 4.3 : Agama Penduduk ... 39

Tabel 4.4 : Mata Pencaharian Penduduk ... 40

Tabel 4.5 : Pendidikan penduduk desa Jatikalang ... 41

Tabel 4.6 : Pendapatan Budidaya Cacing ... 64

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Peta Desa Jatikalang ... 36

Gambar 4.2 Bentuk Program Budidaya Cacing Tanah ... 51

Gambar 4.3 Bentuk Program Takakura / Kompos ... 55

Gambar 4.4 Dokumentasi Tanaman Markisa ... 57

(11)

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Di Indonesia seperti yang kita ketahui jumlah pertumbuhan penduduk semakin meningkat setiap tahun sehingga kebersihan selalu menjadi permasalahan yang berkembang setiap saat. Permasalahan sampah merupakan faktor utama penyebab masalah kebersihan, berbagai masalah yang berkaitan mengenai pengelolaan sampah sangat dibutuhkan pergerakan yang sangat serius untuk menangani masalah kebersihan, dikarenakan semakin hari pertumbuhan penduduk semakin meningkat sehingga secara tidak langsung volume sampah juga ikut meningkat, tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan setiap manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup ataupun lingkungan sosialnya. Menjadikan wilayah yang bebas sampah itu tidak mudah seperti apa yang kita bayangkan, sehingga sangat penting untuk difikirkan.

Lingkungan yang bersih selalu membawa dampak positif bagi sekitar, karena dengan lingkungan yang bersih dapat menurunkan resiko adanya penyakit. Sebagian kebersihan juga sebagian dari keindahan yang mampu memberikan rasa kenyamanan setiap individu masyarakat yang berada dilingkungan tersebut, dengan merawat lingkungan disekitar kita secara tidak sadar kita perlahan sudah menyelamatkan lingkungan dan generasi penerus.

Usaha untuk menjaga dan juga melestarikan sangatlah dibutuhkan untuk melestarikan lingkungan semua pihak maupun dari pihak pemerintah dan juga pihak masyarakat sendiri. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo mengatasi

(13)

2

masalah lingkungan tersebut dengan menerapkan suatu Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) yang sudah dikampayekan sejak tahun 2008.

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mengkampanyekan Program Sidoarjo Bersih dan Hijau yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan Kota Sidoarjo Bersih dan Hijau dengan menumbuhkan rasa kesadaran setiap masyarakat dan ikut melibatkan masyarakat dalam program tersebut. Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo melakukan bentuk Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH), setiap tahunnya yang dikenal oeh masyarakat sebagai ajang perlombaan setiap wilayah desa. Kampanye yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dengan cara

public internal dan public eksternal secara tatap muka (face to face), pamflet, dan spanduk.

Dalam realitanya kampanye Program Sidoarjo Bersih dan Hijau belum terealisasi dengan baik, dikarenakan kebanyakan masyarakat hanya menikmati pada saat kampanye program ini hanya ajang perlombaan. Sehingga tidak semua masyarakat di daerah Sidoarjo belum mengetahui tentang Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH). Peran masyarakat sangat dibutuhkan oleh pihak pemerintah untuk menjalankan program tersebut meskipun salah satu desanya tidak ikut ajang perlombaan. Pemerintah Kota Sidoarjo menginginkan semua lapisan masyarakat Kota Sidoarjo untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya untuk membangun Kota Sidoarjo menuju kota yang bersih dan hijau serta bebas sampah ditahun 2018 dan seterusnya.

Permasalahan yang timbul akibat tingginya sampah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya kebersihan di Indonesia terutama di Kota

(14)

3

Sidoarjo sampah menjadi permasalah yang utama. Dengan kepadatan penduduk menjadikan pemerintahan Sidoarjo kesusahan untuk mengatasi volume sampah di Kota Sidoarjo, seperti masyarakat Desa Jatikalang yang masih beranggapan bahwa sampah itu sudah tidak bisa digunakan lagi atau tidak bisa dimanfaatkan lagi, masyarakat selama ini hanya bertumpu pada pendekatan akhir pada zaman dahulu yang selalu menganggap bahwa sampah itu tidak bisa jadi barang yang dimanfaatkan lagi. Sebenarnya mulai dari pengetahuan masyarakat yang mana sampah sangatlah membahayakan jika tidak dikelola dengan baik dan benar. Perubahan pola pikir masyarakat juga dibutuhkan mengenai pemanfaatan sampah untuk dijadikan barang yang berguna.

Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan merupakan tujuan dari Program SBH yang dibuat oleh pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat. Program ini tidak akan sukses apabila tidak adanya campur tangan masyarakat dalam ikut serta menjaga lingkungan sekitar atau mengikuti apa peraturan program SBH yang akan dilaksanakan di Desa Jatikalang. Program SBH di Desa Jatikalang pada saat ini sudah dikatakan cukup berhasil dalam penerapannya seperti halnya budidaya cacing tanah, takakura atau kompos, tanaman markisa dan bank sampah, yang mana dalam program ini dapat memberikan alternatif dalam peningkatan jumlah Pandapatan Asli Desa (PAD) melalui keberhasilan beberapa program yang dijalankan oleh masyarakat Desa Jatikalang. Desa Jatikalang sendiri dalam mengelolah kegiatan program-program SBH membuat penliti itu tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana program SBH itu bisa menjadi alternatif peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang

(15)

4

saati ini. Desa Jatikalang yakni 3R (Reduce/mengurangi, Reuse/menggunakan kembali, Recyle/mendaur ulang sampah).

B.RumusanLMasalah

Dilihat dari latarLbelakangLmasalahLyang sudah dijelaskan diatas, makaI

dalamLpenelitianLkualitatifLini akan lebih difokuskan untuk mengungkap aspek

kualitatif dalam fenomena tersebut. Oleh karena itu penulis akan mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi terbentuknya Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) sebagai alternatif peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo ?

2. Bagaimana Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) bisa meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo ?

C.TujuanPPenelitian

BerdasarkanLrumusan masalahLdiatas, makaLtujuanLdariLpenelitian ini

adalahLuntuk:

1. Mengetahui terbentuknya Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) sebagai alternatif peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

(16)

5

2. Mengetahui bagaimana Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

D.ManfaatLPenelitian

Memberikan kontibusi dan sumbangsih bagi sitivitas akademik dalam kajian keilmuan diharapkan dari penelitian ini:

1. Secara Teoritis

Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) Sebagai Alternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kepada penulis dan pembaca pada umumnya. Acuan dalam mengembangkan pembelajaran mengenai pemerintah, lingkungan dan masyarakat juga sangat diharapkan dalam penelitian ini.

Penelitian ini merupakan salah satu bentuk sumbangsih terhadap tanggung jawab akademik dalam disiplin ilmu khususnya program studi Sosiologi dan ilmu sosial lainnya secara umumnya serta penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap prodi Sosiologi.

2. SecaraLPraktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian yang lebih lanjut diharap penelitian ini mampu menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti.

