• Tidak ada hasil yang ditemukan

KPU KOTA MALANG NASKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KPU KOTA MALANG NASKAH"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KPU KOTA MALANG

==========================================================

NASKAH

Usulan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang

Pemilihan Umum Tahun 2019.

( Hasil Uji Publik pada Tanggal, 7 Pebruari 2017 )

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penataan, pemetaan, dan penetapan daerah pemilihan (Dapil) menjadi salah satu awal pelaksanaan tahapan Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2019, yang akan dilaksanakan serentak antara Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Pasal 187 ayat (5) dan Pasal 189 ayat (5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum telah menetapkan Dapil untuk Pemilu Anggota DPR dan DPRD Provinsi sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dan Lampiran IV Undang-Undang. Sedangkan sesuai dengan ketentuan Pasal 194 ayat (5) dan Pasal 195 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, penyusunan dan penetapan Dapil untuk Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan berkonsultasi kepada DPR.

KPU telah menetapkan Peraturan KPU Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penataan Daerah Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan RakyatDaerahKabupaten/KotadalamPemilihan Umum Tahun 2019.

Peraturan KPU dimaksud mengatur beberapa hal, yaitu : 1. prinsip-prinsip penataan daerah pemilihan;

2. data kependudukan dan jumlah kursi;

3. penyusunan daerah pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota; 4. tugas dan wewenang KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan

KPU/KIP Kabupaten/Kota;

5. penataan daerah pemilihan dan penentuan alokasi kursi akibat bencana; dan

6. penataan daerah pemilihan dan penentuan alokasi kursi daerah pemekaran yang dibuat setelah Pemilu.

(5)

2

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan usulan penataan daerah pemilihan dan alokasi kursi daerah pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota dalam Pemilu dibuat untuk memudahkan KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota, Partai Politik dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan Peraturan KPU Nomor 16 Tahun 2017. Sedangkan tujuan dari penyusunan naskah usulan dapil ini adalah Sebagai bahan KPU Kota Malang dalam pengusulan Dapil di Kota Malang dalam Pemilu 2019 ke KPU Republik Indonesia melalui KPU Propinsi Jawa Timur.

C. Pengertian Umum

1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR

adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang tentang Otonomi Khusus.

(6)

3

4. Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia yang selanjutnya disebut KPU adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dalam melaksanakan Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pemilihan Umum.

5. Komisi Pemilihan Umum Provinsi/Komisi Independen Pemilihan Aceh yang selanjutnya disebut KPU Provinsi/KIP Aceh adalah lembaga penyelenggara Pemilu di provinsi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pemilihan Umum. 6. Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan

Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut KPU/KIP Kabupaten/Kota adalah penyelenggara Pemilu di kabupaten/kota.

7. Daerah Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Dapil adalah kecamatan atau gabungan kecamatan atau bagian kecamatan yang dibentuk sebagai kesatuan wilayah/daerah berdasarkan jumlah penduduk untuk menentukan alokasi kursi sebagai dasar pengajuan calon oleh pimpinan partai politik dan penetapan calon terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota.

8. Jumlah Kursi adalah jumlah kursi Anggota DPRD Kabupaten/Kota yang ditetapkan dalam suatu kabupaten/kota dengan berdasarkan kepada ketentuan jumlah penduduk.

9. Alokasi Kursi adalah penentuan jumlah kursi pada suatu Dapil. 10. Bilangan Pembagi Penduduk yang selanjutnya disebut BPPd adalah bilangan yang diperoleh dari hasil bagi jumlah penduduk suatu kabupaten/kota dengan jumlah kursi DPRD Kabupaten/Kota.

11. Prinsip Penetapan Daerah Pemilihan terdiri atas kesetaraan nilai suara, ketaatan pada sistem pemilu yang proporsional,

(7)

4

Proporsionalitas, Integritas wilayah, Coterminous, kohesivitas, kesinambungan.

12. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia yang berdomisili di wilayah Republik Indonesia atau di luar negeri.

(8)

5

BAB II

PRINSIP

PRINSIP PENATAAN DAPIL DAN ALOKASI KURSI

A. Prinsip Kesetaraan Nilai Suara

Prinsip kesetaraan nilai suara yaitu mengupayakan nilai suara atau harga kursi yang setara antara satu Dapil dengan Dapil lainnya dengan prinsip satu orang satu suara satu nilai. Penerapan prinsip ini dilakukan dengan cara menetapkan BPPd di kabupaten/kota. Melalui penggunaan BPPd, jumlah penduduk menjadi berbanding lurus dengan jumlah kursi yang diperoleh dan harga kursi antara satu Dapil dengan Dapil lainnya menjadi kurang lebih setara. Contoh penggunaan BPPd dapat dilihat dalam mekanisme penghitungan Alokasi Kursi.

