• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PENGKAJIAN DATA DASAR KEPERAWATAN DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PENGKAJIAN DATA DASAR KEPERAWATAN DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

92

Yessi Fadriyanti, Nova Yanti, Sila Dewi Angreni

(Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the relationship between motivation nurse with the implementation of a baseline assessment documenting nursing in Irna Non Surgical Medicine Hospital Dr. M. Djamil Padang. This study design was cross-sectional. The population was all nurses in Non Surgical Diseases, by amount 45 nurses. The collection of data obtained through the study of documentation and questionnaire questionnaire. The results of this study, 48.7% of nurses have low intrinsic motivation in documenting baseline assessment of nursing. 38.5% of nurses had lower extrinsic motivation in documenting baseline assessment of nursing. 56.4% complete baseline assessment documenting nursing. There is no intrinsic motivation nurse relationship with documenting baseline assessment of nursing with p value = 0.015. There is a relationship between extrinsic motivation nurse with a baseline assessment documenting nursing with p value = 0.007. It is suggested to the head of the room to periodically evaluate the documentation, and providing feedback to the nurses on the implementation of the documentation.

Key Word: Motivation- baseline assessment- documentation ABSTRAK

Data pelaksanaan pendokumentasian pada evaluasi SAK tahun 2013 di Penyakit Dalam 67%, sedangkan standar menurut Depkes yakni 80 %. Ketidaklengkapan ini disebabkan diantaranya karena kurangnya keinginan dari perawat itu sendiri baik dari dalam maupun dari luar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Desain penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan di Di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Populasi adalah semua perawat Irna Non Bedah Penyakit Dalam sebanyak 45 orang. Pengumpulan data diperoleh melalui studi dokumentasi dan kuesioner secara angket. Hasil penelitian ini didapatkan 48,7% perawat memiliki motivasi instrinsik rendah dalam pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan. 38,5% perawat memiliki motivasi ekstrinsik rendah dalam pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan. 56,4% pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan tidak lengkap.Terdapat hubungan motivasi instrinsik perawat dengan pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan dengan p value =0,015. Terdapat hubungan antara motivasi ekstrinsik perawat dengan pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan dengan p value = 0,007. Disarankan kepada kepala ruangan untuk mengevaluasi pendokumentasian secara berkala, dan memberikan umpan balik kepada perawat terhadap pelaksanaan pendokumentasian.

(2)

93 PENDAHULUAN

Perawat merupakan segmen profesi terbesar dalam bidang kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekarang ada lebih dari 9 juta perawat dan bidan di 141 negara. The Atlantic Monthly menyatakan bahwa "keperawatan merupakan perpaduan dari perhatian, pengetahuan dan keterampilan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup pasien. (Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No 3)

Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan profesional yang akan tercapai dengan baik apabila sistem pendokumentasian dapat dilakukan dengan benar. Kegiatan pendokumentasian meliputi keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan, dan standar dokumentasi. (Nursalam, 2011)

Dokumentasi harus dengan jelas mengkomunikasikan penilaian dan evaluasi perawat terhadap status pasien. Kemampuan perawat untuk membuat perubahan dalam hasil yang didapat harus ditunjukkan dalam praktik dan dalam pencatatan. Hays menyatakan, “ Jika kita mencapai keberhasilan dalam asuhan keperawatan pasien yang semakin

kompleks, kita dapat belajar menggambarkannya dalam bentuk kata – kata”. (Iyer & Camp, 2004)

Asuhan keperawatan terdiri dari 5 proses keperawatan, yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisir dan meliputi tiga aktivitas dasar : mengumpulkan data secara sistematis, menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam format yang bisa dibuka kembali. (Nursalam, 2011). Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer and camp)3. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respons individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing Association (ANA).(Nursalam, 2011 ).

(3)

94

Menurut Nursalam,

pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah disiplin kerja, sikap, tingkat pengetahuan, motivasi, pelatihan, fasilitas, dan masa kerja. Herzberg meyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua factor yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Fakta menunjukkan bahwa dari 10 dokumentasi asuhan keperawatan, dokumentasi pengkajian hanya terisi 25%, diagnosa keperawatan 50%, dokumentasi perencanaan hanya 37,5%, dokumentasi implementasi hanya 37%, dan dokumentasi evaluasi hanya 25%. Sisanya tidak ada dokumentasi sama sekali. (Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No 3, 2011).