(17)

6

b. BagiLmasyarakat, penelitianLini diharapkan mampuLmemberikan

pengetahuanLkepadaLmasyarakatakan pentingnya Program Sidoarjo Bersih

dan Hijau (SBH) khususnya di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo yang diharapkkan mampu mendorong masyarakat di Desa Jatikalang maupun desa-desa yang lain untuk dapat mempertahankan ataupun lebih meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan yang ada disekitarnya.

c. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi dari program pemerintah. Program yang dibuat oleh pemerintah Seperti yang kita ketahui bahwa Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH).

E.Definisi Konseptual

1. Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH)

Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo melakukan suatu pergerakan perubahan dengan melaksanakan Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH). Mewujudkan lingkungan pemukiman masyarakat yang bersih, hijau, sehat, indah, dan nyaman untuk ditinggali masyarakat merupakan tujuan dari adanya bentuk Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH). Melalui program diharapkan budaya hidup yang bersih diterapkan masyarakat Sidoarjo dengan menerapkan 3R: 1. Reduce (Mengurangi), 2. Reuse (Menggunakan kembali), 3. Recycle (Mendaur ulang) dengan baik ketika pengelolaan sampah. “Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH) juga mempunyai tujuan lain selain ingin menciptakan lingkungan sidoarjo bersih bebas dari sampah 2018 tujuan yang

(18)

7

lain ingin merubah pola pikir masyarakat mengenai sampah yang mereka anggap sampah barang yang tidak berguna, dikarena hal tersebut untuk mewujudkan Kabupaten Sidoarjo Zero Waste atau bebas sampah.”1

Zero Waste pada dasarnya bukanlah pengelolaan hingga tidak ada sampah yang dihasilkan karena tidak ada aktivitas manusia yang tidak menghasilkan sampah. Namun penerapan upaya pengurangan hingga nol sampah yang masuk ke TPA. Dari inggris Zero Waste diartikan sebagai sebuah cara yang sederhana yang merangkum target sejauh mungkin dalam mengurangi dampak sampah terhadap lingkungan sekitar. Jadi intinya Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH) merupakan program yang bertujuan untuk membuat semua lingkungan pemukiman daerah Sidoarjo yang bersih dan hijau. Maka dari itu dibutuhkannya dukungan partisipasi dari semua pihak untuk menyukseskan Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH). Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH) mengandung konsep Zero Waste

yang didalamnya menerapkan 3R: 1. Reduce (Mengurangi), 2. Reuse

(Menggunakan kembali), 3. Recycle (Mendaur Ulang).

2. Alternatif

Menurut Wikipedia definisi dari alternatif adalah pilihan lain.2 Dengan kata lain, alternatif didefinisikan sebagai salah satu dari dua atau lebih cara untuk mencapai tujuan ataupun akhir yang sama. Alternatif tidak harus menjadi

1 https://bidangkebersihandlhksidoarjo.wordpress.com/2017/03/21/program-sbh/, Diakses pada 27 Oktober 2018 pukul 16.00 WIB.

(19)

8

pengganti dekat untuk pilihan pertama atau alternatif lain, ataupun harus memcahkan dengan cara tertentu. Alternatif juga dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk mencapai suatu tujuan dengan cara yang lebih mudah.

3. Pendapatan Asli Desa (PAD)

Pendapatan Asli Desa atau PAD merupakan bagian dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, serta lain-lain pendapatan asli desa. Sumber pendapatan desa yang diperlukan untuk memperkuat keuangan desa dalam pembangunan desa.

Pendapatan asli desa melalui pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) menjadikan hal yang sangat penting dalam membantu penguatan PAD. Apabila PAD bisa lebih ditingkatkan lagi maka desa akan mendapatkan dana pengelolaan dan pembiayaan pembangunan untuk desa. Sehingga akan menjadikan desa tersebut dapat memenuhi kebutuhan pembangunan fasilitas-fasilitas umum di desa. Sehingga pada akhirnya menjadikan desa tersebut sebagai desa yang mandiri.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam memberikan gambaran umum mengenai isi penelitian yang berjudul Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) Sebagai Aternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo yang akan dilakukan ini, maka dianggap perlu dikemukakan garis besar sitematika pembahasan sebagai berikut:

(20)

9

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB ini berisi tentang pembahasan tentang deskripsi objek yang akan diteliti, menjawab pertanyaan tentang manfaat penelitian dan tujuan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan.

2. BAB II KAJIAN TEORITIK

Pada bab II berisi tentang kajian teoritik yang memaparkan tentang penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Menguraikan tentang kajian pustaka yang membahas tentang pendidikan tinggi dan persepsi masyarakat petani tambak garam, serta kerangka teori. Kerangka teori ini akan membahas tentang teori yang digunakan untuk menganalisis fenomena yang diteliti.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah cara sistematis yang dapat memecahkan masalah dan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam penelitian , sehingga peneliti harus menentukan metodologi penelitian yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Pada bab ini terdapat beberapa pembahaan yang meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pemilihan subjek penelitian yang terkait dengan tema penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

(21)

10

4. BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS PENELITIAN

Peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang diperoleh. Penyajian data dapat berupa data tertulis atau dapat juga berupa gambar, sedangkan analisis data dapat digambarkan dengan berbagai mascam data-data yang kemudian ditulis dalam analisis deskriptif.

5. BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dari keseluruhan objek penelitian yang diteliti serta hasil kritik dan saran dari keseluruhan hasil penelitian yang dilakukan.

(22)

11

BAB II

FUNGSIONALISME STRUKTURAL – TALCOTT PARSONS

A. PenelitianTerdahulu

Mencamtumkan atau memeparkan hasil penelitian terdahulu sangatlah diperlukan dengan yang bertujuan supaya peneliti itu mampu untuk mengetahui mengenai persamaan ataupun perbedaan apapun. Adapun penjelasan lebih lengkap mengenai persamaan ataupun perbedaan penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut ini:

1. Jurnal, Ruddy Oktarino Zakaria, Mochammad Makmur, Mochammad Rozikin. Implementasi Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) yang tertuang dalam Surat Keputusan Bupati No 188 Tentang Tim Sidoarjo Bersih Dan Hijau.

• Pokok Pembahasan : berbicara mengenai inti dari pembahasan jurnal yang membahas tentang implementasi Program Sidoarjo Bersih dan Hijau yang yang tertuang dalam surat keputusan Bupati No 188 Tentang Sidoarjo Bersih dan Hijau, dapat dilihat berdasarkan enam indikator (1) regulasi, (2) sosialisasi yang dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo untuk upaya pengimplementasikan program SBH, sumber daya dalam implementasi program SBH yang terdiri dari sumber daya manusia seperti pemerintah terkait yakni Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Kesehatan (DINKES) serta masyarakat kabupaten Sidoarjo dan kader sebagai pembimbing masyarakat secara langsung dalam melaksanakan program SBH. Dan juga membahas

(23)

12

mengenai sarana dan prasarana yang dapat mendukung implementasi program SBH yang mana Pemkab Sidoarjo sudah menyediakan, (3) disposisi pembahasan di dalamnya mengenai yang terkait ataupun terlibat didalamnya seperti pemerintah swasta dan juga masyarakat, (4) program kegiatan merupakan pemilihan antara sampah basah dan sampah kering serta pemanfaatan lahan kosong untuk tanaman toga penghijauan lingkungan dan juga sanitasi lingkungan dan terakhir pengelolaan sampah, dan (5) outcomes merupakandampak yang disebabkan oleh adanya program SBH. Di dalamnya juga dijelaskan mengenai hambatan-hambatan mengenai pelaksanaan program SBH Kabupaten Sidoarjo, baik hambatan yang berasal dari dalam maupun dari luar instansi pemerintahan.