B. Prinsip Ketaatan pada Sistem Pemilu yang Proporsional

Prinsip ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional yaitu memperhatikan ketaatan dalam pembentukan Dapil dengan mengutamakan jumlah kursi yang besar agar persentase jumlah kursi yang diperoleh setiap Partai Politik dapat setara dengan persentase suara sah yang diperolehnya. Prinsip ini mendorong agar setiap wilayah memiliki Dapil berkursi besar, diupayakan berada di interval 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) kursi. Hal ini dilakukan agar setiap partai politik mendapatkan distribusi kursi yang sama atau paling tidak mendekati, karena semakin besar Alokasi Kursi Dapil maka akan semakin setara prosentase perolehan kursi setiap partai.

(9)

6 C. Prinsip Proporsionalitas

Prinsip proporsionalitas yaitu memperhatikan kesetaraan Alokasi Kursi antar Dapil untuk menjaga perimbangan Alokasi Kursi setiap Dapil. Dalam penyusunan Dapil diupayakan agar kesenjangan Alokasi Kursi setiap Dapil tidak terlalu jauh.

D. Prinsip Integralitas Wilayah

Prinsip integralitas wilayah yaitu memperhatikan keutuhan dan keterpaduan wilayah, kondisi geografis, sarana perhubungan dan aspek kemudahan transportasi dalam menyusun beberapa daerah kabupaten/kota atau kecamatan ke dalam satu Dapil.

Dalam penyusunan satu Dapil DPRD Kabupaten/Kota terdiri dari beberapa kecamatan, maka kecamatan tersebut harus berada dalam satu wilayah geografis yang sama. Untuk memastikan hal ini, maka dalam penataan Dapil Kabupaten/Kota perlu memperhatikan secara cermat peta wilayah beserta garis batas wilayahnya.

E. Prinsip Berada dalam Satu Wilayah yang Sama

Prinsip berada dalam satu wilayah yang sama yaitu penyusunan Dapil Anggota DPRD Kabupaten/Kota harus tercakup seluruhnya dalam suatu Dapil Anggota DPRD Provinsi. Pelanggaran terhadap implementasi prinsip berada dalam satu wilayah yang sama berpotensi terjadi untuk wilayah yang menggunakan bagian kabupaten/kota atau kecamatan sebagai dasar penyusunan Dapil Anggota DPRD Provinsi. Adapun daftar daerah yang menggunakan bagian dari kabupaten/kota (kecamatan) dalam penyusunan Dapil Anggota DPRD Kabupaten/Kota dapat dilihat dalam Lampiran IV Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

(10)

7

Pada penataan Dapil Anggota DPRD Kabupaten/Kota yang mengacu pada prinsip berada dalam satu wilayah yang sama, kecamatan-kecamatan yang berada dalam satu Dapil Anggota DPRD Provinsi tidak dapat digabung dengan kecamatan-kecamatan di luar Dapilnya sendiri untuk menjadi Dapil Anggota DPRD Kabupaten/Kota.

F. Prinsip Kohesivitas

Pada prinsip kohesivitas penyusunan Dapil memperhatikan sejarah, kondisi sosial budaya, adat istiadat, dan kelompok minoritas. Dalam penyusunan Dapil di satu wilayah, diupayakan mencakup kondisi sosial budaya, adat, dan sejarah yang sama. Hal ini untuk menghindari permasalahan yang akan muncul di masyarakat.

G. Prinsip Kesinambungan

Prinsip kesinambungan, yaitu penyusunan Dapil dilakukan dengan memperhatikan Dapil yang sudah ada pada Pemilu Terakhir. Dengan demikian, perubahan terhadap Dapil diusahakan dilakukan seminimal mungkin. Adapun beberapa hal yang dapat menyebabkan Dapil berubah yaitu:

a. penataan Dapil pada Pemilu Tahun 2014 tidak memenuhi prinsip-prinsip penataan Dapil;

b. kabupaten baru yang terbentuk pasca penetapan Dapil Pemilu Tahun 2014;

c. kabupaten induk yang sebagian wilayahnya telah membentuk kabupaten/kota baru;

d. kabupaten/kota yang terdapat penambahan/pengurangan jumlah kecamatan; atau

e. perubahan jumlah penduduk yang mengakibatkan berubahnya Alokasi Kursi Dapil menjadi lebih dari 12 (dua belas) atau kurang dari 3 (tiga).

(11)

8

BAB III

USULAN PENATAAN DAPIL DI KOTA MALANG

PEMILU 2019

A. KONDISI GEOGRAFIS

1. Keadaan Geografis

Kota Malang yang terletak pada ketinggian antara 440 – 667 meter diatas permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada ditengah-tengah wilayah Kabupaten Malang secara astronomis terletak 112,06° – 112,07° Bujur Timur dan 7,06° – 8,02° Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Singosari dan Kec. Karangploso Kabupaten Malang

2. Sebelah Timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang

4. Sebelah Barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang

Serta dikelilingi gunung-gunung :

1. Gunung Arjuno di sebelah Utara 2. Gunung Semeru di sebelah Timur

3. Gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat 4. Gunung Kelud di sebelah Selatan

(12)

9

2. Iklim

Kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2008 tercatat rata-rata suhu udara berkisar antara 22,7°C – 25,1°C. Sedangkan suhu maksimum mencapai 32,7°C dan suhu minimum 18,4°C . Rata kelembaban udara berkisar 79% – 86%. Dengan kelembaban maksimum 99% dan minimum mencapai 40%. Seperti umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan, dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso Curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Pebruari, Nopember, Desember. Sedangkan pada bulan Juni dan September Curah hujan relatif rendah. Kecepatan angin maksimum terjadi di bulan Mei, September, dan Juli.