Hasil penelitian Lukman tentang pendokumentasian yang dilakukan di ruang rawat inap Dalam BPRSUD kota

Salatiga yang meneliti tentang hubungan pengetahuan, sikap dan motivasi dengan pendokumentasian keperawatan dengan hasil pengetahuan perawat terhadap pendokumentasian 40%, sikap perawat 55% dan motivasi perawat 53%, serta hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan menunjukkan 43%. Hal ini menunjukkan hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian. (Al – fajri, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Olimviani (2010), di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang menunjukkan bahwa 47,4 % perawat mempunyai motivasi buruk, 65,4 % perawat pelaksana bekerja mengharapkan imbalan dan penghargaan, 28,2 % pimpinan tidak ada memberikan penghargaan setiap pencapaian prestasi kerja, 41 % fasilitas kerja tidak lengkap. Lebih dari setengah (58,3 %) perawat pelaksana tidak puas terhadap jaminan biaya kesehatan dan santunan.

Data dari Rekam Medik RSUP Dr. M.Djamil Padang, menunjukkan bahwa pendokumentasian askep yang lengkap di RSUP Dr. M.Djamil Padang pada bulan januari 2013 sebanyak 73,71%, Februari 73,68 %, Maret 70,12 %, April 73,66 %, Mei 77,09 %, Juni 59,64%. Sedangkan data yang

(4)

95 diperoleh dari pengelola keperawatan

di Irna Non Bedah Penyakit Dalam, mengatakan bahwa persentase pelaksanaan pendokumentasian pada evaluasi SAK tahun 2013 didapatkan kelengkapan pendokumentasian di Penyakit Dalam 67%, persentase ini belum mencapai standar yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan keperawatan menurut Depkes (2005) yakni 80 %.

Survey awal pada 23 – 25 januari 2013 di Irna Non Bedah Penyakit Dalam, didapatkan hasil bahwa perawat tidak bertanggung jawab terhadap semua status pasien, terkadang perawat hanya mengisi sebagian dari status pasien saja,

sehingga terlihat bahwa pendokumentasian asuhan keperawatannya belum lengkap, dari pencatatan pengkajian awal yang hanya dilakukan sebagian saja.

Berdasarkan fenomena yang ada, maka peneliti melakukan penelitian tentang Hubungan Motivasi Perawat Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan Di Irna Non Bedah Penyakit Dalam (RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam Dr.M. Djamil Padang.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional studi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu 45 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data dikumpulkan melalui pengisian angket yang berupa kuesioner yang disebarkan kepada responden. Daftar pertanyaan berupa pertanyaan tertutup dan setiap jawaban diberi nilai. Sebelumnya diberikan penjelasan tentang

maksud dan tujuan penelitian serta cara pengisiian kuesinoer. Analisa Data secara univariat yaitu seluruh variabel yang akan digunakan dalam analisis ditampilkan dalam distribusi frekuensi menggunakan statistik descriptive. Dan analisa bivariat menggunakan komputerisasi secara uji Chi-Square yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel independen dengan varibel dependen. Hasil analisis dikatakan bermakna jika nilai p<α dan dikatakan tidak bermakna jika nilai p≥α, dengan nilai α = 0,05.

(5)

96

HASIL PENELITIAN Motivasi Instrinsik Perawat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Instrinsik di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014

Motivasi Instrinsik f %

Rendah 19 48,7

Tinggi 20 51,3

Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 1, dapat dijelaskanbahwa hampir separoh

responden (48,7%) yang memiliki motivasi rendah.

Motivasi Ekstrinsik Perawat

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Ekstrinsik di Irna Non Bedah Penyakit Dalam (RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014

Motivasi Ekstrinsik f %

Rendah 15 38,5

Tinggi 24 61,5

Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 2, dapat dijelaskan bahwa hampir separoh

responden (38,5 %) yang memiliki motivasi rendah.

Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan

Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014 Pelaksanaan Pendokumentasian

Pengkajian Data Dasar Keperawatan

f %

Tidak Lengkap 22 56,4

Lengkap 17 43,6

Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 3, dapat dijelaskan bahwa lebih dari separoh responden (56,4 %) yang tidak lengkap

mendokumentasikan pengkajian data dasar keperawatan.

(6)

97 Hubungan Antara Motivasi Instrinsik Perawat Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Instrinsik

Perawat Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014

Motivasi Instrinsik

Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan

Total

Tidak lengkap Lengkap

f % f % f %

Rendah 15 78,9 4 21,1 19 100

Tinggi 7 35,0 13 65,0 20 100

Total 22 56,4 17 43,6 39 100

p-value = 0,015 Tabel 4 dijelaskan pelaksanaan

pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan yang tidak lengkap lebih banyak pada responden dengan motivasi instrinsik rendah (78,9%), sedangkan pada responden yang

memiliki motivasi instrinsik tinggi hanya (35,0%). Hasil uji statistik p-value 0,015 terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi instrinsik perawat dengan pelaksanaan pengkajian data dasar keperawatan. Hubungan Antara Motivasi Ekstrinsik Perawat Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Ekstrinsik Perawat Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014