• Persamaan: dalam pembahasan jurnal ini mempunyai kesamaan dalam hal pembahasan mengenai Program SBH pada masyarakat Kabupaten Sidoarjo.

• Perbedaan: adanya suatu perbedaan antara jurnal dengan penelitian ini yang pertama, fokus utama dalam penelitian ini merupakan Program SBH utamanya pada Program SBH bukan hanya sekedar implementasinya yang tertuang dalam keputusan bupati. Kedua, lokasi penelitian. Penelitian ini meneliti di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo sedangkan jurnal ini lebih pada Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo.

(24)

13

2. Skripsi, Nia Dyah Ayu Wiranti, Edukasi Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH) Dalam Membangun Masyarakat Peduli Lingkungan Di Desa Sruni Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

• Pokok Pembahasan: Dalam Skripsi ini menjelaskan mengenai bagaimana masyarakat yang peduli terhadap lingkungan Desa Sruni Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo dalam setiap kegiatan Prosram Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH). Di mulai dari bagaimana warga tidak sebegitu merespon akan adanya Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH) ankhirnya bisa memberikan suatu motivasi masyarakt yang peduli terhadap lingkungan sekitar.

Bentuk masyarakat yang peduli terhadap lingkungan seperti halnya buah pikiran/ide, tenaga, keterampilan, harta benda dan juga sosial. Factor pendorong dari adanya program tersebut karena mereka tergerak merasa senang dengan adanya program SBH. Warga antusias atau tergerak untuk menjalankan perintah yang sudah diterima dan beberapa warga juga tergerak dengan adanya inisiatif komunikatif dari para kader disetiap lingkungannya.

• Persamaan: Pemaparan atau Penjelasan skripsi tersebut sama-sama membahas mengenai Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH).

• Perbedaan: lokasi penelitian berbeda meskipun ajuga berada di Kabupaten Sidaorjo namun untuk Desa dan Kecamatnnya berbeda sehingga sangat memungkinkan untuk memperoleh datanya juga berbeda. Terdapat juga perbedaan dalam pembahasan, karena peneliti membahas tentang Sidoarjo

(25)

14

Bersih dan Hijau (SBH) Sebagai Alternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD). Jadi meskipun didalamnya terdapat penjelasan mengenai bagaimana edukasi program tersebut dalam membentuk masyarakat yang peduli lingkungan namun akan tetapi focus yang dituju adalah bagaimana Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) Sebagai alternatif Peningakatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

3. Skripsi, Aning Istiana Sugiar Tatik, Partisipasi Mayarakat Dalam program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH) 2014 Di Desa Tawangsari Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

• Pokok Pembahasan: dalam skripsi ini menunjukkan bagaimana partisipasi warga Desa Tawangsari Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam program SBH 2014. Mulai dari warga tidak begitu merespon hingga akhirnya bersedia memberikan partisipasinya dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Bentuk partisipasinya berupa buah pikiran, tenaga, keterampilan, harta benda serta sosial. Selain itu dibahas juga terkait faktor pendorong dari partisipasi itu seperti beberapa warga tergerak karena rasa senang dengan adanya pelaksanaan program SBH, beberapa warga tergerak hanya untuk menjalankan perintah yang telah diterimanya, dan beberapa warga lainnya tergerak karena adanya sifat komunikatif dan persuasif dari para kader lingkungannya. Meski memiliki faktor pendorong yyang berbeda-beda namun warga tetap melakukan partisipasi dalam program SBH secara

(26)

15

maksimal. Dari hal tersebutlah, maka dapat dikategorikan tahapan partisipasi warga masyarakatnya sudah termasuk dalam tahapan partisipasi tertinggi.

• Persamaan: Pembahasan isi dari skripsi tersebut sama-sama mengenai Progarm SBH.

• Perbedaan: Pembahasannya berbeda karena disini peneliti membahas mengenai tentang edukasi program SBH nya dalam upaya untuk membangun masyarakat yang peduli terhadap lingkungannya. Mungkin di dalamnya juga terdapat penjelasan mengenai soal partisipasi, namun dalam skripsi ini tetap memfokuskan pada edukasi program SBH yang didapatkan oleh masyarakat di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

B. Kajian Pustaka

1. Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH)

a. Pengertian Sidoarjo Dan Bersih (SBH)

Program Sidoarjo bersih dan hijau merupakan program pemerintah yang diadakan setiap satu tahun sekali yang ada diwilayah Kabupaten Sidoarjo yang biasanya dijadikan sebagai ajang perlombaan maupun ajang kompetisi kebersihan antar rukun tetangga (RT). Program SBH juga mempunyai beberapa pelaksanaan kampanye atau perkenalan mengenai

(27)

16

tentang Program SBH mulai launching, pendampingan dan sosialisasi, disampaikan melalui teknis komunikasi public yang berbeda-beda.3

b. Tujuan Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH)

Untuk memotivasi setiap warga Sidoarjo untuk terus meningkatkan kepeduliannya dalam menjaga dan mengupayakan kebersihan baik pribadi, keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Masyarakat Sidoarjo diharapkan bisa melestarikan budaya hidup bersih dan sehat. Selain penerapan pola atau budaya hidup bersih juga diperlukan dukungan dan partisipasi oleh semua pihak dalam melaksanakan program tersebut dengan baik dan benar.

2. Pendapatan Asli Desa (PAD)

a. Pengertian Pendapatan Asli Desa (PAD)

Menurut Undang-Undang No 6 tahun 2014 Pasal 1 mengenai tentang Desa:

1. Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) merupakan suatu usaha yang sebagian besar modal yang dimiliki oleh Desa. Jasa pelayanan, usaha, merupakan pernyertaan secara tidak langsung yang berawal dari kekayaan Desa dan usaha lainnya untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

3Revindia Carina, “Kampanye Program Sidoarjo Bersih dan Hijau pemerintah kabupaten Sidoarjo”, Jurnal Ilmu Komunikasi, 2018, http://lib. Unair. ac. id.

(28)

17

2. Keuangan Desa merupakan pelasanaan hak dan kewajiban Desa yang berhubungan dengan barang dan berupa uang tersebut merupakan hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang.4

Lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan Pemerintah Desa (Pemdes) dalam upaya memperkuat perekonomian desa. Pendapatan Asli Desa (PAD) pada dasarnya merupakan bentuk konsolidasi atau penguatan terhadap lembaga-lembaga ekonomi desa dan merupakan instrumen pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi, yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteran ekonomi masyarakat desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka, serta memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal.

b. Tujuan Terbentuk Pendapatan Asli Desa (PAD)

1. Meningkatan kapasitas masyarakat dalam memperdayakan masyarakat dalam merencanaka dan mengelola pembangunan perekonomian yang ada di Desa.

2. Pembangunan sarana dan prasarana perekonomian pedesaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan produktifitas usaha mikro perdesaan

4 Salinan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Diakses 12 Februari 2019 http://drive.google.com.

(29)

18

dengan mendukung kegiatan invetasi lokal, penggalian potensi lokal dan meningkatkan keterkaitan perekonomian pedesaan dan perkotaan. 3. Mewujudkan kelembagaan perekonomian masyarakat perdesaan yang

mandiri dan tangguh untuk memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat.