3. Keadaan Geologi

Keadaan tanah di wilayah Kota Malang antara lain :

1. Bagian selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas, cocok untuk industri.

2. Bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian.

3. Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang kurang subur.

4. Bagian barat merupakan dataran tinggi yangf amat luas menjadi daerah pendidikan.

4. Jenis Tanah

Jenis tanah di wilayah Kota Malang ada 4 macam, antara lain : 1. Alluvial kelabu kehitaman dengan luas 6,930,267 Ha. 2. Mediteran coklat dengan luas 1.225.160 Ha.

3. Asosiasi latosol coklat kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha.

4. Asosiasi andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765,160 Ha

(13)

10

Struktur tanah pada umumnya relatif baik, akan tetapi yang perlu mendapatkan perhatian adalah penggunaan jenis tanah andosol yang memiliki sifat peka erosi. Jenis tanah andosol ini terdapat di Kecamatan lowokwaru dengan relatif kemiringan sekitar 15 %.

Gambar 1

(14)

11

B. PENGHITUNGAN ALOKASI KURSI

Sumber data pemetaan dapil dan alokasi kursi adalah jumlah penduduk di suatu wilayah kabupaten/kota. Jumlah penduduk ini mengacu pada data agregat kependudukan per kecamatan (DAK 2) yang diserahkan oleh Kementerian Dalam Negeri kepada KPU paling lambat 16 (enam belas) bulan sebelum hari pemungutan suara. Sesuai tahapan Pemilu tahun 2019 sebagaimana diatur dalam PKPU nomor 7 tahun 2017 yang kemudian direvisi menjadi PKPU nomor 5 tahun 2018, tanggal 17 Desember 2017 lalu, KPU telah menerima DAK2 (Data Agregat Kependudukan per Kecamatan) dari Kemendagri yang kemudian di break down ke KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota. Sesuai data yang diperoleh melalui aplikasi SIDALIH (Sistem Informasi Pendataan Pemilih), DAK2 Kota Malang sejumlah 834.545 jiwa.

Tabel 1

Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan (Dak2) Kota Malang

NO KECAMATAN DAPIL JENIS KELAMIN TOTAL

Laki-laki Perempuan 1 KEDUNGKANDANG 1 97.415 96.771 194.186 2 SUKUN 2 97.462 96.718 194.180 3 KLOJEN 3 50.147 52.057 102.204 4 LOWOKWARU 4 79.229 80.178 159.407 5 BLIMBING 5 92.126 92.442 184.568 Jumlah 416.379 418.166

834.545

DAK2 tersebut menjadi dasar KPU Kota Malang untuk menentukan alokasi kursi DPRD Kota Malang untuk Pemilu tahun 2019. Sebagaimana ditetapkan dalam Pasal (191) Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 bahwa;

1) Jumlah kursi DPRD kabupaten/kota ditetapkan paling sedikit 2O (dua puluh) kursi dan paling banyak 55 (lima puluh lima) kursi.

(15)

12

2) Jumlah Kursi DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud Pada ayat (1) didasarkan pada jumlah penduduk kabupaten/kota yang bersangkutan dengan ketentuan:

Tabel 2

Jumalah Penduduk dan Alokasi Kursi

JUMLAH PENDUDUK ALOKASI KURSI

≤100.000 20 < 100.000 s.d. 200.000 25 < 200.000 s.d. 300.000 30 < 300.000 s.d. 400.000 35 < 400.000 s.d. 500.000 40 < 500.000 s.d. 1.000.000 45 < 1.000.000 s.d. 3.000.000 50 ≥ 3.000.000 55

Dengan mendasari pasal 191 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017, maka jumlah kursi DPRD Kota Malang sebanyak 45 kursi. Hal ini diperkuat dalam Keputusan KPU RI nomor 13/PL.01.3-Kpt/03/KPU/I/2018 tentang Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota dan Jumlah Kursi DPRD Kabupaten/Kota dalam Pemilu Tahun 2019.

(16)

13

C. TATA CARA PENGHITUNGAN ALOKASI KURSI DAPIL

1. Menentukan Jumlah Kursi untuk tiap kabupaten/kota dengan melihat jumlah penduduk sesuai dengan ketentuan Pasal 191 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Jumlah Penduduk Jumlah Kursi

Sampai dengan 100.000 20 kursi

100.001 s.d. 200.000 25 kursi 200.001 s.d. 300.000 30 kursi 300.001 s.d. 400.000 35 kursi 400.001 s.d. 500.000 40 kursi 500.001 s.d. 1.000.000 45 kursi 1.000.001 s.d. 3.000.000 50 kursi

Lebih dari 3.000.000 55 kursi

2. Menetapkan angka Bilangan Pembagi Penduduk (BPPd) dengan cara membagi jumlah penduduk di kabupaten/kota dengan Jumlah Kursi yang didapat dari angka 1.