P= p-value = 0,007

Berdasarkan tabel 5, dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan pendokumentasian

pengkajian data dasar keperawatan yang tidak lengkap lebih banyak pada Motivasi

Ekstrinsik

Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan

Total

Tidak lengkap Lengkap

f % f % f %

Rendah 13 86,7 2 13,3 15 100

Tinggi 9 37,5 15 62,5 24 100

(7)

98

responden dengan motivasi ekstrinsik rendah (86,7%), sedangkan pada responden yang memiliki motivasi instrinsik tinggi hanya (37,5%). Dari hasil uji statistik p-value 0,007 < 0,05 ini berarti terdapat hubungan yang

bermakna antara motivasi ekstrinsik perawat dengan pelaksanaan pengkajian data dasar keperawatan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan

Hasil analisis univariat menunjukkan lebih dari separoh perawat (56,4%) yang tidak lengkap mendokumentasikan pengkajian data dasar keperawatan. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Jaja Mirjaja di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung tahun 2010 sebanyak 52 % pengkajian awal sudah didokumentasikan lengkap dan 32,5 % pengkajian awal belum lengkap dokumentasinya sedangkan yang tidak ada dokumentasinya sebanyak 25,5 %. Hasil penelitian Deni Susanti (2008) di RSUD Sungai Dareh sebanyak 62,2% dokumentasi pengkajian awal sudah lengkap dan tidak lengkap sebanyak 45,7 %.

Dalam proses keperawatan pelaksanaan asuhan merupakan tugas semua perawat, baik itu perawat professional maupun perawat vokasional. Dan dalam pemberian asuhan ini perlu adanya pendokumentasian.

Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan. Berdasarkan analisa peneliti, ketidaklengkapan pendokumentasian pengkajian awal keperawatan terutama pada riwayat kesehatan sekarang yang lebih dari separoh (61,5%). Menurut asumsi penulis, riwayat kesehatan sekarang hanya dikaji sepintas lalu saja, sehingga tidak mencakup semua item yang harus ada pada riwayat kesehatan sekarang tersebut, yaitu P (Paliatif), apa penyebab keluhan yang

(8)

99 dirasakan pasien itu sekarang, Q

(Quality), bagaimana kualitas kesakitan yang dikeluhkan pasien itu, R (Region), dibagian mana saja keluhan itu dirasakan klien, S (Severity), bagaimana tingkat keparahannya serta T (Timing), waktu mulai merasakan keluhan itu. Sehingga, apabila pendokumentasian riwayat kesehatan sekarang banyak yang tidak lengkap, akan terjadi nantinya kesalahan dalam diagnosa, serta intervensi yang akan diberikan pada pasien.

Hubungan Motivasi Instrinsik Perawat Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Data Dasar Keperawatan

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Nova Suhendar yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan perilaku dalam pendokumentasian keperawatan di RSUD Muaro Jambi. Hasil penelitian lain yang mendukung yaitu hasil penelitian Lukman di Ruang Rawat Inap Dalam BPRSUD kota Salatiga yaitu adanya hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku perawat

dalam pelaksanaan

pendokumentasian. (Al – fajri, 2011). Motivasi kerja yang semakin tinggi menjadikan perawat mempunyai semangat yang tinggi untuk

memberikan pelayanan yang terbaik (Mudayana, 2010). Hal ini sebanding dengan motivasi untuk melakukan pendokumentasian yang tinggi akan menghasilkan kualitas dokumentasi yang baik. Motivasi merupakan dorongan yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.(Mangkunegara dalam Eni Radiani, 2009).

Hal tersebut juga tampak dari kuesioner yang dibagikan, bahwa hanya 25,6 % perawat yang setuju bahwa pendokumentasian tidak harus dilakukan oleh semua perawat. Dengan begitu, perawat tersebut tidak memiliki tanggung jawab dalam dirinya terhadap tugasnya. Senada dengan Mangkunegara, mengatakan bahwa salah satu yang berperan dalam peningkatan motivasi adalah rasa tanggung jawab. Terdapat (23%) perawat yang tidak setuju bahwa pendokumentasian dilaksanakan dengan keinginan sendiri, artinya

perawat melaksanakan

pendokumentasian bukan karena adanya rasa tanggung jawab dalam dirinya terhadap tugas tersebut, tapi karena ada alasan lain bagi perawat untuk mengerjakannya. Terdapat 23,1% perawat yang setuju bahwa pendokumentasian terlalu susah dan

(9)

100

juga banyak memakan waktu dalam melaksanakannya. Dengan motivasi instrinsik yang rendah, menyebabkan banyaknya ketidaklengkapan pada pendokumentasian, sehingga nantinya tidak terkomunikasikan keadaan pasien tersebut pada perawat ataupun tenaga kesehatan lainnya.