4. Membuka lapangan pekerjaan agar dapat menanggulangi pengangguran. 5. Membantu pemerintah desa untuk meminimalisir angka kemiskinanan.

C. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini saya menggunakan Teori Fungsionalme Struktural, teori ini juga menggunakan paradigm fakta sosial. Selain itu Teori Fungsinonalisme Struktural juga mempunyai kesinambungan dengan judul yang diambil oleh peneliti serta teori ini merupakan gagasan teori dari Talcott Parsons. ‘Barang sesuatu’ (thing) yang berbeda dengan ide dinyatakan sebagai fakta sosial. Kegiatan mental (spekulatif) murni tidak bisa dipahami. Fakta sosial sendiri dinyatakan sebagai ‘barang sesuatu’ (thing) yang bebeda dengan ide. Yang menjadikan asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural merupakan masyarakat yang terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan norma, adat istiadat maupun nilai-niali kemasyarakatan tertentu yang telat disepakati bersama dan memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi segala perbedaan-perbedaan yang ada, sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang acara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Beberapa asumsi teori fungsionalisme structural:

(30)

19

1. Setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yang tersektruktur secara relative stabil.

2. Dari elemen-elemen yang ada dan juga tertata tersebut terintegrasi dengan baik.

3. Dengan adanya elemen dan juga struktur itulah yang berfungsi untuk memberikan sumbangan pada bertambahnya struktur sebagai sistem tersebut.

4. Pada setiap struktur yang mempunyai sifat fungsional berlandaskan pada suatu consensus nilai diantara para anggotanya.

Talcott parson adalah salah seorang dari aliran ini yang menyatakan bahwa pranata sosial adalah kompleks peranan yang telah melembaga dalam sistem sosial. Paradigma fakta sosial, antar hubungan antara struktur sosial, pranata sosial dan juga hubungan antar individu dengan struktur sosial dan juga antar hubungan individu dengan pranata sosial menjadi fokus perhatian utama. Talcott Parson merupakan salah satu tokoh yang mempunyai pendirian bahwa orang tidak dapat berharap untuk mempelajari perubahan sosial sebelum memahami secara memadai strutur sosialnya, Talcott Parsons juga tokoh fungsional modern. Sebagai tokoh fungsional modern berpendirian bahwa orang tidak dapat berharap mempelajari perubahan sosial sebelum memahami secara memadai struktur sosial.

Teori fungsionalisme structural lebih menekankan pada keteraturan (order) dalam masyarakat dan mengabaikan konflik dan perubahan sosial. Suatu perubahan terdapat pada bagian struktur juga akan berpengaruh terhadap salah

(31)

20

satu bagian dari struktur yang lainnya. Ada juga beberapa tokoh yang ikut menyumbang teori fungsionalisme structural seperti:

1. Robert K. Merton, didalam analisis menggunakan teori fungsionalisme struktral fokusnya pada peranan sosial, pola-pola institusional, proses sosial, organisasi kelompok, dan pengendalian sosial. Suatu pranata atau institusi tertentu dapat fungsional bagi suatu unit sosial tertentu dan sebaliknya dis-fungsional bagi unit sosial yang lain. Merton juga berpendapat bahwa adat istiadat, gagasan, tidak semua struktur, merupakan asumsi yang bertentangan dengan apa yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari (nyata) mempunyai fungsi yang sifatnya positif. Menurut merton struktur sosial atau pranata sosial juga dapat menyumbang terhadap pemelihara fakta-fakta sosial. Merton membedakan fungsi manifes dan fungsi laten, fungsi laten merupakan suatu fungsi yang tidak diharapkan. Sedangangkan fungsi manifes menjelaskan sebaliknya dari fungsi laten, fungsi manifes merupakan fungsi yang diharapkan (intended).5 Dapat dilihat dari penjelasan diatas bahwa bagi merton disfungsional bagi unit lainnya begitu juga sebaliknya fungsional bagi suatu unit sosial tertentu untuk pranata dan institusi yang lain.

2. Talcott Parsons, berpendapat bahwa fungsi atau kebutuhan tertentu yang dipenuhi oleh setiap sistem. Dalam hal tersebut terdapat dua kebutuhan penting untuk dipenuhi, pertama, berhubungan dengan kebutuhan sistem internal atau kebutuhan sistem ketika berhubungan dengan lingkungannya.

5 Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1992),25.

(32)

21

Kedua, berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan dan sarana yang dibutuhkan sebagai sistem yang memiliki struktur atas banyak lembaga, masing-masing lembaga mempunyai fungsinya masing-masing. Struktur dan fungsi dengan komplek yang berbeda-beda ada pada setiap masyarakat, baik di masyarakat modern maupun masyarakat primitif. Semua lembaga akan saling berinteraksi dan saling menyesuaikan yang mengarah pada keseimbangan. 6

Dari asumsi kedua tokoh yang telah dipaparkan diatas menurut sudut pandang peneliti yang lebih relevan atau cocok adalah asumsi Talcott Parsons, dikarenakan peneliti lebih memfokuskan pada keberfungsian antar struktur dalam kehidupan setiap masyarakat. Di dalam teorinya Talcott Parsons mempunyai empat persyaratan mutlak yang harus ada dalam masyarakat supaya dapat berfungsi dengan baik. Keempat persyaratan disebut dengan AGIL, AGIL merupakan singkatan dari Adaptation (A), Goal Attaiment (G), Integration (I), dan Latent Pattern Maintenance (L). Menjalankan fungsi-fungsi keempat tersebut dapat melangsungkan kehidupan masyarakat, yakni:

1. Adaptasi (Adaptation): adalah suatu kebutuhan sistem untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Melalui adaptasi, apa yang dibutuhkan lingkungan suatu sistem menjamin dan juga mendistribusikan sumber-sumber kedalam seluruh sistem yang ada. Apabila dikaitkan dengan penelitian ini masyarakat harus mampu beradaptasi dengan Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH). Harus adanya sosialisasi pada

6 Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma(Fakta Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial), (Jakarta: Prenadamedia Group,2012),46.

(33)

22

masyarakat cara yang mudah atau mudah dipahami oleh masyarakat mengenai Program Sidoarjo Bersih dan Hijua (SBH).

2. Pencapaian Tujuan (Goal Attaiment): suatu sistem harus mampu untuk menentukan tujuannya dan berusaha untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap orang harus adanya arahan setiap apa yang mereka lakukan agar dapat tercapainnya suatu tujuan. Akan tetapi pusat perhatian pertama maksudnya bukan berfokus pada tujuan pribadi seseorang atau individual melainkan mengarahkan pada tujuan bersama para anggota dalam suatu sistem sosial. Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau mempunyai tujuan untuk menciptakan Kabupaten Sidoarjo yang terbebas dari sampah 2018, maka dari itu diperlukannya kerjasama antara pihak pemerintahan dan masyarakat untuk tercapainnya suatu tujuan.