Jumlah Penduduk Kab/Kota

BPPd =

Jumlah Kursi Kab/Kota

3. Menghitung estimasi Alokasi Kursi per kecamatan dengan cara membagi jumlah penduduk per kecamatan dengan BPPd (apabila terdapat pecahan, dihilangkan).

(17)

14

Estimasi Alokasi Jumlah Penduduk kecamatan

Alokasi Kursi =

Kecamatan BPPd

4. Menata Dapil-Dapil yang terdiri dari kecamatan atau bagian kecamatan, dengan memperhatikan estimasi jumlah Alokasi Kursi per kecamatan dan prinsip dan ketentuan penataan Dapil sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan. 5. Menentukan Alokasi Kursi per Dapil dengan cara membagi

jumlah penduduk Dapil dengan BPPd; (apabila terdapat angka pecahan, maka angka pecahan dihilangkan)

Jumlah Penduduk di Dapil

Alokasi Kursi perdapil =

BPPd

6. Apabila pada penghitungan tahap pertama masih terdapat sisa Alokasi Kursi, maka sisa Alokasi Kursi dibagikan ke Dapil dengan peringkat sisa penduduk terbanyak.

7. Sisa penduduk per Dapil dihitung dengan cara mengurangi jumlah penduduk per Dapil sebelum pembagian dengan hasil perkalian BPPd dengan Alokasi Kursi yang didapat pada penghitungan tahap pertama.

Sisa Penduduk per Dapil = Penduduk per Dapil – (Alokasi Kursi Tahap 1 x

(18)

15

D. PENYUSUNAN DAN PEMETAAN DAPIL KOTA MALANG

Daerah Pemilihan (district) adalah arena kompetisi politik yang sesungguhnya. Sebab disinilah partai politik dan calon anggota legislatif berebut suara pemilih untuk meraih kursi yang tersedia. Bicara tentang daerah pemilihan tidak hanya membahas besaran daerah pemilihan atau jumlah kursi perwakilan yang tersedia di setiap dapil. Tetapi juga penduduk yang diwakili dan wilayah atau area penduduk tersebut tinggal. Jadi dalam setiap dapil terdapat 3 unsur;

kursi, penduduk dan wilayah. Ketiganya saling mempengaruhi

untuk mencapai tujuan pembentukan daerah pemilihan.

Tujuan pembentukan dapil adalah memperjelas hubungan penduduk dan pemilih dengan wakilnya. Pada saat Pemilu, penduduk dan pemilih mengetahui calon-calon yang hendak dipilih. Sedangkan pada pasca Pemilu, penduduk dan pemilih dapat menyalurkan aspirasi kepada wakil-wakil yang terpilih. Dengan demikian daerah pemilihan dapat menjaga hubungan akuntabilitas perwakilan. Di satu pihak, penduduk dan pemilih mengetahui dan bisa berhubungan dengan wakil-wakilnya untuk memperjuangkan kepentingannya. Di lain pihak, para wakil mengetahui dengan pasti penduduk dan pemilih mana yang harus diperjuangkan kepentingan aspirasinya.

Pada Pemilu tahun 2014 lalu, Kota Malang terbagi menjadi 5 dapil, yakni Dapil Kota Malang 1 (Kecamatan Kedungkandang), Dapil Kota Malang 2 (Kecamatan Sukun), Dapil Kota Malang 3 (Kecamatan Klojen), Dapil Kota Malang 4 (Kecamatan Lowokwaru), Dapil Kota Malang 5 (Kecamatan Blimbing).

Sementara itu untuk Pemilu tahun 2019, dapil untuk anggota DPR RI dan dapil untuk anggota DPRD Provinsi telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Pasal 187 ayat (5) dan pasal 189 ayat (5) Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 menetapkan Dapil untuk Pemilu Anggota DPR dan DPRD Provinsi sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dan

(19)

16

Lampiran IV Undang-Undang. Sedangkan untuk Dapil Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota dilakukan oleh KPU sebagaimana bunyi Pasal 194 ayat (5) dan Pasal 195 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017. Penyusunan dan penetapan Dapil untuk Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan berkonsultasi kepada DPR.

Sebelum ditetapkan oleh KPU, maka tugas KPU Kabupaten/Kota dengan supervisi oleh KPU Provinsi melakukan pengusulan skenario pemetaan Dapil. Melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 16 tahun 2017 tentang Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Anggota DPRD Kab/Kota dalam Pemilu dijelaskan Daerah Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Dapil adalah kecamatan atau gabungan kecamatan atau bagian kecamatan yang dibentuk sebagai kesatuan wilayah/daerah berdasarkan jumlah penduduk untuk menentukan Alokasi Kursi sebagai dasar pengajuan calon oleh pimpinan partai politik dan penetapan calon terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota.