Peningkatan motivasi dapat dilakukan dengan pemberian bimbingan dan pemberian tugas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki agar perawat mampu menerapkan proses keperawatan dengan sebaik – baiknya dengan cara peningkatan kompetensi, pengetahuan dan keterampilan perawat. Kesadaran diri perawat maka akan meningkatkan motivasi perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Dengan motivasi diri yang tinggi dan kepatuhan dari seorang perawat maka pencapaian tujuan akan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan akan dilakukan dengan baik dan meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan profesional dalam bidang keperawatan, (Swansburg dalam Agung Pribadi, 2009).

Hubungan Motivasi Ekstrinsik Perawat Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Pengkajian Awal Keperawatan

Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung Pribadi7 bahwa ada hubungan faktor motivasi perawat dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Pajaka (2006) tentang penerapan dokumentasi RSU. Prof. DR. Aloei Saboe Gorontalo yang mengatakan bahwa ada hubungan antara motivasi perawat dengan penerapan dokumentasi keperawatan.

Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda – beda, walaupun berbeda tetapi janganlah menghambat proses pelaksanaan pendokumentasian yang menjadi tolak ukur bagi perawat dalam bekerja. Sebaliknya, dengan perbedaan motivasi akan meningkatkan kesadaran diri bahwa perawat sebenarnya merupakan pekerjaan yang membutuhkan pelayanan yang prima bagi pasien – pasiennya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan Hasil penelitian didapatkan hampir separoh perawat di

Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki motivasi instrinsik rendah. Hampir separoh

(10)

101 perawat di Irna Non Bedah Penyakit

Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki motivasi ekstrinsik rendah. Lebih dari separoh perawat di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang melakukan pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan tidak lengkap.Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi instrinsik perawat dengan pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014. Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi ekstrinsik perawat dengan pendokumentasian pengkajian data dasar keperawatan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014

Disarankan Melalui Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang diharapkan kepada masing – masing kepala ruangan dalam meningkatkan mutu pelayanan agar memperhatikan dimensi – dimensi berkut : Dalam meningkatkan pendokumentasian, perlu adanya evaluasi secara berkala dan berkelanjutan. Dalam meningkatkan motivasi instrinsik perawat, adanya umpan balik terhadap pelaksanaan pendokumentasian dengan mengevaluasi seberapa baik yang telah dilaksanakan. Dalam meningkatkan motivasi ekstrinsik perawat, dengan adanya pengakuan dan penghargaan yang wajar terhadap perawat atas pelaksanaan tugas dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

AlFajri. Pengetahuan Dan Motivasi

Perawat Dalam

Pendokumentasian Askep di RSUD Muaro Jambi (Sripsi).2011.

A.M. Sardiman. Interaksi dan Motivasi. Jakarta: Rajawali; 2010

Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC; 2001.

Hamzah.H. Teori Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara ; 2008

Iyer, Patricia W & Nancy H. Camp. Dokumentasi Keperawatan Suatu

Pendekatan proses keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC; 2004.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No 3 Oktober 2011. [(diakses pada tanggal 12 januari 2014 jam 16.00 WIB)]. jtstikesmuhgo-gdl-indahindra-1336-2-hal.142-0.pdf

Journal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus

2013.[(diakses pada tanggal 23 januari 2014 jam 18.00 WIB)].

(11)

102

Nursalam. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika; 2011.

Notoatmodjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika;2011.

Potter & Perry. Fundamental Of Nursing Buku1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika; 2009.

Radiani, Eni. Analisis Motivasi Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (Askep) Di Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Ciamis (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro; 2009.

Suarli, S & Yahyan. Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta: Erlangga; 2002 .

Gambar

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Instrinsik

Referensi

Dokumen terkait

After two years involved restructuring the operation to drive costs down and a fleet modernisation programme to replace a Boeing fleet with an all Airbus fleet, Warwick Brady

Semakin tinggi CAR, maka semakin besar pula kemampuan bank dalam meminimalisir resiko kredit yang terjadi, artinya bank tersebut mampu menutupi resiko kredit yang terjadi

Pengaruh Olahraga Tradisional Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Lari Jarak Pendek Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. PENGARUH

Memorandum Program Sanitasi merupakan dokumen kesepakatan bersama seluruh program dan kegiatan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten Padang Lawas Utara yang dilaksanakan oleh

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Pengaturan warisan di Desa Pakraman Buduk sesuai dengan isi awig - awig Desa Pakraman Buduk termuat dalam Palet 4 Pawos 75 sampai dengan Pawos

Sehingga akan mengurangi angka kemiskinan yang ada di Kota Malang, karena adanya pendapatan yang diperoleh setiap penduduk berbeda, bagi masyarakat

Contrary to the SME pump shaft, at the imported pump shaft, two taper roller bearings are located on the left side (A) and right side (B) and have a different shaft diameter that

Maxitech Utama Indonesia Gugur Tenaga Ahli tidak