3. Integrasi (Integration): suatu sistem harus ada yang mengatur hubungan antara komponen supaya apa yang diusahakan bisa berfungsi dengan baik. Fungsi integrasi dapat terpenuhi apabila anggota dalam suatu sistem berperan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Masalah integrasi mencakup pada kebutuhan dalam menjalin ikatan emosional yang cukup sehingga dapat menghasilkan solidaritas untuk bekerjasama. Suatu ikatan emosional harus dibangun demi kepentingan bersama bukan karena adanya keuntungan pribadi. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo harus dapat membangun hubungan kerja antara pihak pemerintah dan juga masyarakat termasuk perangkat desa supaya Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau bisa berfungsi secara maksimal.

(34)

23

4. Pemeliharaan Pola (Latent): setiap lapisan masyarakat harus dapat mempertahankan, memperbaiki, dan juga memperbarui baik antar individu ataupun pola-pola kultural yang menciptakan motivasi tersebut. Hal ini berkaitan dengan mempertahankan semangat setiap masyarakat dalam kaitannya terhadap lingkungan Kabupaten Sidoarjo. Untuk mempertahankan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dengan mengevaluasi dan terus adanya pembaharuan inovasi dari adanya Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH). Mempertahankan semangat setiap masyarakat untuk dapat membiasakan masyarakat agar dapat terus peduli terhadap lingkungan sekitar. Suatu kebiasaan yang dilakukan terus menurus akan menjadikan budaya yang baik untuk diterapkan oleh masyarakat sekitar.

Dari keempat persyaratan fungsional mempunyai kesinambungan yang baik, antara sistem kepribadian menjalankan fungsi pencapaian suatu tujuan supaya dapat digunakan dalam tercapainya tujuan tersebut. Mengontrol bagian-bagian yang menjadi komponen merupakan fungsi integrasi. Memberikan wawasan kepada masyarakat dengan norma dan nilai-nilai yang gunanya untuk memotivasi setiap gerakan yang dilakukan oleh setiap masyarakat, merupakan sistem kultur (budaya) atau gerakan dari fungsi laten. Apabila dari salah satu keempat persyaratan tidak dapat terpenuhi membuat kurang maksimalnya menjalankan setiap fungsi pemerintah dan masyarakat dalam Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH).

(35)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini berarti kegiatan penelitian berdasarkan ciri-ciri keilmuannya yang dilakukan secara, empiris, rasional dan sistematis. Sedangkan metode penelitian merupakan tahapan yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian. Subagyo memberikan determinan metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk mendapatkan kembali pemecahan terhadap segala permasalahan yang diajukan. Sebagaiman dijlaskan metode dalam penelitian ini sebagai berikut:

A.Jenis dan Pendekatan Penelitian

Karena topik pembahasan dalam penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana suatu program pemerintah menjadi acuan dalam peningkatan pendapatan asli desa (PAD) sehingga disini penelitian ini bukan menekankan pada pengukuran akan tetapi lebih mengenai Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH) Sebagai Alternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD), sehingga dibutuhkan pendapat atau masukan dari setiap masyarakat tersebut. Dikarenakan

(36)

25

penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai maupun makna yang terdapat dibalik fakta yang ada.

Pendekatan Kualitatif adalah cara penelitian untuk mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis maupun secara lisan / langsung dari seseorang dan perilku yang diamati.7 Dikarenakan pendekatan berasal dari observasi, wawancara dan dokumentasi maka dari itu penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif hasil dari prosedur penelitian. “Yang membedakan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif diantaranya membawa apa yang dibawa peneliti melalui asumsi filosofis ke dalam penelitiannya, cara yang digunakan oleh peneliti.”8

Tujuan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif ini untuk lebih mengenal sasaran utama dari penelitian ini dan obyek yang akan diteliti marupakan masyarakat, pengurus program SBH Desa Jatikalang serta tokoh masyarakat. Pendekatan kualitatif merupakan cara penelitian untuk mendapatkan data deskriptif yang berupa kata-kata yang tertulis serta secara lisan / langsung dari seorang pelaku yang dilihat.9

B.Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Dimana desa tersebut merupakan salah satu desa di kabupaten Sidoarjo yang sudah menerapkan peraturan dinas lingkungan hidup terhadap

7 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), 4. 8 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatitf, dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Edisi Ketiga, 2009), 5.

9 Ibid., 3

(37)

26

Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH). Alasan peneliti mengambil permasalahan ini dikarenakan program SBH ini merupakan program utama yang diterapkan oleh Desa Jatikalang tanpa mengikuti ajang kompetisi dan program tersebut merupakan suatu program yang mampu meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD).

Waktu penelitian yang dilakukan peneliti sekitar tiga bulan dari bulan November 2018 sampai Februari 2019. Waktu tersebut dilakukan peneliti dalam memudahkan dan memahami mengenai program Sidoarjo Bersih dan Hijau yang ada di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

C.Pemilihan Subjek Penelitian

Subyek penelitian merupakan salah satu fungsi terpenting dalam proses penggalian data (informasi) secara mendalam. Dalam pemilihan subyek peneliti ini menggunakan purposive sampling, melalui pertimbangan data dengan teknik pengambilan sampel sumber data. Pertimbngan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling memahami atau mengetahui tentang apa yang peneliti butuhkan atau orang yang dianggap sebagai penguasa sehingga lebih memudahkan peneliti menjelajahi obyek yang diteliti. 10

Karena topik pembahasan dalam penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana suatu program pemerintah menjadi acuan dalam peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) sehingga disini penelitian ini bukan

10Sugioyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), cet. ke-20, 30.

(38)

27

menekankan pada pengukuran akan tetapi lebih mengenai Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH) Sebagai Alternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD), sehingga dibutuhkan pendapat atau masukan dari setiap masyarakat tersebut. Dikarenakan kualitatif berarti suatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai maupun makna yang terdapat dibalik fakta yang ada

Penentuan informan harus lebih utama yang dilakukan oleh peneliti. Kunci utama dalam mencari informan merupakan penguasaan informasi dari beberapa informan dan secara kebenaran bahwa tokoh-tokoh kunci didalam proses sosial selalu langsung menguasai yang terjadi di dalam proses sosial tersebut. Maka dari itu penentuan informan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk mendapatkan data yang sesuai. Adapun kriteria yang harus dipenui informan yakni seorang informan harus mempunyai kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan data. Seperti, Kepala Desa dan Perangkat Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu informan yang utama untuk didatangi dan diwawancarai terkait dengan judul peneliti.

“Pendekatan Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari setiap orang dan perilku yang diamati.”11 Dikarenakan pendekatan berasal dari observasi, wawancara dan dokumentasi maka dari itu penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif hasil dari prosedur penelitian. Asumsi filosofis

(39)

28

yang dibawa peneliti ke dalam penelitiannya diantaranya pembedaan antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif, metode spesifik yang diterapkan untuk melaksanakan strateginya, peneliti juga menggunakan strategi.12 Mendapatkan pemahaman yang lebih mengenai fenomena atau kejadian, sehingga dapat diperoleh teori yang lebih relevan dengan penelitian tersebut, pendekatan kualitatif tidak mencari tahu mengenai hubungan maupun pengaruh antara variable X dan variable Y. Tujuan menggunakan metode penelitian kualitatif ini untuk mengenal obyek yang akan diteliti dan menjadi sasaran utama dari penelitian ini meruapakan tokoh masyarakat, masyarakat dan juga pengurus penerapan program SBH Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau data secara lisan dari seseorang dan perilaku yang diamati.