Mekanisme dan tata cara pengusulan dapil diatur lebih detail melalui Keputusan KPU Nomor 18/PP.02/Kpt/03/KPU/I/2018 tentang Petunjuk Teknis Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam Pemilihan Umum. Dengan mempertimbangkan tujuh prinsip yakni kesetaraan suara, ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional, proporsionalitas, coterminuos (berada dalam satu wilayah yang sama), kohesivitas, integralitas wilayah dan kesinambungan dengan Dapil Pemilu sebelumnya.

(20)

17 TABEL 3

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KOTA MALANG

1

KEDUNGKANDANG

1

194.186

10

19.419

2

SUKUN

2

194.180

10

19.418

3

KLOJEN

3

102.204

6

17.034

4

LOWOKWARU

4

159.407

9

17.712

5

BLIMBING

5

184.568

10

18.457

834.545

45

BPPd Kota Malang

18.545

1

KEDUNGKANDANG

1

18.545

19.419

105

2

SUKUN

2

18.545

19.418

105

3

KLOJEN

3

18.545

17.034

92

4

LOWOKWARU

4

18.545

17.712

96

5

BLIMBING

5

18.545

18.457

100

PERBANDINGAN

PROSENTASE (%)

NO

KECAMATAN

DAPIL

BPPd

DAPIL

Jumlah

JUMLAH

PENDUDUK

ALOKASI

KURSI

NO

KECAMATAN

DAPIL

BPPd

KOTA MALANG

BPPd

DAPIL

(21)

18 TABEL 4

SKEMA PENGHITUNGAN KURSI PER DAPIL KOTA MALANG Kota : Jumlah Penduduk : 834.545 Alokasi Kursi : 45 BPPd : 18.545,44 PENGHITUNGAN TAHAP I

DAPIL DAPIL JUMLAH ALOKASI KURSI

KECAMATAN PENDUDUK (JUM Pend/ BPPd)

KEDUNGKANDANG 1 194.186 10,47 SUKUN 2 194.180 10,47 KLOJEN 3 102.204 5,51 LOWOKWARU 4 159.407 8,60 BLIMBING 5 184.568 9,95 834.545 Jumlah KOTA MALANG NO

Kursi dapat 10, Sisanya di hitung TAHAP 2 Kursi dapat 10, Sisanya di hitung TAHAP 2 Kursi dapat 5, Sisanya di hitung TAHAP 2 Kursi dapat 8, Sisanya di hitung TAHAP 2 Kursi dapat 9, Sisanya di hitung TAHAP 2

KETERANGAN DAPIL JUML KECAMATAN KURSI KEDUNGKANDANG 10 SUKUN 10 KLOJEN 5 LOWOKWARU 8 BLIMBING 9

TOTAL KURSI TAHAP 1 42

(22)

19 PENGHITUNGAN TAHAP II

DAPIL DAPIL JUMLAH ALOKASI KURSI SISA PERINGKAT ALOKASI TOTAL

KECAMATAN PENDUDUK (JUM Pend/ BPPd) PENDUDUK SISA PENDUDUK SISA KURSI ALOKASI KURSI

KEDUNGKANDANG 1 194.186 10 8.731,6 4 0 10 SUKUN 2 194.180 10 8.725,6 5 0 10 KLOJEN 3 102.204 5 9.476,8 3 1 6 LOWOKWARU 4 159.407 8 11.043,4 2 1 9 BLIMBING 5 184.568 9 17.659,0 1 1 10 834.545 42 45 Jumlah

Sisa Kursi : 45 - 42 = 3 Kursi

NO

DAPIL

JUML

KECAMATAN

KURSI

KEDUNGKANDANG

10

SUKUN

10

KLOJEN

6

LOWOKWARU

9

BLIMBING

10

TOTAL KURSI TAHAP 2

45

(23)

20

E. ANALISIS TUJUH PRINSIP PENATAAN DAPIL KOTA MALANG

1. Prinsip Kesetaraan Suara

Prinsip kesetaraan suara adalah prinsip yang mengupayakan harga kursi setara antar satu dapil dengan dapil yang lain. Ada juga yang menyebut prinsip kesetaraan penduduk. Prinsip kesetaraan suara merupakan implementasi prinsip demokrasi karena langsung menyentuh pada prinsip kesetaraan hak politik warga negara. Dalam hal ini setiap warga negara tanpa melihat jenis kelamin, ideologi, agama, etnis, asal daerah, pekerjaan maupun kelas ekonomi memiliki kedudukan setara untuk mendapatkan kursi perwakilan. (Khoirunnisa Agustiyati dkk, Menetapkan Arena Perebutan Kursi DPRD, Perludem 2014, hal. 35-36)

Prinsip kesetaraan suara biasa diungkapkan dengan istilah

OPOVOV: one person, one vote, one vallue. Prinsip ini menegaskan bahwa nilai suara yang dimiliki setiap pemilih adalah sama dalam satu pemilihan. Dalam perspektif hak warga negara, kesetaraan suara adalah perwujudan asas persamaan kedudukan warga negara dalam hukum dan pemerintahan.