Dalam penelitian kualitatif, terdapat adanya teknik sampling yang merupakan suatu teknik pengambilan sampel. Sedangkan sampling merupakan bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Salah satu faktor terpenting juga dalam proses penggalian data (informasi yang mendalam yaitu Subyek penelitian. Dalam pemilihan subyek penelitian ini peneliti menggunakan metode purposive sampling, yang maksudnya dengan metode ini peneliti mengambil sampel dari sumber data dengan melalui pertimbangan tertentu,

12 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatitf, dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Edisi Ketiga, 2009), 5.

(40)

29

contohnya saja orang tersebut dianggap oleh peneliti sebagai orang yang paling tahu atau orang yang paling mengerti sehingga dapat membantu dan juga mempermudah peneliti dalam menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.

Peneliti juga sudah terlebih dahulu menentukan informan kunci. Kunci utama dalam mencari informan yaitu penguasaan informasi dari beberpa informan dan juga secara kebenaran bahwa tokoh-tokoh kunci tersebut didalam proses sosial langsung menguasai informasi yang terjadi di dalam proses sosial itu.

Dalam tahap ini peneliti juga memilih subyek penelitian yaitu yang terkait dengan Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) Sebagai Alternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian. Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) Sebagai Alternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Ada juga sumber data dari penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data primer merupakan data dari sumber aslinya yang ada dilapangan dan di dapat secara langsung. Data primer bisa didapatkan melalui wawancara secara langsung dengan informan. Data yang diperoleh juga bisa berasal dari observasi dan wawancara dengan informan yang ada dilapangan. Mempunyai pedoman wawancara yang akan diajukan saat peneliti melakukan wawancara dengan informan, dilakukan sebelum melakukan

(41)

30

wawancara. Daftar nama informan dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1 Data Informan Penelitian

No NAMA USIA PEKERJAAN

1. Rifai 52 Ketua Program SBH Desa Jatikalang

2. Yatnoko, S.H 47 Kepala Desa Jatikalang

3. Hernanto 50 Ketua RW 04 dan Ketua Bank Sampah

4. Hasan Ali 42 Perangkat Desa ( Carik ) 5. Wendi 45 Ketua Penghijauan

6. Joni 45 Pengelolah Budidaya Cacing Tanah 7. Ahmad Muhtadi 44 Ketua RT 04

8. Podo 51 Pembuat Takakura / Kompos 9. Wiwik 46 Masyarakat Desa Jatikalang 10. Ana 27 Masyarakat Desa Jatikalang 11. Yuyun 42 Kader Lingkungan

(Sumber: Observasi Peneliti, Tahun 2019).

2. Data Sekunder merupakan sumber data yang dihasilkan oleh peneliti, seperti halnya berupa gambar, dokumentasi yang terkait tentang lokasi penelitian, waktu, dan proses pengalihan data dengan melakukan wawancara dengan informan yang berada dilokasi penelitian, sumber data sekunder juga didapatkan peneliti dari buku-buku diperpustakaan dan web yang bersangkutan dengan membahas informasi yang sama dengan apa yang diteliti oleh peneliti. Adapun fungsi data sekunder dalam penelitian ini

(42)

31

yakni sebagai data pelengkap data utama yang telah diperoleh peneliti dilapangan yakni di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Dat ini berupa arsip Desa Jatikalang yang meliputi profil desa yang mencakup tentang data monografi Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

D.Tahap - Tahap Penelitian

“Tahapan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi tiga langkah dimana masing-masing langkah atau tahapan tersebut dapat dibagi dalam beberapa langkah atau tahapan.”13 Tahapan penelitian terdiri dari:

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini adalah tahapan yang paling utama dalam melakukan sebuah penelitian. Tahapan ini peneliti memlilih masalah atau topik dan melakukan identifikasi yang akan diteliti Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) Sebagai Alternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan ini peneliti melaksanakan penetian dengan tujuan mengumpulkan masalah yang akan diteliti dengan pengumpulan data serta fakta yang ada dilapangan. Pengumpulan data ini dilakukan melalui proses wawancara oleh beberpa subyek penelitian yang sudah ditentukan oleh peneliti dalam kaitannya dengan penelitian ini yang di wawancara

(43)

32

Dinas Lingkungan Hidup Desa Jatikalang, tokoh masyarakat, perangkat Desa Jatikalang, anggota yang bertugas atau bertanggung jawab pada bidang kebersihan Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH). Faktor yang mempengaruhi keterlibtan masyarakatnya untuk peduli terhadap lingkungan sekitar dibutuhkan juga peran perangkat Kecamatan Krian dan Desa Jatikalang. Peneliti juga melakukan kegiatan observasi untuk mengamati secara langsung fakta-fakta yang ada dilapangan kemudian dilihat dengan apa yang dikatakan oleh informan ketika wawancara. 3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian merupakan tahapan terakhir dari penelitian, pada tahapan ini menelah kembali seluruh data yang telah di kumpulkan dari berbagai sumber seperti wawancara, pengamatan serta pengumpulan data dan dokumentasi. Dan dianalisis untuk kemudian disusun dalam bentuk laporan penelitian sehingga ditemukan kesimpulan dari peneliti tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang saya gunakan teknik pengumpulan data kualitatif yang umumnya menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(44)

33

“Observasi merupakan teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian melalui pengamatan secara langsung di tempat atau obyek yang diteliti.”14 Dari pengamatan tersebut peneliti dapat mengetahui sesuai tidaknya tempat atau obyek dengan tujuan peneliti. Tujuan dari data observasi merupakan untuk mendeskripsikan latar yang diobservasi, orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan.15

Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung mengenai Program Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH) sebagai alternatif peningkatan pendapatan asli desa (PAD).

2. Wawancara (Interview)

“Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.”16 Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yakni pewawancara yang mengajukan pertanyaan kepada informan yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Teknik wawancara yang digunakan dengan menggunakan pedoman wawancara untuk mengadakan wawancara terstruktur dimana peneliti melakukan tanya jawab untuk mengumpulkan data yang relevan dengan fokus penelitian melalui komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait. Selain itu observasi dan

14 Suharsimi Arikunto, Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Prakter (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 124

15 Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 161. 16 Mulyana Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004), 180.