Dari 7 prinsip pembentukan Dapil sebagaimana diatur dalam PKPU nomor 16 tahun 2017, prinsip kesetaraan suara diposisikan paling atas, sehingga prinsip kesetaraan suara menjadi dasar utama dalam pengusulan dapil. Hal ini juga terlihat dari metode dan langkah-langkah pembentukan dapil, yang menjadikan BPPd (Bilangan Pembagi Penduduk) sebagai dasar untuk menghitung jumlah kursi berdasarkan jumlah penduduk. Untuk menghitung kesetaraan suara antar dapil dapat dilakukan dengan cara BPPd tingkat kota dibandingkan dengan BPPd dapil.

Dengan memperhatikan pergerakan dan perubahan penduduk yang berbeda antar dapil, maka para ahli sepakat, pembagian kursi di suatu dapil dapat dikatakan setara apabila masih dalam kisaran

(24)

21

kurang atau lebih dari 10% BPPd tingkat kota. Artinya jika perbandingan antara BPPd suatu dapil dengan BPPd tingkat kota masih dalam kisaran 90% sampai dengan 110%, maka masih bisa disebut setara. Sebaliknya, jika perbandingan antara BPPd dapil dengan BPPd kota kurang dari 90% atau lebih dari 110%, maka kondisi demikian disebut malapportionment, yakni pembagian kursi yang tidak proporsional dengan jumlah penduduk antara satu dapil dengan dapil yang lain.

Tabel 5

Penghitungan BPPd Dapil

Tabel 6

Penghitungan BPPd Kota Malang

NAMA KOTA JUMLAH PENDUDUK

BPPd Kota

Malang Keterangan KOTA MALANG 834.545 18.545 Data DAK2

Setelah diketahui harga kursi atau nilai BPPd dari masing-masing dapil, untuk mengetahui nilai kesetaraan suara antar dapil, maka dilakukan perbandingan.Dengan cara BPPd dapil dibandingkan dengan BPPd kota kemudian dikalikan dengan 100%, maka hasilnya dapat dilihat sebagaimana tabel berikut;

1 KEDUNGKANDANG 1 194.186 10 19.419 2 SUKUN 2 194.180 10 19.418 3 KLOJEN 3 102.204 6 17.034 4 LOWOKWARU 4 159.407 9 17.712 5 BLIMBING 5 184.568 10 18.457 834.545 45 NO KECAMATAN DAPIL BPPd DAPIL Jumlah JUMLAH PENDUDUK ALOKASI KURSI

(25)

22 Tabel 7

Perbandingan Prosentase BPPd Dapil dengan BPPd Kota Malang

Dari tabel tersebut, jelas menunjukkan bahwa perbandingan harga kursi antar dapil di Kota Malang masuk kisaran 90% sampai dengan 110%. Dapil Kedungkandang prosentasenya mencapai 105 %, Dapil Sukun prosentasenya mencapai 105 %, Dapil Klojen prosentasenya mencapai 92 %, Dapil Lowokwaru prosentasenya mencapai 96 %, dan Dapil Blimbing prosentasenya mencapai 100 % . Artinya lima dapil yang ada memiliki kesetaraan suara yang sangat signifikan sehingga sangat layak dipertahankan untuk Pemilu tahun 2019.

2. Prinsip Ketaatan Pada Sistem Pemilu Yang Proporsional

Prinsip ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional mengutamakan pembentukan dapil dengan jumlah kursi besar agar persentase jumlah kursi yang diperoleh setiap Partai Politik setara mungkin dengan persentase suara yang diperolehnya. Artinya, semakin besar besaran dapil, semakin bagus dalam system Pemilu proporsional Penerapan prinsip ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional, KPU merekomendasikan besaran kursi sedang menuju besar. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017, bahwa besaran alokasi kursi dapil anggota DPRD kabupaten/kota antara 3-12 kursi, maka KPU mengutamakan alokasi kursi antara 6 sampai dengan 12 kursi.

1 KEDUNGKANDANG 1 18.545 19.419 105 2 SUKUN 2 18.545 19.418 105 3 KLOJEN 3 18.545 17.034 92 4 LOWOKWARU 4 18.545 17.712 96 5 BLIMBING 5 18.545 18.457 100 NO KECAMATAN DAPIL BPPd KOTA MALANG BPPd DAPIL PERBANDINGAN PROSENTASE (%)

(26)

23 Tabel 8 Kursi Tiap Dapil

Dengan alokasi kursi 10, 10, 6, 9, dan 10, maka lima dapil di Kota Malang sangat patuh terhadap prinsip ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional sehingga layak untuk diusulkan kembali pada Pemilu tahun 2019.