(45)

34

dokumentasi digunakan wawancara untuk mengkonfirmasikan data yang sudah terkumpul.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang di dapat melalui dokumen-dokumen yang ada. Dokumentasi tersebut dapat berupa forografi, video, film, memo, surat, dan lain-lain yang dapat digunakan untuk informasi suplemen sebagai sumber data utamanya yakni observasi partisipan atau wawancara. Penliti memperoleh data-data dokumentasi dari salah satu akun media sosial milik perangkat pemerintahan khususnya yang bertanggung jawab pada Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) yaitu Dinas Kebersihan dan Pertanaman, serta di dukung dengan buku-buku dan jurnal-jurnal dan hasil penelitihan terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data dengan metode analisis dekskriptif yang mempunyai tujuan untuk memahami serta menggambarkan keadaan atau fenomena yang ada di dalam masyarakat di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo terkait dengan Program Sidorjo Bersih Dan Hijau (SBH) Sebagai Alternatif Peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD). “Adapun data-data yang didapat melalui wawancara dengan subyek penelitian yang telah ditentukan. Analisis data secara keseluruhan berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan metode deskripsi analisis yaitu

(46)

35

menjelaskan pokok-pokok persoalan dan menganalisis data yang diperoleh secara teliti untuk mendapatkan kesimpulan diakhir.”17

G.Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan peneliti adalah Derajat Kepercayaan dengan menggunakan Triangulasi. “Yang dimaksud trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan maupun sebagai pembanding terhadap data tersebut, tekniknya adalah dengan pemeriksaan sumber lainnya.”18

“Triangulasi sumber dan triangulasi teknik terdapat dalam teknik keabsaan triangulasi.”19 Triangulasi sumber ini digunakan untuk menguji kebenaran data yang dilakukan dengan mengecek data yang telah di peroleh dari beberapa sumber. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka data-data tersebut di peroleh dari pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo bidang kebersihan yang bertanggung jawab terhadap Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH).

Data tersebut kemudian akan dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan kesimpulan. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda tetapi tetap pengecekan data kepada sumber

17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 202-208.

18 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 178. 19 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 372.

(47)

36

yang sama. Seperti dalam penelitian ini, selain pengecekan kebenaran dengan melakukan observasi secaea langsung juga dibutuhkan selain peneliti menggunakan wawancara, saat masyarakat Desa Jatikalang mengatakan bahwa memiliki beberapa orang perangkat desa yang mempunyai kesibukan tugas untuk bertugas bergabung di komunitas peduli lingkungan dan juga sefmila (sefbumi langit) yang mempunyai beberapa program untuk mengatasi sampah dengan mediasi sampah-sampah organik ataupun Non organik diantaranya: 1. Takapura 2. Cacing Tanah 3. Bank Sampah 4. Imcemerator (Penanaman atau Pembakaran), melakukan observasi di lapangan dengan ikut secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan di Bank Sampah di desa Jatikalang juga ada namun di Desa Jatikalang lebih berfokus pada Takakura (pemilihan sampah organik ataupun Non Organik yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut, dan juga didukung oleh data dokumentasi yang ada. Sehingga hasil dari triangulasi tersebut, dapat memberikan kesimpulan mengenai keabsahan dari data penelitian tersebut yaitu apakah data yang diperoleh ternyata konsisten, tidak konsisten, atau berlawanan.

(48)

37

BAB IV

SIDOARJO BERSIH DAN HIJAU (SBH) SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DESA (PAD)

A. Profil Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo Dan Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) di Desa Jatikalang

1. Setting Penelitian

Melalui deskriptif setting penelitian, dapat di gambaran secara umum mengenai obyek yang akan diteliti, baik mengenai letak geografis, gambaran sosial masyarakat, maupun gambaran sosial keagamaan masyarakat di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini:

(49)

38

(Sumber: Data Monografi Desa Jatikalang Tahun 2017).

Desa jatikalang bukanlah desa yang terpilih menjadi salah satu perwakilan kecamatan untuk maju ke dalam perlombaan Sidoarjo Bersih Dan Hijau (SBH). Akan tetapi masyarakat desa jatikalang menjadi salah satu desa yang terkena sampah dari Program SBH tersebut. Dengan meninjau serta mendapat pengetahuan dari Desa Jatikalang menjadi sadar akan pentingnya menjaga lingkungan disekitar mereka. Masyarakat di Desa Jatikalang berinisiatif untuk mengelolah sampah yang ada di desa dengan membuat sebuah inovasi baru berupa program cacing tanah, takakura/komposter. Dimana program tersebut dapat memberikan alternative peningkatan jumlah Pendapatan Asli Desa (PAD). Dengan adanya inisiatif, keterampilan, ide masyarakat di Desa Jatikalang jadi ikut membantu peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) melalui pemanfaatan sampah dijadikan barang yang berguna dan menghasilkan keuntungan bagi

(50)

39

Desa. Seperti halnya yang dilakukan di Desa Jatikalang memiliki kegiatan atau program peternakan cacing tanah yang setiap satu bulan sekali membantu peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD).

a. Letak Geografis

Desa Jatikalang berada di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, tempat dimana Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) itu berjalan dengan baik. Untuk membantu mempermudah pemahaman mengenai Desa Jatikalang, peneliti membuat suatu gambaran berupa keterangan-keterangan mengenai Desa Jatikalang. Ada pun beberapa wilayah yang berbatasan dengan Desa Jatikalang, dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1: Batas-batas Desa Jatikalang

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebelah Timur Ngaresrejo Sukodono Sebelah Barat Keboharan Krian Sebelah Selatan Terung wetan Wonoayu Sebelah Utara Sidorejo Driyorejo

(Sumber: Data Monografi Desa Jatikalang Tahun 2017). Dengan Orbitas dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.2 : Orbitas

1. Jarak ke ibu kota Kecamatan 7,000 km 2. Jarak ke ibu kota Kabupaten 20,000 km

(51)

40

3. Jarak ke ibu kota Provinsi 35,000 km

(Sumber: Data Monografi Desa Jatikalang Tahun 2017).

Desa Jatikalang merupakan desa yang cukup besar dengan luas wilayah sekitar 1.550.000 m2 serta Desa Jatikalang mempunyai jumlah penduduk sebesar 5.314 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 2.655 jiwa dan pendudukan perempuan sebanyak 2.659 jiwa, pada tahun 2017. 20

b. Gambaran Keagamaan

Agama merupakan suatu sistem yang mempunyai fungsi untuk mengatur keimanan ataupun kepercayaan individu kepada Tuhan yang Maha Esa yang berhubungan dengan pergaulan setiap manusia serta lingkungannya. Desa Jatikalang merupakan desa dengan berbagai macam agama. Untuk menggambarkan kondisi keagamaan di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo berikut pemaparan data berdasarkan data monografi desa, dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.3: Agama Penduduk

No. Keyakinan/Agama Jumlah

1. Islam 5.153

2. Kristen 86

20 Hasil monografi desa atau dokumentasi profil desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

(52)

41

3. Budha 17

4. Hindu 32

5. Katholik 26

(Sumber: Data Monografi Desa Jatikalang Tajun 2017). c. Gambaran Sosial Masyarakat

Gambaran sosial masyarakat berguna untuk memberikan sebuah gambaran mengenai dinamika kehidupan sosial masyarakat Desa Jatikalang.

d. Gambaran perekonomian dan Mata Pencaharian

Terkait dengan letak geografisnya, desa Jatikalang mempunyai tingkat kesuburan tanah yang cukup baik dengan terbuktinya pada sektor pertanian mempunyai luas 47,75 Ha yang setiap tahunnya menghasilkan 8,00 ton/Ha. Selain itu juga terdapat saluran prasana irigasi yang meliki panjang 7000 m yang gunanya untuk mengairi sawah.21

Mata pencaharian warga desa Jatikalang yang beraneka ragam dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4: Mata Pencaharian Penduduk

No. Pencaharian Penduduk Jumlah

1. Wiraswasta 11

2. Dosen Swasta 4

3. Pedagang barang kelontong 59 4. Karyawan perusahaan pemerintah 12

(53)