3. Prinsip Proporsionalitas

Prinsip proporsionalitas adalah prinsip yang memperhatikan kesetaraan alokasi kursi antar dapil agar tetap terjaga perimbangan jumlah kursi setiap dapil. Maksudnya besaran kursi antara dapil satu dengan dapil yang lain tidak terlalu jomplang. Karena akan berpengaruh terhadap tingkat kompetensi Partai Politik dan calon. Berkompetensi di dapil dengan kursi kecil akan berbeda tingkat persaingannya jika dibanding berkompetensi di dapil dengan kursi besar.

Besaran jumlah kursi dari lima dapil di Kota Malang sangat proporsional. Dapil Kedungkandang (Kota Malang 1) jatah 10 kursi, Dapil Sukun (Kota Malang 2) jatah 10 kursi, Dapil Klojen (Kota Malang 3) jatah 6 kursi, Dapil Lowokwaru (Kota Malang 4) jatah 9 kursi, Dapil Blimbing (Kota Malang 5) jatah 10 kursi. Dengan besaran kursi antara 6, 9 dan 10 maka alokasi kursi lima dapil di kota Malang relatif berimbang dan tidak jomplang. Dengan demikian persaingan antar Parpol dan calon di masing-masing dapil relatif seimbang.

1 KEDUNGKANDANG 1 194.186 10 2 SUKUN 2 194.180 10 3 KLOJEN 3 102.204 6 4 LOWOKWARU 4 159.407 9 5 BLIMBING 5 184.568 10 834.545 45 NO KECAMATAN DAPIL Jumlah JUMLAH PENDUDUK ALOKASI KURSI

(27)

24

Dengan terpenuhinya prinsip proporsionalitas ini, maka peta dapil di Kota Malang kembali diusulkan untuk Pemilu tahun 2019.

4. Prinsip Integralitas Wilayah, Coterminous dan Kohesivitas

Kami sengaja memasukkan ketiga prinsip dalam satu bahasan, karena ketiganya saling berkaitan. Penerapan prinsip integralitas wilayah, coterminous dan kohesivitas untuk dapil Kota Malang tidak dapat dipisahkan. Ketiga prinsip saling menunjang dan saling menguatkan.

Prinsip integralitas wilayah adalah prinsip yang menekankan pada keutuhan dan keterpaduan suatu wilayah kecamatan yang akan disusun menjadi satu dapil. Wilayah-wilayah yang ada harus saling berbatasan dengan tetap memperhatikan keutuhan, keterpaduan, mempertimbangkan kondisi grografis, sarana perhubungan dan aspek kemudahan sarana transportasi.

Dari peta dapil yang diusulkan, semua wilayah kelurahan di Kota Malang yang tercakup dalam satu dapil saling berbatasan, utuh dan terpadu. Terintegrasi juga melalui sarana perhubungan maupun sarana transportasinya.

Pengembangan prinsip integralitas wilayah adalah prinsip

coterminous yakni penataan dapil dengan mengutamakan

ketercakupan wilayah yang sama antara dapil untuk anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Artinya dapil untuk anggota DPR harus mencakup dapil untuk anggota DPRD Provinsi dan dapil untuk anggota DPRD kabupaten/kota. Dalam konteks Pemilu di Indonesia, penerapan prinsip coterminous sangat penting karena Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota dilaksanakan bersamaan.

Untuk Pemilu anggota legislatif, dapil yang ada di Kota Malang masuk dalam cakupan yang sama dan sinergis. Dapil anggota DPRD Kota Malang masuk dalam cakupan Dapil Jawa Timur 6 untuk anggota DPRD Provinsi Jawa Timur. Bergabung dengan Kabupaten

(28)

25

Malang dan Kota Batu dengan alokasi 11 kursi (Lampiran IV Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum). Sementara untuk Dapil anggota DPR RI, dapil Kota Malang masuk dalam dapil Jatim V bergabung dengan Kabupaten Malang, dan Kota Batu dengan alokasi 8 kursi (Lampiran III Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum).

Prinsip penunjang selanjutnya adalah prinsip keenam yakni

prinsip kohesivitas. Prinsip kohesivitas sangat memperhatikan

sejarah, kondisi sosial budaya, adat-istiadat dan kelompok minoritas. Setelah melalui konsultasi publik dengan melibatkan stake holder terkait seperti Parpol, akademisi, pemerintah daerah, ormas, dan tokoh-tokoh masyarakat, dari analisis prinsip integralitas wilayah, coterminous dan kohesivitas dapat disimpulkan bahwa lima dapil di Kota Malang masih signifikan untuk dipertahankan pada Pemilu tahun 2019. Masing-masing dapil berada dalam cakupan wilayah yang sama ditunjang oleh sarana transportasi yang sangat memadai serta memiliki sejarah dan kondisi sosial masyarakat yang relatif sama.

5. Prinsip Kesinambungan

Prinsip kesinambungan adalah prinsip terakhir yang harus diperhatikan dalam pengusulan dan penataan dapil untuk Pemilu anggota DPRD kabupaten/kota. KPU harus memperhatikan dapil yang sudah ada pada Pemilu sebelumnya (Pemilu tahun 2014). Dapil pada Pemilu tahun 2014 sangat layak untuk dipertahankan jika memang tidak ada alasan obyektif yang menyebabkan harus dilakukan perubahan dapil.