42

5. TNI 73

6. POLRI 10

7. Apoteker 1

8. Karyawan perusahaan swasta 1.820 9. Pengrajin industri rumah tangga lainnya 11

10. Perangkat Desa 11

11. Buruh tani 96

12. Perawat swasta 5

13. Akuntan 1

14. Buruh Harian Lepas 24 15. Pegawai negri sipil 1

16. Juru masak 1

17. Pedagang keliling 21

18. Petani 152

19. Pengusaha kecil, menengah dan besar 5

(Sumber: Data Monografi Desa Jatikalang Tahun 2017). e. Gambaran Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang terpenting bagi setiap individu tak terkecuali juga bagi warga di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Meskipun tidak terlalu banyak warga Desa Jatikalang untuk melanjutkan pendidikan namun ada beberapa warga yang sudah menempuh ke jenjang pendidikan sampai pada taraf perguruan tinggi. Sebagian pemuda Desa Jatikalang setelah menyelesaikan studi SMA memilih untuk bekerja ke pabrik maupun

(54)

43

wirausaha. Detail mengenai pendidikan warga di Desa Jatikalang Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini:

Tabel 4.5: Pendidikan Penduduk Desa Jatikalang No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. SD 553 orang 2. SMP 1.167 orang 3. SMA 1.522 orang 4. D1-D3 181 orang 5. S1 67 orang 6. S2 12 orang 7. S3 1 orang

(Sumber: Data Monografi Desa Jatikalang Tahun 2017). 2. Peran Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) di Desa Jatikalang

Semakin berkembangnya pertumbuhan penduduk dan semakain meningkatnya volume sampah yang ada di Sidoarjo maka dari itu Dinas Lingkungan Hidup daerah sidoarjo membuat solusi yang mereka kemas dalam bentuk program yang arahannya permasalahan tentang lingkungan. Terdapat juga bentuk program-program selain Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) yakni program Adiwiyata yang mempunyai tujuan yang sama-sama membentuk setiap lapisan yang peduli terhadap lingkungan sekitar. Adiwiyata sendiri yang saya ketahui berasal dari 2 kata yakni Adi dan Wiyata dari bahasa sansekerta. Dimana kata Adi sendiri maksudnya besar, agung dan baik, sedangkan wiyata merupakan dimana seseorang yang mendapatkan norma,

(55)

44

pengetahuan, serta etika dalam kehidupan sosialnya. Adiwiyata jika disimpulkan merupakan suatu tempat yang ideal untuk seseorang maupun kelompok dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, dll yang dapat menjadikan setiap masyarakat menuju ketentraman, kesejahteraan yang kaitannya dalam pembangunan selanjutnya.

Program tersebut yakni program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) dan Zero Waste, yang mana tujuan kedua program tersebut mempunyai kesamaan yang ingin menciptakan sidoarjo bebas dari sampah di tahun 2018. Letak perbedaan hanya pada ruang lingkupnya, Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) sendiri mempunyai sifat lebih menyeluruh yakni mencakup kebersihan dan penghijauan lingkungan. Sedangkan program Zero Waste lebih berfokus pada fokus sampah dimana yang terlibat di dalam Zero Waste hanya orang-orang yang peduli terhadap lingkungan.

Program Zero Waste baru terlaksana pada tahun 2016-2017, Program Zero Waste sendiri merupakan pengembangan dari program SBH karena program SBH lebih dulu terlaksana sejak tahun 2008 hingga saat ini. Program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH) merupakan salah satu upaya pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam mengatasi permasalahan tentang sampah yang samakin banyak. Dengan adanya suatu program ini pemerintah Kabupaten Sidaorjo juga berharap bahwa jumlah sampah yang di buang di TPA semakin berkurang, mengingat tempat pembuangan sampah yang ada di Sidoarjo yang hanya mempunyai satu tempat pembuangan akhir.

(56)

45

Volume sampah menjadi meningkat disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang juga ikut meningkat. Maka dari itu dibutuhkan pergerakan perubahan dari semua pihak untuk ikut serta turun aktif dalam mengelola sampah demi terciptanya lingkungan yang bersih dan hijau. Dalam kaitannya usaha untuk menggerakkan semua pihak mmbutuhkan stimulus, dorongan, dan perubahan pola fikir/mindset serta juga pola hidup yang berwawasan tentang lingkungan.

Maka dari itulah pemerintah Sidoarjo merencanakan program-program yang berwawasan mengenai lingkungan, salah satunya yakni program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH). Tujuan dari program SBH, untuk mengubah mindset masyarakat mengenai soal sampah, sehingga dapat mewujudkan Sidoarjo Zero Waste 2018. Karena disini sampah menjadi permasalahan yang paling utama dalam lingkungan, tidak hanya di wilayah Sidoarjo saja akan tetapi juga ada di wilayah yang lain bahkan juga bisa jadi bukan hanya diwilayah akan tetapi bisa menjadi permasalahan yang mendunia. Masyarakat Sidoarjo melalui program SBH dituntut untuk ikut aktif dalam berpartisipasi untuk menjaga lingkungan disekitarnya. Hasil data ini di dapat dari wawancara dengan Bapak Rifa’i, yang merupakan salah satu anggota Zero Waste Sidoarjo dan juga menjabat sebagai ketua beberapa program SBH yang ada di Desa Jatikalang, beliau mengungkapkan:

“Program SBH ini memang sudah dimuali sejak tahun 2008, yang salah satunya pada arah lingkungan. Bagaimana masyarakat bisa mengelola sampah itu dengan baik dan benar mbak, soalnya kebanyakan masyarakat itu berfikiran bahwa sampah sudah tidak penting/tidak dapat digunakan lagi padahal kalau mereka mengetahui betapa banyaknya manfaat mereka itu merawat lingkungan mereka sendiri apalgi mereka

Gambar

Tabel 3.1 Data Informan Penelitian
Tabel 4.1: Batas-batas Desa Jatikalang
Tabel 4.3: Agama Penduduk
Tabel 4.4: Mata Pencaharian Penduduk
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian PD-L1 untuk berbagai jenis tumor tengah berkembang pesat dan telah membuktikan ekspresi positif PD-L1 berhubungan dengan kondisi klinis yang lebih buruk

Lambing dan Kuehl dalam bukunya : “ enterpreneurship” (2000) mendefinisikan wirausaha keluarga yaitu usaha keluarga adalah usaha yang mayoritas modal dan pengawasannya

Adalah cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk atas aset keuangan lainnya, antara lain penempatan pada bank lain, tagihan akseptasi, penyertaan yang

memanfaatkan aplikasi berbasis teknologi merupakan kendaraan pribadi yang disewakan untuk mendapatkan penghasilan tambahan oleh pemiliknya. Berdasarkan hal tersebut, karakteristik

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Kanker Payudara Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan

bekal hidup sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat, yakni masyarakat Indonesia yang menuju tata masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila. Bekal

“Dalam rangka terselenggaranya praktik kedokteran yang bermutu dan melindungi masyarakat sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini, perlu

BAZNAS Kabupaten Kulonprogo belum efektif, ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut: (1) dana zakat yang di kumpul masih sedikit, sehingga penyaluran