Dari analisis tujuh prinsip dalam pengusulan dan penataan dapil, prinsip kesinambungan menjadi kesimpulan bagi KPU Kota Malang untuk kembali mengusulkan peta Dapil sebagaimana Pemilu Tahun 2014. Hal ini dipertegas lagi dengan enam alasan berikut yang

(29)

26

memungkinkan dilakukannya penataan ulang dapil. Sebagaimana dijelaskan melalui bimtek KPU RI tentang Kebijakan Umum Dapil, ada enam alasan yang memungkinkan dilakukannya penataan ulang Dapil yakni;

1. Penataan Dapil pada Pemilu Tahun 2014 tidak memenuhi prinsip-prinsip penataan Dapil;

2. Kabupaten/kota baru yang terbentuk pasca penetapan Dapil Pemilu Tahun 2014;

3. Kabupaten/Kota Induk, yang sebagian wilayahnya telah membentuk kab/kota baru;

4. Kabupaten/kota yang terdapat penambahan atau pengurangan jumlah kecamatan;

5. Perubahan jumlah penduduk yang mengakibatkan berubahnya alokasi kursi dapil menjadi lebih dari 12 atau kurang dari 3; 6. Sebab atau alasan lain dengan penjelasan yang dapat

dipertanggungjawabkan;

Mencermati enam alasan perubahan Dapil tersebut tidak ada satu pun alasan yang memungkinkan dapil di Kota Malang harus ditata ulang atau dilakukan pemecahan. Kondisi geografis dan demografis Kota Malang relatif masih sama dengan Pemilu tahun 2014.

(30)

27

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari bahasan dan analisis 7 prinsip dalam penataan dapil, maka naskah ini memberikan saran dan kesimpulan sebagai berikut ;

1. Dapil Kota Malang untuk Pemilu Tahun 2019 terdiri dari 5 dapil. 2. Peta Dapil Kota Malang pada Pemilu tahun 2014 dipertahankan

dan kembali diusulkan untuk dapil Pemilu tahun 2019.

3. Secara berurutan berikut usulan Jumlah Kursi dan penyebutan Dapil Kota Malang untuk Pemilu Tahun 2019;

a. Dapil Kota Malang 1 meliputi wilayah Kecamatan

Kedungkandang jumlah alokasi kursi sebanyak 10 kursi. b. Dapil Kota Malang 2 meliputi wilayah Kecamatan Sukun

jumlah alokasi kursi sebanyak 10 kursi.

c. Dapil Kota Malang 3 meliputi wilayah Kecamatan Klojen jumlah alokasi kursi sebanyak 6 kursi.

d. Dapil Kota Malang 4 meliputi wilayah Kecamatan

Lowokwaru jumlah alokasi kursi sebanyak 9 kursi.

e. Dapil Kota Malang 5 meliputi wilayah Kecamatan Blimbing jumlah alokasi kursi sebanyak 10 kursi.

B. Saran dan Masukan

Naskah ini sengaja disusun dalam rangka memberikan landasan dan legitimasi akademik dalam proses pengusulan dapil anggota DPRD Kota Malang untuk Pemilu tahun 2019. Sesuai jadual tahapan Pemilu tahun 2019 sebagaimana diatur dalam PKPU nomor 7 tahun 2017 yang telah direvisi menjadi PKPU 5 tahun 2018, KPU Kota Malang akan telah melakukan uji publik terhadap usulan dapil yang ada. Dengan mengundang seluruh stake holder terkait seperti Partai Politik, ormas,

(31)

Referensi

Dokumen terkait

(2) Prinsip ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, yaitu memperhatikan ketaatan dalam pembentukan Dapil dengan

Soekartawi (1993:23) menyatakan bahwa modal yang dipergunakan dalam produksi boleh dikatakan tetap besarnya dan hanya sedikit sekali perubahan. Seringkali dijumpai adanya

Dalam penyusunan penataan daerah pemilihan ini bertujuan untuk melakukan panataan daerah pemilihan agar ditetapkan oleh KPU tentang jumlah kursi dan alokasi kursi daerah

Berdasarkan interpretasi menggunakan metode Geolistrik VES Gambar 7 dan Well Logging Gambar 8, daerah penelitian Kabupaten Pringsewu pada Kecamatan Adiluwih

Setelah dilakukan sosialisasi dan monitoring terhadap implementasi senam ergonomi pada operator RTG yang rutin dilakukan terjadi penurunan kategori kelelahan kerja

Jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara berikan merupakan informasi yang sangat berharga dan karenanya Bapak/Ibu/Saudara tidak perlu ragu untuk menjawab sesuai dengan keadaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun model model pemberdayaan masyarakat pada program penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2K) di Banjarmasin dengan

bahwa sesuai ketentuan Pasal 17 dan Pasal 24 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor OS Tahun 2013 tentang Tata Cara Penetapan Daerah Pemilihan Dan Alokasi Kursi